Anda di halaman 1dari 9

Thursday, March 31, 2011 PENDELEGASIAN WEWENANG DAN KOORDINASI KATA

PENGANTAR Asslamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah segala puji kita


panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan
makalah ini sesuai dengan harapan dan waktu yang telah diberikan. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurahkan pada junjungan nabi besar kita Muhammad SAW, keluarga dan para
sahabat – sahabatnya. Selebihnya kami ucapkan terimakasih kepada Bp. Irham Amin S.M.Pd
selaku dosen Manajemen Pendidikan karena sudah memberikan kami kesempatan dan
pengarahan untuk menyusun makalah ini. Tak luput saya sampaikan terimakasih pula kepada
teman – teman yang ikut membantu kami dalam mencari referensi dalam pembuatan materi
makalah ini. Kami harapkan semoga makalah ini dapat membantu dalam proses pembelajaran
pada semester berikutnya dan semoga bermanfaat bagi semu yang membacanya. Namun, kami
harapkan pula agar para pembaca memperhatikan celah yang mungkin kurang sempurnadalam
makalah ini. Sehingga kami dapat menyusun kembali yang lebih baik pada makalah berikutnya.
Surabaya, April 2011 Muli & Sri BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Pendelegasian
wewenang dan koordinasi merupakan sesuatu yang sangat penting dan vital dalam organisasi
manajemen / kantor. Atasan perlu melakukan pendelegasian wewenang dan koordinasi agar
mereka bisa menjalankan operasi manajemen dengan baik. Selain itu, pendelegasian wewenang
adalah konsekuensi logis dari semakin besarnya organisasi. Bila seorang atasan tidak mau
mendelegasikan wewenang, maka sesungguhnya organisasi itu tidak butuh siapa-siapa selain dia
sendiri. Bila atasan menghadapi banyak pekerjaan yang tak dapat dilaksanakan oleh satu orang,
maka ia perlu melakukan delegasi. Pendelegasian juga dilakukan agar manajer dapat
mengembangkan bawahan sehingga lebih memperkuat organisasi, terutama di saat terjadi
perubahan susunan manajemen. Koordinasi jua merupakan proses pengintegrasian tujuan-
tujuan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang
fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien. Yang penting
disadari adalah di saat kita mendelegasikan wewenang dan mengkoordinasikannya kita
memberikan otoritas pada orang lain, namun kita sebenarnya tidak kehilangan otoritas
orisinilnya. Ini yang sering dikhawatirkan oleh banyak orang. Mereka takut bila mereka
melakukan delegasi, mereka kehilangan wewenang, padahal tidak, karena tanggung jawab tetap
berada pada sang atasan. Ciptakan budaya bahwa pendelegasian wewenang adalah upaya agar
manajer anda menjadi semakin matang. Koordinasi akan lebih membantu manajemen pekerjaan
lebih efisien. I.2 Rumusan Masalah 1. Apakah pendelegasian wewenang dan Koordinasi itu ? 2.
Apa manfaat pendelegasian wewenang dan Koordinasi ? 3. Apa yang mendasari adanya
Pendelegasian terhadap wewenang dan Koordinasi ? 4. Bagaimana sifat pendelegasian
wewenang dan Koordinasi ? 5. Bagaimana Pemimpin menyikapi pendelegasian wewenang ? 6.
Apa saja Asas – Asas dalam pendelegasian ? 10. Apa Saja yang menjadi Syarat Koordinasi ? I.3
Tujuan 1. Memberikan wawasan pada Mahasiswa pada Manajemen dan Istilahnya. 2.
Mengetahui definisi dan apa yang dimaskud dengan pendelegasian dan koordinasi. 3.
Mengetahui Manfaat dan kegunaan Pendelegasian wewenang dan Koordinasi. 4. Memberikan
wawasan pada Mahasiswa pada isi manajemen dan kegiatannya. BAB II PEMBAHASAN II.1
Pendelegasian Wewenang (Delegation of Authority) A. Pengertian Pendelgasian Wewenang
Adakalanya seseorang yang berada disuatu posisi memiliki berbagai keterbatasan dalam
melekukan suatu pekerjaan, jumlah pekerjaan serta keahlian yang dimiliki. Jika keterbatasan ini
tidak dapat ditanggulangi, hal ini akan memperburuk kinerja Organisasi. Maka perlu
dilakukannya pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atau biasa disebut delegation.
