Anda di halaman 1dari 17

0

HUBUNGAN ANATARA PERSEPSI DENGAN SIKAP MASYARAKAT


TERHADAP PENGOBATAN KOMPLEMENTER DI KECAMATAN
GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :

YUNI SETYANINGSIH
J 210.080.095

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
1

PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DENGAN SIKAP MASYARAKAT


TERHADAP PENGOBATAN KOMPLEMENTER DI KECAMATAN
GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

Yuni Setyaningsih.*
Winarsih Nur Ambarwati, S.Kep.,Ns,ETN,M.Kep **
Agustaria Budinugroho., S.Kep.,Ns. ***

Abstrak

Semakin meningkatnya pengobatan secara konvensional (kedokteran)


menyebabkan masyarakat mencoba beralih ke pengobatan-pengobatan
komplementer yang memiliki biaya lebih terjangkau. Namun seiring dengan
tumbuhnya pengobatan dengan berbagai macamnya menimbulkan pro kontra di
masyarakat. Beberapa pengobatan komplementer terbukti dapat menyembuhkan
penyakit yang diderita oleh masyarakat, namun terdapat pula pengobatan yang
gagal. Persepsi masyarakat tentang kesehatan merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap sikap masyarakat terhadap pengobatan komplementer.
Pengalaman dan informasi yang diterima masyarakat mempengaruhi persepsi
masyarakat tentang pengobatan konvensional dan berhubungan dengan sikap
masyarakat terhadap pengobatan komplementer. Tujuan penelitian ini adalah
hubungan antara persepsi dengan sikap masyarakat terhadap pengobatan
komplementer di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini
merupakan penelitian studi deskriptif korelatif dengan pendekatan cross
sectional. Populasi penelitian adalah seluruh masyarakat di kecamatan Grogol
Sukoharjo, sedangkan teknik sampling adalah accidental sampling dengan
jumlah sampling 100 orang. Instrument penelitian berupa kuesioner. Teknik
analisis data menggunakan uji Chi Square. Penelitian ini menyimpulkan bahwa:
(1) Persepsi masyarakat tentang pengobatan komplementer di Kecamatan
Grogol Sukoharjo sebagian besar adalah negatif, (2) sikap masyarakat tentang
pengobatan komplementer di Kecamatan Grogol Sukoharjo sebagian besar
adalah negatif, dan (3) terdapat hubungan persepsi dan sikap masyarakat
tentang pengobatan komplementer di Kecamatan Grogol Sukoharjo.

Kata kunci: persepsi, sikap, dan pengobatan komplementer.


2

THE RELATIONSHIP BETWEEN THE PERCEPTION WITH ATTITUDE


TOWARD COMPLEMENTARY MEDICINE IN THE DISTRICT
DISTRICT GROGOL SUKOHARJO

Yuni Setyaningsih.*
Winarsih Nur Ambarwati, S.Kep.,Ns,ETN,M.Kep **
Agustaria Budinugroho., S.Kep.,Ns ***

Abstraction

The increase in the conventional treatment (medical) cause people tried


switching to complementary treatments that have cost more affordable. But along
with the growth of the various kinds of treatment raises the pros and cons in the
community. Some complementary medicine proven to cure diseases suffered by
the community, but there are treatments that failed. Public perception of health
was a factor that affects people's attitude towards complementary medicine.
Experience and information received by the affected public perception related to
conventional treatment and attitudes towards complementary medicine. The
purpose of this study was the relationship between perception and attitudes
towards complementary medicine in the District Grogol Sukoharjo. This research
was a descriptive study with cross sectional correlative. The study population was
all people in the district Grogol Sukoharjo, while sampling technique was
acccidental sampling with sampling 100 people. The research instrument in the
form of a questionnaire. The technique of data analysis using Chi Square test.
This study concluded that : (1) Public perception of complementary medicine in
the District Grogol Sukoharjo largely negative, (2) public attitudes about
complementary medicine in the District Grogol Sukoharjo mostly negative, and
(3) there was a relationship perceptions and attitudes about complementary
medicine in the District Grogol Sukoharjo.

