Anda di halaman 1dari 17

Thursday, July 2, 2009 at 8:17pm

Radit aNd Biyan Bakalan Ngobrolin tentang ” Memasukkan ORTU ke PANTI JOMPO…
Bentuk Perhatian, atau Ketidakpedulian??”

Scary story…

Sesuai siklus alami, manusia terlahir, tumbuh besar, berkembang biak, menjadi tua dan
sakit, lalu mengalami mati. Sebagai mahluk sosial, tugas manusia bukan hanya untuk
hidup dan berkembang biak, melainkan juga untuk membangun kehidupan yang beradab
dalam masyarakat, terlebih lagi dalam agama, manusia ditunjuk sebagai pemimpin di
dunia dan bertanggung jawab atas perannya itu terhadap Tuhan. Maka terbentuklah
sistem sosial; pembagian peran dan tanggung jawab dalam masyarakat. Bayi dan anak-
anak memerlukan waktu dan bantuan yang sangat banyak untuk belajar agar bisa hidup
mandiri dan meneruskan peran orang dewasa, dilain pihak, orang tua berusaha keras
menghidupi dan mendidik anak sambil berperan aktif dalam masyarakat. Ketika manusia
memasuki usia lanjut, kesehatan tubuh perlahan menurun. Seringkali kemampuan fisik
manusia lanjut usia (manula) menjadi sama lemahnya dengan seorang bayi.

“ Disaat kondisi orang tua kita sudah sangat tua, udah ga bisa mengurus rumah dan yg
lain-lain, juga mulai sakit-sakitan. Kita sebagai anak pasti ingin mengurus ortu kamu,
tapi kita adalah anak satu-satunya, menikah dan tinggal jauh dari orang tua,, disaat
ingin meminta bantuan saudara untuk membantu menjaga, saudara kita mata duitan,,
walaupun biayanya kita yg tanggung setiap bulannya”… di saat yg seperti ini, jalan satu-
satunya untuk orang tua kita adalah panti jompo,, tempat dimana orang-orang tua ada yg
merawatnya,,, tapi, apakah panti jompo adalah jalan yang terbaik?? Bagaimana perasaan
orang tua kita??”Semoga kesadaran untuk peduli terhadap kaum manula bisa tumbuh
berkembang dan kita akhirnya terbiasa memperdulikan mereka, agar pada masa senja,
kaum lanjut usia ini tetap menikmati hidup dan merasakan perhatian serta kasih
sayang.karena sesuai siklus alami, suatu saat nanti kita pun menjadi salah satu dari
mereka.”
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
%%

PENDAHULUAN

Di jaman modernisasi, hubungan orang muda dan orang tua semakin renggang.
Kesibukan yang melanda kaum muda hampir menyita seluruh waktunya, sehingga
mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk memikirkan orang tua. Kondisi seperti ini
menyebabkan kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak, kurangnya perhatian dan
pemberian perawatan terhadap orang tua. Kondisi perkotaan yang berpacu untuk
memperoleh kekuasaan dan kekayaan banyak menimbulkan rasa kecemasan, ketegangan,
ketakutan, bagi penduduknya yang dapat menyebabkan penyakit mental. Kondisi
perkotaan yang besifat individualisme menyebabkan kontak sosial menjadi longgar
sehingga penduduk merasa tidak aman, kesepian dan ketakutan.
JAKARTA, KOMPAS.com — Saat ini pertumbuhan populasi warga lanjut usia/lansia di
Indonesia sudah mencapai 20 juta jiwa. Sebanyak 2,7 juta lansia di antaranya kondisinya
telantar dan 4,5 juta rawan telantar. Ini terjadi karena tidak adanya kepedulian terhadap
keberadaan warga lansia.

Ada 20 juta lansia yang perlu kita perhatikan. “Artinya, harus ada ide-ide agar mereka
bisa menghasilkan sesuatu dan tidak menjadi beban,” kata Menteri Sosial (Mensos)
Bachtiar Chamsyah saat membuka South East Asian Countries Meeting on Active Ageing
di Jakarta, Selasa (2/6).

Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan pada bagian terdahulu,
maka beberapa masalah utama yang dihadapi lanjut usia pada umumnya adalah :

(1) Menurunnya daya tahan fisik

(2) Masa pensiun bagi lanjut usia yang dahulunya bekerja sebagai pegawai negeri sipil
yang menyebabkan menurunya pendapatan dan hilangnya prestise

(3) Perkawinan anak sehingga anak hidup mandiri dan terpisah dari orang tua.

(4) Urbanisasi penduduk usia muda yang menyebabkan lanjut usia terlantar,

(5) Kurangnya dukungan dari keluarga lanjut usia

(6) Pola tempat tinggal lanjut usia; lanjut usia yang hidup di rumah sendiri, tinggal
bersama dengan anak /menantu, dan tinggal di panti werdha. Dengan permasalahan yang
komplek yang dialami oleh lanjut usia maka peneliti memilih permasalahan pengaruh
faktor-faktor kondisi kesehatan, kondisi ekonomi dan kondisi sosial terhadap
kemandirian orang lanjut usia.

Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat
yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup.

v Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia baru berjumlah 7,7 juta jiwa atau 5,2 persen dari
seluruh jumlah penduduk.

v Pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia meningkat menjadi 11,3 juta orang atau
8,9 persen.

v Jumlah ini meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau
7,2 persen dari seluruh penduduk.

v Dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara konsisten dari waktu
ke waktu. Angka harapan hidup penduduk Indonesia berdasarkan data Biro Pusat Statistik
:

ü pada tahun 1968 : 45,7 tahun

ü pada tahun 1980 : 55.30 tahun

ü pada tahun 1985 : 58,19 tahun

ü pada tahun 1990 : 61,12 tahun

ü Pada tahun 1995 : 60,05 tahun

ü serta tahun 2000 : 64.05 tahun (BPS.2000)

Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan membawa dampak terhadap sosial
ekonomi baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam pemerintah. Implikasi
ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam
ratio ketergantungan usia lanjut (old age ratio dependency). Setiap penduduk usia
produktif akan menanggung semakin banyak penduduk usia lanjut. Wirakartakusuma
dan Anwar (1994) memperkirakan angka ketergantungan usia lanjut pada tahun 1995
adalah 6,93% dan tahun 2015 menjadi 8,74% yang berarti bahwa pada tahun 1995
sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong 7 orang usia lanjut yang berumur 65
tahun ke atas sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 100 penduduk produktif harus
menyokong 9 orang usia lanjut yang berumur 65 tahun ke atas. Ketergantungan lanjut
usia disebabkan kondisi orang lanjut usia banyak mengalami kemunduran fisik maupun
psikis, artinya mereka mengalami perkembangan dalam bentuk perubahan-perubahan
yang mengarah pada perubahan yang negatif.

Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia mengalami
penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan : (1) perubahan penampilan
pada bagian wajah, tangan, dan kulit, (2) perubahan bagian dalam tubuh seperti sistem
saraf : otak, isi perut : limpa, hati, (3) perubahan panca indra : penglihatan, pendengaran,
penciuman, perasa, dan (4) perubahan motorik antara lain berkurangnya kekuatan,
kecepatan dan belajarketerampilan baru. Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya
mengarah pada kemunduruan kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh
juga pada aktivitas ekonomi dan sosial mereka. Sehingga secara umum akan berpengaruh
pada aktivitas kehidupan sehari-hari

Masalah umum yang dialami lanjut usia yang berhubungan dengan kesehatan fisik, yaitu
rentannya terhadap berbagai penyakit , karena berkurangnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi pengaruh dari luar. Menurut data SKRT (Survey Kesehatan Rumah Tangga)
masih tinggi. SKRT tahun 1980 menunjukkan angka kesakitan penduduk usia 55 tahun ke
atas sebesar 25,7 persen. BerdasarkanSKRT tahun 1986 angka kesakitan usia 55 tahun
15,1%, dan menurut SKRT 1995 angka kesakitan usia 45-59 sebesar 11,6 persen
( Wirakartakusumah : 2000)

Dalam penelitian Profil Penduduk Usia Lanjut Di Kodya Ujung Pandang ditemukan
bahwa lanjut usia menderita berbagai penyakit yang berhubungan dengan ketuaan antara
lain diabetes melitus, hipertensi, jantung koroner, rematik dan asma sehingga
menyebabkan aktifitas bekerja terganggu (Ilyas : 1997). Demikian juga temuan studi
yang dilakukan Lembaga Demografi Universitas Indonesia di Kabupaten Bogor tahun
1998, sekitar 74 persen lansia dinyatakan mengidap penyakit kronis. Tekanan darah
tinggi adalah penyakit kronis yang banyak diderita lanjut usia, sehingga mereka tidak
dapat melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari (Wirakartakusumah : 2000).

Penurunan kondisi fisik lanjut usia berpengaruh pada kondisi psikis. Dengan berubahnya
penampilan, menurunnya fungsi panca indra menyebabkan lanjut usia merasa rendah diri,
mudah tersinggung dan merasa tidak berguna lagi. Datangnya menopause bagi
perempuan akan menimbulkan perasaan tidak berguna , karena mereka tidak dapat
bereproduksi lagi. Inti dari kewanitaan adalah keberhasilan seorang wanita untuk mengisi
peranannya sebagai seorang ibu dan Pada umumnya masalah kesepian adalah masalah
psikologis yang paling banyak dialami lanjut usia. Beberapa penyebab kesepian antara
lain

(1) longgarnya kegiatan dalam mengasuh anak-anak karena anak-anak sudah dewasa dan
bersekolah tinggi sehingga tidak memerlukan penanganan yang terlampau rumit

(2) Berkurangnya teman/relasi akibat kurangnya aktifitas di luar rumah

(3) kurangnya aktifitas sehingga waktu luang bertambah banyak

(4) Meninggalnya pasangan hidup

(5) Anak-anak yang meninggalkan rumah karena menempuh pendidikan yang lebih
tinggi, anak-anak yang meninggalkan rumah untuk bekerja

(6) Anak-anak telah dewasa dan membentuk keluarga sendiri. Beberapa masalah tersebut
akan menimbulkan rasa kesepian lebih cepat bagi orang lanjut usia. Dari segi inilah lanjut
usia mengalami masalah psikologis, yang banyak mempengaruhi kesehatan psikis,
sehingga menyebabkan orang lanjut usia kurang mandiri.

Penduduk Jawa Tengah Menurut Table Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2006

Sumber:
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah http://jateng.bps.go.id/2006/
40 – 44 1.201.490 1.238.272 2.439.762
45 – 49 1.023.567 1.105.464 2.129.031
50 – 54 952.392 852.590 1.804.982
55 – 59 630.469 598.568 1.229.037
60 – 64 515.630 573.449 1.089.079
65 – 69 391.771 479.573 871.344
70 – 74 323.897 387.059 710.956
75 + 335.735 363.165 698.900
Tabel : 3.1.2 Penduduk Kabupaten/Kota Magelang dan Kelompok Umur Tahun 2006 /
Population of Jawa Tengah by Regency/City and Age Group 2006

Kelompok Umur (Tahun) Kab. Magelang Kota Magelang


0-14 285.736 27.962
15-64 771.872 90.644
65 + 95.626 11.346
Total 1 153 234 129 952

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS Provinsi Jawa Tengah / Source
: National Economic Survey, BPS-Statistics of Jawa Tengah Province

%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%

Hari Lanjut Usia Nasional

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Hari Lanjut Usia Nasional (Hari Lansia) merupakan salah satu hari penting di Indonesia
yang diperingati setiap 29 Mei sebagai wujud kepedulian dan penghargaan terhadap
orang lanjut usia.Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lansia, Lansia adalah orang yang telah berusia 60 tahun ke atas. Sebagai wujud dari
penghargaan terhadap orang lanjut usia, pemerintah membentuk Komnas Lansia (Komisi
Nasional Perlindungan Penduduk Lanjut Usia), dan merancang Rencana Aksi Nasional
Lanjut Usia di bawah koordinasi kantor Menko Kesra. Komnas Lansia dibentuk
berdasarkan Keppres Nomor 52 tahun 2004 dan bertugas sebagai koordinator usaha
peningkatan kesejahteraan sosial orang lanjut usia di Indonesia. Pemerintah daerah
memperingati Hari Lansia dengan kegiatan yang melibatkan orang lanjut usia, seperti
acara senam bersama, berbagai perlombaan, dan penyerahan paket bantuan usia.