Pendelegasian ialah : Proses terorganisir dalam kerangka hidup organisasi/keorganisasian untuk
secara langsung melibatkan sebanyak mungkin orang dan pribadi dalam pembuatan keputusan,
pengarahan, dan pengerjaan kerja-yang berkaitan dengan pemastian tugas. Tindakan
mempercayakan tugas (yang pasti dan jelas), kewenangan, hak, tanggung jawab, kewajiban, dan
pertanggungjawaban kepada bawahan secara individu dalam setiap posisi tugas. Pendelegasian
dilakukan dengan cara membagi tugas, kewenangan, hak, tanggung jawab, kewajiban, serta
pertanggungjawaban, yang ditetapkan dalam suatu penjabaran/deskripsi tugas formil dalam
organisasi. Berikut adalah defini atau pengertian dari Delegasi oleh beberapa pakar : · Drs.
H. Malayu S.P Hasibuan Pendelegasian wewenang adalah memberikan sebagian pekerjaan atau
wewenang oleh delegator kepada delegate untuk dikerjakannya atasnama delegator. · Raplh
C. Davis Pendelegasian wewenang hanyalah tahapan dari suatu proses ketika kita menyerahkan
wewenang, berfungsi melepaskan kedudukan dengan melaksanakan pertanggungjawaban. B.
Manfaat Pelimpahan Wewenang a. pelimpahan wewenang memungkinkan sub-bagian
atau bawahan mempelajari sesuatu yang baru dan memperoleh kesempatan untuk melakukan
sesuatu yang baru tersebut b. bahwa pelimpahan wewenang mendorong tercapainya
keputusan yang lebih baik dalam berbagai hal c. penyelesaian pekerjaan akan dapat
dilakukan dengan lebih cepat sekiranya pelimpahan wewenang tersebut berjalan sebagaimana
mestinya dan diberikan kepada orang yang bertanggung jawab C. Dasar Pendelegasian Pokok
pembahasan tentang dasar pendelegasian ini berupaya untuk menjawab pertanyaan "M engapa
pendelegasian itu penting?". Pendelegasian itu sangat penting bagi hidup dan kerja setiap
organisasi dengan alasan-alasan mendasar berikut di bawah ini. Pemimpin hanya dapat bekerja
bersama dan bekerja melalui orang lain, sesuatu yang hanya dapat diwujudkannya melalui
pendelegasian. Melalui pendelegasian, pemimpin memberi tugas, wewenang, hak, tanggung
jawab, kewajiban, dan pertanggungjawaban kepada bawahan demi pemastian tanggung jawab
tugas (agar setiap individu peserta suatu organisasi berfungsi secara normal). Dengan
pendelegasian, pekerjaan keorganisasian dapat berjalan dengan baik tanpa kehadiran pemimpin
puncak atau atasan secara langsung. Dalam pendelegasian, pemimpin memercayakan tugas,
wewenang, hak, tanggung jawab, kewajiban, dan pertanggungjawaban yang sekaligus
"menuntut" adanya hasil kerja yang pasti dari bawahan. Dalam pendelegasian, pemimpin
memberikan tugas, wewenang, hak, tanggung jawab, kewajiban, dan pertanggungjawaban yang
sepadan bagi pelaksanaan kerja sehingga bawahan dengan sendirinya dituntut untuk bertanggung
jawab penuh dalam pelaksanaan kerja. Pendelegasian wewenang membuktikan adanya pimpinan
dan bawahan dalam organisasi. D. Sifat Delegasi Pendelegasian tidak sama pada setiap tingkat
hierarki organisasi. Besar kecilnya pendelegasian adalah sesuai dengan tugas, hak, wewenang,
kewajiban, tanggung jawab, dan pertanggungjawaban setiap individu dalam hierarki organisasi.
Pendelegasian tidak dapat ditransfer dari satu tugas ke tugas yang lain dalam suatu organisasi
karena satu pendelegasian berlaku untuk satu tugas saja. E. Sikap terhadap Delegasi Ada
beberapa sikap terhadap delegasi/pendelegasian yang memiliki efek negatif ataupun positif.
