Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN AKHIR DED TEROWONGAN SASAKSAAT

Daftar Isi
9. DESAIN TEROWONGAN .................................................................................................... 9-1
9.1. UMUM ..................................................................................................................................9-1
9.2. PROSES PEMBUATAN DESAIN......................................................................................9-2
9.3. TIPE TEROWONGAN ........................................................................................................9-2
9.4. STRUKTUR BADAN TEROWONGAN............................................................................9-3
9.5. METODA PERHITUNGAN KESTABILAN .....................................................................9-5
9.5.1. PARAMETER YANG DIGUNAKAN .................................................................. 9-6
9.5.2. CONTOH PERHITUNGAN 1 DI LOKASI BM 01............................................... 9-6
9.5.3. PERHITUNGAN TULANGAN ........................................................................... 9-15

Bab 8 – DESAIN TEROWONGAN i


LAPORAN AKHIR DED TEROWONGAN SASAKSAAT

Daftar Gambar

Gambar 9.1 –Penampang Melintang Rencana Terowongan Baru ................................................. 9-1


Gambar 9.2 – Rencna Alinyemen Horizontal & Vertikal Terowongan Baru ................................ 9-1
Gambar 9.3 – Dimensi Penampang Melintang Terowongan ......................................................... 9-3
Gambar 9.4 – Komponen Struktur Badan Terowongan ................................................................ 9-3
Gambar 9.5 – Pemasangan Jaring Kawat (Wire Mesh) ................................................................. 9-4
Gambar 9.6 – Konstruksi Penguat Profil Baja H-150 .................................................................... 9-4
Gambar 9.7 – Pemodelan Kondisi Awal Sebelum Penggalian Terowongan ................................. 9-6
Gambar 9.8 – Penggalian Tahap 1 : Bagian Atas .......................................................................... 9-7
Gambar 9.9 – Pemasangan Shotcrete, Profil Baja dan Rock bolts Tahap 1 : Bagian Atas ............ 9-7
Gambar 9.10 – Penggalian Tahap 2 : Bagian Bawah .................................................................... 9-8
Gambar 9.11 – Pemasangan Shotcrete, Profil Baja dan Rock bolts Tahap 2 : Bagian Bawah ...... 9-8
Gambar 9.12 – Pemasangan Beton Lining..................................................................................... 9-9
Gambar 9.13 – Pembebanan Kereta Api ........................................................................................ 9-9
Gambar 9.14 – Faktor Keamanan Penggalian Tahap 1 = 1.191 .................................................. 9-10
Gambar 9.15 – Faktor Keamanan Penggalian Tahap 2 = 1.700 .................................................. 9-10
Gambar 9.16 – Faktor Keamanan Tahap Pemasangan Lining Akhir = 2.706 ............................. 9-11
Gambar 9.17 – Faktor Keamanan Kondisi Service (dengan pembebanan kereta api) = 19.83 .. 9-11
Gambar 9.18 – Total Displacemen pada tahap pembebanan (data BM 01)................................. 9-12
Gambar 9.19 – Tekanan air pori pada terowongan (data BM 01) ............................................... 9-12
Gambar 9.20 – Tekanan Efektif pada terowongan (data BM 01) ................................................ 9-13
Gambar 9.21 – Total Displacement Lining pada terowongan (data BM 01) ............................... 9-13
Gambar 9.22 – Gaya Axial Lining pada terowongan (data BM 01) ............................................ 9-14
Gambar 9.23 – Gaya Geser Lining pada terowongan (data BM 01) ........................................... 9-14
Gambar 9.24 – Momen Lining pada terowongan (data BM 01) .................................................. 9-15

Bab 8 – DESAIN TEROWONGAN ii


LAPORAN AKHIR DED TEROWONGAN SASAKSAAT

Daftar Tabel

Tabel 9.1 – Parameter Beton dan Rockbolt ................................................................................... 9-6

Bab 8 – DESAIN TEROWONGAN iii


LAPORAN AKHIR DED TEROWONGAN SASAKSAAT

9. DESAIN TEROWONGAN
9.1. UMUM
Sesuai dengan hasil kajian penentuan lay out jembatan dalam Laporan Antara, terowongan
Sasaksaat yang baru didesaiin sebagai terowongan untuk dua jalur jalan rel dalam satu lubang
dengan lebar bersih dasar terowongan 10,12 m, berlokasi di sebelah kiri dan dengan jarak 46,20 m
dari as jalur terowongan eksisting (batas tanah milik kereta api disini adalah 60 m, jadi masih dalam
tanah milik kereta api).
1180

