Anda di halaman 1dari 46

1

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Proposal Skripsi

Disusun oleh:

Nama : Lutfi Badawi

NIM : 5201409099

Jurusan / Prodi : Teknik Mesin / Pend. Teknik Mesin

I. JUDUL

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO ANIMASI

TERHADAP KETRAMPILAN MEMBACA SKALA ERETAN

MESIN BUBUT PADA KOMPETENSI DASAR MEMPROSES

BENTUK PERMUKAAN PENDAKIAN

II. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan bagian integral dalam kehidupan manusia.

Dengan adanya pendidikan manusia akan dapat menggali dan

mengembangkan potensi dirinya sehingga menjadi manusia yang

mempunyai akhlak, nilai sosial, budaya, ilmu pengetahuan, teknologi dan

sebagainya.

Dunia pendidikan saat ini semakin berkembang, berbagai macam

pembaharuan dilakukan agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan.


2

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan diperlukan berbagai terobosan,

baik dalam pengembangan kurikulum, inovasi pembelajaran, dan

pemenuhan sarana serta prasarana pendidikan. Untuk meningkatkan prestasi

belajar peserta didik, maka guru dituntut untuk membuat pembelajaran

menjadi lebih inovatif yang mendorong peserta didik dapat belajar secara

optimal baik didalam belajar mandiri maupun didalam pembelajaran di

kelas. Inovasi model-model pembelajaran sangat diperlukan terutama dalam

menghasilkan model pembelajaran baru yang dapat memberikan hasil

belajar yang lebih baik.

Pada kurikulum KTSP di SMK, peserta didik diharapkan mampu

mengembangkan potensi dalam dirinya untuk memenuhi kebutuhan dan

tuntutan lingkungan pendidikan. Peserta didik dalam proses belajar dibantu

oleh seorang guru. Tugas guru adalah membantu, membimbing, dan

memfasilitasi peserta didik untuk mencapai tujuannya. Adapun untuk

kelancaran proses belajar mengajar guru dapat menggunakan media bantu,

media bantu dapat berupa model, buku paket atau LKS, film transparansi,

video animasi, media berbasis komputer dan lainnya. Didalam proses

belajar mengajar supaya efektif maka diperlukan suatu metode yang sesuai

dengan karakter peserta didik, mata pelajaran yang disampaikan, suasana

dan prasarana penunjangnya.

SMK merupakan salah satu lembaga pendidikan

yangbertanggungjawab untuk menciptakan sumber daya manusia yang

memilikikemampuan, keterampilan dan keahlian, sehingga lulusannya


3

dapatmengembangkan kinerja apabila terjun dalam dunia kerja. Pendidikan

SMK bertujuan meningkatkan kemampuan peserta didik untuk dapat

mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi dan kesenian, serta menyiapkan peserta didik untuk memasuki

lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional.

Pembelajaran kompetensi kejuruan pada SMK sangat penting karena

merupakan tujuan utama untuk meningkatkan keahlian peserta didik.

Dengan kompetensi kejuruan yang baik dan mengikuti perkembangan

jaman, diharapkan para peserta didik mampu bersaing di dunia kerja. Di

SMK Kristen TI Salatiga, salah satu kompetensi yang harus ditekuni oleh

peserta didik teknik pemesinan adalah melakukan pekerjaan dengan mesin

bubut. Dalam pengamatan peneliti selama PPL di SMK Kristen TI Salatiga,

banyak dari peserta didik kelas XI jurusan teknik pemesinan yang sering

melakukan kesalahan dalam melaksanakan praktik pemesinan. Peserta didik

banyak yang mengulang pekerjaannya karena hasil pekerjaan mereka tidak

sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Hasil pengamatan

menunjukkan peserta didik kurang memperhatikan penjelasan dari guru

tentang materi kompetensi pengoperasian mesin bubut. Terutama dalam

pengoperasian eretan di mesin bubut yang dilakukan hanya menggunakan

perkiraan para peserta didik saja, tidak membaca skala yang ada pada eretan

tersebut. Dari sinilah perlu dilakukan pengembangan media pembelajaran

agar peserta didik mampu memahami persiapan kerja praktik sehingga

mampu bekerja secara optimal.


4

Pemilihan media pembelajaran harus disesuaikan dengan materi yang

akan diajarkan. Jika materi yang akan disampaikan adalah tentang gambar,

maka media yang cocok adalah menggunakan media cetak maupun berupa

slide dari Power Point. Sedangkan jika yang disampaikan materi praktik,

media yang cocok adalah video dan animasi. Tujuan dari media ini untuk

memberikan gambaran mengenai praktik pemesinan yang meliputi persiapan

kerja, langkah kerja, dan akhir kerja.Dengan guru mengajar menggunakan

media pembelajaran animasi pada mata pelajaran praktik permesinan

kompetensi Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut ini diharapkan

mampu meningkatkan pemahaman peserta didik mengenai kegiatan praktik

pada kompetensi tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengajukan usulan topik dengan

judul “Pengaruh penggunaan media video animasi terhadap

keterampilan membaca skala eretan mesin bubut pada kompetensi dasar

memproses bentuk permukaan pendakian” guna mengetahui adanya

pengaruh penggunaan media pembelajaran pada hasil belajar peserta didik.


5

III. BATASAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah tersebut dibatasi seperti di

bawah ini:

1. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh penerapan media

video animasi terhadap hasil belajar peserta didik pada pembelajaran

praktik padakompetensidasarpengoperasian mesin bubut.

2. Hasil belajar peserta didik dibatasi pada hasil belajar peserta didik kelas

sampel setelah mengikuti pembelajaran pengoperasian mesin bubut

dengan menggunakan media video animasi

3. Materi mengacu pada indikator berbagai macam cara pembuatan bentuk

permukaan pendakian dapat dihitung sesuai dengan ketentuan.

IV. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Seberapa besar nilai hasil praktik membubut pada kompetensi dasar

memproses bentuk permukaan pendakian pada peserta didik yang diberi

pembelajaran dengan metode ceramah biasa?

2. Seberapa besar nilai hasil praktik membubut pada kompetensi dasar

memproses bentuk permukaan pendakian padapeserta didik yang diberi

pembelajaran dengan menggunakan media video animasi?


