Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
HIPERTENSI

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
Hipertensi dikategorikan ringan jika tekanan diastoliknya berkisar 95 – 104
mmHg, hipertensi sedang kalau tekanan diastoliknya diantara kisaran 105 &
114 mmHg, & hipertensi berat bila tekanan diastoliknya berkisar 115
mmHg atau lebih dari itu. Pembagian atau pengkategorian ini berdasarkan
dari peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari
peningkatan sistolik ( Gunawan, 2003 ).
Hipertensi ialah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan
hipertensi merupakan sebuah kondisi di mana berlangsung gangguan pada
mekanisme pengaturan tekanan darah (Mansjoer,2008 : 144)

2. Etiologi/Penyebab
Hipertensi berdasarkan penyebabnya bisa dibedakan menjadi 2 golongan
besar yakni : ( Lany Gunawan, 2001 )
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) ialah hipertensi yg tidak
diketahui apa penyebabnya.
b. Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yg biasanya di sebabkan oleh
penyakit lain.
Hipertensi primer hampir terdapat pada lebih dari 90 persen penderita
hipertensi, sedangkan 10 persen sisanya disebabkan oleh hipertensi
sekunder. Walaupun hipertensi primer belum diketahui dengan tentu
penyebabnya, data-data penelitian sudah dapat menemukan sekian banyak
factor yg tidak jarang sekali menyebabkan terjadinya sebuah penyakit
hipertensi.
Pada umunya penyakit hipertensi tak memiliki penyebab yg secara spesifik.
Hipertensi terjadi juga terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output
atau peningkatan tekanan perifer.
Tapi ada sekian banyak factor yg sangat mempengaruhi proses terjadinya
hipertensi :
a. Genetik : Respon nerologi yang terjadi pada stress atau disebabkan
karena kelainan eksresi atau disebabkan karena transport Na.
b. Obesitas : Yang disebabkan karena terkait dengan level insulin yang
tinggi yang mengakibatkan atau menyebabkan tekanan darah menjadi
meningkat.
c. Stress dikarenakan atau disebabkan oleh Lingkungan.
d. Karena hilangnya Elastisitas pada jaringan serta arterisklerosis pada
seseorang yang lanjut usia serta terdapat pelebaran pembuluh darah.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia yaitu karena terjadinya
proses perubahan – perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal & menjadi kaku
c. Kekuatan jantung dalam memompa darah yang menurun 1% setiap
tahun setelah biasanya berusia sekitar 20 thn kekuatan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi &
volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah faktor ini berjalan karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer buat oksigenasi
e. Disebabkan karena meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Biarpun hipertensi primer belum diketahui dengan tentu apa yang
menyebabkannya, namun data-data penelitian sudah menemukan sekian
banyak aspek yg sering menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi. Aspek
tersebut yaitu sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik yang ditemukan terbukti bahwa seorang akan
mempunyai kemungkinan jauh lebih besar untuk memperoleh
hipertensi apabila orang tuanya merupakan penderita hipertensi.
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yg mempengaruhi timbulnya hipertensi yaitu :
• Umur( bila usia bertambah sehingga TD meningkat )
• Jenis kelamin ( laki laki lebih tinggi terkena hipertensi dibandingkan
dengan perempuan)
• Ras ( ras kulit hitam ternyata lebih banyak terkena penyakit hipertensi
dari kulit putih )
c. Adat hidup
Tradisi hidup atau gaya hidup saat ini ternyata yg sering menyebabkan
timbulnya hipertensi ialah :
• Mengonsumsi garam yg tinggi ( melebihi dari 30 gram)
• Kegemukan atau makan berlebihan
• Stress karena suatu masalah
• Memiliki kebiasaan dalam Merokok
• Memiliki kebiasaan suka mengkonsumsi minuman beralkohol
• Minum obat-obatan ( seperti ephedrine, prednison, dan epineprin ).

