DISUSUN OLEH :
Dosen Pembimbing :
Dwi Arini , S.T
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan bimbingan-
Nya Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar ini dapat kami selesaikan dalam rangka
menunjang proses pembelajaran. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Fotogrametri Dasar.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi kita semua.
Kami menyadari makah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan laporan kami di
masa yang akan datang.
Tim penyusun tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing,asisten
dosen, serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Tim penyusun berharap
semoga semua yang telah berjasa dalam penyusunan laporan ini mendapat balasan yang sebaik-
baiknya dari Allah SWT.
Kelompok 8
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Dari pengertian tersebut obyek yang dikaji adalah kenampakan dari foto udara
dengan menginterpretasinya menggunakan sistem penginderaan jauh. Akan tetapi
analisis fotogrametri dapat berkisar dari pengukuran jarak, luas dan elevansi dengan
alat atau teknik, sampai menghasilkan berupa peta topografik. (Kiefer, 1993).
Aplikasi fotogrametri yang paling utama ialah untuk survey dan kompilasi peta
topografik berdasarkan pengukuran dan informasi yang diperoleh dari foto udara atau
citra satelit.
4
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum penggunaan stereoskop adalah untuk membuat peta dengan
menggunakan data foto udara dan alat stereoskop.
5
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Fotogrametri
Fotogrametri berasal dari kata Yunani yakni dari kata “photos” yang berarti
sinar, “gramma” yang berarti sesuatu yang tergambar atau ditulis, dan “metron” yang
berarti mengukur. Oleh karena itu “fotogrametri” berarti pengukuran scara grafik
dengan menggunakan sinar. (Thompson, 1980 dalam Sutanto, 1983).
Fotogrammetri adalah suatu seni, pengetahuan, dan teknologi untuk
memperoleh informasi yang dapat dipercaya tentang suatu objek fisik dan keadaan di
sekitarnya melalui proses perekaman, pengamatan/pengukuran dan interpretasi citra
fotografis atau rekaman gambar gelombang elektromagnet (Santoso, B., 2001).
Pemetaan fotogrammetri menggunakan foto udara sebagai sumber data
utamanya. Kualitas peta atau informasi yang dihasilkan sangat tergantung dari kualitas
metrik maupun kualitas gambar (pictorial quality) sumber data tersebut.
Pengadaan foto udara biasanya bertitik tolak dari tujuan peruntukannya. Untuk
mendapatkan foto udara sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan, suatu misi
pemotretan udara membutuhkan suatu perencanaan yang baik.
6
1. Foto udara tegak
Foto udara yang dihasilkan dari hasil pemotretan foto udara tegak. Yaitu
pelaksanaan pemotretan dengan sumbu optis kamera benar-benar tegak atau
hampir tegak.
2. Foto udara miring
Yaitu foto udara yang dihasilkan dari hasil pemotretan foto udara miring.
Pemotretan foto udara miring dilaksanakan dengan sumbu optis kamera udara
yang membentuk sudut dengan garis vertikal.
Ada dua macam pemotretan udara miring yaitu :
1. Pemotretan miring
Dilakukan pemotretan dengan kamera yang membentuk sudut yang
kecil terhadap arah vertikal.
2. Pemotretan sangat miring
Dilakukan pemotretan dengan kamera yang membentuk sudut yang
sangat besar terhadap arah vertikal.