6

3. Apakah ada pengaruh penggunaan media video animasi terhadap nilai

hasil belajar peserta didik dalam praktik membubut pada kompetensi

dasar memproses bentuk permukaan pendakian?

V. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui seberapa besar nilai hasil praktik membubut pada

kompetensi dasar memproses bentuk permukaan pendakian pada peserta

didik yang diberi pembelajaran dengan metode ceramah biasa.

2. Untuk mengetahui seberapa besar nilai hasil praktik membubut pada

kompetensi dasar memproses bentuk permukaan pendakian padapeserta

didik yang diberi pembelajaran dengan menggunakan media video

animasi.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan media video

animasi terhadap nilai hasil belajar peserta didik dalam praktik

membubut pada kompetensi dasar memproses bentuk permukaan

pendakian.

VI. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar peserta

didik dalam teori maupun praktik, pada kompetensi dasar memproses


7

bentuk permukaan pendakian. Dan juga diharapkan penelitian ini dapat

dijadikan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, peserta

didik, guru, dan sekolah.

a. Bagi peneliti, diharapkan menambah pemahaman dan wawasan

terhadap penggunaan dan pengembangan suatu media pembelajaran

pada suatu kegiatan pembelajaran.

b. Bagi peserta didik, dengan penggunaan media video animasi, peserta

didik lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran sehingga peserta

didik mampu memahami materi dengan baik. Akibat dari itu peserta

didik mampu melaksanakan praktik membubut dengan optimal pada

kompetensi dasar memproses bentuk permukaan pendakian.

c. Bagi guru, memudahkan untuk memilih media pembelajaran yang

sesuai dengan materi dan yang mudah dipahami oleh peserta didik,

dan juga sebagai rangsangan guna para guru dapat menciptakan

metote-metode yang lebih kreatif lagi untuk menunjang

pembelajaran.

d. Bagi sekolah, memperkaya variasi media pembelajaran yang

dimiliki, sehingga pemanfaatan teknologi bisa optimal.


8

VII. PENEGASAN ISTILAH

Untuk mempertegas makna dan menghindari kesalahpahaman

penafsiran terhadap judul penelitian“PENGARUH PENGGUNAAN

MEDIA VIDEO ANIMASI TERHADAP KETRAMPILAN

MEMBACA SKALA ERETAN MESIN BUBUT PADA

KOMPETENSI DASAR MEMPROSES BENTUK PERMUKAAN

PENDAKIAN”, maka penulis memberikan penjelasan pada beberapa

istilah yang digunakan dalam judul penelitian. Berikut dijelaskan batasan-

batasan dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini :

1. Pengaruh

Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang,

benda, dan sebagainya) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau

perbuatan seseorang (Kamus Besar Bahasa Indonesia,

2007:849).Pengaruh dalam penelitian ini diartikan sebagai hubungan

sebab akibat antara dampak penggunaan media video animasi pada

pembelajaran terhadap kretampilan peserta didik dalam melakukan

praktik terutama ketrampilan dalam membaca skala eretan mesin bubut.

2. Penggunaan

Penggunaan adalah proses, cara, perbuatan menggunakan sesuatu

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 375). Penggunaan dalam

penelitian ini dapat diartikan peneliti menggunakan media video animasi

guna mengetahui apakah kemampuan praktik peserta didik khususnya

dalam pengoperasian eretan dapat meningkat.


9

3. Media video animasi

Kata media berasal dari bahasa latin mediusyang secara harfiah

berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media

adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima

pesan (Arsyad, 2013: 3).Media video dirancang untuk menghasilkan

suatu gambaran yang realistis dunia sekitar kita (Asyhar, 2012:

74).Sedangkan animasi adalah serangkaian lukisan atau gambar yang

digerakkan secara mekanis elektronik sehingga tampak di layar menjadi

bergerak (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:53).

Yang dimaksud dengan media video animasi dalam penelitian ini

adalah merancang dan menerapkan video animasi tentang pengerjaan

benda dengan mesin bubut.

4. Ketrampilan membaca skala eretan mesin bubut

Kegunaan eretan ini adalah untuk memberikan pemakanan yang

besarnya dapat diatur menurut kehendak operator yang dapat terukur

dengan ketelitian tertentu yang terdapat pada rodapemutarnya(Sumbodo,

2008: 249).

Diharapkan peserta didik dapat meningkatkan hasil belajar dengan

meningkatkan keterampilan membaca skala eretan mesin bubut. Dan

secara luas adalah peserta didik dapat meningkatkan kemampuan praktik

dalam pengoperasian mesin bubut.


10

5. Kompetensi dasar memproses bentuk permukaan pendakian

Kompetensi merupakan perpaduan pengetahuan, keterampilan,

nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan

bertindak (Mulyasa, 2004:37).

Memproses bentuk permukaan pendakianmerupakan salah satu

kompetensi dasar dalam Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam hal

ini SMK TI Salatiga bidang Teknik Pemesinan.

Kompetensi ini mencakup pekerjaan mesin bubut seperti

membubut facing, membubut rata, membubut alur, membubut tirus dan

membubut ulir.

VIII. LANDASAN TEORI

A. Belajar dan Pembelajaran

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Menurut Gagne dalan Anni, dkk. (2009:82) menyatakan bahwa

belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang

berlangsung selama periode waktu tertentu dan perubahan perilaku itu

tidak berasal dari proses pertumbuhan.Sedangkan menurut Slameto.

(2010: 2) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang terjadi pada


11

seseorang, sebagai hasil dari interaksi terhadap lingkungan yang

dilakukan secara sadar selama periode waktu tertentu.

Sedangkan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang

melibatkan seseorang atau kelompok dalam upaya memperoleh

pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan

memanfaatkan berbagai sumber untuk mendukung proses belajar.

Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu peserta didik sebagai

pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Yang terpenting dalam kegiatan

pembelajaran adalah terjadinya proses belajar (learning process).