Keyword: perception, attitude, and complementary medicine


3

.
5

PENDAHULUAN mereka terima. Bahkan di Afrika


Pengobatan komplementer sebanyak 80% dari populasi
merupakan suatu fenomena yang menggunakan obat herbal untuk
muncul saat ini diantara banyaknya pengobatan primer (WHO, 2003).
fenomena-fenomena pengobatan Bahkan (WHO) merekomendasikan
non konvensional yang lain, seperti penggunaan obat tradisional
pengobatan dengan ramuan atau termasuk herbal dalam
terapi herbal, akupunktur, dan pemeliharaan kesehatan
bekam. Definisi CAM masyarakat, pencegahan, dan
(Complementary and Alternative pengobatan penyakit, terutama
Madacine) suatu bentuk untuk penyakit kronis, penyakit
penyembuhan yang bersumber pada degenerative, dan kanker. WHO
berbagai system, modalitas dan juga mendukung upaya-upaya
praktek kesehatan yang didukung dalam peningkatan keamanan dan
oleh teori dan kepercayaan khasiat dari obat tradisional.
(Hamijoyo, 2003) Berdasarkan data dari Badan
Masyarakat luas saat ini mulai Kesehatan Dunia pada tahun 2005,
beralih dari pengobatan modern terdapat 75 – 80% dari seluruh
(Medis) ke pengobatan penduduk dunia pernah menjalani
komplementer, meskipun pengobatan non-konvensional.
pemgobatan modern juga sangat Beberapa rumah sakit di Indonesia,
popular di perbincangkan di pengobatan komplementer ini sudah
kalangan masyarakat, sebagai mulai diterapkan sebagai terapi
contoh banyak masyarakat yang penunjang atau sebagai terapi
memilih mengobatkan keluarga pengganti bagi pasien yang menolak
mereka yang patah tulang ke pengobatan konvensional. Terapi
pelayanan non medis (sangkal komplementer dapat dilakukan atas
putung) dari pada mengobatkan ke permintaan pasien sendiri ataupun
Rumah Sakit ahli tulang. Sakit atas rujukan dokter. Diharapkan
adalah suatu alasan yang paling dengan penggabungan pengobatan
umum untuk mencari pengobatan konvensional komplementer bisa
demi memperoleh kesembuhan. Hal didapatkan hasil terapi yang lebih
ini dibuktikan di salah satu Negara baik. Di Indonesia, Rumah Sakit
modern (Israel), dimana dalam Kanker “Dharmais “Jakarta
subuah penelitian tentang merupakan salah satu dari 12 rumah
penggunaan klinik pengobatan sakit yang telah ditunjuk oleh
komplementer untuk pengobatan Departemen Kesehatan untuk
nyeri. Di negara tersebut ada 395% melaksanakan dan mengembangkan
terlihat warga yang mengunjungi pengobatan komplementer ini dan
klinik pengobatan komplementer, 69 12 rumah sakit lainnya adalah
pasien (46,6%) dengan nyeri Rumah Sakit Persahabatan Jakarta,
punggung, nyeri lutut 65 (43,9%), Rumah Sakit Dokter Soetomo
dan 28 (32,4%) lainnya nyeri tungkai Surabaya, Rumah Sakit Kandou
(Peleg, 2011). Manado, RSUP Sanglah Denpasar,
Menurut World Health RSUP Dr. Wahidin Sudiro Husodo
Organization (WHO, 2003) dalam Makassar, RS TNI AL Mintoharjo
Lusiana (2006), Negara-negara di Jakarta, RSUD Dr. Pringadi Medan,
Afrika, Asia, dan Amerika Latin RSUD Saiful Anwar Malang, RS
menggunakan obat herbal sebagai Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso
pelengkap pengobatan primer yang Solo, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta,
6

RSUP Dr. Suraji Tirtonegoro Klaten pengobatan komplementer di


(Kemenkes, 2011) Kecamatan Grogol
Daerah Sukoharjo terdapat
banyak pengobatan komplementer
LANDASAN TEORI
dan yang masuk sebagai sarana
pelayanan pengobatan swasta. Data
Persepsi
yang tercatat di Dinas Kesehatan
a. Pengertian
Sukoharjo dalam satu tahun terahir
Persepsi adalah suatu
ada 94 pengobatan komplementer
proses yang menggabungkan
dan tradisional, diantara 12
dan mengorganisir data – data
kecamatan di Sukoharjo ada
indera kita (penginderaan) untuk
beberapa kecamatan yang banyak
dikembangkan sedemikian rupa
terdapat pelayanan pengobatan
sehingga kita dapat menyadari
tradisional dan komplementer yaitu
disekeliling kita, termasuk sadar
Kecamatan Grogol ada 15
akan diri kita sendiri (Shaleh,
pengobatan dan Kecamatan
2009)
Kartasura ada 10 pengobatan. Dari
b. Faktor-faktor yang
hasil wawancara pada 10
mempengaruhi persepsi
masyarakat 3 diantaranya
1) Faktor Internal
mengatakan takut dengan
Faktor dari sisi
pengobatan komplementer, 5 orang
kejasmanian dan
memilih pengobatan komplementer
berhubungan dengan
dan 2 orang lainnya melakukan
psikologis. Seseorang yang
pengobatan komplementer dan
memiliki kepribadian tertutup
medis. Data inilah yang
dan tidak mau menerima hal-
menyebabkan penulis memilih
hal yang baru seperti
Kecamatan Grogol sebagai tempat
pengobatan komplementer
penelitian.
maka akan sulit
Diantara banyaknya
menimbulkan persepsi positif
masyarakat yang memilih
atau negatif.
menggunakan pengobatan
2) Faktor Stimulus
komplementer saat ini, ada
Agar stimulus dapat
beberapa alasan yang
dipersepsikan, stimulus
menyebabkan mereka takut untuk
harus kuat. Dengan melihat
menggunakan pengobatan
pengobatan komplementer
komplementer ialah pengalaman
lebih dari dua kali dan
berobat di kedokteran yang tidak
mendapatkan informasi
kunjung sembuh, banyaknya
pengobatan komplementer
pengobatan modern yang gagal,
yang banyak dapat
pengobatan komplementer lebih
menimbulkan persepsi
murah dibandingkan dengan
terhadap pengobatan
pengobatan modern. Kepercayaan
komplementer.
terhadap pengobatan komplementer
3) Faktor Eksternal
bahkan budaya juga dapat
(Lingkungan)
mempengaruhi anggapan tersebut.
Obyek persepsi yang
Tujuan penelitian ini adalah sama dengan situasi yang
untuk mengetahui apakah ada berbeda dapat menghasilkan
hubungan antara persepsi dengan persepsi yang berbeda
sikap masyarakat terhadap (Walgito, 2003). Daerah yang
terdapat pengobatan
7

