Anda di halaman 1dari 8

KELOMPOK 1

 REKHA YUNIAR
 MUHAMMAD SAPARI
 SITI SAUDAH
 SULISTIA

Kromatografi kolom
merupakan teknik kromatografi yang paling awal yang pertamakali di lakukan oleh
D.T.Davy yaitu untuk membedakan komposisi minyak bumi. Ditinjau dari mekanismenya
kromatografi kolom merupakan kromatografi serapan atau adsorbsi. Kromatografi kolom
digolongkan kedalam kromatografi cair – padat (KCP) kolom terbuka. Pemisahan
kromatografi kolom adsorpsi didasarkan pada adsorpsi komponen-komponen campuran
dengan afinitas berbeda-beda terhadap permukaan fase diam. Kromatografi kolom adsorpsi
termasuk pada cara pemisahan cair-padat. Substrat padat (adsorben) bertindak sebagai fase
diam yang sifatnya tidak larut dalam fase cair. Fase bergeraknya adalah cairan (pelarut) yang
mengalir membawa komponen campuran sepanjang kolom. Prinsip yang mendasari
kromatografi kolom adsorpsi ialah bahwa komponen – komponen dalam zat contoh yang
harus diperiksa mempunyai afinitas yang berbeda-beda terhadap adsorben dalam kolom.
Apabila kita mengalirkan cairan ( elutor ) secara kontinyu melalui kolom yang berisi zat
contoh yang telah diadsorpsikan oleh penyarat kolom, maka yang pertama – tama
dihanyutkan elutor ialah komponen yang paling lemah terikat kepada adsorben. Komponen –
komponen lainnya akan dihanyutkan menurut urutan afinitasnya terhadap adsorben, sehingga
terjadi pemisahan daripada komponen – komponen tersebut.
Pemisahan tergantung pada kesetimbangan yang terbentuk pada bidang antarmuka di
antara butiran-butiran adsorben dan fase bergerak serta kelarutan relatif komponen pada fase
bergeraknya. Antara molekul-molekul komponen dan pelarut terjadi kompetisi untuk
teradsorpsi pada permukaan adsorben sehingga menimbulkan proses dinamis. Keduanya
secara bergantian tertahan beberapa saat di permukaan adsorben dan masuk kembali pada
fase bergerak. Pada saat teradsorpsi komponen dipaksa untuk berpindah oleh aliran fase
bergerak yang ditambahkan secara kontinyu. Akibatnya hanya komponen yang mempunyai
afinitas lebih besar terhadap adsorben akan secara selektif tertahan. Komponen dengan
afinitas paling kecil akan bergerak lebih cepat mengikuti aliran pelarut.
Teknik pemisahan kromatografi kolom partisi sangat mirip dengan kromatografi
kolom adsorpsi. Perbedaan utamanya terletak pada sifat dari penyerap yang digunakan. Pada
kromatografi kolom partisi penyerapnya berupa materi padat berpori seperti kieselguhr,
selulosa atau silika gel yang permukaannya dilapisi zat cair (biasanya air). Dalam hal ini zat
padat hanya berperan sebagai penyangga (penyokong) dan zat cair sebagai fase diamnya.
Fase diam zat cair umumnya diadsorpsikan pada penyangga padat yang sejauh mungkin inert
terhadap senyawa-senyawa yang akan dipisahkan. Zat padat yang penyokong harus penyerap
dan menahan fase diam serta harus membuat permukaannya seluas mungkin untuk
mengalirnya fase bergerak. Penyangga pada umumnya bersifat polar dan fase diam lebih
polar dari pada fase bergerak. Dalam kromatografi partisi fase bergeraknya dapat berupa zat
cair dan gas yang mengalir membawa komponen-komponen campuran sepanjang kolom. Jika
fase bergeraknya dari zat cair, akan diperoleh kromatografi partisi cair-cair. Teknik ini
banyak digunakan untuk pemisahan senyawa-senyawa organik maupun anorganik.
Resin penukar ion adalah suatu bahan padat yang memiliki bagian (ion positif atau
negatif) tertentu yang bisa dilepas dan ditukar dengan bahan kimia lain dari luar. Berdasarkan
jenis ion/muatan yang dipertukarkan, resin dapat dibagi menjadi 2 yaitu resin penukar kation
adalah ion positif yang dipertukarkan dan resin penukar anion adalah ion negatif yang
dipertukarkan. Ion Exchange adalah proses penyerapan ion – ion oleh resin dengan cara Ion-
ion dalam fasa cair (biasanya dengan pelarut air) diserap lewat ikatan kimiawi karena
bereaksi dengan padatan resin. Resin sendiri melepaskan ion lain sebagai ganti
ion yang diserap. Selama operasi berlangsung setiap ion
akan dipertukarkan dengan ion penggantinya hingga seluruh resin jenuh dengan ion
yang diserap.
Besarnya nilai kapasitas penukar dari resin penukar ion tergantung pada jumlah gugus
ion yang dapat ditukarkan yang terkandung dalam setiap gram bahan resin tersebut. Semakin
besar jumlah gugus-gugus tersebut, maka semakin besar pula nilai kapasitas resinnya.
Besarnya nilai kapasitas resin diketahui agar dapat memperkirakan berapa banyaknya resin
yang diperlukan dalam analisa kimia dengan menggunakan metode kromatografi kolom.
Apabila resin telah mengikat jumlah ion yang sama dengan kapasitas maksimumnya maka
resin tersebut dikatakan telah “exchausted”. Dalam keadaan demikian resin dapat
dikembalikan ke keadaan semula dengan jalan menuangkan larutan asam yang agak pekat ke
dalamnya sehingga terjadi reaksi kebalikan dari reaksi penukaran ion. Resin penukar anion
dapat berupa ko-polimer stiren dan divinil benzen tetapi tidak mengandung gugusan-gugusan
amin yang bersifat basa dengan resin penukar anion terjadi pengubahan yang jumlahnya
ekuivalen.
Parameter yang di gunakan dalam mengevaluasi kinerja kolom, setelah
mengoptimumkan efesiensi pemisahan secara kromatografi, mutu kromatografi dapat di
kendalikan dengan menerapkan uji kesesuian sistem tertentu. Salah satu diantaranya adalah
perhitungan pelat pelat teoritis untuk suatu kolom dan terdapat dua parameter utama lainnya
untuk menilai kinerja.

