Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PRODUKSI BERSIH

“PRA-RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN BIOETANOL DARI MOLASE


DENGAN KAPASITAS 96.000 TON/TAHUN”

DOSEN PEMBIMBING:
DR. IR. FATIMAH, M.SI.

DISUSUN OLEH :
NO NAMA MAHASISWA NIM
1. CAHAYA S.C SINURAT 150405009
2. EKA OKTAVIANI BR KARO 150405017

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Semarang, 24 Mei 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................................1
1.3 TUJUAN MAKALAH............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI PRODUKSI BERSIH ………………...................................................2
2.2 PRINSIP PRODUKSI BERSIH.............................................................................3
2.3 KENDALA PRODUKSI BERSIH ........................................................................4
2.4 TEKNIK PELAKSANAAN PRODUKSI BERSIH...............................................6
2.5 ANALISA NERACA MASSA PADA PROSES...................................................8
2.6 LANGKAH-LANGKAH PRODUKSI BERSIH PADA BAGIAN PROSES…...9
2.7 EKOEFISIENSI DAN PRODUKSI BERSIH .....................................................10
2.8 PRINSIP EKOEFISIENSI DAN PRODUKSI BERSIH......................................12
2.9 PERANGKAT EKOEFISIENSI...........................................................................12
2.10 NON PRODUCT OUTPUT (NPO/KBP) ......................................................... 16
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN.....................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyaknya kasus pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah industri
dewasa ini telah mendorong terjadinya pergeseran paradigma di dalam penanganan
limbah industri tersebut. Pergeseran paradigma yang dimaksud adalah perubahan end
of pipe treatment menjadi pollution prevention principle. Hal ini berarti penanganan
limbah dilakukan bukan setelah limbah tersebut terbentuk, tetapi pengelolaannya
diupayakan sedemikian rupa mulai dari bahan baku sampai akhir pemakaian produk
agar dihasilkan limbah seminimal mungkin. Upaya ini lebih bersifat proaktif dengan
melibatkan berbagai disiplin ilmu. Dengan menguasai paket teknologi minimisasi
limbah dan pemanfaatan ulang material berbahaya dalam limbah (Panggabean,
2000).
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian produksi bersih dan teknik pelaksanaannya.
2. Analisa neraca massa pada proses industri dalam meminimalisasi limbah.
3. Hubungan ekoefisiensi dengan produksi bersih.
1.3 Tujuan Makalah
1. Mengetahui penyebab pencemaran lingkungan yang dihasilkan oleh proses
produksi.
2. Mengetahui minimalisasi limbah pada produksi bersih
3. Mengetahui salah satu cara minimalisasi limbah adalah ekoefisiensi dari
dampak lingkungan dan ekonomi.

i
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Produksi Bersih


Produksi Bersih, menurut Kementerian Lingkungan Hidup, didefinisikan
sebagai : Strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu dan
diterapkan secara terus-menerus pada setiap kegiatan mulai dari hulu ke hilir yang
terkait dengan proses produksi, produk dan jasa untuk meningkatkan efisiensi
penggunaan sumberdaya alam, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan
mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya sehingga dapat meminimisasi
resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan
(KLH,2003). Dari pengertian mengenai Produksi Bersih maka terdapat kata kunci
yang dipakai untuk pengelolaan lingkungan yaitu : pencegahan pencemaran, proses,
produk dan jasa, peningkatan efisiensi, minimisasi resiko. Dengan demikian maka
perlu perubahan sikap, manajemen yang bertanggung-jawab pada lingkungan dan
evalusi teknologi yang dipilih. Pada proses industri, produksi bersih berarti
meningkatkan efisiensi pemakaian bahan baku, energi, mencegah atau mengganti
penggunaan bahan-bahan berbahaya dan beracun, mengurangi jumlah dan tingkat
racun semua emisi dan limbah sebelum meninggalkan proses. Pada produk, produksi
bersih bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan selama daur hidup produk,
mulai dari pengambilan bahan baku sampai ke pembuangan akhir setelah produk
tersebut tidak digunakan. Produksi bersih pada sektor jasa adalah memadukan
pertimbangan lingkungan ke dalam perancangan dan layanan jasa.