komplementer lebih banyak 3) Komponen konatif


akan menimbulkan persepsi (komponen perilaku, atau
yang berbeda daerah yang action compenent)
tidak terdapat pengobatan Komponen yang
komplementer. berhubungan dengan
kecenderungan bertindak
Sikap terhadap objek sikap.
a. Pengertian Komponen ini menunjukkan
Sikap adalah reaksi atau intensitas sikap, yaitu
respon seseorang yang masih menunjukkan besar kecilnya
tertutup terhadap suatu stimulus kecenderungan bertindak
atau objek, yang sudah atau berperilaku seseorang
melibatkan faktor pendapat dan terhadap objek sikap.
emosi yang bersangkutan yaitu c. Ciri-ciri sikap
senang-tidak senang, setuju- 1) Sikap tidak dibawa sejak lahir
tidak setuju, baik-tidak baik 2) Sikap selalu berhubungan
(Notoatmodjo, 2005) dengan objek sikap
Sikap yang terbentuk dari 3) Sikap dapat tertuju pada satu
interaksi social dipengaruhi oleh atau sekumpulan objek
pengalaman pribadi, 4) Sikap dapat berlangsung
kebudayaan, orang yang lama atau hanya sebentar
dianggap penting, media massa, saja
lembaga pendidikan atau 5) Sikap mengandung faktor
agama, emosi seseorang. perasaan dan motivasi.
Kemudian manusia bersikap d. Pembentukan sikap
menerima atau menolak yang Azwar (2011) bahwa ada
terjadi (Azwar, 2011) beberapa faktor yang
b. Struktur Sikap mempengaruhi pembentukan
1) Komponen kognitif sikap manusia, yaitu:
(komponen perseptual) 1) Pengalaman pribadi
Komponen yang Pengalaman pribadi
berkaitan dengan memberikan kesan yang kuat
pengetahuan, pandangan, untuk menjadi dasar
keyakinan, yaitu hal yang pembentukan sikap.
berhubungan dengan Seseorang yang pernah
bagaimana orang gagal dalam pengobatan
mempersepsikan terhadap komplementer akan bersikap
objek sikap. menolak.
2) Komponen Afektif 2) Pengaruh orang lain yang
(komponen emosional) dianggap penting
Komponen yang Seseorang yang
berhubungan dengan rasa dianggap penting, yang
senang atau tidak terhadap diharapkan persetujuannya
objek sikap. Senang (positif), dan seseorang yang tidak
dan tidak senang (negatif). ingin dikecewakan atau
Komponen ini menunjukkan seseorang yang berarti
arah sikap, positif dan khusus bagi kita akan banyak
negatif. mempengaruhi pembentukan
sikap kita terhadap sesuatu.
Seorang ibu yang tidak
8

setuju dengan pengobatan komplementer yang sudah


komplementer maka anaknya dinyatakan halal dari
tidak akan memilih lembaga agama dan sudah
pengobatan komplementer diperkenalakan oleh lembaga
karena akan mengecewakan pendidikan.
ibu yang dianggap penting 6) Pengaruh faktor emosional
olehnya. Sikap merupakan
3) Pengaruh kebudayaan pernyataan yang didasari
Kebudayaan oleh emosi yang berfungsi
menanamkan garis pengarah penyaluran frustasi atau
sikap terhadap berbagai pengalihan bentuk
permasalah. Masyarakat mekanisme pertahanan ego.
jawa memiliki kebudayaan Seseorang yang memilih
minum jamu (ramuan herbal) pengobatan komplementer
karena yakin jamu dapat yang sedang emosi maka
mempertahankan kesehatan, akan mudah frustasi ketika
berbeda dengan masyarakat gagal menjalani pengobatan
yang tinggal di kota yang komplementer.
cenderung mimilih
mengonsumsi vitamin tablet Pengobatan Komplementer
untuk mempertahankan daya a. Pengertian
tahan tubuhnya. Pengobatan
4) Media massa komplementer adalah
Media massa pengobatan nonkonvensional
mempunyai pengaruh besar
yang ditujukan untuk
terhadap pembentukan opini
dan kepercayaan seseorang. meningkatkan derajat kesehatan
Media massa membawa masyarakat dengan upaya
pesan yang berisi sugesti promotif, preventif, kuratif dan
yang dapat mengarahkan rehabilitatif yang diperoleh
opini seseorang. Banyaknya melalui pendidikan terstruktur
media massa yang dengan kualitas, keamanan dan
digunakan untuk
efektifitas yang tinggi berlan
memperkenalkan
pengobatan komplementer (Kemenkes RI, 2011).
akan mempengaruhi sikap Komplementer adalah
masyarakat terhadap semua terapi yang digunakan
pengobatan komplementer. sebagai tambahan untuk terapi
5) Lembaga pendidikan dan konvensional yang
lembaga agama direkomendasikan oleh
Lembaga pendidikan
penyelenggara pelayanan
dan lembaga agama sebagai
suatu sistem mempunyai kesehatan. Terapi komplementer
pengaruh terhadap dipergunakan untuk melengkapi
pembentukan sikap, terapi konvensional (Potter,
dikarenakan keduanya 2010)
meletakkan dasar pengertian b. Macam – macam pengobatan
dan konsep dalam diri komplementer
individu. Seseorang akan Jenis pengobatan
memilih pengobatan komplementer berdasarkan
9