3. Patofisiologi
Penyebab utama adalah pada penyakit jantung hipertensif merupakan
hipertrofi ventrikel kiri yg terjadi sebagai akibat dengan cara langsung dari
peningkatan bertahap tahanan pembuluh darah perifer & beban akhir
ventrikel kiri. Aspek yg menentukan hipertrofi ventrikel kiri yakni derajat &
lamanya peningkatan diastole. Pengaruh sekian banyak aspek humoral
seperti rangsangan simpato-adrenal yg meningkat & peningkatan aktivasi
sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAA) belum didapati, bisa jadi yang
merupakan penunjang saja. Fungsi pompa ventrikel kiri tatkala hipertensi
berhubungan erat bersama penyebab hipertrofi & terjadinya aterosklerosis
primer.
Terhadap stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yg berlangsung yakni
difus (konsentrik). Rasio massa & volume akhir diastolik ventrikel kiri
meningkat tidak dengan perubahan yg berarti pada fungsi pompa efektif
ventrikel kiri. Pada stadium seterusnya, dikarenakan penyakir berlanjut
terus, hipertrofi menjadi tidak teratur, & hasilnya eksentrik, akibat
terbatasnya aliran darah koroner. Khas pada jantung dgn hipertrofi eksentrik
menggambarkan berkurangnya rasio antara massa & volume, oleh
dikarenakan meningkatnya volume diastolik akhir. Factor ini diperlihatkan
juga sebagai penurunan dengan cara menyeluruh fungsi pompa (penurunan
fraksi ejeksi), peningkatan tegangan dinding ventrikel pada waktu sistol &
konsumsi oksigen otot jantung. Hal-hal yg memperburuk fungsi mekanik
ventrikel kiri berhubungan erat apabila disertai dengan penyakit jantung
koroner.
Hal Koroner
Meskipun tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan pembuluh koroner
pula meningkat. Menjadi cadangan aliran darah koroner menyusut.
Perubahan-perubahan secara hemodinamik sirkulasi koroner yang terjadi
pada hipertensi berhubungan erat bersama derajat hipertrofi otot jantung.
Ada 2 factor penting penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner,
adalah :
1) penebalan arteriol koroner, adalah bagian dari hipertrofi umum pada
otot polos pembuluh darah yang resistensi arteriol (arteriolar
resistance vessels) semua badan. Setelah Itu terjadi retensi garam &
air yg mengakibatkan berkurangnya compliance pembuluh-pembuluh
ini & mengakibatkan tahanan perifer;
2) Hipertrofi yg meningkat mengakibatkan kurangnya kepadatan kepiler
per unit otot jantung apabila timbul hipertrofi eksentrik. Peningkatan
jarak difusi antara kapiler & serat otot yg hipertrofik jadi faktor utama
pada stadium lanjut dari gambaran hemodinamik ini.
Menjadi, factor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat
penyakit, meski kelihatan sebagai penyebab patologis yg penting dari
gangguan aktifitas mekanik ventrikel kiri.
Untuk mempermudah pemahaman dapat dilihat pada skema yang ada
dibawah ini:
Pathway Hipertensi

4. Tanda dan Gejala


Tanda serta gejala hipertensi dapat dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala yang begitu spesifik yang dapat dihubungkan dengan
adanya peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri
oleh tenaga kesehatan yang memeriksa tekanan darahnya. Ini
menunjukan bahwa hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa
atau di tentukan apabila tekanan arteri tidak dikur.
b. Gejala yg lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yg menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala & kelelahan. Dalam kenyataannya ini
adalah gejala terlazim yg berkaitan kebanyakan pasien yg mencari
bantuan medis.

5. Klasifikasi
Dengan Cara klinis derajat hipertensi akan dikelompokkan sebagai berikut :
Klasifikasi Hipertensi

6. MANIFESTASI KLINIS
Terhadap sebagian besar penderita, hipertensi tak memunculkan gejala;
biarpun secara tidak sengaja sekian banyak gejala terjadi bersamaan &
diakui berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya
tidak). Gejala yg dimaksud yakni sakit kepala, perdarahan dari hidung,
pusing, wajah kemerahan & kelelahan; yg mungkin terjadi baik pada
penderita hipertensi, ataupun pada seseorang dengan tekanan darah yg
normal.
Kalau hipertensinya berat atau menahun & tak diobati, mampu timbul gejala
berikut :
• sakit kepala
• kelelahan
• mual
• muntah
• sesak nafas
• gelisah
• pandangan jadi kabur yg terjadi dikarenakan adanya kerusakan pada
otak, mata, jantung & ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran &
bahkan koma dikarenakan terjadi pembengkakan otak. Kondisi ini
dinamakan ensefalopati hipertensif, yg memerlukan penanganan langsung.

7. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yg bisa berlangsung pada penyakit hipertensi menurut
TIM POKJA RS Harapan Kita (2003 : 64) & Dr. Budhi Setianto (Depkes,
2007) yakni diantaranya :
• Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, dan
transient ischemic attack =.
• Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard
acut (IMA).
• Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.
• Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema
pupil.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang menurut Dosen Fakultas kedokteran USU, Abdul
Madjid (2004), meliputi :
• Pemeriksaan laboratorium teratur yg dilakukan sebelum mengawali
terapi bertujuan memastikan adanya kerusakan organ & faktor resiko
lain atau mencari penyebab hipertensi. umumnya diperiksa urin analisa,
darah perifer komplit, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula
darah puasa, kolesterol keseluruhan, HDL, LDL
• Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi),
IVP (bisa mengidentifikasi hipertensi, yang merupakan tambahan bisa
dilakukan pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam urat,
TSH & ekordiografi.
• Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal),
glucose (DM) kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yg
meningkat), kalsium serum (peningkatan bisa menyebabkan hipertensi :
kolesterol & tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan
tiroid (menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula
(menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat (hal penyebab hipertensi)
• Pemeriksaan radiologi : Photo dada & CT scan.