1. Persyaratan kolom
Pola kecepatan arus elutor pada tiap irisan kolom yang dipilih di sembarang tempat
suddah tentu sedapat mungkin harus sama. Keseragaman ini dapat dicapai dengan memilih
adsorben yang ukuran butir – butirnya sama ( diayak ) dan dengan cara penyaratan yang baik.
Makin kecil ukuran butir adsorben, makin cepat keseimbangan adsorpsi akan tercapai, dan
makin besar pula kecepatan elusi yang boleh dipergunakan. Tetapi dilain pihak, makin kecil
butir adsorben, makin besar hambatan bagi cairan yang harus mengalir melalui kolom.
Apabila kecepatan lintas bagi cairan elutor terlalu kecil, dapat dipergunakan pompa vakum
yang menimbulkan tekanan rendah dalam ruang di bawah kolom sehingga cairan dapat
mengalir lebih cepat melalui kolom. Cara yang lain ialah menambahkan tekanan dalam ruang
di atas kolom dengan menggunakan pompa pneumatic.
2. Bentuk kolom
Penempatan adsorben dalam kolom secara uniform betul sangat sukar dilaksanakan.
Sebagai akibatnya, zona – zona komponen yang dipisahkan menjadi kurang teratur
bentuknya. Bagi kolom yang lebar hal ini dapat menyebabkan pembauran. Tetapi bagi kolom
kecil bahaya ini seberapa besar. Namun di lain pihak, kolom yang lebar dan pendek itu lebih
memudahkan dalam pemakaiannya. Oleh karena itu, tinggi kebanyakan kolom ialah ± 20 kali
diameternya. Di bawah tabung yang umumnya terbuat dari gelas terdapat lempengan meduk
yang terbuat dari porselen atau dari serbuk gelas yang dipanaskan hingga melengket jadi satu.
Lempengan yang berbentuk cakram ini bergawai sebagai penahan fasa yang stasioner. Di
bagian tabung yang paling bawah terdapat kapiler penyulur dilengkapi dengan pancur.
Kapiler beserta pancur dirakitkan dengan kolom memakai suku asah sehingga mudah
dilepaskan guna membersihkan kolom dan untuk meniup kolom sehingga menjadi bersih dari
cairan. Ruang antara pancur dan cakram penyaring harus sekecil mungkin supaya tidak
terjadi pembauran antara cairan – cairan yang keluar dari kolom.
3. Kecepatan arus
Semakin rendah kecepatan arus cairan, semakin baik akibatnya bagi tercapainya
keseimbangan adsorpsi dan akan semakin baik pula pemisahannya. Bentuk zona pun menjadi
lebih teratur. Tetapi kecepatan arus yang terlalu rendah dapat menimbulkan efek difusi axial
dalam fasa mobil yang harus dihindarkan sejauh mungkin. Jadi dapat dikatakan bahwa
pemisahan yang terbaik dapat dicapai dengan mempergunakan kolom yang panjang dan
sempit, diisi dengan adsorben yang berbutir halus, dan arus yang lambat. Elusi dapat dimulai
apabila campuran yang harus dipisahkan sudah dimasukan dalam kolom. Elusi ini dilakukan
dengan memasukan cairan elutor berenyai – renyai melalui kolom dan harus dijaga supaya
arusnya tidak berhenti. Komponen – komponen yang telah diadsorpsikan oleh adsorben akan
bergerak dalam bentuk gelang – gelang atau zona dengan kecepatan yang berbeda – beda
melalui kolom dan ditampung di bawah kolom secara terpisah memakai beberapa tabung
yang dibubuhi tanda – tanda. Tabung – tabung ini ditempatkan dalam sebuah fraksikolektor.
Setelah itu fraksi – fraksi yang diperoleh mulai dapat diselidiki.
4. Perolehan data
Suatu integrator, jika berdasarkan mikroprosesor atau perakat lunak pc, hanya