Peraturan mentri kesehatan RI, 3) Tingkat ivasi dari pengobatan


Nomor : 1109/Menkes/Per/2007 komplementer
yaitu pijat urut, aromaterapi, 4) Toksisitas dari pengobatan
chiropraktik, yoga, mediasi, komplementer
akupunktur, osteopati, 5) Ketersediaan, kualitas
akupresur, shiatsu, terapi herbal, merupakan bukti pengobatan
hipnoterapi, penyembuhan komplementer
spiritual, do’a, naturopati, 6) Pengetahuan dan kemauan
homeopati, healing touch, tuina, pasien untuk menerima
jamu, gurah, makro nutrient, manfaat dan resiko
mikro nutrient, terapi ozon, pengobatan komplementer
hiperbarik,terapi energi (medan 7) Kematangan niat pasien
energi) (Kemenkes RI, 2011) untuk memilih pengobatan
1) Aromaterapi komplementer
2) Chiropraktik 8) Kepatuhan penggunaan obat
3) Yoga yang diresepkan
4) Mediasi d. Strategi pengobatan
5) Akupunktur komplementer
6) Osteopati Strategi pengobatan harus
7) Akupresure selaras dengan fungsi alami
8) Shiatsu tubuh,:
9) Terapi herbal 1) Pendayagunaan kekuatan
10) Hipnoterapi alami (Vis Medicatrix Natural)
11) Penyembuhan spiritual 2) Tidak mencederai (Primus
12) Do’a Non Nocare) yaitu noninfasif
13) Naturopati 3) Temukan penyebab (Tolle
14) Homeopati Causama) yaitu pola makan,
15) Healing touch gaya hidup
16) Tuina 4) Mengobati secara
17) Gurah menyeluruh (Holistik)
18) Makro nutrient 5) Tindakan pencegahan yaitu
19) Terapi ozon pasien diajari prinsip hidup
20) Hiperbarik sehat.
21) Terapi energi (medan energi) Kerangka Teori
Banyaknya terapi Persepsi Sikap
pengobatan komplementer tidak masyarakat masyarakat
untuk digunakan semua, tetapi
untuk dipilih berdasarkan
Faktor-faktor yang Faktor-faktor yang
pertimbangan yang paling sesuai mempengaruhi mempengaruhi proses
bagi pasien dan keluarganya dari persepsi pembentukan sikap
masyarakat:
segi yaitu latar belakang kultural, 1. Faktor internal
1. Pengalaman pribadi
tersedianya terapis atau fasilitas, 2. Faktor stimulus 2. Pengaruh orang lain
3. Faktor eksternal
biaya. yang dianggap
penting
c. Hal-hal penting dalam 3. Pengaruh
merekomendasikan pengobatan kebudayaan
komplementer. (Catherine, 2004) 4. Media massa
5. Lembaga pendidikan
1) Keparahan penyakit dan lembaga agama
2) Kesembuhan penyakit 6. Pengaruh faktor
emosional
dengan pengobatan
konvensional Gambar 1. Kerangka Teori
10

Kerangka Konsep HASIL PENELITIAN DAN


V. Bebas V. Terikat PEMBAHASAN
Persepsi masyarakat
Sikap masyarakat Table 1. Karakteristik Responden
terhdap pengobatan terhadap
pengobatan
komplementer Karakteristik Frek (%) N
komplementer
Dengan kategori :
1. Positif Dengan kategori : Umur 100
1. Positif a. 20–30 tahun 36 36
2. Negatif
2. Negatif
b. 31–40 tahun 37 37
c. 41–50 tahun 22 22
d. >50 tahun 5 5
METODELOGI PENELITIAN Jenis Kelamin 100
Rancangan Penelitian a. Laki-laki 48 48
Penelitian ini merupakan penelitian b. Perempuan 52 52
Deskriptif Korelatif yaitu Pendidikan 100
menghubungkan antara variable a. SD 10 10
bebas (persepsi masyarakat b. SMP 20 20
terhadap pengobatan c. SMA 49 49
d. PT 21 21
komplementer) dengan variable
Pekerjaan 100
terikat (sikap masyarakat terhadap a. Tani 19 19
pengobatan komplementer) yang b. Wiraswasta 38 38
menggunakan desain penelitian c. PNS 6 6
Cross Sectional (potong lintang) d. Lain-lain 37 37
(Notoatmodjo, 2005) Pendapatan 100
per bulan
Populasi dan Sampel a. Rp 500.000– 63 63
Populasi dalam penelitian ini adalah 1 Juta
Populasi dalam penelitian ini adalah b. lebih dari 1 36 36
juta–2 juta
masyarakat yang berada di c. >2 juta 1 1
Kecamatan Grogol Kabupaten Pengalaman 100
Sukoharjo berjumlah 64.231 orang. menggunakan
Sample penelitian sebanyak 100 obat
orang dengan teknik penentuan komplementer
sample adalah accidental sampling. a. Tidak pernah 45 45
b. Pernah 55 55
Instrumen Penelitian tabel 1 menunjukkan
Penelitian ini menggunakan alat ukur banyaknya responden yang
berupa kuesioner. berumur 31-40 tahun (37%),
jenis kelamin perempuan 52
Analisis Data (52%), berpendidikan SMA 49
Pengujian hipotesis dilakukan (49%), pekerjaan wiraswasta 38
dengan teknik korelasi yang (39%), pendapatan perbulan
digunakan untuk mencari hubungan 500.000-1 juta 63 (63%),
dua variabel. Dalam penelitian ini pengalaman pernah
menggunakan uji Chi Square dan di menggunakan pengobatan
olah menggunakan progam SPSS komplementer 55 (55%)
15.00 for Windows.
11

Analisis Univariat Analisis Bivariat


Persepsi tentang Pengobatan Table 1. Hubungan Persepsi
Komplementer dengan Sikap Masyarakat
Distribusi Persepsi
terhadap Pengobatan
Komplementer
80%
61%
60% Sikap
Persentase