9. PENATALAKSANAAN
Olah raga lebih banyak dihubungkan bersama pengobatan hipertensi, sebab
olah raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yg rutin bisa
memperlancar peredaran darah maka bisa menurunkan tekanan darah. Olah
raga dapat juga digunakan buat mengurangi/ mencegah obesitas &
mengurangi asupan garam ke dalam badan (badan yg berkeringat akan
mengeluarkan garam melalui kulit).
Pengobatan hipertensi dengan cara garis besar dibagi jadi 2 type adalah :
1. Pengobatan non obat (non farmakologis)
2. Pengobatan dgn obat-obatan (farmakologis)

Pengobatan non obat (non farmakologis)


Pengobatan non farmakologis kadang-kadang bisa mengontrol tekanan
darah maka pengobatan farmakologis jadi tak digunakan atau sekurang-
kurangnya ditunda. Sedangkan pada kondisi di mana obat anti hipertensi
diperlukan, pengobatan non farmakologis akan dimanfaatkan sebagai
pelengkap utk mendapati efek pengobatan yg tambah baik.
Pengobatan non farmakologis diantaranya yakni :
1. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
2. Mengurangi asupan garam ke dalam badan.
Nasehat pengurangan garam, mesti memperhatikan rutinitas makan
penderita. Pengurangan asupan garam dengan cara drastis dapat susah
dilaksanakan. Trik pengobatan ini hendaknya tidak dipakai yang
merupakan pengobatan tunggal, namun lebih baik dipakai juga sebagai
pelengkap pada pengobatan farmakologis.
3. Ciptakan kondisi rileks
Bermacam Macam trick relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis
sanggup mengontrol system saraf yg hasilnya mampu menurunkan
tekanan darah.
4. Melaksanakan olah raga seperti senam aerobik atau jalan serentak
selama 30-45 menit jumlahnya 3-4 kali seminggu.
5. Berhenti merokok & mengurangi mengonsumsi alkohol

Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)


Obat-obatan antihipertensi. Terdapat tidak sedikit tipe obat antihipertensi yg
beredar sekarang ini. Buat pemilihan obat yg pas diharapkan menghubungi
dokter.
• Diuretik
Obat-obatan type diuretik bekerja secara mengeluarkan cairan
tubuh(melalui kencing) maka volume cairan ditubuh menyusut yg
mengakibatkan daya pompa jantung jadi lebih ringan. Sample
obatannya merupakan Hidroklorotiazid.
• Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dgn menghambat gerakan saraf simpatis
(saraf yg bekerja pada disaat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah
: Metildopa, Klonidin & Reserpin.
• Betabloker
Prosedur kerja anti-hipertensi obat ini ialah lewat penurunan daya
pompa jantung. Type betabloker tak dianjurkan kepada penderita yg
sudah didapati mengidap kesukaran pernapasan seperti asma bronkial.
Contoh obatnya yakni : Metoprolol, Propranolol & Atenolol. Terhadap
penderita diabetes melitus mesti hati-hati, dikarenakan akan menutupi
gejala hipoglikemia (keadaan di mana kadar gula dalam darah turun jadi
teramat rendah yg dapat berakibat bahaya bagi penderitanya). Kepada
ortu terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan)
maka pemberian obat mesti hati-hati.
• Vasodilator
Obat golongan ini bekerja cepat terhadap pembuluh darah dgn relaksasi
otot polos (otot pembuluh darah). Yg termasuk juga dalam golongan ini
yakni : Prasosin, Hidralasin. Efek samping yg mungkin saja bakal
terjadi dari pemberian obat ini merupakan : sakit kepala & pusing.
• Penghambat ensim konversi Angiotensin
Trick kerja obat golongan ini merupakan menghambat pembentukan zat
Angiotensin II (zat yg bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah).
Contoh obat yg termasuk juga golongan ini yaitu Kaptopril. Efek
samping yg bisa jadi timbul ialah : batuk kering, pusing, sakit kepala &
lemas.
• Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung secara
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yg termasuk juga
golongan obat ini yakni : Nifedipin, Diltiasem & Verapamil. Efek
samping yg bisa jadi timbul merupakan : sembelit, pusing, sakit kepala
& muntah.
• Penghambat Reseptor Angiotensin II
Kiat kerja obat ini yaitu dgn menghalangi penempelan zat Angiotensin
II kepada reseptornya yg mengakibatkan ringannya daya pompa
jantung. Obat-obatan yg termasuk juga dalam golongan ini yaitu
Valsartan (Diovan). Efek samping yg bisa saja timbul adalah : sakit
kepala, pusing, lemas & mual.
Dgn pengobatan & kontrol yg rutin, pula menghindari perihal dampak
terjadinya hipertensi, sehingga angka kematian akibat penyakit ini bisa
ditekan.
B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian ini meliputi identitas pasien, umur, pekerjaan, riwayat penyakit
sekarang, dahulu, dan keluarga.
Dalam pengkajian Doengoes ( 1999 ) meliputi aktivitas dan latihan,
eliminasi, kebiasaan BAB dan BAK, makan dan cairan meliputi kebiasaan
makanan dan minuman yang dikonsumsi dari jenis makanan berlemak,
kolesterol tinggi, beralkohol, mengandung garam yang tinggi, dan
sebagainya. Neuron sensori : gejala sakit kepala, lemas, istirahat, dan tidur,
adanya susah tidur, kebiasaan tidur, persepsi kognitif, persepsi klien tentang
penyakitnya sedangkan untuk pemeriksaan fisik yang terpenting adalah
tanda-tanda vital yaitu tensi darah, adanya kenaikan.

