Potensi Batubara Untuk Pengembangan Gasifikasi Bawah
Potensi Batubara Untuk Pengembangan Gasifikasi Bawah
ABSTRAK
Batubara yang cocok untuk kegiatan gasifikasi bawah permukaan harus memenuhi persyaratan, antara lain
kondisi geologis, ketebalan, kedalaman, kadar air total dan kadar abu. Berdasarkan persyaratan ini, tidak
semua batubara dalam bisa dimanfaatkan untuk kegiatan gasifikasi bawah permukaan. Kegiatan eksplorasi
batubara perlu dilakukan untuk meminimalisasi risiko geologis dan untuk mengetahui kondisi batubaranya.
Berdasarkan hasil permodelan, ditemukan lapisan batubara D dengan kriteria kedalaman 200-300 m,
ketebalan >5 m, kadar total air lembab+kadar abu <60%, nilai kalor 4.912-6.275 kkal/kg, reflektansi vitrinit
0,23-0,44 (lignit-subbituminus). Perhitungan sumber daya batubara dengan menggunakan software yang ada
dan mengacu pada aturan SNI 5015-2011, menghasilkan sumberdaya tereka 3.316.578 ton, tertunjuk
1.909.560 ton dan terukur 2.479.951 ton.
Kata kunci: batubara macang sakti, kualitas, gasifikasi batubara bawah permukaan, perhitungan sumberdaya.
ABSTRACT
Coal that is suitable for underground gasification must have a certain qualification, among others, geologic
condition, thickness, depth, total moisture+ash contents. According to this qualification, not all deep-seated
coals can be utilized for underground gasification activity. A coal exploration activity needs to be carried out
to minimalize a geologic risk and to know the condition of the coal. Based on the result of the model, coal
seam D is suitable for the underground gasification with criteria as follows: depth of 200-300 m, the thickness
of >5 m, total moisture+ash contents of <60%, the calorific value of 4,912-6,275 kcal/kg, a vitrinite
reflectance of 0.23-0.44 (lignite-sub bituminous). Calculation of the coal resource is conducted by using
software and applying SNI 5015-2011, resulting in inferred resource of 3,316,578 tons, indicated resource of
1,909,560 tons and measured resource of 2,479,951 tons
Keywords: Macang Sakti coal, quality, underground coal gasification, resource calculation
Naskah masuk : 07 September 2016, revisi pertama : 26 Oktober 2016, revisi kedua : 26 November 2016, 13
revisi terakhir : 30 Januari 2017.
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 13, Nomor 1, Januari 2017 : 13 - 30
14
Potensi Batubara untuk Pengembangan Gasifikasi Bawah Permukaan … Asep B. Purnama dkk.
batubara, kondisi stuktur geologi dengan Klasifikasi sumber daya dan cadangan
rata-rata kedalaman antara 250-300 m. menurut BSN (2011) adalah sebagai berikut:
- Logging geofisika untuk mengoreksi ke - Sumber daya tereka, yaitu bagian dari total
dalaman, ketebalan lapisan batuan, estimasi sumber daya batubara yang
terutama batubara, dan kedalaman kualitas dan kuantitasnya hanya dapat
pengeboran. diperkirakan dengan tingkat kepercayaan
- Permodelan penyebaran lapisan batubara. yang rendah. Titik informasi yang mungkin
- Percontoh batubara diambil dari inti didukung oleh data pendukung tidak cukup
pengeboran. untuk menentukan kemenerusan lapisan
- Percontoh batubara kemudian dipreparasi, batubara dan/atau kualitasnya. Estimasi
dibungkus, dan diberi kode kategori kepercayaan ini dapat berubah
secara berarti dengan eksplorasi lanjut.
Dasar Perhitungan Sumber Daya - Sumber daya tertunjuk, yaitu bagian dari
total sumber daya batubara yang kualitas
Secara umum semua standar perhitungan dan kuantitasnya hanya dapat diperkirakan
memberikan suatu petunjuk untuk penaksiran dengan tingkat kepercayaan yang masuk
sumber daya, yaitu berdasarkan jarak (radius) akal, didasarkan pada informasi yang
pengaruh dari suatu titik observasi atau didapatkan dari titik-titik pengamatan yang
pengukuran. Titik observasi adalah suatu mungkin didukung oleh data pendukung.
lokasi yang diketahui dari singkapan lapisan Titik informasi yang ada cukup untuk
batubara di permukaan atau di bawah menginterpretasikan kemenerusan lapisan
permukaan. batubara dan/atau kualitasnya.