39% Total
40% Persepsi Negatif Positif 2 p
20% F % F % F %

Negatif 39 39,0 22 22,0 61 61,0 7,507 0,006


0%
Negatif Positif
14 14,0 25 25,0 39 39,0
Persepsi Positif
Total 53 53,0 47 47,0 100 100,0
Grafik 1. Persepsi tentang
Pengobatan Kompelementer
Distribusi frekuensi persepsi Hubungan persepsi dengan
tentang pengobatan komplementer sikap masyarakat tentang
menunjukkan distribusi tertinggi pengobatan komplementer
adalah persepsi negatif sebanyak 61 menunjukkan bahwa semakin positif
responden (61%) sisanya 39 persepsi masyarakat tentang
responden (39%) memiliki persepsi pengobatan komplementer, maka
positif. semakin baik sikap mereka terhadap
pengobatan komplementer. Hal
Sikap tentang Pengobatan tersebut terlihat dari distribusi tabel
Komplementer hubungan persepsi dengan sikap,
yaitu responden dengan persepsi
Distribusi Sikap
negatif sebagian besar memiliki
54% 53% sikap yang negatif juga yaitu 39
52% responden (39%) sedangkan
Persentase

50%
47%
sisanya 22 responden (22%)
48%
46%
memiliki sikap yang positif.
44% Sedangkan pada responden dengan
Negatif Positif persepsi positif sebagian besar
Sikap
memiliki sikap positif sebanyak 25
responden (25%) dan 14 responden
Grafik 2. Sikap tentang
(14%) memiliki sikap negatif.
Pengobatan Kompelementer
Hasil uji Chi Square
hubungan persepsi dengan sikap
Distribusi frekuensi sikap
masyarakat terhadap pengobatan
tentang pengobatan komplementer
komplementer diperoleh nilai Chi
menunjukkan distribusi tertinggi
Square sebesar 7,507 dengan
adalah sikap negatif yaitu sebanyak
tingkat signifikansi (p-value) sebesar
53 responden (53%) dan sisanya 47
0,006. Karena nilai signifikansi (p-
responden (47%) memiliki sikap
value) lebih kecil dari 0,05 (0,006 <
positif.
0,05) maka keputusan uji adalah H0
ditolak, sehingga disimpulkan
terdapat hubungan persepsi dengan
sikap masyarakat terhadap
pengobatan komplementer pada
masyarakat di Kecamatan Grogol.
12

Pembahasan masyarakat kurang percaya


Persepsi Masyarakat tentang terhadap pengobatan komplementer
Pengobatan Komplementer (Kuntari, 2007).
Distribusi frekuensi persepsi Sedangkan sisanya 39
tentang pengobatan komplementer responden (39%) memiliki persepsi
menunjukkan distribusi tertinggi positif hal ini ditunjukkan oleh hasil
adalah persepsi negatif yaitu penelitian bahwa sebagian besar
sebanyak 61 responden (61%). masyarakat mengatakan dengan
Berdasarkan distribusi tersebut adanya pengobatan komplementer
menunjukkan bahwa sebagian besar sangat membantu masyarakat
responden memiliki tanggapan yang dalam memperoleh kesehatan. Serta
kurang baik terhadap pengobatan anggapan masyarakat untuk
komplementer. Hal ini ditunjukkan mendapatkan atau menemukan
oleh hasil penelitian yang sebagian pengobatan komplementer tidaklah
besar masyarakat beranggapan serumit dengan pengobatan medis.
bahwa pengobatan komplementer Ini dibuktikan oleh data dari dinas
memiliki resiko yang besar serta sulit kesehatan bahwa di Kecamatan
untuk dipercayai dan juga Grogol terdapat 15 pengobatan
masyarakat yang mengatakan komplementer. Serta anggapan
pengobatan komplementer masih masyarakat bahwa pengobatan
diragukan hasilnya. Persepsi komplementer itu menggunakan
masyarakat terhadap pengobatan bahan alami dan juga menggunakan
komplementer dapat ditinjau dari kekuatan alaiah tubuh.
beberapa aspek, antara lain metode Menurut Departemen
pengobatan, khasiat, dan biaya. Kesehatan (2012), mengatakan
Metode pengobatan bahwa jumlah Pengobat tradisional
komplementer meliputi berbagai di Indonesia yang tercatat cukup
cara mulai dari yang paling banyak, yaitu 280.000 pengobatan
sederhana yaitu penggunaan tradisional dan 30
aromaterapi hingga yang modern keahlian/spesialisasi. Sedang dari
misalnya terapi ozon. Pengobatan 30 ribu jenis tanaman yang ada di
komplementer juga bersifat Indonesia (Herbal) 950 jenis
supranatural misalnya pengobatan diantaranya memiliki fungsi
menggunakan sebongkah batu yang penyembuhan yang sudah
dicelupkan kedalam air, pengobatan selayaknya bisa dikembangkan bagi
menggunakan magnet yan diisi kesejahteraan masyarakat
dengan do’a, hingga pengobatan Indonesia. Pengobatan
yang bersifat ilmiah misalnya komplementer juga menggunakan
pengobatan herbal. Metode-metode teknik alamiah tubuh seperti
pengobatan komplementer yang meditasi, yoga, makro nitrien, pijal,
ditawarkan terkadang menimbulkan dan lain sebagainya.
anggapan yang negatif pada
masyarakat, khususnya penggunaan Sikap Masyarakat tentang
metode pengobatan menggunakan Pengobatan Komplementer
spiritual yang cenderung melanggar Distribusi frekuensi sikap
agama. Disamping itu, kelemahan tentang pengobatan komplementer
pengobatan komplementer adalah menunjukkan distribusi tertinggi
tingkat ilmiah dan kevalidan adalah sikap negatif yaitu sebanyak
penyembuhan yang tidak terukur 53 responden (53%). Hal ini
(berubah-ubah), menyebabkan ditunjukkan oleh sikap masyarakat
13