2.2 Prinsip Produksi Bersih


Pola pendekatan produksi bersih dalam pencegahan dan pengolahan limbah
yaitu dengan strategi 1E4R (Elimination, Reduce, Reuse, Recycle,
Recovery/Reclaim) (UNEP, 1999).

i
Adapun prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih dalam Kebijakan
Nasional Produksi Bersih (KLH, 2003) dituangkan dalam 5R (Rethink, Reuse,
Reduction, Recovery and Recycle).
Strategi untuk menghilangkan limbah atau mengurangi limbah sebelum terjadi
(preventive strategy), lebih baik dari pada strategi pengolahan limbah atau
pembuangan limbah yang telah ditimbulkan (treatment strategy). Kombinasi kedua
strategi tersebut sesuai dengan skala prioritas pelaksanaan produksi bersih adalah
sebagai berikut :
a) Elimination (pencegahan) adalah upaya untuk mencegah timbulan limbah
langsung dari sumbernya, mulai dari bahan baku, proses produksi sampai
produk.
b) Re-think (berpikir ulang), adalah suatu konsep pemikiaran yang harus
dimiliki pada saat awal kegiatan akan beroperasi, dengan implikasi :
 Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik pada proses
maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul analisis daur
hidup produk.
 Upaya produksi bersih tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa adanya
perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak terkait
pemerintah, masyarakat maupun kalangan usaha.
c) Reduce (pengurangan) adalah upaya untuk menurunkan atau mengurangi
timbulan limbah pada sumbernya.
d) Reuse (pakai ulang/penggunaan kembali) adalah upaya yang memungkinkan
suatu limbah dapat digunakan kembali tanpa perlakuan fisika, kimia atau biologi.
e) Recycle (daur ulang) adalah upaya mendaur ulang limbah untuk
memanfaatkan limbah dengan memprosesnya kembali ke proses semula melalui
perlakuakn fisika,kimia dan biologi.
f) Recovery/ Reclaim (pungut ulang, ambil ulang) adalah upaya mengambil
bahan-bahan yang masih mempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu limbah,
kemudian dikembalikan ke dalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuan
fisika, kimia dan biologi.

i
Meskipun prinsip produksi bersih dengan strategi 1E4R atau 5R, namun perlu
ditekankan bahwa strategi utama perlu difokuskan pada Pencegahan dan
Pengurangan (1E1R) atau 2R pertama. Bila strategi 1E1R atau 2R pertama masih
menimbulkan pencemar atau limbah, baru kemudian melakukan strategi 3R
berikutnya (reuse, recycle,dan recovery) sebagai suatu strategi tingkatan pengelolaan
limbah.
2.3 Kendala Produksi Bersih
Pengembangan pelaksanaan dan penerapan produksi bersih intinya adalah
merubah pola pikir tradisional ‘end of pipe’.
a) Kendala Ekonomi
Timbul bila kalangan usaha tidak merasa akan mendapatkan keuntungan
dalam penerapan produksi bersih. Sekecil apapun penerapan konsep produksi
bersih, bila tidak menguntungkan bagi perusahaan maka akan sulit bagi
manajemen untuk membuat keputusan tentang penerapan konsep produksi
bersih. Contoh hambatan:
 Biaya tambahan peralatan.
 Besarnya modal/investasi dibandingkan kontrol pencemaran secara
konvensional sekaligus penerapan produksi bersih.
b) Kendala teknologi :
 Kurangnya penyebaran informasi tentang konsep produksi bersih.
 Penerapan sistem baru ada kemungkinan tidak sesuai dengan yang
diharapkan atau malah menyebabkan gangguan.
 Tidak memungkinkan tambahan peralatan, terbatasnya ruang
kerja/produksi.
c) Kendala Sumber Daya Manusia :
 Kurangnya dukungan dari pihak manajemen puncak.
 Keengganan untuk berubah baik secara individu maupun organisasi.
 Lemahnya komunikasi intern tentang proses produksi yang baik.
 Pelaksanaan manajemen organisasi perusahaan yang kurang fleksibel.
 Birokrasi yang sulit, terutama dalam pengumpulan data primer.
 Kurangnya dokumentasi dan penyebaran informasi.
 Perlunya pelatihan tentang produksi bersih.

i
Tingkatan terakhir dalam pengelolaan lingkungan adalah pengolahan dan
pembuangan limbah apabila upaya produksi bersih sudah tidak dapat dilakukan :
a. Treatment (pengolahan) dilakukan apabila seluruh tingkatan produksi bersih telah
dikerjakan, sehingga limbah yang masih ditimbulkan perlu untuk dilakukan
pengolahan agar buangan memenuhi baku mutu lingkungan.
b. Disposal (pembuangan) limbah bagi limbah yang telah diolah.
Beberapa limbah yang termasuk dalam ketegori berbahaya dan beracun perlu
dilakukan penanganan khusus.
Tingkatan pengelolaan limbah dapat dilakukan berdasarkan konsep produksi
bersih dan pengolahan limbah sampai dengan pembuangan (Weston dan Stuckey,
1994). Penekanan dilakukan pada pencegahan atau minimisasi timbulan limbah, dan
pengolahan maupun penimbunan merupakan upaya terakhir yang dilakukan bila
upaya dengan pendekatan produksi bersih tidak mungkin untuk diterapkan