2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


Menurut Doengoes ( 1993 ) pada klien hipertensi dapat ditemukan diagnosa
dan intervensi keperawatan sebagai berikut :
a. Gangguan perfuasi jaringan sehubungan dengan menurunnya suplai
O2 jaringan perifer.
1) Tujuan : suplai O2 ke jaringan terpenuhi
2) Kriteria hasil :
a) Kulit tampak kemerahan tidak cyanosis
b) Suhu tubuh dalam batas normal 36°C s.d 37°C
c) Nadi dalam batas normal ( 60-80 x/mnt )

3) Intervensi :
a) Monitor tekanan darah, untuk evaluasi awal gunakan manset
yang tepat dan tehnik yang akurat.
Rasionalisasi : perbandingan dari tekanan memberikan
gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan masalah
vaskuler.
b) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral perifer
Rasionalisasi : denyutan karotis, juguralis, radialis dan
femoralis mungkin teramati/ terpolasi denyut pada tungkai
mungkin menurun mencerminkan efek dan vasokontriksi dan
kongesti vena.
c) Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian
kapiler.
Rasionalisasi : adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa
pengisia kapiler lambat, mungkin kaitannya dengan
vasokontriksi atau mencerminkan dekompensasi/ penurunan
curah jantung
d) Catat adanya oedem umum / tertentu
Rasionalisasi : dapat mengidentivikasi gagal jantung,
kerusakan ginjal atau vaskuler.
e) Ciptakan lingkungan yang nyaman
Rasionalisasi : membantu menurunkan rangsang simpatis,
meningkatkan relaksasi.
f) Batasi aktivitas
Rasionalisasi : menurunkan stress dan ketegangan yang
mrmpengaruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit.
g) Lakukan tindakan yang nyaman seperti meninggikan kepala
di tempat tidur.
Rasionalisasi :mengurangi ketidaknyamanan dan dapat
menurunkan rangsang simpatis.
h) Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
Rasionalisasi : respon terhadap terapi obat, tergantung
individu efek sinergis obat karena efek sampinh tersebut,
maka penting untuk menggunakan obat dalam jumlah sedikit
dan dosis rendah.
i) Kolaborasi : berikan obat sesuai indikasi.
ii)
b. Ganguan rasa nyaman nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskuler serebral.
1) Tujuan : nyeri berkurang / hilang
2) Kriteria hasil :
a) tekanan darah turun/normal maksimal 140/90mmHg
b) klien tidak merasa pusing / leher tidak terasa kaku lagi
c) klien tampak tenang
3) Intervensi :
a) Mempertahankan tirah baring selama masa akut.
Rasionalisasi : meminimalkan stimulasi / maningkatkan
relaksasi.
b) Berikan tindakan non farmakologik untuk menghilangkan sakit
kepala, misalnya : kompres idngin pada dahi, pijat punggung.
Rasionalisasi : tindakan massage bertujuan untuk menurunkan
tekanan vaskuler serebral dan memperlambat respon simpatik,
efektif dalam menghilangkan nyeri.
c) Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala, misalnya : mengejan waktu BAB,
batuk panjang dan banyak bergerak.
Rasionalisasi : aktivitas yang meningkat vasokontriksi
menyebabkan sakit kepala pada peningkatan tekanan vaskuler.
d) Bantu klien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
Rasionalisasi : pusing dan penglihatan kabur sering
berhubungan dengan sakit kepala klien juga dapat mengalamio
episode hipertensi postural.
e) Berikan cairan , makanan lunak yang mudah ditelan.
Rasionalisasi : meningkatkan kenyamanan umum dan
mengurangi kebutuhan energi/ kelelahan.
f) Berikan analgetik sesuai indikasi terapi.
Rasionalisasi : menurunkan nyeri dan merangsang system
syaraf simpatis.

c. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan.


1) Tujuan : klien dapat beraktivitas tanpa bantuan
2) Kriteria hasil :
a) klien merasa mampu beraktivitas
b) klien bisa beraktivitas sederhana
3) Intervensi :
a) Kaji respon keluarga terhadap aktivitas
Rasionalisasi : mengkaji respon fisiologis terhadap stress
aktivitas dan bila ada merupakan indicator dari aktivitas kerja
yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
b) Intruksikan klien tentang teknis penghematan energi
Rasionalisasi : tehnik penghematan energi mengurangi
penurunan energi, juga membentu keseimbangan antara
suplai dan kebutuhan O2.
c) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas / perawatan diri
bertahap, berikan bantuan sesuai kebutuhan.
Rasionalisasi : kemajuan aktivitas bertahap mencegah
peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan
hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian
dalam melakukan aktivitas.

d. Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan pusing sekunder


dengan peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK).
1) Tujuan : penderita bisa istirahat dan tidur dengan tenang
2) Kriteria hasil :
a) Penderita bisa tidur ±8 jam perhari.
b) Mata tidak tampak merah.
3) Intervensi :
a) Kaji kebiasaan tidur / istirahat
Rasionalisasi : mengkaji perk\lunya dan mengidentifikasi
intervensi yang tepat.
b) Kaji kebiasaan pengguanaan obat sedative
Rasionalisasi : kebiasaan pemakaian obat sangat sedative
sangat mempengaruhi pola tidur.
c) Ciptakan suasana tenang
Rasionalisasi : memberikan situasi kondusif untuk tidur.
d) Anjurkan tehnik relaksasi
Rasionalisasi : membantu menginduksi tidur.
e) Beri posisi tidur yang nyaman
Rasionalisasi : perubahan posisi mengubah cara tekanan dan
meningkatkan istirahat.

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.


1) Tujuan : pasien mengerti tentang penyakitnya
2) Kriteria hasil : pasien dapat mengungkapkan tentang hipertensi,
gejala, tanda, penyebab, komplikasi, dan pencegahannya.
3) Intervensi :
a) Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang
terdekat.
Rasionalisasi : mengkajio tingkat kemampuan klien, yang
mana dapat mempengaruhi minat klien/ orang terdekat untuk
mempelajari penyakit, kemajuan terapi dan prognisis serta
hambatan yang terjadi dalam proses pengobatan.
b) Tetapkan dan tentukan tekanan darah normal, jelaskan
tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh
darah, ginjal dan otak.
Rasionalisasi : memberikan dasar pengetahuan yang benar
tentang tekanan darah serta menerangkan faktor-faktor
resiko yang menunjukan hubungan dalam menunjang
hipertensi dan penyakit kardiovaskuler.
c) Bantu klien dalam menidentifikasi faktor-faktor resiko
kardiovaskuler yang dapat diubah, misalnya obesitas, diet
tinggi lemak jenuh dan kolesterol, merokok, alkoholik, dan
pola hidup penuh stress.
d) Jelaskan tentang terapi, obat-obatan serta efek samping yang
terjadi.
Rasionalisasi : menjelaskan factor resiko dan kemungkinan
yang diubah serta manfaat yang dapat diambil.
e) Anjurkan klien untuk konsultasi dengan pemberi peringatan
sebelum menggunakan obat yang diresepkan ataupun yang
tidak diresepkan.
Rasionalisasi : kewaspadaan penting dalam pencegahan
interaksi obat yang kemungkinan berbahaya
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth.2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Doengoes ( 1993 ). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Smith T. 1995. Tekanan Darah Tinggi. Cetakan V. Arcan.Jakarta

Sobel, B. J. M. D. and George L. Bakris, M . D . FACP. 1999 . Pedoman KLinis


diagnosa dan Terapi Hipertensi. Penerbit Hipokrates.

Anda mungkin juga menyukai