Sikap-sikap tersebut adalah sebagai berikut. Pemimpin sering tidak mendelegasikan tugas karena
berbagai alasan, yaitu pemimpin tidak tahu atau takut, dan mempertahankan status quo, serta
tidak memercayai orang lain/mencurigai orang lain. Pemimpin sering mendelegasikan semua
tugas karena pemimpin tidak tahu ataupun ingin membebaskan diri/meringankan diri dari
kewajibannya. Pemimpin sering mendelegasikan sedikit tugas karena pemimpin takut atau
sangat hati-hati, atau kurang/tidak percaya. Pemimpin dapat dan patut mendelegasikan tugas
dengan bertanggung jawab. Hal ini dapat dilakukan dengan memerhatikan beberapa faktor
penting berikut ini. Tugas yang tepat harus diberikan kepada orang yang tepat pula, sesuai
dengan kapasitas/kompetensi yang ada padanya. Tugas yang tepat yang akan didelegasikan harus
sepadan dengan wewenang, hak, tanggung jawab, kewajiban, dan pertanggungjawaban yang
tepat pula. Memercayakan suatu tugas harus disertai perhitungan waktu yang tepat, kondisi yang
tepat dalam suatu sistem manajemen terpadu yang baik. Pendelegasian harus dilaksanakan
dengan ekspektasi pragmatis yang didukung oleh sistem pengawasan yang baik guna
menciptakan efektivitas dan efisiensi kerja serta produksi yang tinggi. Pemimpin sebagai
pemberi tugas harus secara konsisten memberikan dukungan penuh ("backing") kepada setiap
bawahan yang menerima pendelegasian tugas darinya. Pendelegasian yang dilaksanakan dengan
cara yang tepat, dapat didefinisikan sebagai empat hal berikut. Cara bijaksana, yaitu sikap
bertanggung jawab penuh dari pemimpin dan bawahan. Pemimpin melaksanakan pendelegasian
serta memberi dukungan, sementara bawahan siap serta taat kepada pemimpin dalam
melaksanakan tugas/tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya. Cara konsistensi, yaitu sikap
pasti yang terus-menerus dipertahankan oleh pemimpin dan bawahan, antara lain: tetap (tidak
berubah) -- berdasarkan ketentuan/polisi kerja organisasi yang berlaku; teratur (berdasarkan
sasaran/kecepatan/ketertiban yang diminta) -- sesuai dengan sistem manajemen organisasi yang
ada. terus-menerus (mencegah/mengatasi hambatan dengan bekerja secara tetap) -- yaitu sesuai
dengan tuntutan kerja dan batas waktu yang telah ditetapkan. Efektif dan efisien, yaitu
memperhitungkan faktor kualitas dan kuantitas kerja. Pragmatis dan produktif, yaitu berorientasi
kepada hasil atau produksi tinggi, sesuai dengan perencanaan. F. Sikap Pemimpin Terhadap
Delegasi Pendelegasian hanya akan berfungsi secara efektif apabila pemimpin memahami dan
mengambil sikap yang tepat terhadap pendelegasian itu. Pemimpin tertinggi dan yang setingkat
di atas setiap bawahan bertanggung jawab penuh atas tugas yang didelegasikan dengan memberi
dukungan penuh kepada bawahan dengan memenuhi apa yang dibutuhkan dalam menjalankan
tugas. Pemimpin yang mendelegasikan tugas bertanggung jawab memberi kredit kepada setiap
pelaksana tugas atas hasil kerja yang telah diperlihatkannya. Pemimpin yang mendelegasikan
tugas mutlak bertanggung jawab penuh atas sukses atau gagalnya suatu pelaksanaan kerja serta
segala konsekuensi yang ditimbulkan oleh setiap bawahannya. G. Pola Pendelegasian Pola
pendelegasian yang membawa hasil memiliki ciri-ciri khusus yang harus dipahami oleh setiap
orang. Ciri-ciri khusus tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Pendelegasian yang
menghasilkan bukanlah pendelegasian pesuruh/babu "Jalankan ini, jalankan itu, lakukan ini,
lakukan itu, dsb." Pendelegasian yang sebenarnya tidak berfokus pada prosedur- prosedur dan
cara-cara yang digunakan, tetapi terarah kepada upaya pencapaian sasaran/target dan hasil-
hasilnya. Prosedur dapat ditetapkan dalam polis/suatu ketentuan, tetapi cara/metode harus dicari
sendiri dan dikembangkan oleh setiap pekerja. Pendelegasian yang menghasilkan adalah
pendelegasian penatalayanan, yaitu pendelegasian yang berwawasan serta bertujuan melayani.
Aspek-aspek pendelegasian ini dikemukakan di bawah ini. Fokus pendelegasian adalah hasil
kerja yang diharapkan tercapai, dalam upaya menggapai sasaran/tujuan akhir dari organisasi.