2.4 Teknik Pelaksanaan Produksi Bersih


Ada beberapa teknik pelaksanaan produksi bersih adalah (Afmar, 1999):
1. Pengurangan pada Sumber
Pengurangan pada sumber merupakan pengurangan atau eliminasi limbah
pada sumbernya. Upaya ini meliputi:
a. Perubahan produk Perancangan ulang produk, proses dan jasa yang
dihasilkan sehingga akan terjadi perubahan produk, proses dan jasa.
Perubahan ini dapat bersifat komprehensif maupun radikal. Dapat
dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
 Subsitusi produk
 Konservasi produk
 Perubahan komposisi produk
b. Perubahan Material Input
Perubahan material input dilaksanakan untuk mengurangi atau
menghilangkan bahan berbahaya dan beracun yang masuk atau
digunakan dalam proses produksi sehingga dapat menghindari
terbentuknya limbah B3 dalam proses produksi.

i
c. Volume Buangan Diperkecil
Ada dua macam cara yang dapat dilakukan, yaitu:
 Pemisahan
Pemisahan limbah dimaksudkan untuk memisahkan limbah yang bersifat
racun dan berbahaya dengan limbah yang tidak beracun. Teknologi ini
dipakai untuk mengurangi volume limbah dan menaikan jumlah limbah
yang dapat diolah kembali.
 Mengkonsentrasikan
Mengkonsentrasikan limbah pada umumnya untuk menghilangkan
sejumlah komponen. Dilakukan dengan pengolahan fisik, misalnya
pengendapan atau penyaringan. Komponen yang terpisah dapat
digunakan kembali. (Dwi dan Susanti, 1997)
d. Perubahan Teknologi
Perubahan teknologi mencakup modifikasi proses dan peralatan.
Tujuannya untuk mengurangi limbah dan emisi. Perubahan teknologi
dapat dilaksanakan mulai dari yang sederhana dalam waktu singkat dan
biaya yang murah sampai perubahan yang memerlukan investasi tinggi.
Pengeluaran biaya yang tinggi untuk memodifikasi peralatan akan
diimbangi dengan adanya penghematan bahan, kecepatan produksi dan
menurunnya biaya pengolahan limbah (Dwi dan Susanti, 1997).
e. Penerapan Operasi yang Baik (good house keeping)
Praktek operasi yang baik (good house keeping) adalah salah satu pilihan
pengurangan pada sumber, mencakup tindakan prosedural, administratif
atau institusional yang dapat digunakan diperusahaan
untuk mengurangi terbentuknya limbah. Penerapan operasi ini
melibatkan unsur-unsur :
 Pengawasan terhadap prosedur-prosedur operasi
 Loss prevention
 Praktek manajemen
 Segregasi limbah
 Perbaikan penanganan material
 Penjadwalan produk

i
Peningkatan good house keeping umumnya dapat menurunkan jumlah limbah antara
20 sampai 30% dengan biaya yang rendah.
2. Daur Ulang
Daur ulang merupakan penggunaan kembali limbah dalam berbagai bentuk, di
antaranya:
a. Dikembalikan lagi ke proses semula.
b. Bahan baku pengganti untuk proses produksi lain.
c. Dipisahkan untuk diambil kembali bagian yang bermanfaat.
d. Diolah kembali sebagai produk samping.
Walaupun daur ulang limbah cenderung efektif dari segi biaya dibanding
pengolahan limbah, ada hal yang harus diperhatikan yaitu bahwa proses daur ulang
limbah harus mempertimbangkan semua upaya pengurangan limbah pada sumber
telah dilakukan.