Gambar 1. Lokasi penelitian di daerah Macang Sakti, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
15
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 13, Nomor 1, Januari 2017 : 13 - 30
- Sumber daya terukur, yaitu bagian dari total endapan Kuarter di atasnya. Orogenesis ini
estimasi sumber daya batubara yang diikuti oleh terobosan-terobosan andesit yang
kualitas dan kuantitasnya dapat ternyata berpengaruh sangat penting dalam
diperkirakan dengan tingkat kepercayaan menaikkan kualitas batubara di Bukit Asam.
yang tinggi, didasarkan pada informasi yang
didapat dari titik-titik pengamatan yang Cekungan ini berada pada suatu daerah
diperkuat dengan data pendukung. Titik- tektonik aktif, sehingga lapisan pembawa
titik pengamatan jaraknya cukup batubara pada umumnya dipengaruhi oleh
berdekatan untuk membuktikan pelipatan, patahan, dan aktivitas intrusif dan
kemenerusan lapisan batubara dan/atau ekstrusif. Adanya pengaruh intrusif ini
kualitasnya mengakibatkan terjadinya pengangkatan,
lipatan dan patahan. Akibatnya, setempat-
Jarak titik informasi berdasarkan kondisi setempat dijumpai rentang peringkat batubara
geologi sebagai dasar perhitungan sumber mulai dari lignit sampai dengan antrasit.
daya dapat dilihat pada Tabel 1.
Cekungan ini menghasilkan endapan batubara
dengan penyebaran yang cukup luas, namun
KONDISI GEOLOGI memiliki peringkat batubara tidak terlalu
tinggi, kecuali di sekitar daerah intrusi andesit,
Cekungan Sumatera Selatan merupakan salah seperti yang terdapat di lapangan batubara Air
satu cekungan yang penting dalam Laya, Suban, dan Bukit Kendi.
keterdapatan minyak dan gas bumi serta
batubara (Amijaya and Littke, 2006; Susilawati Selain Formasi Muara Enim juga terdapat
and Ward, 2006; Daulay dan Santoso, 2008; lapisan-lapisan tipis batubara pada Formasi
Sosrowidjojo dan Saghafi, 2009; Badan Talang Akar dan Formasi Lahat yang berumur
Geologi, 2009; Susilawati dkk., 2015; relatif lebih tua dari pada Formasi Muara Enim.
(Friederich dkk., 2016). Direktorat Jenderal Juga diperkirakan terdapat potensi batubara
Minerba dan Batubara (2015) menyatakan berupa lapisan-lapisan tipis yang merupakan
bahwa Cekungan Sumatera Selatan ini anggota Formasi Kasai yang berumur lebih
menyumbangkan sepertiga sumber daya muda daripada Formasi Muara Enim. Di dalam
batubara di Indonesia. Formasi Muara Enim terdapat paling tidak 11
lapisan batubara utama, dari bawah ke atas:
Cekungan Sumatra Selatan mengalami tiga kali lapisan batubara Kladi, Merapi, Petai (C), Suban
orogenesis, yakni pada Zaman Mesozoikum (B), Mangus (A), Burung, Benuang, Kebon,
Tengah, Kapur Akhir-Tersier Awal, dan Plio- Benakat/Jelawatan, Lematang, Niru.
Plistosen. Di dalam cekungan ini dikenal dua Pengendapan batubara di formasi ini
fase pengendapan, yaitu transgresif dan regresif. dipengaruhi saat susut laut pada peristiwa
Fase transgresif menghasilkan endapan perubahan muka air laut yang terjadi pada Kala
Kelompok Telisa yang terdiri atas Formasi- Miosen. Berdasarkan fasiesnya, Formasi Muara
formasi: Lahat, Talangakar, Baturaja dan Gumai. Enim dibagi menjadi 4 unit (Gambar 2), yaitu:
Sementara itu, fase regresif menghasilkan - Unit M1, merupakan bagian paling bawah
Formasi-formasi: Air Benakat, Muara Enim dan dari batubara Formasi Muara Enim dibatasi
Kasai. bagian bawahnya oleh lapisan batubara
Kladi dan Petai di bagian paling atas,
Hasil penelitian Amijaya dan Littke (2006), dengan ketebalan keseluruhan 170-210m,
Susilawati dan Ward (2006), Daulay dan terdiri atas batupasir halus berwarna abu-
Santoso (2008) dan Sosrowidjojo dan Saghafi abu terang, lanau-batupasir lanauan
(2009) terhadap siklus pengendapan di berwarna abu-abu, batupasir masif abu-abu
cekungan ini menyimpulkan bahwa batuan kebiruan, batupasir halus berwarna abu-
dan endapan batubara yang termasuk ke dalam abu, dan lanau abu-abu gelap. Banyak juga
Formasi Muara Enim memiliki siklus ditemukan lensa-lensa napal dalam runutan
pengendapan regresif. Orogenesis Plio- batuan, serta didapatkan 2 lapisan batubara
Plistosen mengakhiri pengendapan dalam dalam unit ini, yang berkembang secara
cekungan ini dan menghasilkan ketidak- tidak teratur, yaitu lapisan Merapi dan Kladi
selarasan bersudut antara endapan Tersier dan dengan ketebalan berkisar 1-8 m.