50
123
620
Jalur evakuasi
& inspeksi

Saluran 40 x 80 cm 90 215 460 215 90

KOP REL

40 40

50 66
80

20
1012
1088

Gambar 9.1 –Penampang Melintang Rencana Terowongan Baru

Gambar 9.2 – Rencna Alinyemen Horizontal & Vertikal Terowongan Baru


Bab 9 – DESAIN TEROWONGAN 9-1
LAPORAN AKHIR DED TEROWONGAN SASAKSAAT

Panjang terowongan baru direncanakan memiliki panjang 995 m, mulai dari Portal 1 di
sta.142+825. (mulut terowongan dari arah Maswati) sampai Portal 2 ((mulut terowongan dari arah
Sasaksaat) di sta.143+820.
Alinyemen horizontal, dari rencana lokasi BH 501 dan BH 502 yang baru untuk jalur ganda,
rencana jalur jalan rel baru lurus sampai sta. 142+732 lalu melengkung ke kiri dengan jari-jari = 200
m sampai sta. 142+961. Lurus sampai sta. 143+839, melengkung ke kiri dengan jari-jari = 200 m
sampai sta. 144+079 lalu lurus memasuki jaringan emplasemen Sasaksaat lay out baru.
Alinyemen vertikal, dari arah BH 501 & BH 502, alinyemen vertikal naik dengan gradien 13.78
‰ sampai sta. 143+056. Dari titik ini gradien berubah agak mendatar menjadi 2.49 ‰ sampai sta.
143+766, lalu mendatar dengan gradien 0.00 ‰.

9.2. PROSES PEMBUATAN DESAIN


Dalam pembutan desain terowongan Sasaksaat, setelah diperoleh data geologi dan geoteknik
maka tahap awal adalah melakukan klasifikasi batuan/massa batuan dan menentukan sistim
penyanggaan terowongan dan dengan mempertimbangkan tebal overburden maka ditentukan tipikal
terowongan. Setelah tipikal terowongan ditentukan maka dilakukan perhitungan dengan metoda
numerik 2 D dan 3 D sampai kestabilan penggalian terowongan tercapai.
9.3. TIPE TEROWONGAN
Secara umum ada 2 tipikal bentuk terowongan :
1) Bentuk bulat,
2) Bentuk tapal kuda.
Pembuatan terowongan dengan bentuk bulat biasa dilakukan menggunakan Tunnel
Boring Machine atau biasa disebut TBM. Tetapi TBM hanya cocok digunakan ditanah atau
batuan lunak.
Berdasarkan hasil penyelidikan geoteknik, sepanjang jalur rencana terowongan
terdapat tiga jenis batuan yang harus ditembus yaitu Andesit, Batulumpur dan Batupasir
Tufaan, sehingga tipe terowongan yang cocok untuk lokasi ini adalah bentuk tapal kuda.
Jenis terowongan dipilih jenis New Austria Tunneling Method (NATM) karena metoda pelaksanaan
yang lebih mudah dan penggunaan mesin yang lebih sedikit (Khan, 2011).
Dimensi profil melintang terowongan adalah sebagai berikut (Gambar 8.3) :
Tinggi bersih : 809 cm,
Lebar bersih di tengah : 1080 cm,
Lebar bersih di dasar : 1012 cm,
Jari-jari lengkung atas : 540 cm,
Jari-jari lengkung samping : 1080 cm,

Bab 9 – DESAIN TEROWONGAN 9-2


LAPORAN AKHIR DED TEROWONGAN SASAKSAAT

Gambar 9.3 – Dimensi Penampang Melintang Terowongan

9.4. STRUKTUR BADAN TEROWONGAN


Struktur utama badan terowongan terbuat dari beton bertulang (Lining) setebal 30 cm, di
bagian yang terdapat indikasi garis sesar, tebal beton = 50 cm. Antara beton lining dan tanah diberi
perkuatan berupa shotcrete, rock bolt dan rangka baja profil H.