7
2.4 Paralaks Stereoskopis
Paralaks adalah bergesernya bayangan/citra karena letak stasiun pengamat yang
bergerak. Paralaks dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Paralaks dalam arah X (Px)
2. Paralaks dalam arah Y (Py)
Paralaks X erat hubungannya dengan masalah posisi vertikal, sehingga tidak
mengganggu pandangan stereoskopis. Paralaks Y erat hubungannya dengan masalah
kestereoskopisan, sehingga adanya paralaks y akan mengganggu atau mempengaruhi
pandangan stereoskopis. Untuk menentukan beda tinggi antara dua titik, maka
diperlukan data pengamatan paralaks dari titik-titik tersebut. Adapun data yang
diperlukan adalah sebagai berikut :
1. Basis foto udara (b)
2. Bacaan paralaks di titik utama (pxTU)
3. Bacaan paralaks di titik yang diamati (pxi)
4. Fokus kamera udara (f)
5. Skala foto udara
8
2.5 Unsur-unsur Pemotretan Foto Udara
Untuk mendapatkan foto udara yang sesuai dengan spesifikasi dibutuhkan suatu
perencanaan yang baik. Oleh karena itu adanya unsur - unsur pemotretan foto udara,
seperti :
1. Pesawat Terbang
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis pesawat terbang untuk
pemotretan udara, yaitu :
a. Kemampuan ketinggian
b. Kecepatan (maksimum/minimum)
c. Daya jelajah
d. Kestabilan pesawat
e. Kemampuan beban
f. Kebutuhan take-off dan landing
Sedangkan persyaratan yang harus dimiliki oleh pesawat terbang untuk
pemotretan ini adalah :
a. Kompas : untuk membantu navigasi pesawat
b. Altimeter : untuk menentukan ketinggian pesawat terbang
c. Jam : untuk menentukan waktu pemotretan udara
d. Sistem oksigen : untuk misi pemotretan udara dengan ketinggian
e. terbang lebih besar dari 18.000 kaki
f. Alat-alat untuk komunikasi.
2. Kamera Udara
Kamera udara adalah kamera metrik yang fokusnya sudah ditentukan. Kamera
udara ini berbeda dengan kamera biasa yang non metrik dengan fokus yang dapat
diubah-ubah sesuai dengan keinginan.
Kamera udara ini terdiri dari tiga bagian utama, yaitu :
a. Magazin, terdiri dari beberapa komponen, yaitu :
1. Motor drive : untuk memutar/menggerakkan film
2. Film flattener : untuk mendatarkan film
3. Pompa penghisap : untuk menghisap film agar menjadi datar
4. Rool film, berisi film yang panjangnya antara 100 – 500 feet.
b. Camera Body, berbentuk kerucut (conical) di mana penentuan jenisnya
berdasarkan kriteria besarnya sudut yang dibentuk oleh sumbu diagonal dari
kerucut yang terdapat pada camera body.
9
c. Sistem Lensa, terdiri dari beberapa komponen yaitu :
1. Filter
2. Shutter dengan variasi kecepatan antara 1/100 sampai dengan 1/300 sekon.
3. Diafragma
d. Intervelometer, alat untuk mengatur interval waktu pemotretan yang tergantung
pada basis udara, kecepatan pesawat terbang dan overlap yang diinginkan.
Beberapa perlengkapan tambahan kamera udara adalah :
1. Mounting, yaitu alat dudukan kamera.
2. Gyroscope, yaitu alat untuk mengarahkan sumbu kamera.
3. View finder, yaitu alat untuk melihat area pemotretan.
4. Side view finder, yaitu alat untuk melihat ke samping.
5. Nivo, yaitu alat untuk mendatarkan posisi kamera.
6. Power supply.
3. Film
Karakteristik film ditentukan oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Resolving power, adalah kemampuan film untuk menangkap benda benda yang
terkecil. Makin tinggi resolving powernya berarti makin baik filmnya.
b. Pixel (picture elemen), adalah titik foto yang terkecil. Makin kecil pixelnya
makin baik kualitas filmnya.
c. Kepekaan Film (film sensitifity), adalah kepekaan terhadap cahaya atau
kecepatan bereaksinya terhadap cahaya.
Jenis film ditinjau dari panjang gelombang, yaitu :
a. Film Pankromatik (panchromatic) : film yang sensitif terhadap semua sinar
yang masuk dalam gelombang tampak.
b. Film Monokromatik (monochromatic) : film yang sensitif terhadap satu panjang
gelombang.
Jenis film ditinjau dari warna, yaitu :
a. Hitam putih : hitam putih biasa dan hitam putih inframerah.
b. Berwarna : warna alamiah (natural color) dan warna semu (false color).
10
2.6 Kunci Interpretasi
Intepretasi citra merupakan upaya untuk mengkaji foto udara atau citra
dengan tujuan mengidentifikasi objek dan menilai arti penting objek tersebut. Melalui
intepretasi, tim analisis berupaya melakukan penalaran atau mendeteksi,
mengidentivikasi dan menganalisis objek-objek yang ada di dalam gambar. Tanpa
dikenali, objek-objek tersebut, citra tersebut tidak bermanfaat.