Pendelegasian dilaksanakan dengan sikap hormat yang didasarkan atas penghargaan dan
kesadaran terhadap diri sendiri sebagai sesuatu yang "berharga", serta memerhatikan harga diri
dan kehendak bebas orang lain, di mana setiap pekerja dipandang sebagai subjek, dan bukan
objek kerja. Pendelegasian yang menghasilkan melibatkan harapan-harapan yang meliputi
bidang berikut. Menekankan pada tercapainya hasil-hasil yang didambakan atau diinginkan pada
waktu depan yang telah ditentukan ("desired results"). a. Pendelegasian menyatakan dengan
tegas tentang apa yang harus dicapai, bukan bagaimana mencapainya, di mana fokus utama
diarahkan kepada hasil produksi. b. Pendelegasian memberikan tugas, wewenang, hak,
tanggung jawab, kewajiban membuat/memberi laporan pada awal tugas, dalam tugas, dan akhir
tugas untuk diketahui dan dievaluasi oleh pemimpin. Pelaksanaannya dilandasi
pedoman/petunjuk ("guidelines") yang jelas, baik bagi tugas maupun pelaksana tugas. Artinya
pendelegasian menyatakan pedoman-pedoman, larangan-larangan, dan batas-batas dimana
seseorang harus bekerja/melakukan kewajibannya. Hal ini menolong setiap orang untuk bekerja
dengan baik/patut. Melibatkan sumber-sumber daya ("resources") yang pasti. Pendelegasian
menyatakan (disertai dengan pernyataan) akan adanya sumber-sumber daya, antara lain sumber
daya manusia, keuangan, teknis, atau organisasi yang dapat dipakai seseorang untuk
menyelesaikan tugas yang didelegasikan kepadanya. Dinyatakan dengan adanya tanggung jawab
dan pertanggungjawaban ("responsibility" dan "accountability"). Pendelegasian menyatakan
patokan yang akan digunakan untuk menilai hasil/prestasi akhir, yang diwujudkan dengan
adanya tanggung jawab dan pertanggungjawaban kerja yang dapat dilakukan dengan
membuat/memberi pelaporan pada awal tugas, dalam tugas, dan akhir tugas untuk diketahui dan
dievaluasi oleh pemimpin. Mempertimbangkan risiko-risiko yang akan terjadi atau ditindaki
("consequences"). Pendelegasian dapat menyatakan akibat-akibat yang akan terjadi, yang baik
maupun yang tidak baik, sebagai hasil dari suatu pekerjaan atau tugas yang didelegasikan.
Akibat-akibat ini dapat diukur melalui evaluasi/pengkajian yang dilakukan dengan meneliti
deskripsi tugas dan hasil kerja atau produk yang telah dilakukan atau dihasilkan. Dengan
menanyakan apakah semuanya ini telah dilakukan dengan baik dan sesuai dengan rencana,
ketentuan dan prosedur, ataukah malah sebaliknya. H. Memastikan Pelaksanaan Pendelegasian
Untuk memastikan bahwa pendelegasian berlangsung dengan baik, hal berikut harus
diperhatikan. Sangatlah perlu menerapkan supervisi/pengawasan yang bersifat langsung/tidak
langsung, untuk memastikan bahwa pendelegasian berjalan dengan baik. Sistem dan peluang
untuk menerima masukan, yang bersifat terkontrol dan tidak terkontrol juga perlu disiapkan.
Masukan terkontrol dapat dilaksanakan dengan wujud laporan berkala dan laporan insidentil
(dalam bentuk tertulis/lisan). Masukan tidak terkontrol dapat dilihat pada hasil nyata yang
dicapai dalam pengerjaan tugas, atau cara lain, antara lain menyediakan peluang/kondisi untuk
berdiskusi secara terbuka dengan para bawahan, mendengar keluhan mereka, dsb., atau
penemuan langsung yang ditemui di lapangan. I. Hambatan - Hambatan Pendelegasian ·
Hambatan hambatan pada delegator 1. Kemampuan yang diragukan oleh dirinya sendiri 2.
Meyakini bahwa seseorang “mengetahui semua rincian” 3. “Saya dapat melakukannya lebih
baik oleh diri saya sendiri” buah pikiran yang keliru. 4. Kurangnya pengalaman dalam
pekerjaan atau dalam mendelegasikan 5. Rasa tidak aman 6. Takut tidak disukai 7.
Penolakan untuk mengakui kesalahan 8. Kurangnya kepercayaan pada bawahan 9.