yang takut untuk memilih tradisional dan pengobatan


pengobatan komplementer, serta konvensional dapat berjalan
masyarakat yang takut kalau berdampingan dan saling mengisi
pengobatan komplementer akan untuk memberikan manfaat yang
menimbulkan penyakit baru atau optimal bagi kesehatan dan
pengobatan komplementer akan kesejahteraan masyarakat banyak.
mengganggu pengobatan medis
yang sudah dijalani. Hubungan Persepsi dengan Sikap
Sani (2010) mengatakan Masyarakat terhadap Pengobatan
bahwa suplemen herbal tertentu Komplementer
dapat mengganggu beberapa resep Hasil uji Chi Square hubungan
obat, seperti perawatan diabetes persepsi dengan sikap masyarakat
atau pil Kb dan beberapa teknik terhadap pengobatan komplementer
pengobatan komplementer mungkin diperoleh nilai sebesar 7,507 dengan
dapat mengganggu penyakit tingkat signifikansi (p-value) sebesar
tertentu. Para Pusat Nasional 0,006. Peneitian menyimpulkan
Pengobatan Pelengkap dan bahwa terdapat hubungan persepsi
Alternatif (NCCAM), yang dengan sikap masyarakat terhadap
merupakan bagian dari Institut pengobatan komplementer pada
Kesehatan Nasional (NIH) masyarakat di Kecamatan Grogol.
merekomendasikan sebelum Hubungan persepsi dengan
memilih pengobatan komplementer sikap masyarakat tentang
sebaiknya berkonsultasi terlebih pengobatan komplementer
dahulu dengan dokter. menunjukkan bahwa semakin positif
Sedangkan sisanya 47 persepsi masyarakat tentang
responden (47%) memiliki sikap pengobatan komplementer, maka
positif. Hal ini ditunjukkan oleh semakin baik sikap mereka terhadap
masyarakat yang mengatakan pengobatan komplementer. Hal
memilih pengobatan komplementer, tersebut terlihat dari distribusi tabel
karena pengobatan komplementer hubungan persepsi dengan sikap,
itu penting, serta pengobatan yaitu pada responden dengan
komplementer dapat membantu persepsi negatif sebagian besar
pengobatan medis. memiliki sikap yang negatif juga
Anggapan tersebut didukung yaitu 39 responden (39%)
oleh Anggraeny (2013). Yang sedangkan sisanya 22 responden
mengatakan bahwa Pendekatan (22%) memiliki sikap yang positif.
holistik dalam pengobatan Hal ini ditunjukkan oleh persepsi
tradisional yang memenuhi masyarakat bahwa pengobatan
kebutuhan dan harapan masyarakat komplementer masih sulit untuk
dapat diterapkan dalam ilmu dipercaya, dan pengobatan
kedokteran tanpa harus kehilangan komplementer resiko yang besar.
identitas dan sifat keilmuannya. Ditunjukkan pula oleh sikap
Pengobatan tradisional sudah masyarakat yang ragu untuk memilih
merupakan bagian integral dari pengobatan komplementer dan juga
lingkungan sosial budaya dan ada takut dengan pengobatan
nilai-nilainya yang patut komplementer.
dipertahankan dan ditingkatkan yang Sedangkan pada responden
dapat memberikan sumbangan dengan persepsi positif sebagian
positif bagi upaya kesehatan. Oleh besar memiliki sikap yang positif
karena itu sebetulnya pengobatan yaitu sebanyak 25 responden (25%)
14