2.5 Analisa Neraca Massa pada Proses


Analisa pada proses industri dapat dengan menganalisa neraca massa dan energi
dan juga utilitas yang bertujuan untuk menemukan proses yang tidak efisien sehingga
bisa diambil langkah yang dapat meminimalkan kerugian.
Neraca massa yakni menerangkan jalannya bahan baku kedalam proses
produksi. Neraca massa ini bisa dianalisa secara keseluruhan area proses namun bisa
juga dianalisa dengan area yang lebih kecil yakni pada suatu alat proses (sistem).
Neraca massa ini berprinsip pada hukum konservasi yang menyatakan bahwa segala
sesuatu yang memasuki sebuah proses atau sistem keluarannya harus memiliki nilai
yang sama seperti awal.
Bagaimanapun ada situasi dimana ada terjadi reaksi kimia yang menyebabkan
terjadinya peubahan berat, bentuk fisik dan volume. Hal seperti ini juga harus
dihitung. Makanya untuk neraca yang kompleks akan lebih baik jika menyertakan
orang yang memiliki kemampuan teknik untuk menyelesaikan masalah neraca diatas.
Neraca massa dan energi dengan prinsip produksi bersih dengan orientasi terhadap
lingkungan maka perlu dilakukan observasi dari proses terhadap dampaknya pada
lingkungan. Sejak adanya pembentukan sisa dan adanya kehilangan massa dari
proses, maka neraca pantas untuk diidentifikasi dan menghitungnya.

i
Kemudian neraca massa dan energi memiliki tujuan sebagai berikut :
 Untuk mengidentifikasi jalannya proses terhadap bahan baku didalam pabrik,
yang memperhitungkan akumulasi, penyimpanan, perubahan dan kerugian (losses)
 Untuk mengidentifikasi sisa serta polusi yang muncul dalam proses
 Untuk mengetahui perhitungan utama dari proses
 Untuk menghitung kerugian serta emisi
 Untuk mengeditifikasi proses yang tidak efisien
 Untuk menentukan nilai dari kerugian dan limbah
 Untuk memberikan cara peralakuan untuk meminimasi limbah dan ketidak
efisienan
Pengertian dibawah ini dibutuhkan untuk menerapkan neraca massa dan energi :
 Bagian mana dari proses atau tahap yang ingin dimonitor?
 Parameter apa yang ingin dihitung
 Apa unit kontrolnya (system)
 Aliran inlet dan outlet mana yang masuk dan keluar dari system
 Yang mana yang diidentifikasi, penyimpanan sementara atau akhir
 Berapa periode evaluasi
 Tahap penting yang mana diidentifikasi serta kunci dari operasi (key operations)
 Variabel apa yang ditemukan yang saling bersangkutan
Kemudian laju alir dasar harus digambarkan, yang menerangkan aliran inlet dan
outlet serta penyimpanan, akumulasi dan perubahan kimia (chemical transformation).
Untuk melakukan semua ini pengukuran yang dapat diandalkan atau data yang
mungkin dibutuhkan, biasanya tidak tersedia di pabrik, seperti suhu, tekanan, laju
alir, konsentrasi, ketetapan, level penyimpanan, dll. Jika memungkinkan lembar kerja
excel harus dikembangkan untuk mengubah neraca ini menjadi alat optimasi untuk
operator. Setelah neraca siap pada beberapa tahap-tahap terakhir adalah
menginterpretasikan apa yang dihasilkan, dengan maksud agar memungkinkan untuk
menghitung beberapa perhitungan efisiensi, yield dan kualitas dari operasi.
Penentuan ini mungkin dihubungkan dengan biaya, yang memfasilitasi pembuat
keputusan dalam kasus ini dimana investasi tentulah dibutuhkan (Foelkel, 2008).

i
2.6 Langkah-Langkah Produksi Bersih pada Bagian Proses
Langkah dibawah ini berdasarkan dari teknik-teknik dari produksi bersih yakni
house keeping dan substitusi bahan baku sekunder:
 Perbanyak isolasi untuk pipa aliran steam dan alat proses yang menghasilkan
panas agar tidak terjadi heat loss
 Carilah cara agar panas yang ingin dibuang /dilepas dari suatu proses bisa
dimanfaatkan untuk pemanfaatan proses lain (heat recovery) sehingga dapat
menekan biaya bahan bakar untuk pemanasan. Misalnya panas dari reaksi
eksoterm dalam sebuah reactor dimanfaatkan untuk memproduksi steam.
 Gunakan juga energy alternatif yang bisa dimanfaatkan untuk bisa di supply
ke proses seperti pemanfaatan energy matahari, biogas dari limbah organic,
dan briket dari limbah padat.
 Gunakan bahan bakar yang memiliki efek rumah kaca yang terkecil
(Victoria,2008)