Gambar 9.4 – Komponen Struktur Badan Terowongan


Dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar 8.3 adalah dimensi akhir setelah finishing.
Ukuran galian harus lebih besar dengan memperhitungkan ketebalan lining dan shotcrete ditambah
toleransi maksimum 13 cm dari bidang shotcrete.
Permukaan tanah lubang galian dilapisi dengan shotcrete sebagai perkuatan awal dan untuk
membentuk lengkung-lengkung sesuai dengan dimensi yang diperlukan. Kemudian diberi lapisan
shotcrete awal setebal 5 cm. Di permukaan shotcrete awal ini dipasang jaring kawat (wire mesh) Ø
6 mm dengan lubang bukaan 150 x 150 yang dilas, sambungan antar tepi jaring kawat baik horizontal
Bab 9 – DESAIN TEROWONGAN 9-3
LAPORAN AKHIR DED TEROWONGAN SASAKSAAT

maupun vertikal dibuat overlap sepangjang minimal 15 cm.

Gambar 9.5 – Pemasangan Jaring Kawat (Wire Mesh)


Setelah itu lalu dipasang konstruksi perkuatan yang terbuat dari baja profil H-150
sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar berikut :

Gambar 9.6 – Konstruksi Penguat Profil Baja H-150


Profil baja H-150 dipasang melengkung mengikuti lengkungan dinding terowongan
menempel pada permukaan lapisan shotcrete awal. Jarak horizontal antar profil baja H-150 adalah
1.0 m. Setelah konstruksi penguat profil baja H-150 terpasang, dilakukan shotcrete ke 2 setebal 15
cm sehingga profil baja H-150 terkubur. Setelah itu dilakukan pemasangan rock bolts juga dengan
jarak antara 1,0 m. Dengan demikian shotcrete, profil baja H-150 dan rock bolts menjadi satu
kesatuan dan terjangkar ke lapisan batuan di sekeliling terowongan oleh rock bolts.
Setelah selesai pemasangan konstruksi pelindung dan penguat berupa shotcrete, profil baja
H-150 dan rock bolts, dilanjutkan dengan pengecoran struktur utama badan terowongan berupa

Bab 9 – DESAIN TEROWONGAN 9-4


LAPORAN AKHIR DED TEROWONGAN SASAKSAAT

lining beton bertulang setebal 30 cm. Di daerah tertentu dimana ditengarai adanya garis sesar, lining
beton dipertebal menjadi 50 cm.
9.5. METODA PERHITUNGAN KESTABILAN
Untuk menghitung besarnya deformasi maksimum, tegangan geser, momen lentur dan
faktor keamanan, digunakan software PLAXIS 2D 2017 yang mampu menganalisa deformasi,
stabilitas dan aliran tanah dalam teknik Geoteknik.
Program dijalankan sesuai dengan tahapan dalam pelaksanaan konstruksi yaitu sejak
dimulainya penggalian dan pemasangan sistem penyangga yang dilakukan secara bertahap.
Garis besar tahapan pelaksanaan konstruksi sebagai berikut :
Penggalian pertama-tama dilakukan untuk bagian atas terowongan. Kemudian dipasang
sistem penyangga berupa shotcrete setebal 20 cm dan diperkuat dengan rockbolt Ø 25 mm sepanjang
4,0 m. Setelah selesai penggalian untuk bagian atas terowongan lengkap dengan pemasangan sistem
penyengganya, dilanjutkan dengan penggalian untuk bagian bawah terowongan dilengkapi dengan
sistem penyangga yang sama. Setelah itu dipasang lining akhir berupa lapisan beton setebal 30 cm.
Rincian lengkap tahapan menjalankan program perhitungan dengan software PLAXIS 2D
tersebut diatas adalah sebagai berikut :
Tahap 1 : Penggalian bagian atas,
Tahap 2 : Pengecekan Faktor Keamanan (SF),
Tahap 3 : Pemasangan Shotcrete,
Tahap 4 : Pemasangan Rockbolt.
Tahap 5 : Pengecekan Faktor Keamanan (SF),
Tahap 6 : Penggalian bagian bawah,
Tahap 7 : Pemasangan Shotcrete,
Tahap 8 : Pemasangan Rockbolt.
Tahap 9 : Pengecekan Faktor Keamanan (SF),
Tahap 10 : Pemasangan Lining Final.
Tahap 11 : Pengecekan Faktor Keamanan (SF),
Tahap 12 : Pembebanan (Beban Hidup),
Tahap 13 : Pengecekan Faktor Keamanan (SF),