Kesempurnaan, menyebabkan kontrol yang berlebihan 10. Kurangnya ketrampilan
organisasional dalam menyeimbangkan beban kerja 11. Kegagalan untuk mendelegasikan
kewenangan yang sepadan dengan tanggung jawab. 12. Keseganan untuk mengembangkan
bawahan 13. Kegagalan untuk menetapkan kontrol dan tindak lanjut yang efektif. ·
Hambatan hambatan pada yang diberi delegasi 1. Kurangnya pengalaman 2. Kurangnya
kompetensi 3. Menghindari tanggung jawab 4. Sangat tergantung dengan boss 5.
Kekacauan [disorganization] 6. Kelebihan beban kerja 7. Terlalu memperhatikan hal hal yang
kurang bermanfaat · Hambatan hambatan dalam situasi 1. Kebijakan tertuju pada satu
orang 2. Tidak ada toleransi kesalahan 3. Kekritisan keputusan 4. Urgensi, tidak ada waktu
untuk menjelaskan [krisis manajemen] 5. Kebingungan dalam tanggung jawab dan
kewenangan. 6. Kekurangan tenaga. II.2 Asas – Asas Pendelegasian 1. Asas Kepercayaan
Delegator hanya akan mendelegasikan sebagian wewenanganyakepada delegate, jika delegate
dapat dipercaya. Kepercayaan harus didasarkan atas pertimbangan yang Objektif mengenai
Kecakapan, kemampuan, kejujuran, keterampilan dan tanggung jawab. 2. Asas Delegasi Atas
Hasil yang Diharapkan Pemimpin dalam mendelegasikan wewenang harus berdasarkan
Hasil yang dilakukan oleh delegate. tidak boleh kurang, tidak boleh lebih. Harus disesuaikan
dengan jaminan kecakapan dan keterampilan untuk mencapaihasil yang diharapkan 3. Asas
Penentuan fungsi dan Kejelasan Tugas (Principle of function definition) Asas penentuasn
tugas yang dilakukan manajer kepada para bawahanya harus secara jelas disertai hasil yang
diharapkan. Semakin jelas kegiatan yang dilakukan maka akan semakin jelas delegation of
authority dalam organisasi dan semaki jelas pula hubungan wewenang dengan bagian – bagian
yang lainnya. Menurut asas ini pendelgasian harus didasarkan atas job description seorang
bawahan. 4. Asas Rantai Berkala (Principle Scolar of Chain) Asas ini artinya manajer dalam
mendelegasikan wewenang harus dilakukan menurut urutan kedudukan yakni dari pejabat ke
bawahan. Asas ini menghendaki adanya urutan – urutan wewenang dari manajer puncak
kebawahan. 5. Asas Tingkat Wewenang (The Authority Level Participle) Menurut asas
ini masing – masing manager pada setiap tingkat harus mengambil keputusan dan kebijakan apa
saja yang dapat diambilnya sepnajang mengenai wewenangnya. 6. Asas Kesatuan Komando
(principle Unity of Command) Setiap bawahan harus diusahakan agar hanyamenerima
perintah dari seseorang atasan saja. Tapi seorang atasan dapat memerintah lebih dari seorang
bawahan. 7. Asas Keseimbangan Wewenang & Tanggung Jawab (Parity Of Authority &
Responsibility ) Menurut asas ini besarnya wewenang yang didelegasikan harus sama dan
seimbang dengan besaranya tugas – tugas dan tanggungjawab yang diminta. Tanpa
keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab akan berakibat terjadinya kemandekan
tugas-tugas dan tumpang tindih. 8. Asas Pembagian Kerja (Devision of Work) Untuk
berfungsinya Organisasi hendaknya dilakukan distribusi pekerjaan, Karen jika tidak manajemen
tidak berarti apa-apa dan semua tugas akan dikerjakan sendiri oleh manajer. 9. Asas Efisiensi
Menurut asas ini pendelgasian wewenang maka manajer akan lebih leluasa melaksanakan
tugas – tugas penting daripada melaksanakan hal – hal yan dapat dikerjakan bawahanya. 10.
Asas Kemutlakan Tanggung Jawab (Principle of Authority of Responsibility) Setiap
delegate yang emnerima wewenang, mutlak harus bertanggungjawab kepada delegator mengenai
wewenang yang dilaksanakannya. Perlu diperhatikan bahwa asa tidak berlaku mutlak, tetapi
hanya sebagai pedoman untuk bertindak dan dalam penerapannya harus mempertimbangkan
kebutuhan dan kondisi. II.3 Koordinasi A. Pengertian Koordinasi Dengan pendelegasian
wewenang dan pembagian pekerjaan kepada para bawahan oleh manajer, setiap individu
bawahan akan mengerjakan pekerjaannya sesuai wewenang yang diterimanya. Setiap bawahan
mengerjakan hanya sebagian dari pekerjaan perusahaan. Karena itu, masing-masing pekerjaan
bawahan harus disatukan, diintegrasikan, dan diarahkan untuk tercapainya tujuan. Tanpa
koordinasi tugas dan pekerjaan dari setiap individu bawahan, tujuan tidak akan tercapai.