LANSIA MASA KINI DAN MENDATANG

Deputi I Menkokesra ”Kemajuan di bidang kesehatan, meningkatnya sosial ekonomi


masyarakat dan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat yang bermuara dengan
meningkatnya pada kesejahteraan rakyat akan meningkatkan usia harapan hidup
sehingga menyebabkan jumlah penduduk Lanjut Usia dari tahun ke tahun semakin
meningkat. Jika pemerintah dan berbagai program pembangunan tidak mengantisipasi
keadaan ini maka keberadaan Lanjut Usia akan menjadi bom waktu”.

Keadaan Lansia di Indonesia

Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia
(aging struktured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
sekitar 7,18%. Provinsi yang mempunyai jumlah penduduk Lanjut Usia (Lansia)nya
sebanyak 7% adalah di pulau Jawa dan Bali. Peningkatan jumlah penduduk Lansia ini
antara lain disebabkan antara lain karena 1) tingkat sosial ekonomi masyarakat yang
meningkat, 2) kemajuan di bidang pelayanan kesehatan, dan 3) tingkat pengetahuan
masyarakat yang meningkat.

Jumlah Penduduk Lansia Indonesia

Jumlah
Usia Harapan
Tahun Penduduk Prosentase
Hidup
Lansia
1980 52,2 tahun 7.998.543 5,45
1990 59,8 tahun 11.277.557 6,29
2000 64,5 tahun 14.439.967 7,18
2006 66,2 tahun +19 juta 8,90
(prakiraan)
2010 +23,9 juta 9,77
67,4 tahun
(prakiraan)
2020 +28,8 juta 11,3
71,1 tahun

Jumlah penduduk Lansia pada tahun 2006 sebesar kurang lebih 19 juta, usia harapan
hidup 66,2 tahun, pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 23,9 juta (9,77%), usia harapan
hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%),
dengan usia harapan hidup 71,1 tahun.

Dari jumlah tersebut, pada tahun 2010, jumlah penduduk Lansia yang tinggal di
perkotaan sebesar 12.380.321 (9,58%) dan yang tinggal di perdesaan sebesar 15.612.232
(9,97%). Terdapat perbedaan yang cukup besar antara Lansia yang tinggal di perkotaan
dan di perdesaan. Perbedaan ini bisa jadi karena antara lain Lansia yang tadinya berasal
dari desa lebih memilih kembali ke desa di hari tuanya, dan mungkin juga bisa jadi
karena penduduk perdesaan usia harapan hidupnya lebih besar karena tidak menghirup
udara yang sudah berpolusi, tidak sering menghadapi hal-hal yang membuat mereka
stress, lebih banyak tenteramnya ketimbang hari-hari tiada stress atau juga bisa jadi
karena makanan yang dikonsumsi tidak terkontaminasi dengan pestisida sehingga
membuat mereka tidak mudah terserang penyakit sehingga berumur panjang.

Namun jika dilihat pada tahun 2020 walaupun jumlah Lansia tetap mengalami kenaikan
yaitu sebesar 28.822.879 (11,34%), ternyata jumlah Lansia yang tinggal di perkotaan
lebih besar yaitu sebanyak 15.714.952 (11,20%) dibandingkan dengan yang tinggal di
perdesaan yaitu sebesar 13.107.927 (11,51%).

Kecenderungan meningkatnya Lansia yang tinggal di perkotaan ini bisa jadi disebabkan
bahwa tidak banyak perbedaan antara rural dan urban. Karena pemusatan penduduk di
suatu wilayah dapat menyebabkan dan membentuk wilayah urban. Suatu contoh bahwa
untuk membedakan wilayah rural dan urban di antara kota Jakarta dan Bekasi atau antara
Surabaya dengan Sidoarjo serta kota-kota lainnya kelihatannya semakin tidak jelas. Oleh
karena itu benarlah kata orang bahwa Pantura adalah kota terpanjang di dunia, tidak jelas
perbatasan antara satu kota dengan kota lainnya.

Alasan lain mengapa pada tahun 2020 ada kecenderungan jumlah penduduk Lansia yang
tinggal di perkotaan menjadi lebih banyak karena para remaja yang saat ini sudah banyak
mengarah menuju kota, mereka itu nantinya sudah tidak tertarik kembali ke desa lagi,
karena saudara, keluarga dan bahkan teman-teman tidak banyak lagi yang berada di desa.
Sumber penghidupan dari pertanian sudah kurang menarik lagi bagi mereka, hal ini juga
karena pada umumnya penduduk desa yang pergi mencari penghidupan di kota, pada
umumnya tidak mempunyai lahan pertanian untuk digarap sebagai sumber penghidupan
keluarganya.

Selain itu bahwa di masa depan sektor jasa mempunyai peran yang penting sebagai
sumber penghidupan. Oleh karena itu suatu negara yang tidak mempunyai sumber daya
alam yang cukup maka di era globalisasi akan beralih kepada sektor jasa sebagai sumber
penghasilannya, contoh negara Singapura. Pada hal sektor jasa dapat berjalan dan hidup
hanya di daerah perkotaan.

Lansia masa kini dan mendatang

Usia harapan hidup (UHH) tertinggi laki-laki adalah DKI Jakarta dan DIY, sedangkan
terendah di Jawa Barat, sedangkan UHH perempuan tertinggi adalah adalah DKI Jakarta,
dan terendah di Jawa Barat. Sedangkan jumlah penduduk Lansia tertinggi dan terendah
baik laki-laki maupun perempuan adalah di Jawa Timur (tertinggi) dan Bali (terendah).
Proses kematian Lansia di perkotaan disebabkan penuaan, sedangkan di perdesaan lebih
banyak disebabkan oleh penyakit infeksi.