2. Unsur-unsur Belajar

MenurutGagne dalam Anni, dkk.(2009: 84) unsur-unsur dalam

belajar adalah sebagai berikut:

a. Peserta didik, istilah tersebut dapat diartikan peserta didik, warga

belajar, dan peserta pelatihan yang sedang melakukan kegiatan

belajar.

b. Rangsangan (stimulus) merupakan peristiwa yang merangsang

penginderaan peserta didik disebut situasi stimulus.

c. Memori, berisi berbagai kemampuan yang berupa pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang dihasilkan dari aktivitas belajar

sebelumnya.

d. Responadalah tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori.

Kegiatan belajar akan terjadi pada diri peserta didik apabila

terdapat interaksi antara stimulus dengan isi memori, sehingga


12

perilakunya berubahdari waktu sebelum dan setelah adanya stimulus

tersebut. Apabila terjadi perubahan perilaku, maka perubahan perilaku

tersebut menjadi indikator bahwa peserta didik telah melakukan

kegiatan belajar.

3. Prinsip-prinsip Belajar

Menurut Slameto. (2010: 27) prinsip-prinsip belajar antara lain

sebagai berikut:

a. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

b. Sesuai hakikat belajar

c. Sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari

d. Syarat keberhasilan belajar

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi belajar menurut

Anni, dkk. (2009:97) adalah:

a. Kondisi internal mencakup kondisi fisik, seperti kesehatan

organ tubuh; kondisi psikis, seperti kemampuan intelektual,

emosional; dan kondisi sosial seperti kemampuan

bersosialisasi dengan lingkungan.

b. Kondisi Eksternal, antara lain variasi dan derajat kesulitan

materi (stimulus) yang dipelajari (direspon), tempat belajar,

iklim, suasana lingkungan, dan budaya belajar masyarakat

akan mempengaruhi kesiapan, proses dan hasil belajar.


13

5. Hasil belajar

Anni, dkk.(2009: 85) menyatakan bahwa hasil belajar

merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah

mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku

tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik. Untuk

dapat memperoleh hasil belajar perserta didik maka diperlukan evaluasi

yang di dalamnya mencakup tes, pengukuran, dan penilaian.

Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran,

yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek

(Widoyoko, 2012: 2). Objek ini bisa berupa kemampuan peserta didik,

sikap, minat, maupun motifasi. Widoyoko (2012: 2) pengukuran adalah

kuantifikasi atau penetapan angka tentang karakteristik atau keadaan

individu menurut aturan-aturan tertentu. Keadaan individu ini bisa

barupa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Assessment atau

penilaian dapat diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil

pengukuran berdasarkan kriteria maupun aturan-aturan tertentu

(Widoyoko, 2012: 3).

Bloom dalam anni, dkk. (2009: 86) menyampaikan tiga

taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu: ranah kognitif,

ranah efektif, dan ranah psikomotorik.

a. Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan,

kemampuan, dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup


14

kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan

penilaian.

b. Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai.

Kategori tujuan peserta didik afektif adalah

penerimaan,penanggapan, penilaian, pengoganisasian, dan

pembentukan pola hidup.

c. Ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti

keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi

syaraf.

Adapun tujuan dari evaluasi adalah untuk memperoleh informasi

yang kaurat dan objektif tentang suatu program. Informasi tersebut

dapat berupa proses pelaksanaan program, dampak/hasil yang dicapai,

efisiensi serta pemanfaatan hasil evaluasi yang difokuskan untuk

program itu sendiri, yaitu untuk mengambil keputusan apakah

dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan.

B. Media Pembelajaran

1. Pengertian media pembelajaran

Musfiqon (2012: 28) menyatakan bahwa media pembelajaran

merupakan alat bantu berupa fisik maupun nonfisik yang sengaja

digunakan sebagai perantara anatara guru dan peserta didik dalam

memahami materi pembelajaran agar lebih efektif dan efisien.

Sedangkan menurut Asyhar (2012: 8) menyatakan bahwa media

pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau


15

menyalurkan pesan dari suatu sumber secara terencana, sehingga terjadi

lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat

melakukan proses belajar secara efesien dan efektif.

2. Fungsi media pembelajaran

Miarso dalam Musfiqon (2012: 32) menyatakan bahwa media

pembelajaran berfungsi untuk mempertinggi daya serap atau retensi

belajar perserta didik terhadap materi pembelajaran. Sedangkan

Angkowo dan Kosasih dalam Musfiqon (2012: 32) berpendapat bahwa

salah satu fungsi media pembelajaran adalah sebagai alat bantu

pembelajaran yang ikut mempengaruhi situasi, kondisi, dan lingkungan

belajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah

diciptakan dan didesain oleh guru.

Asyhar (2012: 8) menyatakan bahwa media mempunyai

beberapa fungsi dalam pembelajaran, yaitu:

1. Sebagai sumber belajar, yaitu sebagai penyalur, penyampai,

penghubung pesan/pengetahuan dari guru kepada perserta didik.

2. Fungi sistematik, yakni fungsi media dalam meperjelas arti

dalam suatu kata, tanda atau simbol.

3. Fungsi fiksatif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan kemampuan

media untuk menangkap, menyimpan, menampilkan kembali

suatu objek atau kejadian sehingga dapat digunakan kembali

sesuai keperluan.
16

4. Fungfi manipulatif, yakni yang berkaitan dengan kemampuan

media untuk menampilkan kembali suatu objek atau

peristiwa/kejadian dengan berbagai macam cara, teknik dan

bentuk.

5. Fungsi distributif, maksudnya dalam sekali penampilan suatu

objek atau kejadian dapat menjangkau pengamat yang sangat

besar dalam kawasan yang sangat luas.

6. Fungi psikomotorik adalah fungsi media dalam meningkatkan

ketrampilan fisik peserta didik.

7. Fungsi psikologis, yakni fungsi yang berkaitan dengan aspek

psikologis yang mencakup fungsi atensi (menarik perhatian),

funsi afektif (mengunggah perasaan/emosi), fungsi kognitif

(mengembangkan kemampuan daya pikir), fungsi imajinatif dan

fungsi motivasi (mendorong peserta didik membangkitkan minat

belajar)

8. Fungsi sosio-kultural, yakni media pembelajaran dapat

memberikan rangsangan presepsi yang sama kepada peserta

didik.