16
Potensi Batubara untuk Pengembangan Gasifikasi Bawah Permukaan … Asep B. Purnama dkk.
Sumber daya
Kondisi Geologi Kriteria
Tereka Terunjuk Terukur
Sederhana Jarak titik informasi (m) 1000 < x ≤ 1500 500 < x ≤ 1000 X ≤ 500
Moderat Jarak titik informasi (m) 500 < x ≤ 1000 250 < x ≤ 500 X ≤ 250
Kompleks Jarak titik informasi (m) 200 < x ≤ 400 100 < x ≤ 200 X ≤ 100
- Unit M2, pada runtunan batuan unit ini kurang dari 3m, setempat dengan
dijumpai 3 lapisan batubara, yaitu Petai, penerusan lapisan yang buruk.
Suban dan Mangus. Lapisan Mangus ini
berada di bagian atas unit M2 dan Lingkungan pengendapan batubara Formasi
berbatasan dengan unit M3 di atasnya, Muara Enim berada di cekungan busur
dicirikan oleh sisipan batulempung tufaan belakang yang mempunyai ciri penyebaran
dengan kandungan biotit, sedang batas batubara yang luas dengan ketebalan batubara
bawahnya adalah lapisan Petai. Litologinya bervariasi (Amijaya dan Littke (2006),
terdiri atas perselingan batulanau berwarna Susilawati dan Ward (2006), Daulay dan
keabu-abuan, laminasi batulanau berwarna Santoso (2008), Sosrowidjojo dan Saghafi
abu-abu gelap, dan sisipan tipis batubara, (2009), dan Susilawati dkk. (2015)).
mengandung sedikit napal sideritik,
setempat lapisan batubara mengalami
pencabangan. HASIL DAN PEMBAHASAN
- Unit M3, terdapat 2 lapisan utama, yaitu
Lapisan Burung dan Lapisan Binuang. Pemodelan Endapan Batubara
Batas atas adalah Lapisan Kebon (Unit M4)
dan batas bawah adalah Lapisan Mangus Pembuatan model stratigrafi merupakan
(Unit M2). Litologi terdiri atas batupasir proses berkelanjutan, jika satu langkah telah
halus sampai kasar berwarna abu-abu selesai, maka akan dilanjutkan ke langkah
keputihan dan bersifat tufaan, berselingan berikutnya. Oleh karena itu, diperlukan suatu
dengan batulanau abu-abu, batulempung persiapan agar proses berjalan dengan lancar.
dan sisipan batubara, penyebaran batubara Data yang diperlukan adalah, data kolar
secara lateral umumnya buruk. (collar) titik bor dan data litologi batubara
- Unit M4, adalah runtunan batuan di antara yang meliputi: kode lubang bor, kedalaman
bagian bawah Lapisan Enim dan dasar dari lubang bor, koordinat lubang bor (x,y,z),
Formasi Kasai, dengan total ketebalan interval kedalaman batubara (Tabel 2).
berkisar 124-185 m. Lapisan batubara Kemudian, menginterpretasi penamaan
Enim memiliki ketebalan sekitar 10-20 m lapisan batubara dengan memperhatikan
dan memiliki penyebaran yang luas. kesamaan ciri fisik (ketebalan dan
Lapisan batubara ini umumnya berupa satu penampakan). Penamaan sangat baik, jika
lapisan dengan pengotoran bercirikan didukung dengan data hasil logging geofisika
adanya fragmen resin yang cukup banyak. (Gambar 3). Kemudian data litologi batubara
Lapisan antara Enim dan Jelawatan dikorelasikan antar titik bor, sehingga
umumnya terdiri atas perselingan batupasir menghasilkan gambaran penyebaran lapisan
abu-abu terang dan batulanau yang batubara di bawah permukaan bumi
berwarna abu-abu gelap sampai abu-abu, (Darmawan, 2012). Dari hasil korelasi lapisan
dengan sebagian berupa materi tufaan dan batubara D antar titik bor, dihasilkan gambar
3-5 lapisan batubara dengan ketebalan penampang pada Gambar-gambar 4, 5 dan 6.