Koordinasi merupakan tugas penting yang harus dilakukan oleh manajer. Koordinasi berasal dari
bahasa Inggris coordination yang berarti being co-ordinate, yaitu adanya koordinat yang
bersamaan dari dua garis dalam bidang datar, yang dapat diartikan bahwa dua garis yang
berpotongan pada koordinat tertentu. Berikut ini beberapa definisi koordinasi yang
dikemukakan para ahli: 1. G.R. Terry: Koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur
untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat dan mengarahkan pelaksanaan untuk
menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan.
Definisi ini berarti bahwa koordinasi adalah pernyataan usaha dan meliputi ciri-ciri sebagai
berikut: a. Jumlah usaha, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. b. Waktu yang tepat
dari usaha-usaha ini. c. Pengarahan usaha-usaha ini. 2. E.F.L. Brech: Koordinasi adalah
mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok
kepada masing-masing dan menjaga agar kegiatan tersebut dilaksanakan dengan keselarasan
yang semestinya di antara para anggota itu sendiri. 3. McFarland: Koordinasi adalah suatu
proses di mana pimpinan mengembangkan pola usaha kelompok secara teratur di antara
bawahannya dan menjamin kesatuan tindakan di dalam mencapai tujuan bersama. 4. Handoko
: Koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan
yang terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai
tujuan organisasi secara efisien. 5. Dr. Awaluddin Djamin, M.P.A.: Koordinasi adalah suatu
usaha kerja sama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu sehingga
terdapat saling mengisi, membantu, dan melengkapi. 6. Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan:
Koordinasi adalah kegiatan mengarahkan, mengintegrasikan, dan mengkoordinasikan unsur-
unsur manajemen (6M) dan pekerjaan-pekerjaan para bawahan dalam mencapai tujuan
organisasi. 7. James A.F. Stoner: Koordinasi adalah proses pemaduan sasaran dan kegiatan
dari unit-unit kerja yang terpisah untuk dapat mencapai tujuan organisasi secara efektif. B.
Pentingnya Koordinasi Pentingnya koordinasi dalam suatu organisasi (Hasibuan,
2007:86) adalah: 1. Untuk mencegah terjadinya kekacauan, percekcokan, dan kekembaran
atau kekosongan pekerjaan. 2. Agar pekerja dan pekerjaannya diselaraskan serta diarahkan
untuk pencapaian tujuan perusahaan. 3. Agar sarana dan prasarana dimanfaatkan untuk
mencapai tujuan. 4. Supaya semua unsur manajemen dan pekerjaan masing-masing individu
karyawan membantu tercapainya tujuan organisasi. 5. Supaya semua tugas, kegiatan, dan
pekerjaan terintegrasi kepada sasaran yang diinginkan. C. Tipe-Tipe Koordinasi Menurut
Hasibuan (2007:86), koordinasi dibedakan atas: 1. Koordinasi vertikal (vertical coordination)
adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan
unit-unit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang dan tanggung jawabnya. 2.
Koordinasi horizontal (horizontal coordination) adalah mengkoordinasikan tindakan-tindakan
atau kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan dalam
tingkat organisasi yang setingkat. Koordinasi horizontal dibagi atas: a. Interdisciplinary
adalah koordinasi dalam rangka mengarahkan, menyatukan tindakan-tindakan, mewujudkan, dan
menciptakan disiplin antara unit yang satu dengan unit yang lain secara intern maupun ekstern
pada unit-unit yang sama tugasnya. b. Interrelated adalah koordinasi antarbadan (instansi);
unit-unit yang fungsinya berbeda, tetapi instansinya saling berkaitan secara intern maupun
ekstern yang levelnya setaraf. D. Sifat-Sifat Koordinasi Hasibuan (2007:87) menyatakan
sifat-sifat koordinasi adalah: 1. Koordinasi bersifat dinamis, bukan statis. 2. Koordinasi
menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang koordinator (manajer) dalam mencapai
sasaran. 3. Koordinasi meninjau suatu pekerjaan secara menyeluruh. Asas koordinasi adalah
asas skala (scalar principle = hierarki), artinya koordinasi itu dilakukan menurut jenjang-jenjang
kekuasaan dan tanggung jawab yang disesuaikan dengan jenjang-jenjang yang berbeda-beda satu
sama lain. Tegasnya, asas hierarki ini bahwa setiap atasan (koordinator) harus
mengkoordinasikan bawahan langsungnya. E. Ciri-Ciri Koordinasi Menurut
Handayaningrat (1985:89-90), koordinasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Tanggung
jawab koordinasi terletak pada pimpinan. Karena itu, koordinasi merupakan tugas pimpinan.