3. Jenis media pembelajaran

Secara umum, ada empat jenis pembelajaran, yaitu media visual,

media video, media audio-visual, dan multimedia.

a. Media visual, yaitu jenis media yang digunakan hanya

mengandalkan indera penglihatan peserta didik, sehingga


17

pengalaman belajar yang diterima peserta didik sangat tergantung

pada kemampuan penglihatannya seperti buku, jurnal, poster, globe

bumi, alam sekitar dan sebagainya.

b. Media audio adalah jenis media yang digunakan dalam proses

pembelajaran dengan hanya melibatkan indera pendengaran.

c. Media audio-visual, adalah jenis media yang digunakan dalam

kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan

penglihatan sekaligus dalam suatu proses atau kegiatan.Pesandan

informasi yang didapat disalurkan melalui media ini dapat berupa

pesan verbal dan nonverbal yang mengandalkan baik penglihatan

maupun pendengaran.

d. Multimedia, yaitu media yang melibatkan jenis media untuk

merangsang semua indera dalam suatu kegiatan pembelajran.

Multimedia lebih ditekankan pada penggunaan berbagai media

berbasis TIK dan komputer.

4. Pemilihan media pembelajaran

Musfiqon (2012: 116) memilih media yang tepat untuk

digunakan dalam pembelajaran tidaklah mudah. Selain memerlukan

analisa mendalam dengan mempertimbangkan berbagai aspek juga

dibutuhkan prinsip-prinsip tertentu agar pemilihan media bisa lebih

tepat. Ada tiga prinsip utama yang bisa dijadikan rujukan bagi guru

dalam memilih media pembelajaran, yaitu: prinsip efektifitas dan

efisiensi, prinsip relevansi, dan prinsip produktifitas.


18

Asyhar (2012: 90) pemilihan media pembelajaran perlu

dilakukan agar sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Model

pemilihan ada dua, yaitu pemilihan tertutup dan pemilihan terbuka.

Pemilihan tertutup adalah bersifat top down dari atas, misalnya dari

dinas pendidikan. Sedangkan, model pemilihan terbuka bersifat bottom

up yang dilakukan dari pihak sekolah. Prinsip yang harus digunakan

dalam pemilihan media pembelajaran adalah kesesuaian, ketersediaan,

kemudahan sajian, keterjangkauan, kemudahan akses, teknologi,

kebaruan, dan pengorganisasian.

Beberapa kreteria yang perlu diperhatikan dalam memilih

media, yaitu:

a. Sesuai dengan tujuan pembelajaran. Media dipilih berdasarkan

tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum

mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah

kognitif, afektif, dan psikomotor.

b. Dapat mendukung isi pelajaran, media harus sesuai dengan

karakteristik isi berupa fakta, konsep, prinsip, prosedural, atau

generalisasi. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara

efektif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas

pembelajaran dan kemampuan mental perserta didik.

c. Praktis, luwes dan tahan. Kreteria ini menurut para guru/instruktur

untuk memilih media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat

sendiri oleh guru.


19

d. Guru terampil menggunakannya. Ini merupakan salah satu kriteria

utama. Apa pun media itu, guru mampu menggunakannya dalam

proses pembelajaran.

e. Cocok dengan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar

belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil

atau perorangan.

f. Berkualitas baik. Kriteria media secara teknis harus berkualitas baik.

Misalnya, pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus

memenuhi persyaratan teknis tertentu.

Menurut Musfiqon (2012:118) beberapa kreteria yang perlu

diperhatikan dalam memilih media, yaitu:

a. Kesesuaian dengan tujuan. Pembelajaran dilaksanakan dengan

mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan.

b. Ketepatgunaan. Tepat guna dalam konteks media pembelajaran

diartikan pemilihan media telah didasarkan pada kegunaan. Jika

media itu dirasa belum tepat dan belum berguna maka tidak perlu

dipilih dan digunakan dalam pembelajaran.

c. Keadaan peserta didik. Kreteria pemilihan media yang baik adalah

disesuaikan dengan keadaan peserta didik, baik keadaan psikologis,

filosofis, maupun sosiologis anak.

d. Ketersediaan. Walaupun suatu media dinilai sangat tepat untuk

mencapai tujuan pembelajaran, media tersebut tidak dapat digunakan

jika tidak tersedia.


20

e. Biaya kecil. Faktor biaya seringkali menjadi pertimbangan utama

dalam pemilihan media pembelajaran. Biaya yang dikeluarkan untuk

memperolah dan menggunakan media hendaknya benar-benar

seimbang dengan hasil-hasil yang akan dicapai.

f. Keterampilan guru. Aspek keterampilan guru ini seringkali menjadi

kendala tersendiri dalam proses pemilihan media.

g. Mutu teknis. Kualitas media jelas mempengaruhi tingkat

ketersampaian pesan atau materi pembelajaran kepada peserta didik.

Untuk itu, media yang dipilih dan digunakan hendaknya memiliki

mutu teknis yang bagus.

C. Video Sebagai Media Pembelajaran

1. Media video animasi

Asyhar (2012: 74) menyatakan bahwa media video dirancang

untuk menghasilkan sesuatu gambaran yang realistis dunia sekitar kita.

Media video memungkinkan untuk memanipulasi waktu (meningkat

atau mengurangi waktu) yang diperlukan untuk mengamati suatu

peristiwa atau objek dan dapt juga memanipulasi ruang (space), melalui

media video, foto-foto dan gambar-gambardapat diperbesar atau

diperkecil.

Secara sederhana dapat diartikan sebagai lebih dari satu media,

dapat berupa kombinasi antara teks, grafik, animasi, suara dan

video.Definisi dari kombinasi-kombinasi ini dapat diartikan sebagai

media pembelajaran berbasis audio-visual atau dapat dikatakan sebagai


21

media video animasi dengan pengendali komputer sebagai penggerak

keseluruhan gabungan media tersebut.Penggabungan ini merupakan

suatu kesatuan yang yang secara bersama-sama menampilkan

informasi, pesan atau isi pelajaran.

Dengan adanya kombinasi berbagai aspek yang terkandung di

dalam media video animasi, maka diharapkan motivasi dan ketertarikan

akan kegiatan pembelajaran pada peserta didik semakin meningkat.

