Anda di halaman 1dari 14

Nama Peserta :

Nama Wahana : RSUD


Topik : Preeklamsi Berat
Tanggal : 15 Agustus 2017 Presenter :
Nama Pasien : Ny. W No. RM :
Tanggal Presentasi : Pendamping :
Tempat Presentasi: RSUD
Obyektif Presentasi:
 Keilmuan  Ketrampilan  Penyegaran  TinjauanPustaka

 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa

 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil


 Deskripsi: Perempuan, 32 tahun, G2P1001 UK 27 – 28 minggu, nyeri perut tembus
belakang, mata berkunang-kunang, TD 160/110 mmHg dan albumin urine ++
 Tujuan : Menegakkan diagnosis dan menetapkan manajemen pasien Preeklamsi Berat
Bahan bahasan  Tinjauan Pustaka  Riset  Kasus  Audit
Cara membahas  Diskusi  Presentasi  E-mail  Pos
dan diskusi
Data pasien Nama: Ny. W No CM :
DPJP Nama: dr. Sp. OG
Nama RS : RSUD Telp :
Data Utama untuk Bahan Diskusi:
1. Diagnosis/ Gambaran klinis
Pasien Ny. W usia 32 taun G2P1001 UK 27-28 minggu datang diatar suami ke IGD
RSUD, Kota dengan keluhan nyeri perut, pada ulu hati tembus belakang sejak tadi malam,
5 jam sebelum datang MRS. Mata berkunang – kunang dan nyeri kepala sejak 2 jam
sebelumnya. Selama kehamilan sudah kambuh 3 kali, pernah datang ke IGD pada tanggal
20 Juli 2017 dengan keluhan yang sama, setelah di cek urin didapat albumin urine ++,
pasien dikonsulkan ke dr.Sp.OG disarankan berobat jalan dan kontrol poli. Sudah
mendapat obat minum namun tidak diminum. Mual (-), Muntah (-), keluar darah atau
cairan dari kemaluan (-).
Pasien mengaku tidak rutin melakukan ANC pada kehamilan sekarang. ANC dilakukan
sekali, pada bulan pertama di bidan desa setempat. HPHT 04-02-2017, HPL 11-11-2017
2. Riwayat Penyakit Dahulu
 Preeklamsi Berat pada kehamilan pertama
 Hipertensi sebelum kehamilan (-)
3. Riwayat Penyakit Keluarga
 Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa dengan pasien.

4. Riwayat Kehamilan dan persalinan sebelumnya


 Anak pertama umur 1,7 tahun, lahir SC/ Sectio Caesar atas indikasi Preeklamsi
Berat dengan TD 210/120
 Berat badan lahir: 3100 gram
 Panjang badan lahir: tidak tahu
 Lingkar kepala: tidak tahu
 Langsung menangis
 APGAR score: tidak tahu
 Kelainan bawaan: -
5. Riwayat Alergi
Tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
- Keadaan umum: Tampak nyeri sedang
- Kesadaran: Compos mentis
- Vital signs
- Tekanan darah: 160/110 mmHg
- Nadi: 72 kali/menit, regular, kuat
- Frekuensi napas: 22 kali/menit
- Suhu tubuh: 36,3° C aksila
- SpO2: 99%
Kepala/leher:
- Bentuk dan ukuran: normocephali
- Rambut dan kulit kepala: rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
- Mata: palpebra dbn, pupil bulat, isokor, konjungtiva dalam batas normal, sklera putih,
ikterik -/-, mata tidak cekung, CA -/-
- Telinga: normotia, sekret-/-
- Hidung: normosepti, sekret-/-
- Bibir: lembab, tidak kering, sianosis–
- Mulut: mukosa kemerahan, oral hygiene baik.
- Lidah: normoglosia, bersih
- Tonsil: T1-T1 tenang
- Faring: tidak hiperemis, uvula di tengah
- Tidak ada perbesaran getah bening
Thoraks:
- Inspeksi: pengembangan simetris, retraksi (-)
- Palpasi: nyeri (-), fremitus normal, ictus cordis palpable pada ICS V MCL Sinistra
- Perkusi: sonor di seluruh lapang thorak, kesan tidak ada pelebaran batas jantung
- Auskultasi: Paru: vesikuler (+/+), Wh(-/-), Rh (-/-). Jantung: S1-2 reguler,
Murmur/Gallop (-/-)
Abdomen: -
Ekstremitas
- Motorik: 5|5|5|5
- Akral hangat di keempat ekstremitas
- Edema -/-/-/-
Status Obstetri
 Regio Abdomen = TFU setinggi pusat, Balotemen (+), DJJ (+) 152x/menit, HIS
(-)
 VT = Tidak dilakukan