dan 14 responden (14%) memiliki persalinan, begitu juga sebaliknya


sikap yang negatif. Hal ini semakin negatif persepsi
ditunjukkan oleh hasil penelitian masyarakat maka semakin negatif
bahwa sebagian besar masyarakat pula sikap masyarakat terhadap
mengatakan pengobatan pemilihan pelayanan pertolongan
komplementer lebih aman dari persalinan. Hasil penelitian
pengobatan medis serta faktor menunjukkan bahwa masih banyak
pendidikan juga berpengaruh persepsi positif dari masyarakat
dimana masyarakat Grogol memiliki terhadap dukun bayi sebesar 80%
pengetahuan sedang yaitu 49% dan sikap positif dari masyarakat
adalah lulusan SMA sehingga terhadap dukun bayi sebesar 60%.
mempengaruhi persepsi dan sikap Serta persepsi negatif dari
masyarakat. Hal ini didukung oleh masyarakat terhadap tenaga
penelitian Purnamaningrum (2010) kesehatan sebesar 9,5%, masih ada
yang menyatakan bahwa pendidikan sikap negatif dari masyarakat
berpengaruh terhadap sikap terhadap tenaga kesehatan sebesar
seseorang, seseorang yang memiliki 9,5%.
pengetahuan baik akan bersikap Pengobatan alternatif
baik pula. merupakan salah satu cara
Persepsi-persepsi masyarakat penyembuhan yang dianggap
terhadap pengobatan komplementer sebagai hal yang biasa di
antara lain berupa anggapan masyarakat Indonesia. Memang
masyarakat bahwa pengobatan ada masyarakat yang pernah coba
komplementer sering bertentangan sekurang-kurangnya satu kali dan
dengan keyakinan agama, kurang ada yang belum pernah sama sekali,
berkhasiat, tidak ilmiah dan akan tetapi sudah tahu dari orang
sebagainya akan berdampak pada lain yang pernah. Kepopuleran
sikap yang tidak mendukung atau pengobatan tertentu tergantung
negatif terhadap penggunaan pada bermacam-macam faktor.
pengobatan komplementer oleh Faktor-faktor ini berdasarkan alasan-
masyarakat. Sedangkan anggapan- alasan mengapa seseorang memilih
anggapan yang positif, misalnya atau tidak memilih suatu jenis
pengobatan komplementer terbukti pengobatan. Faktor-faktor tersebut
berkhasiat dikalangan masyarakat adalah pengaruh ekonomi,
umum atau sesuai dengan contoh kepercayan dan budaya, sosial dan
Nabi, maka persepsi tersebut demografis, agama, geografi dan
membentuk sikap positif pada diri pribadi (Walcott, 2004).
masyarakat, yaitu mereka memiliki Meskipun dalam penelitian ini
kecenderungan menggunakan menunjukkan bahwa terdapat
pengobatan komplementer tersebut. hubungan antara persepsi dengan
Hasil penelitian tentang sikap masyarakat terhadap
adanya persepsi dengan sikap pengobatan komplemeneter akan
masyarakat terhadap pengobatan tetapi persepsi dan sikap
komplementer pada masyarakat di masyarakat tersebut masih belum
Kecamatan Grogol, sesuai dengan seluruhnya positif, dimana persepsi
hasil penelitian Agustin (2012) yang negatif sebesar 61% dan persepsi
menyebutkan bahwa semakin baik positif hanya 39%. Sedangkan sikap
persepsi masyarakat maka semakin negatif sebesar 53% dan sikap
baik pula sikap masyarakat terhadap positif hanya 47%. Untuk itu masih
pemilihan pelayanan pertolongan perlu adanya tindak lanjut dari
15

instansi mengevaluasi pengobatan persepsi dengan faktor orang


komplementer yang ada di lain yang dianggap penting,
Kecamatan Grogol, sehingga kebudayaan, media massa,
masyarakat tidak memiliki persepsi lembaga pendidikan dan
dan sikap yang negatif terhadap lembaga agama, faktor
pengobatan komplementer. emosional.

KESIMPULAN DAN SARAN


DAFTAR PUSTAKA
Kesimpulan
1. Persepsi masyarakat tentang Alam, S & Iwan H. (2007).
pengobatan komplementer di Endometriosis. Jakarta : PT
Kecamatan Grogol Sukoharjo Gramedia Utama.
sebagian besar adalah negative. Agusti P, Armawan E, Susanti I.
2. Sikap masyarakat tentang (2013). Persepsi dan Sikap
pengobatan komplementer di Masyarakat Dalam Memilih
Kecamatan Grogol Sukoharjo Penolong Persalinan di Desa
sebagian besar adalah negative. Batujaya Kec. Cigasong Kab.
3. Terdapat hubungan persepsi dan Majalengka Tahun 2011.
sikap masyarakat tentang http://www.jurnalpendidikanbi
pengobatan komplementer di dan.com. [Diakses 27
Kecamatan Grogol Sukoharjo. Februari 2013 : 20.33]
Anggraeny, Cindy. (2010). Inovasi
Saran Pelayanan Kesehatan Dalam
1. Bagi Masyarakat Meningkatkan Kualitas
Diharapakan dari hasil penelitian Pelayanan di Puskesmas
ini dapat menjadi acuan Jagir Kota Surabaya.
masyarakat untuk berkonsultasi http://journal.unair.ac.id/.
terlebih dahulu dengan dokter [Diakses 27 Februari 2013 :
atau petugas kesehatan lainnya 205.4]
sebelum memilih pengobatan Arikunto, S. (2006). Prosedur
komplementer. Penelitian Suatu Pendekatan
2. Bagi Dinas Kesehatan Praktik. Jakarta : PT Rineka
Diharapkan petugas kesehatan Cipta, Jakarta.
dapat mengevaluasi pengobatan Azwar, S. (2011). Sikap Manusia
komplementer yang ada di Teori dan Pengukurannya.
kecamatan grogol, sehingga Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
masyarakat tidak memiliki Catherine, E.B., Ardian, M.D.,
persepsi yang negatif terhadap Margaret, A.B., Nancy, B.S.,
pengobatan komplementer. Catherine, G.B. (2004).
3. Bagi Institusi Pendidikan Pediatric Primary Care a
Diharapkan dengan penelitian ini Hanbook for Nurse
dapat menambah referensi di Practitioners.ed: 3. Missouri.
perpustakaan sehingga dapat SAUNDERS.
dimanfaatkan bagi penelitian Cristiana, N. (2011). Analisis
selanjutnnya. Penggunaan Obat Herbal
4. Bagi Peneliti yang akan Datang pada Pasien Diabetes Mellitus
Bagi peneliti lain diharapkan di Instalasi Rawat Jalan
dapat mengembangkan lebih RSUD Dr. Moewardi
lanjut pada penelitian sejenis, Surakarta. Skripsi. Surakarta:
seperti hubungan antara
16