2.7 Ekoefisiensi dan Produksi Bersih


Menurut Kamus Lingkungan Hidup dari Kementerian Lingkungan Hidup
Republik Indonesia, ekoefisiensi didefinisikan sebagai suatu konsep efisiensi yang
memasukkan aspek sumber daya alam dan energi atau suatu proses produksi yang
meminimumkan penggunaan bahan baku, air dan energi serta dampak lingkungan
per unit produk. Produksi bersih menurut UNEP (2003) merupakan suatu strategi
pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu, sehingga perlu
diterapkan secara terus menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan
tujuan untuk mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan.
Ekoefisiensi dan produksi bersih mempunyai konsep yang sama. Keduanya
seperti dua sisi mata uang yaitu berbeda pola pandangnya, namun ditilik dari metoda
outputnya hampir serupa. Perbedaan yang jelas diantara keduanya adalah
ekoefisiensi bermula dari isu efisiensi ekonomi yang punya manfaat lingkungan
positif, sedangkan produksi bersih bermula dari isu-isu efisiensi lingkungan yang
punya manfaat ekonomi positif.
Tujuan ekoefisiensi adalah untuk mengurangi dampak lingkungan per unit yang
diproduksi dan dikonsumsi. Dengan mengurangi sumber daya diperlukan bagi

i
terbentuknya produk serta pelayanan yang lebih baik maka bisnis dapat mencapai
keuntungan karena mempunyai daya saing. Produksi bersih bertujuan untuk
mencegah dan meminimalkan terbentuknya limbah atau bahan pencemar lingkungan
di seluruh tahapan produksi. Upaya-upaya dilakukan untuk meningkatkan efisiensi
penggunaan bahan baku, bahan penunjang dan energi di seluruh tahapan
produksi.Penerapan produksi bersih dapat melindungi sumberdaya alam dan
dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Ekoefisiensi menjamin keberlanjutan ketersediaan sumber daya alam (materi dan
energi). Di dalam industri konsep ini dapat diimplementasikan melalui penghematan
(efisiensi) penggunaan bahan baku, energi dan air, minimalisasi kecelakaan kerja
serta minimalisasi limbah. (Zaenuri, 2011).
Ekoefisiensi dapat dicapai dengan cara penyediaan barang -barang dengan
hargayang cukup kompetitif dan jasa yang memuaskan kebutuhan manusia, dan
membawa hidup menjadi lebih berkualitas, sementara secara progresif mengurangi
dampak ekologi dan intensitas sumberdaya di seluruh siklus hidup pada tingkatan
dimana paling tidak sama dengan kapasitas daya dukung bumi (WBCSD, 2000).
World Business Council for Sustainable
Development mengusulkan 7 fokus generik perbaikan sesuai ekoefisiensi (WBCSD,
2000) :
1. Mengurangi intensitas material
2. Mengurangi intensitas energi
3. Mengurangi penyebaran substansi beracun
4. Meningkatkan kemampu daur-ulangan
5. Memaksimalkan penggunaan bahan terbaharui
6. Meningkatkan masa hidup produk
7. Meningkatkan intensitas jasa

2.8 Prinsip Ekoefisiensi dan Produksi Bersih


Produksi bersih (cleaner production) dan ekoefisiensi berhubungan erat. Produksi
bersih dipandang sebagai suatu mekanisme memperbaiki keluaran lingkungan, yang
mana juga berakibat pada manfaat finansial. Ekoefisiensi berfokus lebih dekat pada

i
perbaikan keluaran bisnis, melalui penggunaan manajemen lingkungan yang
diperbaiki dan efisiensi sumberdaya.
Ekoefisiensi dan produksi bersih melibatkan upaya-upaya untuk meningkatkan
efisiensi penggunaan bahan dan energi yang efisien di seluruh tahapan produksi
akan mencegah dan meminimalkan terbentuknya limbah di seluruh tahapan
produksi. Prinsip atau konsep ini akan melindungi sumberdaya alam dan dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan. Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi
bersih (ekoefisiensi) menurut Kementerian Lingkungan Hidup dituangkan dalam 5R
(rethink, reuse,reduce, recovery, recycle).
Prinsip ekoefisiensi ditekankan pada strategi utama yaitu upaya pencegahan dan
pengurangan (elimination, reduce), tetapi apabila masih menimbulkan limbah, maka
dilakukan strategi pengelolaan limbah yaitu pakai ulang (reuse), daur ulang (recycle)
dan pungut ulang (recovery).