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Hb 12,4 g/dL
Leukosit 9850 /uL
HitungJenis -/-/2/85/9/4
PCV 37,7 %
HitungEritrosit 4.3990.000
/CMM
Trombosit 192.000 /uL
BBS -
MCV 94,4 fl
MCH 31,2 pg
MCHC 33 %
PPT PPT : 10,3
INR : 0,95
APTT 25,6 s
Golongandarah A; Rh : +
IV (Test Pack) Non reaktif
HbsAg Non reaktif

Urine lengkap
Warna urine Kuning jernih
Albumin urine ++
Reduksi urine -
Bilirubin urine -
Urobilinogen urine -
Keton urine -
Nitrit urine -
Berat jenis urine 1,030
pH urine 7,0
Sedimen urine
Eritrosit sedimen 3-5
Leukosit sedimen 5-7
Epitel sedimen 2-4
Kristal sedimen -
Silinder sedimen -
Bakteri sedimen -
Bakteri sedimen -
Yeast/ jamur sedimen -
Sperma urine sedimen -
DaftarPustaka:
1. Winkjosastro, Hanifa.. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2005
2. Manuaba, Ida Ayudkk. IlmuKebidanan, Penyaki tKandungan, dan KB. Edisi 2.Jakarta:
EGC.2010
3. Sujiyatinidkk. Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.2009

Hasil pembelajaran:
1. Diagnosis Preeklamsi Berat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
2. Penatalaksaan Preeklamsi Berat di IGD

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio:

1. Subyektif:
Pada kasus ini ada seorang Ny. W berusia 32 tahun G2P1001 uk 27-28 minggu,
berdasarkan alloanamnesis dengan penderita didapatkan :
 Keluhan utama berupa nyeri perut bagian ulu hati tembus belakang, mata berkunang-
kunang dan nyeri kepala.
 Keluhan serupa sudah 3 kali selama kehamilan, sudah berobat namun belum membaik
 Riwayat kehamilan pertama dengan Preeklamsi berat, TD 210./100 mmHg
2. Obyektif:
Pemeriksaan Fisik:
 Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan, compos mentis,
tekanan darah 160/110 mmHg. Pada pemeriksaam obstetric region abdomen Regio
Abdomen = TFU setinggi pusat, Balotemen (+), DJJ (+) 152x/menit, HIS (-), VT tidak
dilakukan. Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal.
Pemeriksaan Penunjang:
 Albumin urine ++
3. Assesment
Definisi Preeklamsi
Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya perfusi
organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan peningkatan tekanan
darah dan proteinuria (Cunningham et al, 2003, Matthew warden, MD, 2005).
Preeklampsia terjadi pada umur kehamilan diatas 20 minggu, paling banyak terlihat
pada umur kehamilan 37 minggu, tetapi dapat juga timbul kapan saja pada pertengahan
kehamilan. Preeklampsia dapat berkembang dari preeklampsia yang ringan sampai
preeklampsia yang berat (George, 2007)

Diagnosis Preeklampsia
Dari hasil diagnosis, maka preeklampsia dapat diklasifikasikan menjadi 2 golongan
yaitu:
1) Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
a) Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih, atau
kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20 minggu kehamilan dengan riwayat
tekanan darah normal.
b) Proteinuria kuantitatif ≥ 0,3 gr /liter atau kualitatif 1+ atau 2+ pada urine kateter
atau midstearm.

2) Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut:


a) Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg diastolik
pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama
b) Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter
c) Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan peningkatan kadar
kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya
d) Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan atau
adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen
e) Edema Paru
f) Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus
g) Gangguan pertumbuhan janin menjadi tanda gangguan sirkulasi uteroplasenta:
Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR) atau didapatkan absent or
reversed end diastolic velocity (ARDV)
Manajemen Preeklampsia
Perawatan Ekspektatif pada Preeklampsia tanpa Gejala Berat:
1. Manajemen ekspektatif direkomendasikan pada kasus preeklampsia tanpa gejala berat
dengan usia kehamilan < 37 minggu dengan evaluasi maternal dan janin yang lebih
ketat
2. Perawatan poliklinis secara ketat dapat dilakukan pada kasus preeklampsia tanpa gejala
berat.
3. Evaluasi ketat yang dilakukan adalah:
a) Evaluasi gejala maternal dan gerakan janin setiap hari oleh pasien
b) Evaluasi tekanan darah 2 kali dalam seminggu secara poliklinis
c) Evaluasi jumlah trombosit dan fungsi liver setiap minggu
d) Evaluasi USG dan kesejahteraan janin secara berkala (dianjurkan 2 kali dalam
seminggu)
e) Jika didapatkan tanda pertumbuhan janin terhambat, evaluasi menggunakan doppler
velocimetry terhadap arteri umbilikal direkomendasikan
Perawatan Ekspektatif pada Preeklampsia Berat
1. Manajemen ekspektatif direkomendasikan pada kasus preeklampsia berat dengan usia
kehamilan kurang dari 34 minggu dengan syarat kondisi ibu dan janin yang stabil
2. Manajemen ekspektatif pada preeklampsia berat juga direkomendasikan untuk
melakukan perawatan di fasilitas kesehatan yang adekuat dengan tersedianya
perawatan intensif bagi maternal dan neonatal
3. Bagi wanita yang melakukan perawatan ekspektatif preekklamsia berat, pemberian
kortikosteroid direkomendasikan untuk membantu pematangan paru janin
4. Pasien dengan preeklampsia berat direkomendasikan untuk melakukan rawat inap
selama melakukan perawatan ekspektatif
Anti konvulsan.
Pemberian Magnesium Sulfat pada Preeklampsia Berat :
1. Magnesium sulfat direkomendasikan sebagai terapi lini pertama eklampsia
2. Magnesium sulfat direkomendasikan sebagai profilaksis terhadap eklampsia pada
pasien preeklampsia berat
3. Magnesium sulfat merupakan pilihan utama pada pasien preeklampsia berat
dibandingkan diazepam atau fenitoin, untuk mencegah terjadi kejang/eklampsia atau
kejang berulang
4. Dosis penuh baik intravena maupun intramuskuler magnesium sulfat direkomendasikan
sebagai prevensi dan terapi eklampsia
5. Pemberian magnesium sulfat tidak direkomendasikan untuk diberikan secara rutin ke
seluruh pasien preeklampsia, jika tidak didapatkan gejala pemberatan (preeklampsia
tanpa gejala berat)

Obat ini dapat diberikan secara intravena melalui infus kuntinu atau intramuskular dengan
injeksi intermiten.
• Infus intravena kontinu:
a. Berikan dosis bolus 4 – 6 gram MgSO4 yang diencerkan dalam 100 ml cairan
dan diberikan dalam 15-20 menit b)Mulai infus rumatan dengan dosis 2 g/jam
dalam 100 ml cairan intravena
b. Ukur kadar MgSO4 pada 4-6 jam setelah pemberian dan disesuaikan kecepatan
infusuntuk mempertahankan kadar antara 4 dan 7 mEg/l (4,8-8,4 mg/l)
c. MgSO4 dihentikan 24 jam setelah bayi lahir.