Terdapat dua jenis intepretasi yang dapat dilakukan, yaitu: intepretasi secara
digital yang dilakukan dengan menggunakan komputer dan intepretasi secara manual.
8 unsur kunci interpretasi atau elemen analisis yang secara berurut atau
bertingkat (hirarki), yaitu :
1. Rona/Warna
Warna dan rona merupakan nilai kecerahan relative dari objek. Rona
merupakan unsur paling dasar untuk membedakan objek. Rona yang berbeda
biasanya mengindikasikan objek yang berbeda pula. Pada foto atau citra hitam
putih, rona yang ada adalah hitam, putih dan kelabu.
2. Ukuran
Intepretasi ukuran merupakan perbandingan besar kecilnya sebuah objek
dengan objek lain. Sebuah objek bisa saja memiliki warna dan rona yang sama
akan tetapi keduanya dapat dibedakan dari segi ukurannya.
3. Bentuk
Bentuk adalah konfigurasi atau kerangka gambar dari suatu objek yang mudah
dikenali. Misalnya, persegi empat teratur dapat diidentifikasi sebagai komplek
perkantoran, sedangkan bentuk persegi tidak teratur dapat diidentifikasi sebagai
kompleks permukiman penduduk. Bentuk lainnya antara lain gedung sekolah
pada umumnya berbentuk huruf I, L, dan U atau persegi panjang.
4. Tekstur
Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra yang dinyatakan dengan
kasar, sedang, dan halus. Misalnya, hutan bertekstur kasar, semak belukar
bertekstur sedang, sedangkan sawah bertekstur halus
5. Pola
Pola merupakan kecenderungan bentuk sebuah objek. Pola tersebut
menunjukkan ciri yang membedakan objek buatan manusia dan objek
alamiah.
11
6. Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan detail dari objek. Namun, bayangan juga
dapat menjadi kunci pengenalan yang penting. Keberadaan bayangan dapat
mengindentifikasi bahwa objek tersebut lebih tinggi dari objek di sekitarnya.
7. Situs / lokasi
Situs merupakan tempat atau kedudukan sebuah objek dibandingkan dengan
objek lain di sekitarnya. Intepretasi situs mengaitkan hubungan sebuah objek
denagn objek lain. Intepretasi situs hampir mirip dengan intepretasi pola, hanya
saja, dalam intepretasi ini terdapat dua objek yang saling mempengaruhi.
8. Asosiasi
Asosiasi merupakan bentuk intepretasi yang mengaitkan suatu objek dengan
objek lain yang berada di dalamnya.Sebagai contoh, stasiun kereta api dapat
diidentifikasi karena berasosiasi dengan rel kereta api yang lebih dari satu,
terminal bis diasosiasikan dengan lahan parkir luas yang dipenuhi oleh bus atau
kendaraan umum, lapangan terbang diasosiasikan dengan lintasan pesawat dan
tempat parkir pesawat.
Diagram Interpretasi Foto Udara dapat dilihat pada Gambar 2.
12
2.7 Metode Pengolahan Data
Pengolahan data dalam praktikum fotogrametri dasar ini dilakukan secara
manual,dimulai dari tahap penentuan 150 titik pada foto udara secara manual
menggunakan steoroskop lalu tahap interpretasi foto udara mengunakan metode
observasi dan analisis foto udara,lalu mengolah hasil data yang didapat juga secara
manual sebanyak 60 titik untuk individual. Baru kemudian 150 titik data diolah secara
digital oleh excel.
13
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
14
Adapun tahap-tahap pelaksanaan dalam praktikum antara lain :
a. Interpretasi foto udara.
1. Tentukan titik utama foto udara 1 dengan menghubungkan titik fiducial mark
dan diberi notasi TU1, dan dengan cara yang sama tentukan titik utama foto
udara 2 dengan notasi TU2.