Koordinasi sering dicampuradukkan dengan kata koperasi yang sebenarnya mempunyai arti yang
berbeda. Sekalipun demikian, pimpinan tidak mungkin mengadakan koordinasi apabila mereka
tidak melakukan kerja sama. Karena itu, kerja sama merupakan suatu syarat yang sangat penting
dalam membantu pelaksanaan koordinasi. 2. Adanya proses (continues process) karena
koordinasi adalah pekerjaan pimpinan yang bersifat berkesinambungan dan harus dikembangkan
sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik. 3. Pengaturan usaha kelompok secara teratur.
Karena koordinasi adalah konsep yang ditetapkan di dalam kelompok, bukan terhadap usaha
individu, maka sejumlah individu yang bekerja sama, di mana dengan koordinasi menghasilkan
suatu usaha kelompok yang sangat penting untuk mencapai efisiensi dalam melaksanakan
kegiatan organisasi. Adanya tumpang tindih dan kekaburan dalam tugas-tugas pekerjaan
merupakan pertanda kurang sempurnanya koordinasi. 4. Konsep kesatuan tindakan. Hal ini
adalah merupakan inti dari koordinasi. Kesatuan usaha berarti harus mengatur usaha-usaha tiap
kegiatan individu sehingga terdapat adanya keserasian di dalam mencapai hasil. 5. Tujuan
koordinasi adalah tujuan bersama. Kesatuan dari usaha meminta suatu pengertian kepada semua
individu agar ikut serta melaksanakan tujuan sebagai kelompok di mana mereka bekerja. F.
Tujuan Koordinasi Tujuan koordinasi menurut Hasibuan (2007:87) adalah: 1.
Mengarahkan dan menyatukan semua tindakan serta pemikiran ke arah tercapainya sasaran
perusahaan. 2. Menjuruskan keterampilan spesialis ke arah sasaran perusahaan. 3.
Menghindari kekosongan dan tumpang tindih pekerjaan. 4. Menghindari kekacauan dan
penyimpangan tugas dari sasaran. 5. Mengintegrasikan tindakan dan pemanfaatan unsur
manajemen ke arah sasaran organisasi atau perusahaan. 6. Menghindari tindakan overlapping
dari sasaran perusahaan. II.4 Syarat-Syarat Koordinasi Syarat-syarat koordinasi
(Hasibuan, 2007:88) adalah sebagai berikut: 1. Sense of cooperation (perasaan untuk bekerja
sama), ini harus dilihat dari sudut bagian per bagian bidang pekerjaan, bukan orang per orang.
2. Rivalry, dalam perusahaan-perusahaan besar sering diadakan persaingan antara bagian-
bagian agar bagian-bagian ini berlomba-lomba untuk mencapai kemajuan. 3. Team spirit,
artinya satu sama lain pada setiap bagian harus saling menghargai. 4. Esprit de corps, artinya
bagian-bagian yang diikutsertakan atau dihargai, umumnya akan menambah kegiatan yang
bersemangat. II.5 Cara Mengadakan Koordinasi Hasibuan (2007:88) menyatakan bahwa
cara mengadakan koordinasi dapat dilakukan dengan: 1. Memberikan keterangan langsung
dan secara bersahabat. Keterangan mengenai pekerjaan saja tidak cukup karena tindakan-
tindakan yang tepat harus diambil untuk menciptakan dan menghasilkan koordinasi yang baik.
2. Mengusahakan agar pengetahuan dan perencanaan tujuan yang akan dicapai oleh anggota
tidak menurut masing-masing anggota dengan tujuannya sendiri-sendiri. Tujuan itu adalah tujuan
bersama. 3. Mendorong para anggota untuk bertukar pikiran, mengemukakan ide-ide, saran-
saran, dan lain sebagainya. 4. Mendorong para anggota untuk berpartisipasi dalam tingkat
perumusan dan penciptaan sasaran. 5. Membina human relations yang baik antara sesama
karyawan. 6. Manajer sering melakukan komunikasi informal dengan para bawahan. ·
Masalah-Masalah dalam Koordinasi Peningkatan spesialisasi akan menaikkan kebutuhan
akan koordinasi. Namun, semakin besar derajat spesialisasi, semakin sulit bagi manajer untuk
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan khusus dari satuan-satuan yang berbeda. Paul R.