Peserta didik akan lebih antusias mengikuti penyajian materi yang

tentunya akan memudahkan mereka untuk memahami materi yang

diberikan. Keterampilan praktik peserta didik akan semakin baik dan

tentu diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik

tersebut.

D. Mesin Bubut

1. Pengertian mesin bubut

Sumbodo (2008: 227) Mesin bubut (turning machine) adalah

suatu jenis mesin perkakas yang dalam proses kerjanya bergerak

memutar benda kerja dan menggunakan mata potong pahat (tools)

sebagai alat untuk menyayat benda kerja tersebut.Sedangkan menurut

Sunyoto (2008:24) berpendapat bahwa mesin bubut pada prinsipnya

benda kerja yang diputar dipotong menjadi komponen yang diinginkan

dalam bentuk silinder atau kerucut. Sedangkan menurut Daryanto

(2007:58), mesin bubut dipergunakan untuk mengerjakan bidang-

bidang silinder, luar dan dalam, masing-masing membubut lurus dan


22

mengebor, demikian pula bidang rata (membubut rata), juga untuk

mengerjakan bidang tirus (kerucut) dan berbentuk lengkung (bola) dan

membubut ulir sekrup.

Pada prosesnya benda kerja terlebih dahulu dipasang pada chuck

(pencekam) yang terpasang pada spindel mesin, kemudian spindel dan

benda kerja diputar dengan kecepatan sesuai perhitungan. Alat potong

(pahat) yang dipakai untuk membentuk benda kerja akan disayatkan

pada benda kerja yang berputar.

2. Bagian-bagian utama mesin bubut

Gambar1.GambarskematisMesinBubutdannamabagian bagiannya.
(Sumbodo, 2008:145)

a. Sumbu utama (mainspindle)

Merupakan sumbu utama mesin bubut yang berfungsi sebagai

dudukan chuck (cekam), plat pembawa, kolet, senter tetap dan lain-

lain.
23

Gambar2.Sumbu utama. (Sumbodo, 2008: 239)

b. Meja mesin (bed)

Meja mesin bubut berfungsi sebagai tempat dudukan kepala

lepas, eretan, penyangga diam (steady rest) dan merupakan tumpuan

gaya pemakanan waktu pembubutan.

Gambar 3. Meja Mesin Bubut. (Sumbodo, 2008: 239)

c. Eretan (carriage)

Eretan terdiri atas eretan memanjang (longitudinalcarriage)

yang bergerak sepanjang alas mesin, eretan melintang(cross

carriage) yang bergerak melintang alas mesin dan eretan atas(top

carriage), yang bergerak sesuai dengan posisi penyetelan di atas

eretan melintang.

Gambar4. Eretan (carriage) (Sumbodo, 2008: 240)


24

d. Kepala lepas (tail stock)

Kepala lepas digunakan untukdudukan senter putar, sebagai

pendukung benda kerja pada saatpembubutan, dudukan bor

tangkai tirus dan cekam bor sebagai penjepit bor. Kepala lepas dapat

bergeser sepanjang alas mesin,porosnya berlubang tirus sehingga

memudahkan tangkai bor untukdijepit. Tinggi kepala lepas sama

dengan tinggi senter tetap.

Gambar5. Kepala Lepas (Sumbodo, 2008: 241)

e. Penjepit Pahat (Tools Post)

Penjepit pahat digunakan untuk menjepit atau memegang

pahat, selain itu dapat menjepit pahat 4 (empat) buah sekaligus

sehingga dalam suatu pengerjaan bila memerlukan 4 (empat) macam

pahat dapat dipasang dan disetel sekaligus.

Gambar 6. Penjepit pahat (Sumbodo, 2008: 243)


25

3. Alat kelengkapan mesin bubut

a. Chuck (Cekam)

Cekam adalah sebuah alat yang digunakan untuk menjepit

benda kerja. Jenisnya ada yang berahang tiga digunakan untuk

benda-benda silindris, dimana gerakan rahang bersama-sama pada

saat dikencangkan atau dibuka, dan berahang empat dimana setiap

rahang dapat bergerak sendiri tanpa diikuti oleh rahang yang lain,

maka jenis ini biasanya untuk mencekam benda-benda yang tidak

silindris atau digunakan pada saat pembubutan eksentrik.

Gambar 7. Cekam (Sumbodo, 2008: 248)

b. Plat pembawa

Plat pembawa ini berbentuk bulat pipih digunakan untuk

memutar pembawa sehingga benda kerja yang terpasang padanya

akan ikut berputar dengan poros mesin, permukaannya ada yang

beralur dan ada yang berlubang.


26

Gambar 8. Plat pembawa (Sumbodo, 2008: 248)

c. Pembawa

Pembawa ada 2 (dua) jenis, yaitu pembawa berujung lurus dan

pembawa berujung bengkok. Pembawa berujung lurus digunakan

berpasangan dengan plat pembawa rata sedangkan pembawa

berujung bengkok dipergunakan dengan plat pembawa beralur.

Caranya adalah benda kerja dimasukkan ke dalam lubang pembawa,

terbatas dengan besarnya lubang pembawa kemudian dijepit dengan

baut yang ada pada pembawa tersebut, sehingga akan dapat berputar

bersama-sama dengan sumbu utama. Hal ini digunakan bilamana

dikehendaki membubut menggunakan dua buah senter.

Gambar 9. Pembawa (Sumbodo, 2008: 249)

d. Penyangga

Penyangga ada dua macam yaitu penyangga tetap (steady rest)

dan penyang jalan (follower rest). Penyangga ini digunakan untuk

membubut benda-benda yang panjang, karena benda kerja yang


27

panjang apabila tidak dibantu penyangga maka hasil pembubutan

akan menjadi berpenampang elip/oval, tidak silindris dan tidak rata.

Gambar10.Penyangga Tetap dan Penyangga Jalan.


(Sumbodo, 2008: 249)
e. Kolet(Collet)

Kolet digunakan untuk menjepit benda silindris yang sudah

halus dan biasanya berdiameter kecil.Bentuknya bulat panjang

dengan leher tirus dan berlubang, ujungnya berulir dan kepalanya

dibelah menjadi tiga.