Dalam kaitannya dengan pemberdayaan, diupayakan agar Lansia dapat melaksanakan


fungsi sosialnya serta berperan aktif dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Oleh karena itu Lansia mempunyai kewajiban, antara lain 1) memberikan
bimbingan dan nasehat yang didasarkan pengetahuan, keahlian, ketrampilan, dan
kearifannya, 2) mentransformasikan dan mengamalkan ilmu pengetahuan dan
pengalamannya, dan 3) memberikan keteladanan. Hanya saja apakah dalam
melaksanakan kewajiban-kewajibannya itu ada suatu forum yang dapat memfasilitasi
ataukah hanya sebatas pada lingkungannya saja ?

Ada suatu cerita singkat yang menarik untuk diutarakan, dimana pada era pembangunan
yang semakin dinamis dan tidak diikuti dengan meningkatnya kesempatan mengeyam
pendidikan bagi kaum perempuan tersebut ternyata akan membawa dampak semakin
menderitanya para eyang putri, mbah wedok, oma, opung, nenek, nyai dan entah apa
lagi sebutannya. Dalam mengikuti dinamika pembangunan yang gegap gempita ini
mereka semakin merasa kesepian. Mengapa….? Mereka itu pada masa tuanya tetap
bermukim di desa/kampung yang nun jauh di sana, kurang bahkan tidak tersentuh dari
kemajuan pembangunan di bidang pendidikan. Mereka tidak bisa baca tulis. Sedangkan
disisi lain, saat ini para generasi mudanya untuk mendapatkan penghasilan yang layak
harus ke luar dari kampungnya. Di desa/kampungnya mereka tidak dapat berbuat
banyak kecuali kalau mereka ke luar dari desanya untuk mendapatkan pekerjaan. Sudah
dapat dipastikan walaupun tidak mempunyai keterampilan yang memadai mereka tetap
pergi ke kota untuk mengadu nasib mencari peruntungan. Tekad yang membara akhirnya
mereka mendapat pekerjaan yang jauh dari desanya. Orang tuanya yang pada umumnya
kurang bisa baca tulis tidak dapat berbuat banyak. Suatu hari sang ibu atau nenek
tersebut mendapat surat dari anaknya yang sudah melanglang buana, diantara anak-
anaknya ada yang menjadi Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri, sedangkan anak yang
lainnya ada yang masih tetap tinggal dan bekerja di Indonesia, namun berada jauh di
luar provinsi asalnya.
Surat yang diterima sang nenek tidak dapat dibaca, sehingga sang nenek tidak
mengetahui isi surat itu. Akhirnya surat dari anaknya tetap tergeletak di ujung meja
depan yang sudah lama tidak dibersihkan. Mengapa dalam cerita ini sang nenek ?
Karena usia harapan hidup kaum perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan kaum
laki-laki, sehingga banyak Lansia perempuan yang hidup sendirian karena ditinggal mati
suaminya. Dalam kaitannya dengan pendidikan, menurut BPS pada tahun 2000 bahwa
jumlah Lansia yang tidak pernah sekolah sebesar 38%. Sang nenek menurut cerita di
atas adalah salah satu dari 38% sebagaimana dimaksud.

LANSIA DAN REFORMASI BIROKRASI

Indonesia jagonya mengeluarkan undang-undang

Kalau soal banding membanding lagi-lagi kita selalu yang berada di bawah. Misalnya
soal Human Development Index (HDI), negara yang baru muncul saja seperti Vietnam
sudah berada di atas Indonesia. Lantas bagaimana soal fasilitas terhadap penduduk Lanjut
Usia (Lansia) ?
Peraturan perundang-undangan sudah segudang diterbitkan mulai yang mengatur tentang
Kesehatan (UU 23/1992), mengatur tentang Kesejahteraan Lansia (UU 13/1998),
mengatur Hak Azasi Manusia (UU 39/1999), dan yang mengatur tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (UU 40/2004).

Namun sejauhmana berbagai peraturan tersebut menyentuh soal Lansia ?


Banyak instansi terkait yang seharusnya secara khusus mengimplementasikan dalam
bentuk peraturan pelaksanaan sesuai dengan tugas dan fungsi yang melekat dan menjadi
tanggungjawab instansinya. Misalnya Departemen Perhubungan yang dapat memberikan
fasilitas bagi Lansia untuk potongan harga pembayaran tiket pesawat terbang, kereta api,
bus umum. Pemberian fasilitas ini dulu pernah diberikan untuk tiket pesawat (namun
sekarang tidak ada lagi). Mungkinkah dilakukan pengaturan untuk pemotongan harga
atau jika memungkinkan gratis untuk biaya transportasi umum dalam kota bagi Lansia ?
Bangsa Indonesia memang pintar membuat sloga-slogan, tetapi pada kenyataannya masih
jauh dari harapan dan kenyataan. Misalnya ”Bangsa yang besar adalah yang menghormati
para pahlawannya”, Bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah, sopan, santun,
berbudaya, dermawan dan entah sebutan apalagi. Mari kita bertanya pada diri sendiri,
mana bukti pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Selalu yang dijadikan alasan adalah payung hukumnya, namun jika mengamati secara jeli
maka terdapat tumpang tindih dan ketidaksinkronan antara peraturan yang satu dengan
yang lainnya dan bahkan setelah diterbitkannya peraturan perundangannya, peraturan
pelaksanaannya tidak/belum terbit setelah sekian lama, sebagai contoh adalah
pelaksanaan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional.

Perbandingan Kesejahteraan Lansia di Korea Selatan

Untuk mengetahui tentang pelaksanaan kesejahteraan Lansia di negara Ginseng, Korea


Selatan, beberapa anggota Komnas Lansia melakukan studi banding.
Kegiatan studi banding ini bertujuan mendapatkan sebanyak mungkin masukan dan
bahan banding yang berkaitan dengan kebijakan, kelembagaan dan komisi yang berperan
dalam penanganan Lansia.