2. Lakukan identifikasi titik utama foto udara 2 difoto udara 1 dan diberi tanda
TU2’. Melalui cara yang sama identifikasi titik utama foto udara 1 di foto
udara 2 dan diberi tanda TU1’ (Gambar 3). Kemudian ukur panjang basis foto
udara 1 dan basis foto udara 2 dengan mengukur panjang b1 = TU1-TU2’ dan
b2 = TU2-TU1’, kemudian hitung basis foto udara rata-rata:
𝑏1 + 𝑏2
𝑏=
2
15
4. Tahap selanjutnya memasang kertas manila diatas meja praktikum dan
dicelotape / diisolasi.
5. Buat garis arah terbang diatas kertas manila dengan jarak kurang lebih 20 cm
- 25 cm diukur dari bawah (Gambar 5)
Meja Praktikum
b. Pengamatan paralax X.
17
3.3 Pengolahan Data
Dari data pengamatan telah diperoleh data koordinat foto dan bacaan paralax
X. Kemudian tahap selanjutnya adalah pengolahan data yang meliputi :
18
5. Setelah selesai plotting titik detail, kemudian dilanjutkan penarikan garis kontur
dengan interval tertentu.
19
BAB IV
20
2. Tabel 2 (T31-T60)
21
3. Tabel 3 (T61-T90)
22
4. Tabel 4 (T91-T120)
23
5. Tabel 5 (T121-T150)
24
4.2 TABEL PENGAMATAN INTERPRETASI
1. Tabel 1 (T1-T60)
25
2. Tabel 2 (T61-T120)
26
3. Tabel 3 (T121-T150)
27
4.3 LAMPIRAN DATA TULIS TANGAN
1. Data Individu Mega Yasma Adha (T1-T15)
T1
28
T2-T3
29
T4-T5
30
T6-T7
31
T8-T9
32
T10-T11
33
T12-T13
34
T14-T15
35
2. Tabel Data Individu Afdal (T16-T30)
T16
36
T17-T18
37
T19-T20
38
T21-T22
39
T23-T24
40
T25-T26
41
T27-T28
42
T29-T30
43
3. Data Individu Firman (T31-T45)
T31-T32
44
T33-T34
45
T35-T36
46
T37-T38
47
T39-T40
48
T41-T42
49
T43-T44
50
T45
51
4. Data Individu Yosa Hermita (T46-T60)
T46
52
T47
53
T48
54
T49
55
T50
56
T51
57
T52
58
T53
59
T54
60
T55
61
T56
62
T57
63
T58
64
T59
65
T60
66
4.3.1 HASIL MILIMETER
67
4.3.2 HASIL PENGGAMBARAN 150 TITIK DI KALKIR
Kalkir Kiri (T1-T150)
68
Kalkir Kanan (T1’-T150’)
69
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil praktikum fotogrametri dasar yaitu dengan melakukan pemetaan foto
udara menggunakan steoroskop dapat disimpulkan bahwa interpretasi dan pemetaan
foto udara merupakan kegiatan fotogrametri. Dengan menggunakan konsep
steoroskopis dimana pada praktikum ini kami menggunakan 2 foto udara yang saling
bertampalan menjadi 3D dengan bantuan alat steoroskop. Lalu dari hasil pengamatan
foto udara menggunakan steoroskop kami bisa mendapatkan hasil data dari bacaan
paralaks yang nantinya dapat kami olah menjadi koordinat untuk penggambaran peta.
Jadi dengan memanfaatkan konsep steorosokopis foto udara kita bisa
melakukan pemetaan foto udara.
5.2 SARAN
Setelah praktikum ini berlangsung ada beberapa saran diantaranya :
1. Sebaiknya asdos lebih tegas dalam ketepatan waktu praktikum.
2. Asdos lebih memantau setiap pekerjaan praktikum yang dilakukan oleh
masing-masing kelompok.
3. Penyediaan alat laboratorium yang rusak bisa diganti.
4. Penyediaan ruang laboratorium yang lebih memadai dalam pelaksanaan
praktikum.
70
DAFTAR PUSTAKA
http://panderestuits.wordpress.com/2013/01/03/pengertian-foto-udara-dan-
fotogrametri/?_e_pi_=7%2CPAG_ID10%2C5095437203
http://id.wikipedia.org/wiki/Fotogrametri
https://kartika20.wordpress.com/2009/12/24/fotogrametri/?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C2
383055390
71
LEMBAR ASISTENSI
72
73