Gambar 11.Kolet (Sumbodo, 2008: 250)

f. Senter

Senter terbuat dari baja yang dikeraskan dan digunakan untuk

mendukung benda kerja yang akan dibubut. Ada dua jenis senter

yaitu senter mati (tetap) dan senter putar.Pada umumnya senter putar
28

pemasangannya pada ujung kepala lepas dan senter tetap

pemasangannya pada sumbu utama mesin (main spindle).

Senter Mati

Senter Hidup

Gambar 12.Senter (Sumbodo, 2008: 252)

g. Alat potong

Yang dimaksud dengan alat potong adalah alat/pisau yang

digunakan untuk menyayat benda kerja.Dalam pekerjaan

pembubutan salah satu alat potong yang sering digunakan adalah

pahat bubut. Jenis bahan pahat bubut yang banyak digunakan di

industri-industri dan bengkel-bengkel antara lain baja karbon, HSS,

karbida, diamond dan ceramik.

Gambar 13.Jenis jenis pahat bubut


(Sumbodo, 2008: 257)
29

4. Perencanaan dan Perhitungan Proses Bubut

Elemen dasar proses bubut dapat dihitung/dianalisa dengan

menggunakan rumus-rumus berikut :

a. Kecepatan potong

𝜋. 𝑑. 𝑛
𝑣 = 𝑚/𝑚𝑛𝑡
1000

b. Kecepatan makan

Vf = f.n mm/mnt

c. Waktu pemotongan

𝑙
𝑡 = 𝑚𝑛𝑡
𝑣𝑓

d. Kecepatan penghasilan beram

Z = a.v cm3/mnt

Keterangan

d = diameter rata-rata benda kerja ( (D+d)/2 ) (mm)

n = putaran poros utama (put/menit)

π = 3,14

f= gerak makan (mm/putaran)

l = panjang pemotongan (mm)

a = kedalaman potong (mm)

Perencanaan proses bubut tidak hanya menghitung elemen

dasar proses bubut, tetapi juga meliputi penentuan/pemilihan

material pahat berdasarkan material benda kerja, pemilihan mesin,


30

penentuan cara pencekaman, penentuan langkah kerja/langkah

penyayatan dari awal benda kerja sampai terbentuk benda kerja jadi,

penentuan cara pengukuran dan alat ukur yang digunakan.

5. Cara membubut

a. Membubut muka

Membubut permukaan hendaklah diperhatikan beberapa hal

berikut ini :

1) Jangan terlalu panjang keluar benda kerja terikat pada cekam

2) pahat harus setinggi senter

3) gerakan pahat maju mulai dari sumbu benda kerja dengan

putaran benda kerja searah jarum jam atau gerakan pahat maju

menuju sumbu benda kerja dengan putaran benda kerja

berlawanan arah jarum jam.

b. Membubut lurus

Pekerjaanmembubut lurus untuk jenispekerjaan yang

panjangnya relatif pendek, dapat dilakukan dengan pencekaman

langsung.Untuk pekerjaan membubut lurus yang dituntut hasil

kesepusatan yang presisi, maka pembubutannya harus dilakukan

diantara dua senter.

Sedangkan pekerjaan membubut lurus untuk benda yang

panjang dan berdiameter kecil maka harus diperhatikan beberapa hal

berikut ini :

1) benda kerja didukung dengan dua buah senter


31

2) gunakan penyangga, plat pembawa dan pembawa bila benda

kerjanya panjang.

3) pahat harus setinggi senter

4) pilih besarnya kecepatan putaran menggunakan rumus atau

menggunakan tabel

5) setel posisi pahat menyentuh benda kerja dan set dialukurpada

eretan melintang menunjuk posisi 0

6) setel posisi pahat pada batas ujung maksimum awal

langkahpada dial eretan memanjang posisi 0

7) gunakan pahat yang mempunyai sudut potong yang tepat

8) jalankan mesin dan perhatikan besarnya pemakanan serta hasil

penyayatannya.

c. Membubut tirus

Membubut tirus serupa dengan membubut lurus hanya

bedanya gerakan pahat disetel mengikuti sudut tirus yang

dikehendaki pada eretan atas, atau penggeseran kepala lepas atau

dengan alat bantu taper attachment (perlengakapan tirus). Jenis

pahatnyapun serupa yang digunakan dalam membubut lurus.

d. Membubut alur (memotong)

Pada pekerjaan memotong benda kerja, harus diperhatikan

tinggi mata pahat pemotongnya harus setinggi senter, bagian yang

keluar dari penjepit pahat harus pendek, kecepatan putaran mesin

harus perlahan-lahan, bagian yang akan dipotong harus sedikit lebih


32

lebar dibandingkan dengan lebar mata pahatnya agar pahat tidak

terjepit. Benda yang akan dipotong sebaiknya tidak dijepit dengan

senter.

e. Membubut ulir

Mesin bubut dapat dipergunakan untuk membubut ulir luar dan

ulir dalam dan dari sisi bentuk juga dapat membuat ulir segi tiga,

segi empat, trapesium dan lain-lain.Dari sisi arah uliran jenis ulir ada

yang arah ulirnya ke kanan(disebut ulir kanan), dan ada yang arah

ulirnya kekiri (disebut ulir kiri).Sedangkan bila dilihat jalannya

uliran ada yang disebut ulirtunggal, ulir dua jalan (ganda) dan yang

lebih dari dua jalan disebutulir majemuk.

IX. KERANGKA BERPIKIR

Salah satu faktor yang berpengaruh pada hasil pembelajaran adalah

penggunaan metode yang tepat dalam proses belajar. Penggunaan metode

yang tepat dalam proses belajar mengajar mampu menciptakan suasana

belajar yang efektif dan menyenangkan, serta dapat mempermudah perserta

didik dalam menerima dan mengolah informasi yang diterimanya.

Keberhasilan suatu proses pembelajaran tergantung pada kualitas

komponen-komponen pembelajaran yang bekerja di dalamnya. Adapun

komponen-komponen tersebut adalah tujuan pembelajaran, materi,

metode, media, sarana dan prasarana, administrasi pembelajaran, perserta

didik, guru dan evaluasi hasil belajar.