Bab 9 – DESAIN TEROWONGAN 9-5


LAPORAN AKHIR DED TEROWONGAN SASAKSAAT

9.5.1. PARAMETER YANG DIGUNAKAN


Parameter material sistem penyangga yang digunakan dalam perhitungan ditunjukkan
dalam tabel berikut
Tabel 9.1 – Parameter Beton dan Rockbolt
EA kN/m 2.8 x 106
Shotcrete EI kN-m2/m 9.33 x 103
W kN/m/m 4.78
EA kN/m 14.7 x 106
Concrete EI kN-m2/m 2.479 x 105
W kN/m/m 16.59
E kN/m2 200000000
γ kN-m2 78
Rock bolt d m 0.25
A m2 0.049
I m4 0.0001917
Parameter batuan yang digunakan dalam perhitungan pemeriksaan kestabilan menggunakan
parameter batuan dari titik pemboran BM 01, BM 03, BM 05, BM 07 dan BM 10. Jadi perhitungan
kestabilan terowongan di lakukan di 5 titik sesuai lokasi BM tersebut diatas.
9.5.2. CONTOH PERHITUNGAN 1 DI LOKASI BM 01

9.5.2.1 PEMODELAN TEROWONGAN


Model awal PLAXIS 2D ditunjukkan pada Gambar 9.8. Tanah material berupa batu andesit
yang di grouting tampak pada bagian ini. Batuan andesit dan grouting telah dSeitetapkan sebagai
kondisi awal dalam model ini.

Gambar 9.7 – Pemodelan Kondisi Awal Sebelum Penggalian Terowongan

Bab 9 – DESAIN TEROWONGAN 9-6


LAPORAN AKHIR DED TEROWONGAN SASAKSAAT

Gambar 9.8 – Penggalian Tahap 1 : Bagian Atas

Gambar 9.9 – Pemasangan Shotcrete, Profil Baja dan Rock bolts Tahap 1 : Bagian Atas

Bab 9 – DESAIN TEROWONGAN 9-7


LAPORAN AKHIR DED TEROWONGAN SASAKSAAT

Gambar 9.10 – Penggalian Tahap 2 : Bagian Bawah

Gambar 9.11 – Pemasangan Shotcrete, Profil Baja dan Rock bolts Tahap 2 : Bagian Bawah

Bab 9 – DESAIN TEROWONGAN 9-8


LAPORAN AKHIR DED TEROWONGAN SASAKSAAT

Gambar 9.12 – Pemasangan Beton Lining

1180

50
123
620

Jalur evakuasi
& inspeksi

Saluran 40 x 80 cm 90 215 460 215 90

KOP REL

40 40
50 66
80

20

1012
1088

Gambar 9.13 – Pembebanan Kereta Api

Bab 9 – DESAIN TEROWONGAN 9-9


LAPORAN AKHIR DED TEROWONGAN SASAKSAAT

9.5.2.2 HASIL ANALISIS PLAXIS

Gambar 9.14 – Faktor Keamanan Penggalian Tahap 1 = 1.191

Gambar 9.15 – Faktor Keamanan Penggalian Tahap 2 = 1.700

Bab 9 – DESAIN TEROWONGAN 9-10


LAPORAN AKHIR DED TEROWONGAN SASAKSAAT

Gambar 9.16 – Faktor Keamanan Tahap Pemasangan Lining Akhir = 2.706

Gambar 9.17 – Faktor Keamanan Kondisi Service (dengan pembebanan kereta api) = 19.83

Bab 9 – DESAIN TEROWONGAN 9-11


LAPORAN AKHIR DED TEROWONGAN SASAKSAAT

Gambar 9.18 – Total Displacemen pada tahap pembebanan (data BM 01)

Gambar 9.19 – Tekanan air pori pada terowongan (data BM 01)

Bab 9 – DESAIN TEROWONGAN 9-12


LAPORAN AKHIR DED TEROWONGAN SASAKSAAT

Gambar 9.20 – Tekanan Efektif pada terowongan (data BM 01)