Kebijakan tentang penanganan Lansia sudah sama-sama dipayungi dengan hukum baik di
pemerintahan Korea Selatan maupun di Indonesia. Di Korea Selatan aplikasi kebijakan
dapat dilihat dengan adanya pemberian fasilitas gratis bagi Lansia, jika yang
bersangkutan naik public transportation (bus dan subway). Di kedua fasilitas umum
tersebut disediakan tempat khusus bagi Lansia. Hal ini memungkinkan karena jumlah bus
umum dan subway cukup banyak sehingga penumpangnya tidak berjubel seperti di
Indonesia.

Lain lagi kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan kalau di Indonesia seperti Panti


Sosialnya. Suatu panti sosial ”Senior Welfare Centre” di Kota Seoul sehari-harinya
menampung sekitar 3.000 Lansia, dan dapat memberi makan gratis bagi 2.000 orang
Lansia. Dalam Senior Welfare Centre tersebut dilengkapi dengan fasilitas olahraga, ruang
untuk menonton televisi, perpustakaan, pelayanan kesehatan, ruang untuk belajar musik,
menyanyi, melukis, komputer, dan ruang makan.

Dan tidak kalah pentingnya adalah ruang untuk mencari pekerjaan. Para Lansia di Korea
Selatan setelah pensiun masih dapat dicarikan pekerjaan sesuai dengan bakat masing-
masing. Luar Biasa.

Mungkinkah di Indonesia diberlakukan hak gratis bagi Lansia ?

Perbedaan mendasar yang dilihat adalah sifat, karakter dan kemauan yang kuat bagi
masyarakat Korea Selatan yaitu sifat sopan, menghormati seniornya, orang tua, disiplin
tinggi, yang di Indonesia sulit dijumpai sifat-sifat seperti itu.
Apapun yang terjadi seharusnya kita sudah dapat memulainya, karena payung hukum
untuk itu sudah ada. Untuk itu pula perlu komitmen yang tinggi antara pemerintah,
swasta dan masyarakat sipil untuk memulai, misalnya melakukan pemberdayaan terhadap
Panti Sosial yang dimiliki pemerintah pusat atau pemerintah daerah.

Kelembagaan dan sumber dana

Apabila dilihat kelembagaan yang ada di Indonesia, sebenarnya sudah tepat Departemen
Sosial yang melakukan pengelolaannya, namun dengan berlakunya otonomi daerah
pelaksanaannya bisa jadi agak ruyam, karena belum tentu pemerintah daerah menaruh
perhatian yang besar terhadap kesejahteraan Lansia. Setidak-tidaknya pemerintah pusat
(Departemen Sosial bersama Komnas Lansia) bekerjasama dengan Pemerintah Daerah
DKI Jakarta untuk membuat pilot project di salah satu wilayah Jakarta atau kelima
wilayah Jakarta. Mengapa di Jakarta, dengan alasan dapat lebih mudah dan cepat unsur
pemerintah pusat memonitor perkembangannya.

Mengenai sumber dana yang dapat digunakan selain dari pemerintah adalah
menggunakan dana pensiun yang ada pada Taspen, Asabri, Jamsostek dan Askes.
Keputusan ini tidak mudah untuk disepakati, namun peluang untuk itu ada, oleh karena
itu pembahasan bersama dengan berbagai pihak perlu dilakukan dengan segera. Siapa
pemrakarsanya. Kepala Negara berdasarkan masukan dari Menko Kesra dan Menteri
Sosial.
Reformasi Birokrasi

Sebagaimana telah diuraikan pada Bagian Kedua dari tulisan ini bahwa jika usia harapan
hidup penduduk semakin meningkat, maka ada kecenderungan jumlah penduduk Lansia
setiap tahunnya akan meningkat jumlahnya. Pada tahun 2010 diperkirakan jumlah
penduduk Lansia di Indonesia sekitar 23,9 juta jiwa (9,77% dari jumlah penduduk
Indonesia).

www.menkokesra.go.id

Kalau Panti Jompo merupakan pilihan terbaik

Sebenarnya saya sama sekali tidak pernah mempertimbangkan Panti Jompo sebagai
sebuah pilihan, tapi dengan berbagai pertimbangan rasa-rasanya Panti Jompo merupakan
pilihan yang terbaik. Ceritanya, dirumah saya di Cirebon ikut tinggal seorang paman
yang usianya sudah lanjut >70-an tahun. Si paman sudah ikut tinggal bersama kami sejak
7-8 tahun yang lalu. Si paman sebenarnya merupakan saudara angkat ibu, namun beda
bapak.

Paman ini dulunya bekerja sebagai penjaga toko, kebetulan kakek punya toko kelontong
di Cirebon. Mungkin karena terbiasa hidup santai si paman memilih untuk tidak
berkeluarga, juga tidak terbiasa untuk memiliki tabungan. Jadi diusia setua ini beliau
ibaratnya tidak punya siapa-siapa lagi untuk bernaung selain kepada ibu. Padahal si
paman masih punya saudara sekandung, yang sayangnya sudah tidak perduli, jangankan
untuk peduli untuk dititipi barang paman saja saudara-saudaranya keberatan.

Nah sebagaimana orang hidup ‘menumpang’ lainnya, bahkan bersama mertua atau orang
tua sendiri sekalipun. Namanya konflik sangat mungkin terjadi. Mulai dari permasalahan
sepele seperti soal kebersihan hingga masalah finansial seputar siapa yang wajib
membiayai kebutuhan si paman yang tidak kecil, mulai dari rokok hingga kopi setiap
harinya.

Akhirnya diputuskan si Paman untuk tinggal disebuah kamar kost di kampung sebelah,
kira-kira berjarak 10 menit dari rumah. Biaya yang dibutuhkan paman berbulannya
adalah 500ribu (300rb untuk makan, 200rb untuk kost). Sedikit? tapi buat ibu yang
sebentar lagi pensiun biaya ini dirasa cukup berat, terlebih kalau melihat faktor ekonomis,
si Paman yang tinggal sendirian pun menjadi lebih beresiko dibandingkan tinggal
bersama-sama dirumah Cirebon.

