Anda di halaman 1dari 4

Artikel ini membahas masalah mengenai pabrik tahu yang membuang limbah produksi

tahunya ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu. Limbah yang dibuang dapat berupa limbah padat
maupun limbah cair. Hal ini dikarenakan mahalnya peralatan IPAL (Instalasi Pengolahan Air
Limbah) yang diperlukan untuk mengolah limbah sebelum dibuang, sehingga beberapa industri
tahu memilih langsung membuang limbah cair yang dihasilkan ke sungai, keterbatasan lahan
yang ada untuk dibuat menjadi tempat pengolahan limbah, dan kurangnya kesadaran pengelola
pabrik terhadap lingkungan. Pembuangan limbah tanpa diolah terlebih dahulu ini tentu tidak
diperbolehkan dan melanggar peraturan karena tidak sesuai dengan standar baku mutu dan dapat
menyebabkan rusaknya kualitas lingkungan, terutama perairan sebagai salah satu kebutuhan
umat manusia dan mahluk hidup lainnya. Senyawa organik di dalam pembuangan limbah tahu
sangat tinggi, yaitu protein, karbohidrat, lemak, dan minyak. Semakin lama, jumlah dan bahan
organik ini akan semakin banyak. Hal ini akan menyulitkan pengolahan limbah karena beberapa
zat sulit diuraikan oleh mikroorganisme dalam air limbah tersebut. Bahan pencemaran dengan
konsentrasi tertentu dapat mematikan organisme di perairan yang berperan mengatur
keseimbangan biologis dalam air.

Pihak Pemerintah pun kurang tegas terhadap permasalahan ini. Contoh kegagalan pihak
pemerintah menangani kasus limbah pabrik adalah kasus Pabrik Tahu PT. Sidomakmur yang
diputuskan oleh Pengadilan Negeri Sidoardjo dengan putusan pembebasan terdakwa dari segala
tuntutan. Dalam hal ini, diperlukan bantuan dari pemerintah dan kerja sama dari masing-masing
pihak pabrik karena nyatanya olahan akhir dari produk yang sering kita makan ini menghasilkan
limbah yang berbahaya bagi manusia dan menyebabkan berbagai macam penyakit.

Agar lingkungan tidak semakin rusak, maka diperlukan kerja sama pemerintah dan
masing-masing pihak untuk mengendalikan dampak dari pencemaran ini. Pengendalian dampak
lingkungan hidup mencakup tiga aspek penting, yaitu pencegahan, penanggulangan, dan
pemulihan (pasal 13). Di antara ketiga aspek tersebut, pencegahanlah yang memiliki porsi
pengaturan paling banyak. Pencegahan dapat dilakukan dengan mengubah kebiasaan membuang
limbah secara langsung ke sungai. Air limbah tidak bisa langsung di buang ke sungai, tetapi
harus diproses dahulu dengan teknik pengolahan limbah dan setelah memenuhi syarat baku
mutu, air buangan baru bisa dialirkan ke sungai.

Limbah tahu bisa diolah kembali menjadi beberapa hasil olahan. Limbah tahu dapat
dipakai sebagai pupuk dan pestisida, bahkan fungisida organik dengan bantuan tambahan dari
bahan yang lain. Selain itu limbah padat tahu juga dapat didaur ulang menjadi pakan ternak. Kita
dapat mengolah limbah tahu dengan menggunakan proses fisika, kimia, dan biologi.

 Proses Fisika : penyaringan, pengendapan, dan pengapungan.

 Proses Kimia : menggunakan bahan kimia untuk menghilangkan bahan


pencemaran.

 Proses Biologi : menghilangkan polutan menggunakan kerja mikroorganisme.


Selain itu, mengingat industri tahu merupakan industri dengan skala kecil, maka instalasi
pengolahan limbah yang digunakan harus yang sederhana, memiliki biaya operasional yang
murah dan ramah lingkungan. Saat ini cara yang sedang dikembangkan adalah pemanfaatan
biogas dari hasil pengolahan limbah cair tahu dengan sistem anaerob. Setiap bahan organic yang
tertampung dalam bak penampungan akan mengalami fermentasi. Proses ini dapat berjalan lebih
cepat bila bak penampungan dibuat kedap udara atau berupa tabung hampa udara. Proses ini
menghasilkan cairan yang tidak berbau lagi,serta biogas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan
sebagai pengganti bahan bakar untuk kompor masak dan penerangan.

Peran pemerintah juga dibutuhkan dalam menangani kasus ini, yaitu dengan menetapkan
baku mutu limbah cair melalui keputusan mentri kependudukan dan lingkungan hidup No.
Kep03/MENKLH/II/1991. Keputusan tersebut memuat tata cara pemberian izin pembuangan
limbah cair yang ditetapkan berdasarkan kadar maksimum setiap parameter dan debit limbah cair
maksimum yang tidak boleh dilampaui. Peraturan pembuangan limbah industry ini hendaknya
dipantau pelaksanaannya dan pelanggarnya dijatuhi hukuman. Selain itu pemerintah harus lebih
selektif dan memperhatikan dalam memberikan izin kepada pengusaha untuk melakukan
kegiatan produksi usahanya.

Solusi lain yang dapat dilakukan pemilik pabrik adalah dengan membuat kolam limbah
cair

Derajat keasaman atau ph untuk air yang normal atau biasa adalah 6-8. Sedangkan pada
air yang tercemar (misalnya air limbah) mempunyai derajat keasaman atau ph yg berbeda
tergantung dari jenis limbahnya. Air yang baik adalah air yang tidak berwarna tidak baud an
tidak berasa. Nilai kesadahan yang ditentukan yaitu 500mg/liter,apabila suatu air nilai
kesadahannya melebihi standard yang ditentukan maka akan menimbulkan beberapa resiko.

Pencemaran limbah cair tahu dapat diukur melalui standar baku mutu air, yaitu batas
kadar yang diperbolehkan bagi zat pencemar terdapat dalam air. Standar baku mutu cair dianalisa
dengan 5 parameter, yaitu temperatur, BOD5, COD, TSS, pH, debit maksimum.

PARAMETER KADAR MAKSIMUM KANDUNGAN AIR YANG KETERANGAN


(mg/L) TERKENA LIMBAH

BOD5 50 4583 Tercemar

COD 100 7050 Tercemar

TSS 200 4743 Tercemar

pH 6-9 3 tercemar
Dari baku mutu air juga dapat ditentukan golongan air limbah yang telah diolah dapat
digunakan menjadi apa.

Golongan A, air yang dapat digunakan sebagai air

minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih

dahulu.

Golongan B, air baku yang baik untuk air minum dan

rumah tangga dan dapat dimanfaatkan untuk

keperluan lainnya tetapi tidak sesuai dengan

golongan A.

Golongan C, air yang baik untuk keperluan perikanan

dan peternakan, dan dapat dipergunakan untuk

keperluan lainnya tetapi tidak sesuai untuk keperluan

tersebut pada golongan A dan B.

Golongan D, air yang baik untuk keperluan pertanian

dan dapat dipergunakan untuk perkantoran,

industri, listrik tenaga air, dan untuk keperluan

lainnya, tetapi tidak sesuai untuk keperluan A, B dan

C, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan,

industri, listrik tenaga air.

Golongan E, air yang tidak sesuai untuk keperluan

tersebut dalam golongan A, B, C dan D.


dari analisa, air olahan limbah tahu dapat diolah menjadi irigasi.

Anda mungkin juga menyukai