2.9 Perangkat Ekoefisiensi


Terdapat 3 (tiga) perangkat eko-efisiensi menurut GTZ-Pro LH (2007), meliputi :
1. Good Housekeeping/GHK (Tata kelola yang apik)
Pengelolaan internal yang baik (good housekeeping) berkaitan dengan
sejumlah langkah praktis berdasarkan akal sehat yang dapat segera diambil oleh
badan usaha dan atas inisiatif mereka sendiri untuk meningkatkan operasi
mereka, dan menyempurnakan prosedur organisasional dan keselamatan tempat
kerja dengan memperhatikan kebersihan, keapikan lingkungan kerja dan kinerja
proses produksi. Dengan demikian ini merupakan sarana manajemen untuk
pengelolaan biaya, pengelolaan lingkungan hidup dan perubahan organisasional.
Bilamana kesemua bidang ini cukup dipertimbangkan, “tiga kemenangan”
(ekonomi, lingkungan, organisasi) dapat dicapai dan keberhasilan proses
perbaikan secara kontinyu dalam perusahaan dapat terwujud (GTZ-P3U, 2000).
Praktek good housekeeping mencakup tindakan prosedural, administratif atau
institusional yang dapat digunakan di perusahaan untuk meminimalisasi
penggunaan bahan baku, energi, air dan meminimalisasi serta mendaur ulang
limbah yang dapat mengurangi biaya dan ongkos produksi. Good housekeeping
dapat dilaksanakan dengan cara memperhatikan tata cara penyimpanan,

i
penanganan dan pengangkutan bahan yang baik, pencegahan kebocoran dan
ceceran, dan sebagainya. Penerapan operasi ini meliputi kegiatan : pengawasan
terhadap, prosedurprosedur operasi, perbaikan penanganan material, segregasi
limbah, penjadwalan produk, praktek manajemen dan pemeliharaan preventif.
2. Environment Oriented Cost Management/EoCM (Manajemen Biaya Berorientasi
Lingkungan)
Manajemen Biaya Berorientasi Lingkungan bertujuan untukmemberikan
informasi dalam pengambilan keputusan untuk perbaikankinerja lingkungan,
ekonomi dan organisasional. Perhitungan ekonomi dilakukan terhadap setiap
langkah proses yang melibatkan materi, energi, tenaga kerja dan peralatan. Pada
setiap langkah proses, biaya produksi dan besarnya keluaran bukan produk
(KBP) dihitung dalam kurun waktu 1 tahun. Dari hasil perhitungan tersebut akan
teridentifikasi langkah proses yang mempunyai nilai KBP dan menyebabkan
dampak lingkungan yang tinggi. Pendekatan Manajemen Biaya Berorientasi
Lingkungan secara garis besar dilakukan dalam enam tahap:
a. Mengidentifikasi langkah proses yang mempunyai KBP dan dampaklingkungan
yang dominan
b. Menganalisa pengaruh terkait dengan biaya resiko dan bahaya dampaklingkungan
c. Menganalisa sebab timbulnya KBP
d. Mengembangkan upaya- upaya alternatif untuk meminimumkan KBP
e. Melaksanakan rencana aksi yang dipilih
f. Mengintegrasikannya dalam struktur di perusahaan.

3. Chemical Management/CM (Pengelolaan Bahan Kimia)


Pengelolaan bahan kimia merupakan upaya perbaikan pengelolaanbahan kimia
agar dapat diperoleh penghematan biaya, mengurangi dampak lingkungan,
meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja, danmeningkatkan daya saing.
Pendekatan pengelolaan bahan kimia dilakukan dengan dua tahap, yaitu :
a. Mengenali daerah rawan (hot spot)
Pada tahap ini dilakukan identifikasi kehilangan bahan kimia dan bahaya
bahan kimia bagi karyawan dan lingkungan, untuk selanjutnya dilakukan
penanganan terhadap permasalahan tersebut. Dalam Chemical Management,