Moral of the story:


1. Keluarga biar bagaimanapun merupakan tempat bernaung paling akhir

Ya, si paman sebenarnya juga punya beberapa teman dan sahabat. Sayangnya banyak
temannya sudah meninggal dan entah berada di mana. Pun dalam satu keluarga, pasti ada
orang yang sangat perduli pada saudaranya sementara ada orang lain yang super cuek.
Tapi begitulah, pastinya akan ada ‘pahlawan’ di keluarga tersebut yang mau tidak mau
akan perduli.
2. Memilih Panti Jompo pun sebenarnya tidak mudah

Konon syaratnya asalkan si calon penghuni memang tidak punya keluarga lagi barulah ia
bisa diterima di Panti Jompo. Tapi prakteknya ribet juga, sementara ini masih memilih
untuk ditinggalkan di kamar kost kecil. Entah apakah mungkin bisa menempati Panti
Jompo atau tidak
Mungkin ada cerita dan pengalaman lain seputar merawat orang tua? perlukah ke
PantiJompo? dan apa tips-tips anda mengenai hal ini
http://priandoyo.wordpress.com/2008/12/22/kalau-panti-jompo-merupakan-pilihan-
terbaik/

************************************************************************
************

Plus-Minus Menitipkan Orangtua di Panti Jompo

MENITIPKAN orangtua di Panti Jompo, ada plus ada minusnya. Mereka bisa bergaul
dengan orang seusianya. Namun, melupakan orangtua itu tulah. Yang penting siapkan
anak secara baik. Jika disiapkan secara baik, kebaikan pula yang diperoleh orangtua.

Simak dialog interaktif Korang Tokoh di Radio Global FM 96.5 Mhz Minggu (22/10).
Topiknya, ‘’Menghilangkan Stres di Kalangan Lansia’’ Berikut petikannya.
Merasa kurang Perhatian

Stres merupakan perasaan tertekan saat menghadapi permasalahan. Stres bukan penyakit,
tapi bisa menjadi awal timbulnya penyakit mental atau fisik jika terlalu lama. Stres
menimpa tiap orang. Tidak usah malu kalau mengalami stres. Ciri orang stres bisa dilihat
dari caranya bicara. Masalah yang sama bisa memberikan stres dan beban yang berbeda
pada orang berbeda. Hampir tidak ada ciri fisik pada orang stres, tapi bisa dilihat dari
tekanan darah dan jantung. Lama mengalami stres bisa mempengaruhi sistem tubuh,
misalnya menimbulkan sakit maag. Penyebab stres di kalangan lansia, beda dengan
remaja dan anak-anak. Masalah yang paling sering menyebabkan stres pada lansia post
power syndrom. Kehilangan jabatan bisa menjadi penyebab, perasaan kecewa karena
tidak lagi dihormati seperti dulu, menyebakan perilakunya sering seperti anak kecil, ingin
diperhatikan orang. Hubungan dalam keluarga, juga bisa menimbulkan stres.

Sering orang lansia merasa tidak diperhatikan lagi anak atau menantunya. Padahal dulu
mereka selalu dekat dengan anak. Menghadapi situasi itu, orangtua itu harus cepat
menyadari bahwa anaknya juga punya kesibukan dan kehidupan sendiri. Kiat mengatasi
stress, dengan cara memandang permasalahn dari sudut pandang lebar, dari berbagai
aspek, kemudian berusaha membuat kegiatan dan mencari kebanggaan di tempat lain.
Tidak usah mengingat kebanggaan dulu. Dalam hubungan dengan anak dia harus
menyadari anaknya sekarang memiliki kehidupan lain. Jangan menganggap diri paling
benar, perhatikan pendapat orang lain. Anak muda pun bisa benar.

Drs. I Made Rustika M.Si. psikolog di Denpasar

Pelajari Agama

Secara psikologis, tidak ada salahnya dilakukan pendekatan spiritual dalam menghindari
stres. Asal jangan terlalu memberatkan keluarga. Terkait catur asrama dalam konsep
Hindu, memang saat grehasta orang menyiapkan diri masuk ke usia lanjut, mulai
mempelajari masalah agama.

Anak bukan Tumpuan Hari Tua

Di masyarakat, banyak orang yang usianya 60-an masih giat beraktivitas. Saya dengan
penyakit kanker, tetapi saya masih aktif bekerja. Untuk menghilangkan stres, saya punya
kiat, salah satu adalah pasrah. Hidup ini milik Yang Kuasa. Sebagai orangtua saya
berkewajiban menyiapkan anak-anak ke arah kehidupan yang lebih baik. Anggapan yang
menyebutkan anak-anak tumpuan kita di hari tua, harus dihilangkan sebab mereka juga
punya kehidupan sendiri. Kalau kita menyiapkan mereka dengan baik pasti baik juga kita
peroleh.

Batasan Umur dan Psikologis

Umur 35 menjadi sulinggih, dari segi fungsi atau jabatan dia bisa dianggap seperti orang
tua. Jadi ada batasan umur dan ada batasan psikologis. Kalau orang memandang diri tua
walaupun baru 35 tahun, tentu perilakunya lain. Ini dipengaruhi, bagaimana kita melihat
diri kita atau disebut konsep diri. Bisa saja umur 40, mengganggap diri masih 20-an,
bergaulnya juga beda.