33

Berdasarkan pengalaman peneliti pada kegiatan PPL di SMK TI

Kristen Salatiga kegiatan pembelajaran masih sering dilakukan dengan

cara ceramah dan dengan modul atau buku-buku paket. Walaupun

sekarang guru sudah mulai menggunakan berbagai media elektronik

seperti tanyangan Power point dan komputer, nemun semua itu hanya

bertujuan untuk menarik perhatian peserta didik bukan untuk

meningkatkan pemahaman peserta didik tentang materi. Oleh sebab itu,

penggunaan media video dirasa sangat bermanfaat terhadap peningkatan

pemahaman materi. Karena media video selain memperjelas materi

pelajaran juga dapat membuat peserta didik aktif belajar dan menjadikan

hasil belajar peserta didik lebih baik.

Dari uraian di atas, maka terdapat hubungan antar variabel yaitu

penggunaan media video terhadap aktifitas belajar dan hasil belajar siswa.

Variabel penggunaan media video dapat mempengaruhi aktifitas belajar

dan hasil belajar siswa. Jadi penggunaan media sebagai variabel bebas,

sedangkan aktifitas belajar dan hasil belajar siswa sebagai variabel

terikat.Keberhasilan dalam tolak ukur suatu ketercapaian dari

pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar diakhir kegiatan belajar

mengajar.
34

Secara skematis kerangka berpikir dapat ditunjukan sebagai berikut:

Guru Siswa Mata Diklat


a. Pembelajaran a. Siswa kesulitan Kompetensi
masih didominasi memahami Kejuruan
oleh guru materi Materi ini menuntut
b. Metode b. Siswa pasif dan siswa untuk dapat
pembelajaran kurang antusias mengoperasikan mesin
yang digunakan c. Hasil belajar bubut dengan baik
masih rendah
konvensional

Penerapan Media Video Animasi

a. Guru menerangkan dengan media animasi


b. Siswa belajar bersama dalam suatu kelompok
c. Siswa belajar dengan sangat antusias
d. Siswa belajar dalam pengoperasian mesin
bubut terutama pada pengoperasian eretan/
pembacaan skala eretan mesin bubut

a. Siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam


pembelajaran
b. Meningkatnya kemampuan psikomotorik
praktik siswa

Tercapai ketuntasan belajar

X. HIPOTESIS

Arikunto (2010: 110) Hipotesis merupakan suatu jawaban yang

bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti


35

melalui data yang terkumpul. Dari pendapat diatas hipotesis juga busa

diartikan sebagai dugaan sementara dari penelitian yang masih perlu

pembuktian lebih lanjut. Sehubungan dengan itu maka hipotesis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

ada pengaruh antara nilai hasil belajar siswa pada kompetensi dasar

memproses bentuk permukaan pendakian yang diberi pelajaran dengan

penggunaan media video animasi dengan nilai hasil belajar siswa yang

diberi pelajaran dengan metode ceramah biasa.

XI. METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Peneliti menggunakan desain penelitian eksperimen semu (Quasi

Eksperiment) dengan pola desain pre tes-pos tes kelompok kontrol

tanpa acak (non randomized control group pre test-post test design).

Hal ini dikarenakan karena pada SMK TI Kristen Salatiga tahun ajaran

2013/2014 hanya terdapat satu kelas pemesinan saja di setiap angkatan.

Dalam desain ini kontrol atau pengendalian variabel tidak bisa

dilakukan secara ketat sebagaimana eksperimen sejati.Oleh karena itu

peneliti harus dapat memilih atau menentukan variabel mana yang

boleh dilonggarkan pengendaliannya, dalam arti kata tidak dilakukan

sepenuhnya(Samsudi 2009:76).Desain ini untuk penempatan subyek

dalam kelompok tidak dilakukan secara acak, tetapi sebagaimana

adanya.
36

Tabel . Pretest Posttest Control Group Design

Kelas Tes Awal Perlakuan Tes Akhir


(Group) (Pretest) (Treatment) (Posttest)
Eksperimen X X1 X2
Kontrol Y Y1 Y2

Keterangan:

X =simbol untuk tes awal kelas eksperimen.

Y= simbol untuk tes awal kelas kontrol.

X1= perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan media

animasi.

X2 = simbol tes akhir untuk kelas eksperimen.

Y1 = kegiatan belajar dilakukan dengan metode konvensional (tanpa

perlakuan).

Y2 = simbol tes akhir untuk kelas kontrol.


37

Pemilihan dan studi masalah

Merumuskan masalah

Penyusunan Instrumen

Uji Validitas dan Reabilitas

Pre-test

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pembelajaran dengan model Pembelajaran Konvensional


Group Investigation (GI) dengasn metode Ceramah

Pos-test

Hasil pengamatan

Analisis Data

Kesimpulan

Gambar . Bagan alur penelitian


38

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Populasi

Menurut Arikunto(2010: 173), populasi adalah keseluruhan

subyek penelitian.Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah

siswa kelas XI jurusan teknik pemesinan di SMK TI Salatiga, yaitu

kelas XI PM saja dengan jumlah peserta didik yaitu 17 anak. Karena

SMK TI Kristen Salatiga hanya mempunyai satu kelas untuk jurusan

pemesinan.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.

(Arikunto, 2010: 174). Karena hanya terdapat satu kelas jurusan

pemesinan pada kelas XI, maka pada penelitian ini menggunakan

teknik non randomized design, yaitu memilih sampel tanpa acak

bukan didasarkan pada individu, tetapi pada kelompok, daerah atau

kelompok subjek yang secara alami berkumpul bersama(Sukardi,

2003:61).

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik

perhatian suatu penelitian (Arikunto 2010: 161).Penelitian ini berupa

penelitian eksperimen, sehingga perlu adanya variabel.Variabel dalam

penelitian ini sendiri terdiri dari:


39

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan media

video animasi pada kompetensi membentuk proses permukaan

pendakian.

2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan

membaca skala eretan mesin bubutkompetensi membentuk proses

permukaan pendakian.Skor tes hasil belajar dalam variabel

penelitian ini berupa skor tes kemampuan psikomotorik siswa.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

observasi. Peneliti mengobservasi tentang kegiatan pembelajaran yang

dilakukan oleh guru pada waktu mengajar baik materi maupun praktik.