Gambar 9.21 – Total Displacement Lining pada terowongan (data BM 01)

Bab 9 – DESAIN TEROWONGAN 9-13


LAPORAN AKHIR DED TEROWONGAN SASAKSAAT

Gambar 9.22 – Gaya Axial Lining pada terowongan (data BM 01)

Gambar 9.23 – Gaya Geser Lining pada terowongan (data BM 01)

Bab 9 – DESAIN TEROWONGAN 9-14


LAPORAN AKHIR DED TEROWONGAN SASAKSAAT

Gambar 9.24 – Momen Lining pada terowongan (data BM 01)

Dengan cara yang sama, dilakukan PERHITUNGAN dengan menggunakan parameter batuan
dari Titik BM 03, 05, 07 dan 10. Semua perhitungan tersebut mengacu kepada AASHTO LRFD
(2012).
Data dan hasil perhitungan lengkap diberikan dalam buku laporan tersendiri.

9.5.3. PERHITUNGAN TULANGAN


1. Data :
Lsegment = 5.00 m
Linning T. = 0.30 m

Berdasarkan hasil dari software Plaxis 2D :


Pmax = 3168 kN
Vmax = 2153 kN
Mmax = 2684 kNm
Mmin = -2757 kNm

Bab 9 – DESAIN TEROWONGAN 9-15


LAPORAN AKHIR DED TEROWONGAN SASAKSAAT

I. MATERIAL & DIMENSI ID : 0

Beton : K300 ; f'c = 24.90 Mpa Peruntukan Konstruksi : Saluran Air


Baja Tulangan : U-39 ; fy = 390.00 Mpa Tipe Box Culvert : 1 lubang (box)
Tebal Lining Beton : 0.30 m

II. GAYA DAN MOMEN HASIL ANALISA


Mmax = 2684.0 kN.m/m Mmin = 2757.0 kN.m/m
Vmax = 2153.0 kN/m
Pmax = 3168.0 kN/m

III. PENULANGAN
Mmax = 2757.0 kN.m/m
Muse = 2757.0 kN.m/m

Kontrol dengan metode perhitungan berdasarkan SNI


Tebal pelat : h = 30 cm
Tebal penutup beton atas = bawah: p = 7 cm
Perkiraan diameter tulangan utama, dia1 = 19 mm
Perkiraan diameter tulangan bagi, dia2 = 16 mm
Tinggi efektif:d = h - p - (dia1/2) = 0.22 m
d'/d = 0.36

M = 2757.0 =
56,705 kN/m2
b.d2 1 x 0.22 2

ρ min = 0.0036 material factor = 0.80 *)menggunakan tulangan minimum, karena hanya berperan
ρ max = 0.0164 Ø = 0.80 sebagai struktur tambahan
ρ bal = 0.0218 ρ req = #NUM!
ρ used = 0.0036

As = ρ x b x d
= 0.0036 x 1.0 x 0.2
= 791.54 mm2/m D 19 - 300 = 943.33 mm2/m
As'= ρ' x b x d
= 0.0018 x 1.0 x 0.2
= 395.77 mm2/m D 19 - 300 = 943 mm2/m
As min = 50% x luas tulangan pokok
= 0.50 x 792 = 395.77 mm2/m
2
As 2 = 395.77 mm /m D 16 - 300 = 670 mm2/m

Tulangan Geser
Vu = 2153 kN/m
Vc = 1/6 x √fc' x b x d = 183.38 kN
Ø Vc = 0.6 x Vc = 110.03 kN
Ø Vs = Vu - Ø Vc = 2043 kN
Ø Vc/Vu = 0.0511
Vs = Vu = 2043 kN

Dipakai tul. Geser arah sejajar sb-Y D 16 - 300


Luas tulangan geser arah -y Av = 804.00 mm2
Dipakai tul. Geser arah sejajar sb-X D 16 - 50

XI. REKAPITULASI PENULANGAN

Tulangan Utama D 19 - 300


Tulangan Bagi D 16 - 300
Tulangan Geser D 16 - 300 / 300

Bab 9 – DESAIN TEROWONGAN 9-16

Anda mungkin juga menyukai