Siapkan Diri, tidak Kaget

Dalam tingkatan terukur, stres diperlukan untuk adaptasi kondisi untuk bisa melakoni
kehidupan berikutnya. Stres wajar sebagai tanda kita punya jiwa dan emosi. Yang penting
bagaimana kita mengendalikan diri dalam mengelola stres sehingga bisa eksis dalam
pergaulan. Kiat mengatasi stres pada saat lansia: sebelum tua belajar memahami makna
hidup ini sehingga bisa menyiapkan diri dan tidak kaget atau stres jika saat tua tiba.
Pande, Pandak Gede

Plus-Minus di Panti Jompo

Secara psikologis, stres tidak apa, asalkan bisa keluar darinya. Malah akan lebih baik jika
seseorang sudah terbiasa dari kecil menghadapi tekanan-tekanan dalam batas tertentu.
Dia akan bisa mandiri, beda dengan anak yang sejak kecil biasa tergantung, dan segala
kebutuhannya terpenuhi. Pelaku bunuh diri sebagian besar mereka yang daya tahannya
terhadap tekanan begitu rapuh.
Secara ilmiah tidak ada perbedaan antara lansia wanita dan pria. Yang membedakan,
masa lalu. Orang yang masa lalunya banyak kekecewaan, misalnya broken home akan
terpengaruh masa tuanya. Masa lalu yang baik, harmonis, akan menjadi modal di masa
tua. Soal panti jompo, plus minus lansia dititipkan di panti jompo. Bagi si anak, tidak
repot, karena sudah ada yang mengurus. Menurut saya lebih banyak sisi negatif dari segi
hubungan emosi dengan anak. Orangtua akan merasa diri dikucilkan, merasa dibuang.
Perasaan dibuang ini akan berdampak kurang baik bagi kesehatan fisik. Kalau masih bisa
jangan menitipkan orangtua di panti jompo.

Bergaul dengan Orang Seusianya

Kalau orang bersangkutan bisa mengelola stres, tentu akibatnya tidak berkepanjangan.
Kadang orang sulit memahami apa sebetulnya kelebihan dirinya sebagai bekal kesibukan
di hari tua. Kalau tidak memiliki kesibukan, penyakit yang kecil akan terasa besar dan
terasa mengganggu. Pada usia tua akan banyak penyakit saling menghampiri. Soal panti
jompo, di luar negeri sangat dicari para lansia. Di panti jompo mereka bisa bergaul
dengan orang seusianya. Masyarakat Bali memang masih alergi terhadap panti jompo,
karena menitipkan orangtua seakan-akan anak tak hirau lagi terhadap orangtuanya..
Antonius, Tabanan

Utang Anak pada Orangtua

Saya tidak sependapat menitipkan orangtua di panti jompo. Budaya Timur beda dengan
Barat, apalagi di Bali. Pertama, masyarakat akan membicarakan anaknya, mengapa
orangtua dibuang di panti jompo. Kalau dilihat peraktisnya memang praktis, tetapi dari
aspek kasih sayang, orangtua tidak mendapat perhatian. Dalam konsep Bali, anak harus
membayar utang kepada orangtuanya. Panti jompo di Bali ada aturannya. Yang boleh
tinggal di sana orang yang benar-benar tidak terurus dan tidak ada yang peduli.
Rustika

‘’Broken Home’’ bisa ‘’Happy’’

Menurut Komnas Lansia, umur 60 tahun sudah masuk lansia. Jika orangtua dititipkan di
panti jompo, alangkah tidak baiknya kita sebai anak. Untuk menghindari stres di hari tua,
banyak kegiatan yang bisa dilakukan misalnya mageguritan, menanam anggrek. Saya
kurang sependapat keluarga broken home dalam masa lansia yang tidak baik. Ada juga
yang broken home, masa tuanya happy.

Masa Lalu sangat Berpengaruh

Hasil penelitian ilmiah menunjukkan masa lalu sangat berpengaruh terhadap masa tua
seseorang. Sebagian besar, orang broken home cenderung di masa tua agak berbeda
dalam melihat hidup. Memang ada juga yang berbahagia. Saya ingin menekankan,
sebagian besar yang broken home, cenderung di masa tua agak bebrbeda dalam
memandang hidup.

Melupakan Orangtua, ‘Tulah’

Bagi saya perkawinan adalah kewajiban dan pekerjaan, maka pekerjaan itu tuntaskanlah
sampai akhir hayat. Bagaimanapun kita dilahirkan ke dunia, semua harus mengarungi
kehidupan. Perlu pengeloaan stres. Saya mengharapkan stres berulang-ulang kali,
sehingga mental saya makin kuat. Stres berdampingan dengan mentalitas manusia. Soal
panti jompo, saya tdak sependapat dengan keberadaan panti jompo. Orangtua dulu bilang,
kalau sampai anak melupakan orangtua, akan tulah.

Krisis Psiko Sosial

Pada masa tengah baya, 35-60 tahun, orang akan menghadapi krisis psiko sosial. Pada
usia ini penting adanya renungan, apa yang sudah kita lakukan untuk masyarakat. Kalau
belum, masih ada waktu untuk berbuat sesuatu sehingga mempunyai arti di hari tua. Saya
setuju ada rumah sakit yang memberikan perhatian khusus pada lansia. Akan banyak sisi
positif yang didapat para lansia.

Bahagia tanpa Keterikatan

Umur saya sudah hampir 70 tahun. Bagi saya stres sudah menjadi kebiasaan. Pada saat
umur saya belum lansia, saya mempunyai kecintaan kepada anak-anak luar biasa
besarnya. Setelah anak-anak saya berkeluarga, saya merasa ditinggalkan. Kenapa? Dulu
tidak ada satu hari pun kegiatan saya tanpa anak-anak. Kini saya merasa sendiri, karena
anak-anak tidak pernah mengajak saya pergi. Dalam kesendirian, bersama istri saya
merenung. Saya teringat saat saya sudah beristri dan punya anak. Inilah hukuman. Dulu
saya tidak pernah mengajak orangtua. Saya mengambil hikmah. Cinta tidak berarti harus
memiliki. Kini yang paling penting bagi saya-anak-anak dan menantu saya bahagia. Yang
penting bagaimana menikmati kebahagiaan tanpa keterikatan.
Pak Jodog

Cinta tidak harus Memiliki

Pengalaman Pak Jodog merupakan pengalaman pribadi yang cukup. menarik, dia bisa
menerima, cinta tidak mesti harus memiliki. Tidak harus merasa cemburu kepada
menantu, sehingga bisa menghindari stres.Dalam konsep Catur Asrama disebutkan
pentingnya disadari fase-fase yang harus dipahami dan didalami sebagai modal dalam
menghadapi tekanan hidup.

http://www.cybertokoh.com

************************************************************************
**********
Layanan Seks untuk Penghuni Panti Jompo

Minggu, 10 Februari 2008 | 17:13 WIB

COPENHAGEN, SABTU – Tidak seperti di negara lainnya, para lansia penghuni panti
jompo di Denmark mendapat kemudahan dalam menyalurkan hasrat seksualnya. Mereka
akan dibantu oleh pihak pengelola panti untuk menghubungi layanan prostitusi.