Fakultas Farmasi Universitas Kuntari, Titik. (2007). Fenomena


Muhammadiyah Surakarta. Pengobatan Alternatif di
Dahlan, S. (2005). Stastik Untuk Tengah Mahalnya Pelayanan
Kedokteran dan Kesehatan. Jasa Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika. http://www.medicine.uii.ac.id/.
Depkes. (2012). Derektorat Jenderal [Diakses 27 Februari 2013 :
Bina Gizi dan KIA. 15.25]
http://www.gizikia.depkes.go.i Notoatmodjo, S, (2005). Promosi
d/. [Diakses 27 Februari 2013 Kesehatan : Teori dan
: 21.50] Aplikasi. Jakarta : PT Rineka
Djarwanto. (2006). Statistik Sosial Cipta, Jakarta.
Ekonomi. Yogyakarta: BPFE Notoatmodjo, S, (2005). Metodologi
Hamijoyo, L. (2003). Complementary Penelitian Kesehatan. Jakarta
medicine in Reumatology. : PT Rineka Cipta, Jakarta.
http://medikaholistik.Com. Nursalam. (2008). Konsep dan
[Diakses 23 Februari 2012 : Penerapan Metode Penelitian
20.58] Ilmu Keperawatan Pedoman
Hidayat, A.A. (2003). Riset Skripsi, tesis dan Instrumen
Keperawatan dan Tehnik Penelitian Keperawatan, Edisi
Penulisan Ilmiah. Jakarta: I. Jakarta: Salemba Medika.
Salemba Medika. Peleg, R. (2011). Patients Visiting
Heather, Boon S., Folashade O., the Complementary Clinic for
Suzanna M.Z. (2007). Trends Pain : a Cross Sectional
in Complementary/Alternative Study.
Medicine use by Breast http://www.biomedcentral.com
Cancer Survivors: Comparing /1472-6882/11/36. BMC
Survey Data from 1998 and [Diakses 20 Desember 2011 :
2005. 20.30]
http://www.boimedcentral.com Potter, A.P., & Perry, A.G. 2010.
. BMC. [Diakses 30 Januari Fundamental
2012 : 21.25] Keperawatan.(Adrina
Ibrahim. (2012). Homeopati Ferderika Nggie & Marina
Indonesia. Albar) Vol. 2. Edisi 7. Jakarta :
http://homeopatiindonesia.co Salemba Medika.
m/. [ Diakses 11 September Purnamaningrun, Ayu. (2010).
2012 : 14.50] Faktor-Faktor Yang
Istichomah, C. (2011). Perbedaan Berhubungan Dengan
Efektifitas Analgesia Terapi Perilaku Masyarakat Untuk
Bekam dengan Akupunktur Mendapatkan Pelayanan
pada Nyeri Leher. Skripsi. Kesehatan Mata. Skripsi.
Surakarta: Fakultas ilmu Semarang: Fakultas
kesehatan. Universitas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Diponegoro.
Kemenkes RI. (2011). Pengobatan Riwidikdo, H. (2008). Statistika
Komplementer Tradisional- Kesehatan. Yogyakarta: Mitra
Alternatif. Cendikia Press.
http://buk.Depkes.go.id. Runtuwene. (2011). Ilmu
Kemenkses [Diakses 23 Keperawatan.
Februari 2012 : 21.27] http://www.ilmukeperawatan.c
17

om/html. [Diakses 6 123427/. [Diakses 11


September 2012 : 10.46] September 2012 :11.26]
Sani, Asrul. (2010). Obat Yuliantoro. (2009). Terapi Gurah
Komplementer dan Alternatif. Sembuhkan Asma dan
http://dokter-harbal.com. Sinusitis.
[Diakses 27 Februari 2013 : http://www.biomedcentral.com
22.35] /. [Diakses 13 September
Sari, L. (2006). Pemanfaatan Obat 2012 : 09.15]
Tradisional dengan
Pertimbangan Manfaat dan Yuni Setyaningsih: Mahasiswa S1
Keamanannya. Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani
http://jurnal.farmasi.ui.ac.id/pd Tromol Post 1 Kartasura
f/2006/v03n01/ Majalah Ilmu
Kefarmasian [Diakses 04
Januari 2012 : 12.00, 2-3] ** Winarsih Nur Ambarwati,
Shaleh, Abdul Rahman. (2009). S.Kep.,Ns,ETN,M.Kep: Dosen
Psikologi Suatu Pengantar Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani
Dalam Perspektif Islam. Tromol Post 1 Kartasura.
Jakarta: Kencanas
Sugiyono. (2007). Metodologi *** Agustaria Budinugroho.,
Penelitian Kesehatan. S.Kep.,Ns. : Dosen Keperawatan
Bandung : Alfabeta, CV. FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1
Sundari. (2012). Hati-hati Minum Kartasura
Obat Tradisional. Tempo.com.
Jakarta.
http://www.tempo.co/read/new
s/2012/09/18/060430209/.
[Diakses 13 November 2012 :
12.05]
Tindle H A., Davis R B., Phillips R
S., Eisenberg D M., . dkk.
(2005). Trands in use of
Complementary and
Alternative Medicine by us
Adults : 1997-2002.
http://search.proquest.com/pq
rl/docview [Diakses 25 April
2012 : 20.30]
Walcott, Esther. (2004). Seni
Pengobatan Alternatif
Pengetahuan dan Persepsi.
Universitas Muhammadiyah
Malang. Malang.
Walgito, B. (2003). Psikologi Sosial
(Suatu Pengantar).
Yogyakarta: Andi Offset.
Wulandari. (2008). Therappeutic
Touch.
http://www.scribd.com/doc/52

Anda mungkin juga menyukai