i
dikenal 4 (empat) prinsip dasar penanganan bahan kimia, yaitu: Eliminasi bahaya
(dengan tidak menggunakan bahan kimia berbahaya atau dengan menggantinya
dengan bahan yang bahayanya lebih rendah), Beri jarak/ penghalang antara bahan
kimia dengan pekerja, Sediakan ventilasi, Perlindungan pekerja dengan alat
pelindung diri (APD).
b. Inventarisasi bahan kimia
Pada tahap ini, dilakukan identifikasi menyeluruh terhadap bahankimia yang
disimpan dan digunakan serta membentuk informasi terstrukturuntuk
mengidentifikasi dan melakukan upaya peningkatan. Secara berkesinambungan.
Kesuksesan penerapan eko-efisiensi pada perusahaansangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain :
1) Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan mutlak diperlukan dalam penerapan ekoefisiensi
karena merupakan awal dari adanya perubahan. Pengambilan keputusan
merupakan hak penuh dari pemilik perusahaan, dan jika diperlukan dibantu
dengan konsultan. Keputusan yang diambil disesuaikan dengan besarnya skala
prioritas suatu rencana aksi dan kemampuan finansial perusahaan.
2) Motivasi
Motivasi untuk terus melaksanakan perbaikan perlu dimiliki oleh perusahaan
dan didukung oleh seluruh karyawan. Sehingga penerapan eko-efisiensi tidak
dirasakan sebagai beban, namun sebagai suatu kebutuhan.
3) Komitmen
Perusahaan dan seluruh karyawan harus memiliki komitmen yang besar
dalam mensukseskan suatu perubahan yang disepakati. Rasa memiliki karyawan
terhadap perusahaan membantu menumbuhkan komitmen dalam melakukan
perbaikan.
4) Kebiasaan
Perubahan-perubahan yang telah disepakati sebelumnya, perlu dijadikan
suatu kebiasaan bagi karyawan. Pihak manajemen puncak perlu melakukan
pemantauan dan evaluasi terhadap penerapan ekoefisiensi secara berkala untuk
menjamin karyawan melakukan perubahan itu sebagai suatu kebiasaan

i
5) Hubungan top management dengan karyawan
Kebersamaan antara pihak manajemen perusahaan dengan seluruh karyawan
sangat diperlukan dalam menerapkan suatu perubahan. Rasa kebersamaan dan
komunikasi yang intensif antara kedua belah pihak akan memudahkan dalam
penyampaian masukan dan kritik terhadap perubahan, sehingga bisa diambil
tindakan yang lebih tepat. Tentunya, hasil dari penerapan eko-efisiensi tidak
hanya dinikmati oleh perusahaan, namun juga oleh karyawan dan masyarakat,
baik dari segi finansial, lingkungan dan organisasional.

2.10 Non Product Output (NPO/KBP)


Keluaran bukan produk (KBP) atau Non Product Output (NPO) didefinisikan
sebagai seluruh materi, energi dan air yang digunakan dalam prosesproduksi namun
tidak terkandung dalam produk akhir (GTZ-ProLH, 2007).Total biaya keluaran
bukan produk merupakan penjumlahan biaya KBP dari input, Biaya KBP dari
proses produksi dan biaya KBP dari output.
1. Bentuk keluaran bukan produk dapat diidentifikasi sebagai berikut :
a. Bahan baku yang kurang berkualitas
b. Barang jadi yang ditolak atau di luar spesifikasi produk yang ditentukan (semua
tipe)
c. Pemrosesan kembali (reprocessing)
d. Limbah padat (beracun/ tidak beracun)
e. Limbah cair (jumlah dari kontaminan, keseluruhan air yang tidak terkandung
dalam produk final)
f. Energi yang tidak terkandung dalam produk akhir (seperti uap, listrik, oli,
diesel, dan lain- lain)
g. Emisi (termasuk kebisingan dan bau)
h. Kehilangan dalam penyimpanan
i. Kerugian pada saat penanganan dan transportasi (internal maupun eksternal)
j. Pengemasan barang
k. Klaim pelanggan dan trade returns
2 Kerugian karena kurangnya perawatan

i
Kerugian karena permasalahan kesehatan dan lingkungan. Dalam perhitungan
Keluaran bukan produk (KBP) terdapat beberapa catatan yaitu:
a. Lebih baik perkiraan secara kasar yang benar daripada dihitung teliti namun
salah
b. Memikirkan apa yang akan direduksi, bila KBP dikurangi
c. Ada kemungkinan- kemungkinan berbeda dalam mengalokasikan biaya KBP
d. Menghindari perhitungan ganda
e. Tidak perlu berlebihan dalam memperkirakan penghematan.

Dengan menganalisa masukan dan keluaran proses produksi secara terperinci,


perusahaan mempunyai kesempatan untuk melihat lebih dekat terhadap proses
produksi dan mengidentifikasi peluang lebih lanjut guna mengurangi biaya produksi
dan meningkatkan produktivitas.