Lawrence dan Jay W. Lorch (Handoko, 2003:197) mengungkapkan empat tipe perbedaan dalam
sikap dan cara kerja yang mempersulit tugas pengkoordinasian, yaitu: 1. Perbedaan dalam
orientasi terhadap tujuan tertentu. Para anggota dari departemen yang berbeda mengembangkan
pandangan mereka sendiri tentang bagaimana cara mencapai kepentingan organisasi yang baik.
Misalnya, bagian penjualan menganggap bahwa diversifikasi produk harus lebih diutamakan
daripada kualitas produk. Bagian akuntansi melihat pengendalian biaya sebagai faktor yang
paling penting supaya organisasi sukses. 2. Perbedaan dalam orientasi waktu. Manajer
produksi akan lebih memperhatikan masalah-masalah yang harus dipecahkan segera atau dalam
periode waktu pendek. Biasanya bagian penelitian dan pengembangan lebih terlibat dengan
masalah-masalah jangka panjang. 3. Perbedaan dalam orientasi antarpribadi. Kegiatan
produksi memerlukan komunikasi dan pembuatan keputusan yang cepat agar prosesnya lancar,
sedangkan bagian penelitian dan pengembangan mungkin dapat lebih santai dan setiap orang
dapat mengemukakan pendapat serta berdiskusi satu dengan yang lain. 4. Perbedaan dalam
formalitas struktur. Setiap tipe satuan dalam organisasi mungkin mempunyai metode-metode dan
standar yang berbeda untuk mengevaluasi program terhadap tujuan dan untuk balas jasa bagi
karyawan. BAB III PENUTUP III.1 Kesimpulan Ø Pendelegasian wewenang dan koordinasi
merupakan sesuatu yang dangat penting dan Vital dalam organisasi manajemen / kantor. Ø
Pendelegasian wewenang adalah Tindakan mempercayakan tugas (yang pasti dan jelas),
kewenangan, hak, tanggung jawab, kewajiban, dan pertanggung jawaban kepada bawahan secara
individu dalam setiap posisi tugas. Ø Asas – Asas Pendelegasian : · Asas Kepercayaan
· Asas Delegasi Atas Hasil yang Diharapkan · Asas Penentuan fungsi dan Kejelasan
Tugas · Asas Rantai Berkala (Principle Scolar of Chain) · Asas Tingkat Wewenang (The
Authority Level Participle) · Asas Kesatuan Komando (principle Unity of Command) ·
Asas Keseimbangan Wewenang & Tanggung Jawab (Parity Of Authority & Responsibility )
· Asas Pembagian Kerja (Devision of Work) · Asas Efisiensi · Asas Kemutlakan
Tanggung Jawab (Principle of Authority of Responsibility) Ø Koordinasi adalah suatu usaha
yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat dan mengarahkan
pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang
telah ditentukan. DAFTAR PUSTAKA 1. Handayaningrat, Soewarno. 1985. Pengantar Studi
Ilmu Administrasi dan Managemen. Jakarta: PT Gunung Agung 2. Handoko, T. Hani. 2003.
Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta 3. Hasibuan, Malayu S.P. 2007. Manajemen:
Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara 4. Yakob, Tomatala Pdt. Dr. 1997.
Aspek-Aspek Kepemimpinan. Gandum Mas, Malang 5.
http://elib.unikom.ac.id/files/.../jbptunikompp-gdl-tuttysm-19354-9-pertemua-n.ppt 6.
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/copywriting/2073198-pengertian-koordinasi/ 7.
http://pou-pout.blogspot.com/2010/05/koordinasi-dan-rentang-manajemen.html 8.
http://wahyu410.wordpress.com/2010/11/07/105/ 9. http://warung-
wacana.blogspot.com/2009/06/koordinasi-dan-manajemen.html 10.
http://www.scribd.com/doc/14553093/ramadhan-Syahputra 11. http://www.elearning-
rri.net/materipimiv/kordihubker.ppt

Invested $100 in Cryptocurrencies in 2017...You would now have


$524,215: https://goo.gl/efW8Ef

Anda mungkin juga menyukai