mengukur jumlah total arus yang mengalir melewati lebar puncak suatu kromatografi. Untuk
melakukan hal ini , integrator mengukur laju peningkatan tegangan lebih kurang 30 kali
melintasi lebar puncak tersebut. Parameter yang menunjukan waktu pengukuran harus di
mulai adalah ambang batas puncak tersebut, yang menentukan tingkat ketika tegangan sinyal
tersebut harus di naikkan sebelum akumulasi sinyal terjadi. Untuk mencegah penyimpanan
aliran garis dasar, kemiringan kenaikan harus memiliki ketajaman tertentu sebelum di anggap
suatu puncak.
5. Perhitungan Efesiensi Kolom
Semakin lebar suatu puncak kromatografi yang sebanding dengan waktu retensinya,
semakin kurang efesien kolom pengelusinya.
Persamaan 1
dengan n adalah jumlah pelat teoretis.
Efesiensi kolom biasanya dinyatakan dalam pelat teoretis per meter:
n x 100/L
Pengukuran efesiensi kolom yang lebih ketat, terutama jika waktu retensi analit
tersebut singkat, di nyatakan dengan persamaan 2.
Persamaan 2
Dengan N eff adalah jumlah pelat yang efektif dan mencerminkan berapa kali analit
berpartisi antara fase gerak dan fase diam selama pergerakannya melalui kolom dan t’r =tr –
t0
N eff = 5, 54 (t’r : W1/2)²
Persamaan lain yang di gunakan sebagai pengukuran adalah H, “tinggi pelat teoretis”
H=L/N eff
Dengan h adalah panjang kolom yang di butuhkan untuk berlangsungnya satu tahap partisi.
(Watson 2005)
6. Pemisahan pada kolom
Pada pemisahan campuran-campuran pada kolom, solut di cirikan dengan waktu
retensi (tR) dan faktor retensi (k’) yang berbanding lurus dengan D. Waktu retensi merupakan
lamanya waktu yang di butuhkan solut untuk melewati kolom. Waktu retensi dan faktor
retensi di hubungkan oleh persamaan berikut:
tR=tM(1+k’)
tM terkadang di tulis t0 dan di kenal sebagai waktu mati merupakan waktu yang di butuhkan
oleh solut yang tidak tertahan untuk melewati kolom. Solut yang tidak tertahan akan
bermigrasi dengan kecepatan yang sama dengan fase gerak, karenanya perbandingan
distribusi (D) dan faktor retensinya adalah 0 akan tertahan secara profosional dan akan
mempunyai waktu retensi yang lebih besar dari pada tM, misal:
jika k’ = 1 maka tR= 2tM
jika k’ = 2 maka tR = 3tM
kondisi kromatografi umumnya di atur sedemikian rupa sehingga nilai k’ lebih kecil dari
pada 20 untuk menghindari waktu retensi yang terlalu panjang. Nilai k’ dapat di hitung
dengan menyusun ulang persamaan di atas:
tR=tM (1=k’) maka k’ = (tR-tM) / tM
dalam kromatografi ukuran eksklusi, solut di karakterisasi dengan volume retensi (Vr) yang
merupakan volume fase gerak yang di butuhkan untuk mengelusi solut dari kolom. Waktu
retensi berbanding langsung dengan volume retensi pada kecepatan alir yang konstan
sehingga persamaan di atas dapat di tulis kembali:
Vr=Vm (1+k’)
Sementara nilai k dapat di ganti dengan:
k’=D(Vs / Vm)
dengan menggabungkan kedua persamaan ini maka akan di peroleh:
Vr=Vm(1+D Vs / Vm)
Atau
Vr=Vm+DVs
Vs dan Vm masing-masing merupakann volume fase diam dan volume vase gerak dalam
kolom.
Persamaan tersebut merupakan persamaan pundamental pada kromatografi kolom karena
berhubungan dengan volume retensi solut terhadap perbandingan distribusinya