i
BAB III
PEMBAHASAN

4.1 Analisa Produksi Bersih Pada Pabrik Bioetanol Dari Molase


Bioetanol dapat dibuat dari karbohidrat yang berupa gula. Gula ini dengan
bantuan mikroorganisme dapat diubah menjadi etanol melalui proses fermentasi
(Senam, 2009). Beberapa kelebihan bioetanol dibanding bensin, antara lain lebih
aman, memiliki titik nyala tiga kali lebih tinggi dibanding bensin, dan menghasilkan
emisi gas hidrokarbon lebih sedikit. Di balik itu juga terdapat berbagai kekurangan
bioetanol bila dibanding dengan bensin, antara lain mesin kendaraan akan mengalami
kesulitan untuk dihidupkan bila dalam keadaan suhu dingin, serta mampu bereaksi
dengan logam tertentu seperti aluminium, sehingga dapat merusak komponen
kendaraan yang terbuat dari logam tersebut (Senam, 2009).
Molase adalah sejenis sirup yang merupakan sisa dari proses pengkristalan
karena mengandung glukosa dan fruktosa yang sulit untuk dikristalkan. Molase dari
tebu dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu molase kelas 1, molase kelas 2 dan black
strap (Adawiyah, 2009). Adapun deskipsi proses sebagai berikut:
 Pre-Treatmean
Molases dimurnikan terlebih dahulu dengan menyaringnya kemudian
diencerkan dengan air sehingga molase menjadi 12 °brix untuk mendapat kadar gula
yang optimum.
 Tahapan hidrolisis molase
 Sterilisasi molase
Untuk mencegah adanya bakteri maka molase disterilisasi dengan suhu 75 °C
dan kemudian didinginkan kembali menjadi 30 °C.
 Fermentasi
Fermentasi dilakukan dengan Saccharomyces cereviseae dengan kondisi
anaerob dan lama fermentasi 30 jam. Pada akhir fermentasi, kadar alkohol yang
diperoleh 8-10 %.
(Adawiyah, 2009).

i
FLOWDIAGRAM PROSES PEMBUATAN BIOETANOL DARI MOLASE

i
Pada pembuatan bioethanol dari molase, produksi bersih telah dilaksanakan
dalam pre-treatmean bahan baku, neraca energinya dalam prosesnya karena telah
meminimalisir penggunaan panas dalam proses pabriknya, Dalam proses pre-
treatmean pada pembuatan bioethanol dari molase, dilakukan dengan cara
menyaringnya melalui screening kemudian dalam penggunaan steam, proses ini telah
menggunakan utilitas air sisa sisa sebagai air steam dalam proses.
Limbah yang dihasilkan dalam dalam proses ini yaitu:
 Abu
 Glukosa
 H2SO4
 CO2
 Sacharromyces
Dalam pabrik ini pengolahan limbah yang digunakan yaitu :

Sehigga dalam pengolahan limbah yang diberikan hanya kolam aerasi sedangkan
pengukuran pH tidak diberikan, sedangkan H2SO4 dihasilkan dalam limbah industry
ini, jadi menurut kami pabrik ini belum menerapkan produksi bersih dalam
Pabriknya.

i
4.2 Penerapan Produksi Bersih Dalam Pembuatan Bioetanol dari Molase

Dimana menurut kami proses pengolahan limbah dari proses ini lebih baik
menggunakan limbah proses sebagai pupuk organic cair karena lebih
menguntungkan, dimana produk samping bias menghasilkan nilai ekonomi yang
lebih tinggi.

i
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Menerapkan produksi bersih dalam pabrik industri kimia merupakan salah satu
alternatif peminimalisasian limbah.
2. Ekoefisiensi dalam hubungannya dengan produksi bersih merupakan
kombinasi yang mengkaji masalah ekonomi dan dampak lingkungan terhadap
peminimalisasian limbah.
3. Teknik-teknik pelaksanaan produksi bersih adalah pengurangan pada sumber
dan daur ulang.

17

i
DAFTAR PUSTAKA

Costantin, dkk. 2008. Cleaner Production Assessment Technical, Economic,


Environmental and Financial Assessment of Generated Options. Pdf.
Project Finance Through Life
Dwi dan Susanti. 1997. Studi Penerapan Produksi Bersih (Studi Kasus Pada
Perusahaan Pulp and Paper Serang). Jurnal Teknik Lingkungan.
Universitas Diponegoro : Semarang
Foelkel, Celso. 2008. Eco-Efficiency and Cleaner Production For The Eucalyptus
Pulp and Paper Industry. Eucalyptus Online Book. Celsius Degree Press
Hidayat, Nur. 2012. Produksi Bersih, Artikel. Universitas Brawijaya : Malang.
Panggabean, Sahat M. 2000. Minimisasi Limbah pada Pusat Pengembangan
Pengelolaan Limbah Radioaktif. Buletin Limbah. Vol 3 No.1.
Victoria. 2008. Hints and Tips For Improving Resource Efficiency In Your Business.
Artikel. Epa Victoria Department

Anda mungkin juga menyukai