17
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 13, Nomor 1, Januari 2017 : 13 - 30
Gambar 2a. Peta Geologi Regional daerah penelitian (Gafoer dkk., 2007)
18
Potensi Batubara untuk Pengembangan Gasifikasi Bawah Permukaan … Asep B. Purnama dkk.
19
20
Seam F
Seam D
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 13, Nomor 1, Januari 2017 : 13 - 30
Gambar 3. Penampang pengeboran batubara (UCG1, UCG2, UCG3, UCG4,UCG5, UCG6, UCG7, UCG8, UCG9, UCG10, UCG 11 dan UCG12)
Potensi Batubara untuk Pengembangan Gasifikasi Bawah Permukaan … Asep B. Purnama dkk.
Gambar 4. Peta sebaran titik bor dan garis penampang (Line 1 s/d line 7)
21
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 13, Nomor 1, Januari 2017 : 13 - 30
22
Potensi Batubara untuk Pengembangan Gasifikasi Bawah Permukaan … Asep B. Purnama dkk.
23
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 13, Nomor 1, Januari 2017 : 13 - 30
24
Potensi Batubara untuk Pengembangan Gasifikasi Bawah Permukaan … Asep B. Purnama dkk.
Calorivic value/
UCG-09 PROXIMATE Nilai Kalor
(cal/g,adb)
Total Moisture/ Ash/Abu Volatile matter/ Fixed Carbon/
No
kadar air total(%,ar) (%,adb) Zat terbang (%,adb) Karbon padat (%,adb)
1 30,69 5,31 40,05 41,5 5.850
2 44,6 2,83 40,63 43,09 5.957
3 30,61 2,56 39,97 42,57 5.980
Rata-rata 13,24 1,34 15,08 15,90 5.929
Calorivic value/
UCG-011 PROXIMATE Nilai Kalor
(cal/g,adb)
Total Moisture/ Ash/Abu Volatile matter/ Fixed Carbon/
No
kadar air total(%,ar) (%,adb) Zat terbang (%,adb) karbon padat (%,adb)
1 35,38 2,41 41,66 40,55 5.902
2 38,29 4,88 37,75 39,08 5.651
3 37,28 1,91 38,72 42,09 5.961
Rata-rata 36,98 3,07 39,38 40,57 5.838
Calorivic
UCG-012 PROXIMATE value/Nilai Kalor
(cal/g,adb)
Total Moisture/ Ash/Abu Volatile matter/ Fixed Carbon/
No
kadar air total(%,ar) (%,adb) Zat terbang (%,adb) Karbon padat (%,adb)
1 36,85 2,48 39,56 41,11 5.829
2 34,31 3,51 40,62 41,56 5.941
3 35,05 4,04 38,93 41,98 5.948
Rata-rata 35,40 3,34 39,70 41,55 5.906
25
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 13, Nomor 1, Januari 2017 : 13 - 30
Gambar 7. a. Peta iso nilai kalori dan b. Peta iso reflektansi vitrinit
26
Potensi Batubara untuk Pengembangan Gasifikasi Bawah Permukaan … Asep B. Purnama dkk.
Gambar 8. a. Peta iso kadar air total dan b. Peta iso kadar Abu
27
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 13, Nomor 1, Januari 2017 : 13 - 30
Pemodelan dan Perhitungan Sumber Daya untuk dijadikan batubara UCG (Khadse dkk.,
Batubara UCG 2007; Friedmann dkk., 2009; Kreynin, 2012;
Bhutto dkk., 2013; Imran dkk., 2014; Santoso,
Batubara yang dimodelkan dan dihitung 2015).