A. Pengertian Kromatografi Kertas

Kromatografi kertas adalah suatu metode pemisahan campuran dari substansinya menjadi
komponen- komponennya berdasarkan distribusi suatu senyawa pada dua fase, yaitu fase
diam dan fase gerak. Fasa diam dalam kromatografi berupa air yang terikat pada selulosa
kertas, sedangkan fasa geraknya berupa pelarut organik non polar (pelarut yang sesuai).
Kromatografi kertas sering dipakai untuk memisahkan zat-zat warna penyusun tinta atau
bahan perwarna lainnya. Kromatografi kertas yaitu suatu pemisahan dimana fase diam berupa
zat cair yang menggunakan zat padat untuk menyokong fase diam yaitu kertas, kemudian
diletakkan dalam bejana tertutup yang berisi uap jenuh larutan. Ini adalah merupakan jenis
dari sistem partisi di mana fase diam adalah air, disokong oleh molekul-molekul selulosa dari
kertas, dan fase bergerak biasanya merupakan campuran dari satu atau lebih pelarut-pelarut
organik dan air. Kromatografi kertas adalah metode analitik yang digunakan untuk
memisahkan zat atau bahan kimia yang berwarna terutama pigmen. Hal ini juga dapat
digunakan untuk menganalisis warna primer atau sekunder pada percobaan tinta.