Seperti dilaporkan suratkabar , Politiken, Jumat (8/2), kini banyak rumah panti jompo
atau nursing home di Denmark yang tidak sungkan-sungkan untuk membantu para
penghuninya dalam menghubungi layanan prostitusi. Fenomena tersebut terungkap lewat
hasil sebuah survey yang dilakukan Organisasi Keperawatan Denmark. Survey
menunjukkan bahwa praktik membantu lansia mendapatkan layanan seks sudah menjadi
hal yang lumrah.
“Secara umum, pendekatakan yang kami lakukan adalah untuk membantu para lansia
memenuhi kebutuhan seperti itu,” ungkap salah seorang perawat di sebuah panti jompo
kawasan Charlottenlund, dekat kota Copenhagen..

Kemudahan para lansia untuk mendapat layanan tersebut tentu tidak sembarangan.
Keputusan mengenai apakah staf atau pegawai panti boleh membantu para lansia
berhubungan dengan pekerja seks komersil telah diatur oleh sebuah undang-undang
pemerintahan kota setempat. Meskipun beberapa kota menerapkan kebijakan itu, namun
Copenhagen sendiri tidak memberlakukannya sejak 2006 karena dewan kota telah
mengadopsi sebuah program untuk memerangi prostitusi.

Sementara itu seorang seksolog yang sebelumnya pernah menjadi kepala panti jompo dan
kini bekerja sebagai pensehat pekerja kesehatan, Judith Rosenkrantz, mengatakan bahwa
kebutuhan para lansia penghuni panti memang harus dipertimbangkan. Apalagi di antara
para lansia, kebanyakan adalah pria tua yang menderita demensia.
“Jika para lanisa tidak mendapatkan saluran seksualitas, dia bisa menjadi lebih agresif
dan menyerang para pegawai panti ,” ungkap Rosenkrantz.

Ia menjelaskan pula, kebutuhan utama para pria lansia ini seringkali hanya terbatas pada
kontak fisik, seperti berpelukan atau membantu masturbasi dan bukannya hubungan
seksual yang sebenarnya.

http://www.kompas.com/read/xml/2008/02/10/17130323/layanan.seks.untuk.penghuni.pa
nti.jompo

************************************************************************
************
Penghuni Panti Jompo Hidup Memprihatinkan

Rabu, 2008 Februari 27

Puluhan penghuni Panti Sosial Tresnawerda, Kota Parepare, Sulsel, hidup dalam kondisi
yang sangat meprihatinkan. Minimnya layanan kesehatan serta fasilitas hidup lainnya,
menyebabkan para Orang Tua Jompo yang menjadi penghuni panti tersebut menjalani
hari-hari yang suram.

Minimnya Fasilitas hidup, seperti layanan kesehatan dan kebersihan serta gizi,
menyebabkan puluhan penghuni Panti Jompo Tresnawerda, Kota Parepare, Sulsel, hidup
dalam kondisi memprihatinkan.

Selain terpisah jauh dari keluarga, Para Manusia Lanjut Usia (Manula) tersebut mengaku
pasra menjalani hari tua dengan kondisi seperti ini. Pak Telo Misalnya. Menurut, Lelaki
lanjut usia ini, sudah tujuh tahun lebih ia menghabiskan hari tuanya di Panti Jompo.

Entah karena alasan apa, Keluarga Pak Telo mengirimnya ke Panti Sosial Tersnawerda
Mappakasunggu. Padahal Pak Telo berharap dapat menjali hari tuanya di tengah-tengah
keluarga tercinta.

Di Panti sosial ini Pak Telo mengaku menjalani hidup yang sulit. “Sudah tujuh tahun saya
tinggal di Panti ini. Selama itu, Nasi putih dan Ikan Kering menjadi menu makanan yang
tidak asing lagi. Belum lagi fasilitas hidup lainnya yang sangat minim. Beberapa
penghuni lainnya hanya tidur beralaskan lantai atau dipan kayu. Sementara banyak kasur
busa yang diperuntukkan bagi kami hanya tersimpan di gudang,” ungkap Telo dengan
mimik sedih.

Entah karena alasan apa, Pihak Pengelola menyimpan begitu banyak kasur busa
digudang. Padahal para penghuni Panti sangat membutuhkan fasilitas tersebut.

Selain Fasilitas hidup seperti minimnya makanan bergizi dan layanan kesehatan yang
kurang, faktor kebersihan juga menjadi kendala tersendiri bagi para penghuni panti.
Pihak pengelola seperti menutup mata akan hal itu.
Bagaimana tidak, banyak ruang tidur atau kamar yang setiap hari digunakan para
penghuni panti kondisi kebersihannya sangat jauh dari pola hidup sehat. Kotoran tersebar
dimana-mana. Terlebih lagi kondisi WCnya yang sangat jorok. Padahal para penghuni
Panti sangat rentan terjangkit penyakit.

Sementara itu, saat dikonformasi, Pihak Pengelola Panti enggan berkomentar. “Saya tidak
bisa memberikan komentar,” ungkap salah seorang Staf Panti Sosial tanpa menyebutkan
identitasnya.
Diposkan oleh Tentang PIJAR

www.pijarcommunity.blogspot.com

Disaat kita sudah tidak mampu lagi mengurus orang tua kita yang sudah lanjut usia,,
Panti jompo mungkin salah satu jalan keluarnya,, kerabat muda,, “.
MEMASUKAN ORANG TUA KE PANTI JOMPO, BENTUK PERHATIAN ATAU
KETIDAK PERDULIAN?” ikutan comment yuk,with RADITH N BIYAN… by sms
0857 4338 8876. phone (0293)325090)

http://www.digilib.ui.ac.id//opac/themes/libri2/detail.jsp?id=125785&lokasi=lokal

Anda mungkin juga menyukai