adalah batubara yang memenuhi syarat untuk
dapat dieksploitasi dengan metode UCG, Berdasarkan BSN (2011), kondisi geologis di
yaitu memiliki ketebalan >5 m dan lokasi batubara ini dianggap moderat, sehingga
kedalaman batubara antara 200-300 m, area pengaruh batubara mengikuti kondisi
berperingkat lignit-subbituminus dan jumlah geologi moderat, dengan area pengaruh untuk
kadar air lembab dan kadar abu <60% sumber daya terukur 250 m, sumber daya
(Khadse dkk., 2007; Friedmann dkk., 2009; tertunjuk 250-500 m dan sumber daya tereka
Kreynin, 2012; Bhutto dkk., 2013; Imran 500-1000 m. Setelah dikompilasi dengan
dkk., 2014; Santoso, 2015). kontur kedalaman 200-300 m, didapatkan
deliniasi area sumber daya lapisan batubara D,
Dari hasil pemodelan didapatkan bahwa dengan jumlah sumber daya terukur berjumlah
lapisan batubara D relatif menerus dengan 3.446.166 m3, sumber daya tertunjuk
ketebalan relatif konstan, terkecuali pada satu 1.468.892,6 m3, dan sumber daya tereka
titik pengeboran di UCG-08 lapisan batubara D 2.551.214 m3. Dengan hasil uji densitas
menghilang (tidak menerus), area ini akan batubara sebesar 1.29, maka batubara tersebut
dihindari untuk pengembangan UCG (Gambar dikonversi ke tonase dengan mengalikan faktor
9). Dari sisi kualitas, lapisan batubara ini densitas sebesar 1.29, sehingga mendapatkan
termasuk ke dalam subbituminus dengan nilai lapisan batubara D menjadi sumber daya
kalori 4.912 s/d 6.275 kkal/kg, dengan kadar terukur sebesar 4.479.951 ton, sumber daya
air total+kadar abu <60%. Dengan demikian, tertunjuk sebesar 1.909.560 ton, dan sumber
lapisan batubara ini sudah memenuhi syarat daya tereka sebesar 3.316.578 ton.
28
Potensi Batubara untuk Pengembangan Gasifikasi Bawah Permukaan … Asep B. Purnama dkk.
29
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 13, Nomor 1, Januari 2017 : 13 - 30
Energy Reviews, 31(March 2014), hal. 600– exploration program in Indonesia: Reservoir
610. doi: 10.1016/j.rser.2013.12.024. properties of the Muaraenim Formation, south
Sumatra,” International Journal of Coal
Kapusta, K., Stańczyk, K., Wiatowski, M. dan Geology, 79(4), hal. 145–156. doi:
Chećko, J. (2013) “Environmental aspects of a 10.1016/j.coal.2009.07.002.
field-scale underground coal gasification trial
in a shallow coal seam at the Experimental Susilawati, R., Evans, P. N., Esterle, J. S., Robbins,
Mine Barbara in Poland,” Fuel, 113, hal. S. J., Tyson, G. W., Golding, S. D. dan Mares,
196–208. doi: 10.1016/j.fuel.2013.05.015. T. E. (2015) “Temporal changes in microbial
community composition during culture
Khadse, A., Qayyumi, M., Mahajani, S. dan enrichment experiments with Indonesian
Aghalayam, P. (2007) “Underground coal coals,” International Journal of Coal Geology,
gasification: A new clean coal utilization 137, hal. 66–76. doi:
technique for India,” Energy, 32(11), hal. 10.1016/j.coal.2014.10.015.
2061–2071. doi:
10.1016/j.energy.2007.04.012. Susilawati, R. dan Ward, C. R. (2006)
“Metamorphism of mineral matter in coal
Kreynin, E. V. (2012) “An analysis of new from the Bukit Asam deposit, south Sumatra,
generation coal gasification projects,” Indonesia,” International Journal of Coal
International Journal of Mining Science and Geology, 68(3–4), hal. 171–195. doi:
Technology, 22(4), hal. 509–515. doi: 10.1016/j.coal.2006.02.003.
10.1016/j.ijmst.2012.01.012.
Zieleniewski, M. dan Brent, A. C. (2008)
Santoso, B. (2015) Petrologi batubara Sumatera “Evaluating the costs and achievable benefits
dan Kalimantan: Jenis, peringkat dan aplikasi. of extending technologies for uneconomical
1 ed. Diedit oleh M. Kadapi dan M. coal resources in South Africa: the case of
Helmiawan. Jakarta: LIPI Press. underground coal gasification,” Journal of
Sosrowidjojo, I. B. dan Saghafi, A. (2009) Energy in Southern Africa, 19(4), hal. 21–31.
“Development of the first coal seam gas
30