Kemudian peneliti menggunakan metode tes praktik, dimana kelas

dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok 1 (kelas eksperimen) diberi

perlakuan dengan media video animasi dan kelompok 2 (kelas kontrol)

diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional, setelah selesai

pembelajaran pada masing-masing kelas dilakukan tes untuk

mengetahui dasil belajar praktik peserta didik.

Metode penyusunan perangkat tes

a) Mengadakan pembatasan materi yang akan diujikan.

b) Menentukan tipe soal yang akan diujikan.


40

c) Membuat soal yang akan diujikan. Adapun soalnya adalah berupa

gambar kerja.

d) Menentukan kisi-kisi soal.

e) Menentukan alokasi waktu yang disediakan untuk menyelesaikan

soal.

f) Membuat perangkat tes.

g) Melaksanakan uji coba perangkat tes.

E. Analisis Instrumen

Instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono 2012: 148).

Menurut pendapat tersebut instrumen dapat diartikan sebagai suatu alat

yang digunakan oleh peneliti untung memperoleh atau mengumpulkan

data dari objek penelitian, sehingga mudah untuk diolah.

1. Validitas instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-

tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto 2010:

211).Pada penelitian ini menggunakan validitas bandingan dimana

tes yangdiberikan sebagai alat ukur diberikan dalam kurun waktu

yang sama secaratepat telah mampu menunjukkan adanya

hubungan yang searah antara tespertama dengan tes berikutnya.

Untuk mengukur validitas bandinganmenggunakan teknik analisis

yang dikemukakan oleh Pearson, yang dikenaldengan rumus

korelasiproduct moment.
41

    


rxy 
 2

    2   
2 2

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y

N = Jumlah subyek

X = Jumlah skor item

Y = Jumlah skor total

X 2
= jumlah skor item kuadrat

Y 2
= Jumlah skor total kuadrat

(Arikunto, 2010: 213)

2. Reabilitas instrumen

Reliabilitasmenunjuk pada tingkat keterandalan

sesuatu.Reliabel artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan

(Arikunto 2010:221).

Analisis reliabilitas tes menggunakan rumus KR 20 .

 k   Vt - pq 
r11   
 k  1   Vt 
Keterangan:

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir

p = Proporsi subyek yang menjawab item dengan benar.

p = Banyaknya subyek yang skornya 1


N
42

q = Proporsi subyek yang mendapat skor 0


(q = 1-p)

Vt = Varian total

Istrumen dinyatakan reliabel, jika rhitung> rtabel(Arikunto, 2010: 231)

F. Teknik Analisis Data

Sebelum dilakukan uji t,terlebih dahulu dilakukan beberapa

pengujian yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

1. Uji normalitas data

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data

terdistribusi secara normal atau tidak. Untuk mengetahui distribusi

data yang diperoleh dilakukan uji normalitas dengan Chi-kuadrat

yaitu: k
(Oi  Ei ) 2
 
2

i 1 Ei

Keterangan:

𝑋2 : chi-kuadrat

𝑂𝑖 : frekuensi pengamatan

𝐸𝑖 : frekuensi yang diharapkan

𝑘 : banyaknya kelas interval

Kriteria : jika  hitung lebih kecil dari


2

2

tabel dengan derajat

kebebasan K-3. (Sudjana 2001: 273).

2. Uji homogenitas data

Pengujian homogenitas sampel menjadi sangat penting apabila

peneliti bermaksud melakukan generalisasi untuk hasil penelitiannya


43

serta penelitian yang data penelitinya diambil dari kelompok-

kelompok terpisah yang berasal dari satu populasi (Arikunto 2010:

364).

Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah

populasi berasal dari varians yang sama atau tidak. Bila berasal dari

varian yang sama besar disebut varians homogen, sedangkan bila

tidak berasal dari varians yang sama disebut varians heterogen.

Dengan uji kesamaan 2 varians (homogenitas) terhadap kelompok 1

kelas eksperimen dan kelompok 2 kelas kontrol, penulis dapat

menentukan langkah selanjutnya yaitu uji hipotesis.

Uji kesamaan 2 varians (homogenitas) dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut (Sudjana, 1996: 249-250):

Varians Besar
F
Varians Kecil

Kriteria pengujian adalah, tolak Ho jika:

F ≥ F  (v1, v2) dengan  = 5% dan v1 = ne-1 dan v2=nk-1

G. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis (Ha), maka digunakan t-test satu

variabel, hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (1997:18), bahwa

análisis hipotesis deskriptif dapat menggunakan uji t-test satu variabel.

Maka rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:


44

Keterangan:

t = Harga t-test yang dicari

= Mean dari post test

µ0 = Mean dari nilai pre test

s = Simpangan baku

n = Jumlah responden (Sugiyono, 2012: 250)

Kemudian t hitung dikonsultasikan dengan t tabel, apabila

t hitung ≥ t1 – α , dk=n-1 maka Ha diterima.

Perbandingan rata–rata hasil belajar antara kelompok

eksperimen dan kontrol digunakan untuk mengetahui seberapa besar

peningkatan yang terjadi.


45

DAFTAR PUSTAKA

Anni, Catharina T., Achmad Rifa’i RC., Eddy, P., dan Daniel P. 2009. Psikologi
Belajar. Semarang:Universitas Negeri Semarang Press.

Arikunto, Suharsimin. 2010. Prosedur Penelitiaan Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Ars yad, Az har. 20 13. Medi a Pembelaj aran . J akart a: PT


R aj agrafi ndo P ersada.

Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta:


Refaransi Jakarta.

Daryanto. 2007. Dasar-Dasar Teknik Mesin. Jakarta: Rineka Cipta.

Mulyasa. E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik dan


Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Musfiqon. HM. 2012. Media & Sumber Pembelajaran. Jakarta: PT Prestasi


Pustakaraya

Samsudi. 2009. Desain Penelitian Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri


Semarang Press.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta.

Sudjana. 2001. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

_______. 1996. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sunyoto, 2008.Teknik Mesin Industri. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah


Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

Tim Penyusun KBBI.2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai


Pustaka.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Alfabeta.

________. 1997. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.


46

Widoyoko, Eko Putro. 2012. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta:


Pustaka Belajar.

Anda mungkin juga menyukai