• Injeksi intamuskular intermiten:


a. Berikan 4 gram MgSO4 sebagai larutan 20% secara intavena dengan kecepatan
tidak melebihi 1 g/manit
b. Lanjutkan segera dengan 10 gram MgSO4 50%, sebagian (5%) disuntikan
dalam-dalam di kuadran lateral atas bokong (penambahan 1 ml lidokain 2 %
dapatmengurangi nyeri). Apabila kejang menetap setelah 15 menit, berikan
MgSO4sampai2 gram dalam bentuk larutan 20% secara intravena dengan
kecepatan tidak melebihi 1g/menit. Apabila wanita tersebut bertubuh besar,
MgSo4 dapat diberikan samapi 4gram perlahan.
c. Setiap 4 jam sesudahnya, berikan 5 gram larutan MgSO4 50% yang disuntikan
dalam-dalam ke kuadran lateral atas bokong bergantian kiri-kanan, tetapi
setelah dipastikan bahwa:
• Reflek patela (+)
• Tidak terdapat depresi pernapasan
• Pengeluaran urin selama 4 jam sebelumnya melebihi 100 ml
d. MgSO4 dihentikan 24 jam setelah bayi lahir.
e. Siapkan antidotum
• Jika terjadi henti napas
• Berikan bantuan dengan ventilator
• Berikan kalsium glukonat 2g (20 ml dalam larutan 10%) secara intravena
perlahan-lahan sampai pernapasan mulai lagi

Anti hipertensi.
Pemberian Antihipertensi pada Preeklampsia Berat i:
1. Antihipertensi direkomendasikan pada preeklampsia dengan hipertensi berat, atau
tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg
2. Target penurunan tekanan darah adalah sistolik < 160 mmHg dan diastolik < 110
mmHg
3. Pemberian antihipertensi pilihan pertama adalah nifedipin oral short acting, hidralazine
dan labetalol parenteral. Alternatif pemberian antihipertensi yang lain adalah
nitogliserin, metildopa, labetalol
 Hidralazin, yang diberikan 5 mg intravena pelan-pelan selama 5 menit sampai
tekanan darah turun. Jika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam, atau
12,5 intamuskular setiap 2 jam
 Nifedipine / calcium channel blocker dosis oral 10 mg yang diulang tiap diulang
tiap 15 – 30 menit, dengan dosis maksimum 30 mg
 Labetalol 10 mg intravena sebagai dosis awal, jika tekanan darah tidak membaik
dalam 10 menit, maka dosis dapat ditingkatkan samapi 20 mg
intravena(Cunningham, 2003)
 Metildopa - Metildopa biasanya dimulai pada dosis 250-500 mg per oral 2 atau 3
kali sehari, dengan dosis maksimum 3 g per hari. Alternatif lain penggunaan
metildopa adalah intra vena 250-500 mg tiap 6 jam sampai maksimum 1 g tiap 6
jam untuk krisis hipertensi.

Persalinan.

Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam. Jika seksio sesarea
akan dilakukan, perhatikan bahwa:
• Tidak terdapat koagulapati
• Anestesi yang aman/ terpilih adalah anastesia umum. Jangan lakukan
anastesialokal, sedangkan anestesia spinal berhubungan dengan hipotensic)Jika
anestesia yang umum tidak tersedia, atau janin mati, aterm terlalu kecil, lakukan
persalinan pervaginam.
 Jika servik matang, lakukan induksi dengan aksitosin 2-5 IU dalam 500
mldekstrose 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin (Abdul bari, 2001)
4. Plan
Pkl 05.00 WIB TD 120/70 mmHg
Ptx : Ij ranitidine 1A
observasi

Pkl 07.40 WIB


Nyeri belum berkurang, TD 160/110 mmHg
Pdx :
DL,ppt/aptt, gol da, Anti HIV, HbsAg
UL, Albumin urine

Ptx :
IVFD RL 20 tpm
Pasang DC
Konsul Sp.OG
SM full dose = ij MgSO4 4%, diencerkan dengan NaCl 20 cc IV pelan
Syrnge pump MgSO4 6%, dalam 60 cc – jalan 10cc/jam ( 1 gram/jam )

Konsul Sp. JP
Amlodipin tab 10-0-0
Metildopa tab 3x500 mg
Clonin 3x0,15 mg
PORTOFOLIO KASUS MEDIS
BAGIAN ILMU KESEHATAN KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

PREEKLAMSI BERAT

DisusunOleh:
dr. Meidiana Anggraini
Dokter Internship RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar

Pendamping:
dr. Herya Putra Dharma

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MARDI WALUYO
KOTA BLITAR – JAWA TIMUR

2017-2018

Anda mungkin juga menyukai