B. Prinsip Kromatografi Kertas

Prinsip kromatografi kertas adalah adsorbsi dan kepolaran, dimana adsorbsi didasarkan pada
panjang komponen dalam campuran yang diadsorbsi pada permukaan fase diam dan
kepolaran komponen berpengaruh karena komponen akan larut dan terbawa oleh pelarut jika
memiliki kepolaran yang sama serta kecepatan migrasi pada fase diam dan fase gerak.
Sedangkan prinsip kerja kromatografi kertas adalah pelarut bergerak lambat pada kertas,
komponen-komponen bergerak pada laju yang berbeda dan campuran dipisahkan berdasarkan
pada perbedaan bercak warna.

C. Tujuan Kromatografi Kertas

Tujuan kromatografi kertas adalah memisahan campuran dari substansinya menjadi


komponen-komponennya berdasarkan distribusi suatu senyawa pada dua fase, yaitu fase
diam dan fase gerak.
1. Peralatan Dan Bahan Dalam Kromatografi Kertas

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan teknik pemisahan menggunakan
metode kromatografi antara lain yaitu pipa kapiler, gunting, tabung gelas, penutup tabung
gelas, penggaris, pensil, pipet tetes dan beberapa alat yang lain yang mungkin dibutuhkan.
Sedangkan bahan yang diperlukan antara lain yaitu kertas whatman atau kertas selulosa
sebagai fase diam, pelarut sebagai fase gerak dan beberapa larutan lain yang diperlukan
sesuai dengan komponen campuran yang akan dipisahkan.

Hal–hal yang perlu diperhatikan :

1. Jenis Kertas
2. Kertas selulosa murni / kertas ini khusus dibuat untuk kromatografi, dapat dipergunakan
kertas whatman no. 1 dan no. 3 yang terdiri dari x-selulosa 98-99% dan B-selulosa 0,3-1,0%.
3. Kertas selulosa yang telah dimodifikasi

 Dengan zat kimia, contoh : kertas diasetilasi dengan zat kimia untuk pemisahan steroid.
 Kertas yang di Impregnase, contoh : kertas di impregnasi dengan minyak untuk pemisahan
amina.
 Kertas yang diberi zat tambahan

2. Cara kerja Kromatografi kertas

1. Potong kertas saring 2×12 cm.


2. Tandai dengan menggunakan pensil dari tepi bawah (2 cm) dan tepi atas (1cm).
3. Totolkan tinta pada garis tepi bawah.
4. Masukkan akuades dalam gelas ukur.
5. Masukkan kertas saring ke dalam gelas ukur dengan posisi totolan tinta berada dibawah
(totolan tinta jangan sampai masuk ke dalam akuades).
6. Biarkan sampai terjadi elusi.
7. Tandai bercak dengan menggunakan pensil.
8. Ulangi cara kerja nomer 1 hingga 7 dengan menggunakan pelarut isopropyl alcohol.

Penjelasannya sebagai berikut :


Cara kerjanya cuplikan yang mengandung campuran yang akan dipisahkan diteteskan /
diletakkan pada daerah yang diberi tanda di atas sepotong kertas saring dimana ia akan
meluas membentuk noda yang bulat. Bila noda telah kering kertas dimasukkan dalam bejana
tertutup yang sesuai dengan satu ujung, dimana tetesan cuplikan ditempatkan, tercelup dalam
pelarut yang dipilih sebagai fasa gerak (jangan sampai noda tercelup karena berarti senyawa
yang akan dipisahkan akan terlarut dari kertas).
Pelarut bergerak melalui serat dari kertas oleh gaya kapiler dan menggerakkan komponen
dari campuran cuplikan pada perbedaan jarak dalam arah aliran pelarut. Bila permukaan
pelarut telah bergerak sampai jarak yang cukup jauhnya atau setelah waktu yang telah
ditentukan, kertas diambil dari bejana dan kedudukan dari permukaan pelarut diberi tanda
dan lembaran kertas dibiarkan kering. Jika senyawa-senyawa berwarna maka mereka akan
terlihat sebagai pita atau noda yang terpisah. Jika senyawa tidak berwarna harus dideteksi
dengan cara fisika dan kimia yaitu dengan menggunakan suatu pereaksi–pereaksi yang
memberikan sebuah warna terhadap beberapa atau semua dari senyawa-senyawa. Bila daerah
dari noda yang terpisah telah dideteksi, maka perlu mengidentifikasi tiap individu dari
senyawa. Metoda identifikasi yang paling mudah adalah berdasarkan pada kedudukan dari
noda relatif terhadap permukaan pelarut, menggunakan harga Rf.

1. Jenis-Jenis Kromatografi Kertas

Berdasarkan arahnya kromatografi kertas terbagi atas dua yaitu kromatografi kertas satu arah
dan kromatografi kertas dua arah.

1. Kromatografi Kertas Satu Arah

Dalam kromatografi kertas, fase diam adalah kertas serap yang sangat seragam. Fase gerak
adalah pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Sampel tinta diteteskan pada garis dasar
pensil pada selembar kromatografi kertas. Beberapa pewarna larut dalam jumlah yang
minimum dalam pelarut yang sesuai, dan itu juga di teteskan pada garis yang sama. Kertas
digantungkan pada wadah yang berisi lapisan tipis pelarut atau campuran pelarut yang sesuai
didalamnya. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada dibawah garis pada bercak
diatasnya. Kadang-kadang kertas hanya digulungkan secara bebas pada silinder dan diikatkan
dengan klip kertas pada bagian atas dan bawah. Silinder kemudian ditempatkan dengan posisi
berdiri pada bawah wadah. Alasan untuk menutup wadah adalah untuk meyakinkan bahwa
astmosfer dalam gelas kimia terjenuhkan denga uap pelarut. Penjenuhan udara dalam gelas
kimia dengan uap menghentikan penguapan pelarut sama halnya dengan pergerakan pelarut
pada kertas (Khopkar, 1990).

2. Kromatografi Kertas Dua Arah

Kromatografi kertas dua arah dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah pemisahan
substansi yang memiliki nilai Rf yang sangat serupa. Pada saat kromatogram dibuat dari
bercak tunggal dari campuran yang ditempatkan ke depan dari garis dasar. Kromatogram
ditempatkan dalam sebuah pelarut sebelum dan sesudah sampai pelarut mendekati bagian
atas kertas (Khopkar, 1990).
Pada kromatografi kertas terdapat tiga metode yang digunakan dalam proses kromatografi
kertas, yakni :

1. Kromatografi kertas menurun-Pada jenis ini, pengembangan kromatogram adalah menurun


dengan membiarkan pelarut bergerak turun mengaliri kertas.
2. Kromatografi kertas menanjak-Di sini, pelarut bergerak mendaki kertas kromatografi. Baik
kromatografi kertas menurun maupun menanjak digunakan untuk pemisahan bahan kimia
organik dan anorganik.
3. Kromatografi kertas naik-turun-Merupakan gabungan kedua teknik di atas. Bagian atas
kromatografi menanjak dapat dilipat pada sebuah rol di bagian atas bejana, dan aliran eluen
akan menurun setelah melewati lipatan.
4. Kromatografi kertas radial-Disebut juga sebagai kromatografi sirkular. Di sini, digunakan
kertas saring berbentuk lingkaran, dan sampel ditotolkan di pusat kertas. Setelah noda
mengering, kertas saring diletakkan horisontal di atas cawan petri yang berisi pelarut,
sehingga sumbu kertas tercelup ke dalam pelarut. Pelarut mengalir naik melalui sumbu dan
komponen terpisah dalam bentuk zona-zona melingkar.
5. Kromatografi kertas dua dimensi-Dalam teknnik ini, digunakan kertas berbentuk bujur
sangkar. Sampel ditotolkan di salah satu sudut dan dikembangkan dengan sudut yang tepat
sesuai arah aliran yang diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai