Anda di halaman 1dari 28

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)

Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan adalah konsep dasar penyusunan dan


pengembangan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), dan merupakan acuan bagi Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP), penyusun laporan keuangan,pemeriksa, dan
pengguna laporan keuangan dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum diatur
dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan(PSAP).

Kerangka Konseptual terdapat dalam SAP baik SAP Berbasis Akrual (lampiran I Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010) maupun SAP Berbasis Kas Menuju Akrual yang terdapat
(lampiran II Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010).

Tujuan
Kerangka Konseptual merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan pengembangan
SAP yang selanjutnya dapat disebut standar. Tujuannya adalah sebagai acuan bagi:

1. penyusun standar dalam melaksanakan tugasnya;


2. penyusun laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur
dalam standar;
3. pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai
dengan standar; dan
4. para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang 12 disajikan pada
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar.
Kerangka Konseptual berfungsi sebagai acuan dalam hal terdapat masalah akuntansi yang
belum dinyatakan dalam standar akuntansi pemerintahan.

Dalam hal terjadi pertentangan antara kerangka konseptual dan standar, maka ketentuan
standar diunggulkan relatif terhadap kerangka konseptual. Dalam jangka panjang, konflik
demikian diharapkan dapat diselesaikan sejalan dengan pengembangan SAP di masa depan.
Ruang Lingkup
Kerangka konseptual membahas:

1. tujuan kerangka konseptual;


2. lingkungan akuntansi pemerintahan;
3. pengguna dan kebutuhan informasi para pengguna;
4. entitas akuntansi dan entitas pelaporan;
5. peranan dan tujuan pelaporan keuangan, komponen laporan keuangan, serta dasar hukum;
6. asumsi dasar, karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan
keuangan, prinsip-prinsip, serta kendala informasi akuntansi; dan
7. unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan, pengakuan, dan pengukurannya.
Kerangka konseptual berlaku bagi pelaporan keuangan pemerintah pusat dan daerah.
Lingkungan Akuntansi Pemerintahan
Lingkungan operasional organisasi pemerintah berpengaruh terhadap karakteristik tujuan
akuntansi dan pelaporan keuangannya.

Ciri-ciri penting lingkungan pemerintahan yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan


tujuan akuntansi dan pelaporan keuangan adalah sebagai berikut:

1. Ciri utama struktur pemerintahan dan pelayanan yang diberikan:


a. bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaan;
b. sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan antarpemerintah;
c. pengaruh proses politik;
d. hubungan antara pembayaran pajak dengan pelayanan pemerintah.
2. Ciri keuangan pemerintah yang penting bagi pengendalian:
. anggaran sebagai pernyataan kebijakan publik, target fiskal, dan sebagai alat pengendalian;
a. investasi dalam aset yang tidak langsung menghasilkan pendapatan;
b. kemungkinan penggunaan akuntansi dana untuk tujuan pengendalian; dan
c. Penyusutan nilai aset sebagai sumber daya ekonomi karena digunakan dalam kegiatan
operasional pemerintahan.
Pengguna Laporan Keuangan
Terdapat beberapa kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah, namun tidak
terbatas pada:

1. masyarakat;
2. wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;
3. pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman; dan
4. pemerintah.
Kebutuhan Informasi Para Pengguna Laporan Keuangan
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bertujuan umum untuk memenuhi kebutuhan
informasi dari semua kelompok pengguna. Dengan demikian, laporan keuangan pemerintah
tidak dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik dari masing-masing kelompok pengguna.
Namun demikian, berhubung laporan keuangan pemerintah berperan sebagai
wujud akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, maka komponen laporan yang disajikan
setidak-tidaknya mencakup jenis laporan dan elemen informasi yang diharuskan oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan (statutory reports). Selain itu,
karena pajak merupakan sumber utama pendapatan pemerintah, maka ketentuan laporan
keuangan yang memenuhi kebutuhan informasi para pembayar pajak perlu mendapat
perhatian.

Kebutuhan informasi tentang kegiatan operasional pemerintahan serta


posisi kekayaan dan kewajiban dapat dipenuhi dengan lebih baik dan memadai apabila
didasarkan pada basis akrual, yakni berdasarkan pengakuan munculnya hak dan kewajiban,
bukan berdasarkan pada arus kas semata. Namun, apabila terdapat ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengharuskan penyajian suatu laporan keuangan dengan basis kas,
maka laporan keuangan dimaksud wajib disajikan demikian.

Meskipun memiliki akses terhadap detail informasi yang tercantum di dalam laporan keuangan,
pemerintah wajib memperhatikan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan untuk
keperluan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Selanjutnya, pemerintah
dapat menentukan bentuk dan jenis informasi tambahan untuk kebutuhan sendiri di luar jenis
informasi yang diatur dalam kerangka konseptual ini maupun standar-standar akuntansi yang
dinyatakan lebih lanjut.
Entitas Akuntansi dan Pelaporan
Entitas Akuntansi adalah unit pada pemerintahan yang mengelola anggaran, kekayaan, dan
kewajiban yang menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan keuangan atas dasar
akuntansi yang diselenggarakannya.

Entitas Pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri atas satu atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyajikan laporan
pertanggungjawaban, berupa laporan keuangan yang bertujuan umum, yang terdiri atas:

1. Pemerintah pusat;
2. Pemerintah daerah;
3. Masing-masing kementerian negara/lembaga di lingkungan pemerintah pusat;
4. Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya, jika
menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan
laporan keuangan.
Dalam penetapan entitas pelaporan, perlu dipertimbangkan syarat pengelolaan, pengendalian,
dan penguasaan suatu entitas pelaporan terhadap aset, yurisdiksi, tugas dan misi tertentu,
dengan bentuk pertanggungjawaban dan wewenang yang terpisah dari entitas pelaporan
lainnya.
Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan
Peranan Pelaporan Keuangan
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi
keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporanselama satu
periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya
ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai
kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan
membantu menentukan ketaatannya terhadapperaturan perundang-undangan.

Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah
dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan
terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:

1. Akuntabilitas Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan


kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara periodik.
2. Manajemen Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu
entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga
memudahkan fungsi perencanaan,pengelolaan, dan pengendalian atas
seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas pemerintah untuk kepentingan masyarakat.
3. Transparansi Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara
terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber
daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.
4. Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity) Membantu para pengguna dalam
mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai
seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan
akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.
5. Evaluasi Kinerja Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan
sumber daya ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang direncanakan.
Tujuan Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para
pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial,
maupun politik dengan:

1. menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya keuangan;
2. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk
membiayai seluruh pengeluaran;
3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam
kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai;
4. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai
seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;
5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan
dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang,
termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman;
6. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah
mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode
pelaporan.
Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai
sumber dan penggunaan sumber daya keuangan/ekonomi, transfer,pembiayaan, sisa
lebih/kurang pelaksanaan anggaran, saldo anggaran lebih, surplus/defisit-Laporan
Operasional (LO), aset, kewajiban, ekuitas, dan arus kas suatu entitas pelaporan.
Komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan pokok terdiri atas:

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);


2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL);
3. Neraca;
4. Laporan Operasional (LO);
5. Laporan Arus Kas (LAK);
6. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);
7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Selain laporan keuangan pokok tersebut, entitas pelaporan wajib menyajikan laporan lain atau
elemen informasi akuntansi yang diwajibkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan
(statutory reports)..
Asumsi Dasar
Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah adalah anggapan yang
diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar standar akuntansi dapat
diterapkan, yang terdiri atas:

1. Asumsi kemandirian entitas;


2. Asumsi kesinambungan entitas; dan
3. Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement).
Pengakuan Unsur Laporan Keuangan
Pengakuan dalam akuntansi adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria pencatatan suatu
kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang
melengkapi unsur aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan-LRA, belanja, pembiayaan,
pendapatan-LO, dan beban, sebagaimana akan termuat pada laporan keuangan entitas
pelaporan yang bersangkutan. Pengakuan diwujudkan dalam pencatatan jumlah uang terhadap
pos-pos laporan keuangan yang terpengaruh oleh kejadian atau peristiwa terkait.

Kriteria minimum yang perlu dipenuhi oleh suatu kejadian atau peristiwa untuk diakui yaitu:

1. terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan kejadian atau
peristiwa tersebut akan mengalir keluar dari atau masuk ke dalam entitas pelaporan yang
bersangkutan;
2. kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur atau dapat
diestimasi dengan andal.
Dalam menentukan apakah suatu kejadian/peristiwa memenuhi kriteria pengakuan, perlu
dipertimbangkan aspek materialitas.
Keandalan Pengukuran
Kriteria pengakuan pada umumnya didasarkan pada nilai uang akibat peristiwa atau kejadian
yang dapat diandalkan pengukurannya. Namun ada kalanya pengakuan didasarkan pada
hasil estimasi yang layak. Apabila pengukuran berdasarkan biaya dan estimasi yang layak
tidak mungkin dilakukan, maka pengakuan transaksi demikian cukup diungkapkan pada
Catatan atas Laporan Keuangan.

Penundaan pengakuan suatu pos atau peristiwa dapat terjadi apabila kriteria pengakuan baru
terpenuhi setelah terjadi atau tidak terjadi peristiwa atau keadaan lain di masa mendatang.
Pengakuan Aset
Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh pemerintah dan
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

Sejalan dengan penerapan basis akrual, aset dalam bentuk piutang atau beban dibayar di muka
diakui ketika hak klaim untuk mendapatkan arus kas masuk atau manfaat ekonomi lainnya dari
entitas lain telah atau tetap masih terpenuhi, dan nilai klaim tersebut dapat diukur atau
diestimasi.

Aset dalam bentuk kas yang diperoleh pemerintah antara lain bersumber dari pajak, bea
masuk, cukai, penerimaan bukan pajak, retribusi, pungutan hasil pemanfaatankekayaan
negara, transfer, dan setoran lain-lain, serta penerimaan pembiayaan, seperti hasil pinjaman.
Proses pemungutan setiap unsur penerimaan tersebut sangat beragam dan melibatkan banyak
pihak atau instansi. Dengan demikian, titik pengakuan penerimaan kas oleh pemerintah untuk
mendapatkan pengakuan akuntansi memerlukan pengaturan yang lebih rinci, termasuk
pengaturan mengenai batasan waktu sejak uang diterima sampai penyetorannya ke Rekening
Kas Umum Negara/Daerah. Aset tidak diakui jika pengeluaran telah terjadi dan manfaat
ekonominya dipandang tidak mungkin diperoleh pemerintah setelah periode akuntansi
berjalan.
Pengakuan Kewajiban
Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi akan
dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat pelaporan, dan perubahan atas
kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal.

Sejalan dengan penerapan basis akrual, kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima
atau pada saat kewajiban timbul.
Pengakuan Pendapatan
Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan tersebut atau ada aliran masuk
sumber daya ekonomi. Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan.
Pengakuan Beban dan Belanja
Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset, atau terjadinya
penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.

Belanja diakui berdasarkan terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah
atau entitas pelaporan. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaranpengakuannya
terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan (diterbitkannya SP2D-GU.
Pengukuran Unsur Laporan Keuangan
Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap pos
dalam laporan keuangan. Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan menggunakan nilai
perolehan historis. Aset dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi atau
sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut. Kewajiban
dicatat sebesar nilai wajar sumber daya ekonomi yang digunakan pemerintah untuk memenuhi
kewajiban yang bersangkutan.

Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah. Transaksi yang
menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang
rupiah.

Standar Akuntansi Keuangan Besar


Dalam proses perekayasaan akuntansi, untuk menghasilkan konsep maupun sebuah teori,
jawaban atas pertanyaan di dalamnya dibutuhkan kerangka konseptual. Kerangka konseptual
merupakan bagian dari proses perekayasaan akuntansi.
Terdapat dua model kerangka konseptual yang berlaku secara umum dan universal, yaitu:

1. Kerangka Konseptual Versi FASB


Salah satu model kerangka konseptual yang dikenal adalah kerangka konseptual yang
dikembangkan oleh FASB yang memuat empat komponen seperti berikut:
a. Tujuan pelaporan keuangan
b. Kriteria kualitas informasi
c. Elemen-elemen laporan keuangan
d. Pengukuran dan pengakuan

Keempat konsep tersebut membentuk satu kesatuan yang saling berkaitan. Keempat
komponen tersebut dituangkan ke dalam tujuh pernyataan SFAC (Statement of
Financial Accounting Concept) sebagai berikut:

- SFAC No. 1, “Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises”, yang


menyajikan tujuan dan sasaran akuntansi.
- SFAC No. 2, ”Qualitative Characteristics of Accounting Information”, yang
menjelaskan karakteristik yang membuat informasi akuntansi bermanfaat.
- SFAC No. 3, ”Elements of Financial Statements of Business Enterprises”, yang
memberikan definisi dari pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan, seperti
asset, liabilities, equity, revenue, dan expense.
- SFAC No. 5, “Recognition and Measurements in Financial Statements of Business
Enterprises”, yang menetapkan kriteria pengakuan dan pengukuran fundamental
serta pedoman tentang informasi apa yang biasanya harus dimasukkan ke dalam
laooran keuangan dan kapan waktu pelaporannya.
- SFAC No. 6, “Elements of Financial Statements”, yang menggantikan SFAC No.
3 dan memperluas ruang lingkup SFAC No. 3 dengan memasukkan organisasi-
organisasi nirlaba.
- SFAC No. 7, “Using Cash Flow Information and Present Value in Accounting
Measurements”, yang memberikan kerangka kerja bagi pemakaian arus kas masa
depan yang diharapkan dan nilai sekarang sebagai dasar pengukuran.
Laporan keuangan merupakan sebuah media utama dari pelaporan keuangan. Pelaporan
keuangan lebih luas daripada laporan keuangan. Pelaporan keuangan berdasarkan model
FASB tidak hanya menghasilkan informasi keuangan yang hendak dilaporkan pada laporan
keuangan, tetapi lebih dari itu mengandung informasi-informasi lain yang berkaitan dengan
pengambilan keputusan.

Sumber: Suwardjono (2006)

2. Kerangka Konseptual Versi IASC


Kerangka kerja yang kedua ini disebut sebagai kerangka dasar penyusunan dan
penyajian laporan keuangan, yang memiliki konsep-konsep yang hamper sama seperti
versi FASB. Komponen-komponen tersebut adalah:
- The Objective of Financial Statements
- Underlying Assumptions
- Qualitative Characteristics of Financial Statement
- The Elements of Financial Statements
- Recognition of the Elements of Financial Statements
- Measurement of the Elements of Financial Statements
- Concepts of Capital Maintenance and the Determination of Profit
3. Kerangka Konseptual Versi IFRS
Ilustrasi kerangka konseptual versi IFRS adalah sebagai berikut:

Dalam kerangka konseptual IFRS, dibagi ke dalam tiga tingkatan.


1. Pada tingkat pertama, tujuan (objective) mengidentifikasi tujuan dan sasaran yang
diharapkan dari akuntansi keuangan. Umumnya, sebuah standar akuntansi
dikembangkan berdasarkan kerangka kerja konseptualnya, sehingga dapat
menghasilkan laporan akuntansi yang bermanfaat bagi penggunanya.
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan yang bermanfaat bagi sebagian
besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

2. Pada tingkat kedua, karakteristik kualitatif (Qualitative Characteristic) yang


menyediakan unsur-unsur informasi akuntansi sehingga dapat berguna dan unsur-
unsur (Elements) laporan keuangan (asset, liabilities, equity, dan lainnya).
Karakterisitik kualitatif akuntansi dapat dikategorikan kualitas primer dan kualitas
sekunder. Kualitas primer relevansi dan reliabilitas adalah dua kualitas primer yang
dapat mengkonversi informasi akuntansi menjadi sebuah alat dalam pengambilan
keputusan. Untuk menciptakan informasi akuntansi yang relevan, informasi
tersebut harus dapat membuat perbedaan dalam menciptakan sebuah keputusan.
Jika tidak, informasi tersebut dapat dikatakan tidak relevan dan membantu
pengguna informasi tersebut membuat estimasi terkait dengan hasil akhir dari
kejadian yang telah lampau, masa kini, dan masa mendatang, yaitu mempunyai nilai
prediktif. Informasi yang relevan juga akan membantu pemakai dalam
menjustifikasi atau ekspektasi masa lalu dalam hal memiliki nilai umpan balik.
Sebelum informasi tersebut kehilangan kapasitasnya sebagai penentu keputusan
yang diambil, yaitu memiliki ketepatan waktu, informasi tersebut harus tersedia
untuk pengambil keputusan. Konsep Reabilitas menjelaskan bahwa informasi
akuntansi dinilai handal apabila dapat disajikan secara tepat, dapat diverifikasi, serta
bebas dari unsure eror. Daya uji ditunjukkan ketika alat pengukur independen
menggunakan metode yang sama ternyata mendapatkan hasil yang sama.
Ketepatan penyajian berarti bahwa angka-angka dan pengungkapan dalam
laporan keuangan merefleksikan apa sebenarnya terjadi. Dan Netralitas
mengindikasikan informasi tidak dapat dipilih menurut kepentingan golongan
pengguna tertentu. Informasi yang disajikan harus faktual, benar, dan tidak bias.
Kualitas Sekunder ialah komparabilitas dan konsistensi. Informasi mengenai
sebuah perusahaan lebih berguna apabila dapat dibandingkan dengan informasi
serupa yang dimiliki perusahaan lain (komparabilitas) dan dengan informasi yang
sama dari perusahaan yang sama pada periode waktu yang berbeda (konsistensi).
Dengan menggunakan konsep komparabilitas tersebut, informasi dari berbagai
perusahaan dipandang memiliki tingkat komparabilitas apabila telah diukur dan
dilaporkan dengan metode yang sama. Komparabilitas memungkinkan pemakai
dapat mengidentifikasi persamaan dan perbedaan yang riil dalam peristiwa ekonomi
yang terjadi antar-perusahaan. Sebagai contoh, keputusan mengenai alokasi sumber
daya akan melibatkan evaluasi atas alternatif-alternatif yang ada, evaluasi hanya
dapat dilakukan jika informasi yang tersedia dapat diperbandingkan. Sementara
konsep konsistensi menjelaskan apabila sebuah perusahaan menerapkan perlakuan
akuntansi yang sama untuk setiap kejadian yang sama setiap periode, maka
perusahaan tersebut konsisten dalam menerapkan standar akuntansinya.
Berikut bagan mengenai hierarki kareteristik kualitatif akuntansi :

3. Pada tingkat terakhir, konsep-konsep pengukuran dan pengakuan (measurement


and recognition concepts) yang digunakan dalam penetapan standar akuntansi.
Konsep-konsep tersebut meliputi prinsip, asumsi dan kendala-kendala dalam
pelaporan keuangan. PSAK menganut prinsip berbasis akrual, pengaruh
transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat terjadinya (bukan pada saat kas
diterima atau dibayarkan) dan prinsip kelangsungan usaha, mengasumsikan bahwa
entitas akan melanjutkan usahanya di masa depan. Dalam tingkat terakhir ini juga
menjelaskan mengenai konstrain atau kendala informasi yang relevan dan andal
yaitu meliputi Tepat Waktu, Keseimbangan Biaya dan Manfaat yaitu manfaat
yang dihasilkan informasi harus melebihi biaya penyusunannya, keseimbangan di
antara karakteristik kualitatif, untuk mencapai suatu keseimbangan yang tepat di
antara berbagai karakteristik untuk memenuhi tujuan laporan keuangan

Tujuan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian LK

Kerangka konseptual ditujukan bagi bebrapa pihak, yaitu:

1. penyusun standar akuntansi keuangan dalam pelaksanaan tugasnya. Kerangka


konseptual
2. Penyusun laporan keuangan untuk menanggulangi masalah akuntansi yang
belum diatur dalam standar akuntansi keuangan.
3. Auditor dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
4. Para pemakai dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam Laporan
Keuangan.
Kerrangka konseptual menurut PSAK terdiri dari:
1. Pengguna laporan keuangan
2. Tujuan laporan keuangan
3. Asumsi dasar
4. Karakteristik kualitatif
5. Konsep pengakuan dan pengukuran unsur laporan keuangan
6. Konsep pemeliharaan modal

Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan PSAK dapat


digambarkan dalam gambar di bawah ini :

Unsur Laporan keuangan menurut IFRS

1. Unsur Laporan Keuangan – Posisi Keuangan


 Aset, sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa
lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh
perusahaan
 Liabilitas, hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi
 Ekuitas,hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban
2. Unsur Laporan keuangan – Kinerja
 Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi
penanam modal
 Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya
kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanam modal

Pengakuan Unsur Laporan Keuangan

Pengakuan Unsur Laporan Keuangan merupakan proses penentuan apakah suatu pos yang
memenuhi definisi unsur dinyatakan neraca atau laporan laba rugi.

Pos yang memenuhi definisi suatu unsur laporan keuangan harus diakui jika

 ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan
mengalir dari atau ke dalam perusahaan; dan

 pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal

Aset diakui dalam neraca jika besar kemungkinan bahwa manfaat ekonominya di masa depan
diperoleh perusahaan dan aktiva tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan
andal.

Kewajiban diakui dalam neraca jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya yang
akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban {obligation) sekarang dan jumlahnya dapat
diukur dengan andal.

Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi jika kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang
berkaitan dengan peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur
dengan andal.
Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan manfaat ekonomi masa depan yang
berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur
dengan andal.

Pengukuran Unsur Laporan Keuangan

• Biaya historis,
Biaya historis adalah biaya perolehan pada tanggal transaksi
• Biaya kini (current cost)
Biaya kini adalah biaya yang seharusnya diperoleh sekarang atau pada saat pengukuran.
• Nilai realisasi/penyelesaian (realisable/settlement value)
Nilai realisasi adalah nilai yang dapat diperoleh dengan menjual aktiva dalam pelepasan
normal (orderly disposal).
• Nilai sekarang (present value)
Nilai sekarang adalah arus kas masuk bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai
sekarang.

Konsep Pemeliharaan Modal

Modal adalah aset bersih atau ekuitas entitas yaitu uang atau daya beli yang diinvestasikan.

1. Pemeliharaan Modal Keuangan, laba hanya diperoleh kalau jumlah finansial (atau
uang) dari aktiva bersih pada akhir periode melebihi jumla h finansial (atau uang) dari
aktiva bersih pada awal periode, setelah memasukkan kembali setiap distribusi kepada,
dan mengeluarkan setiap kontribusi dari, para pemilik selama periode
2. Pemeliharaan Modal Fisik, laba hanya diperoleh kalau kapasitas produktif fisik (atau
kemampuan usaha) pada akhir periode melebihi kapasitas produktif fisik pada awal
periode, setelah memasukkan kembali setiap distribusi kepada, dan mengeluarkan
setiap kontribusi dari, para pemilik selama suatu periode

SAK – ETAP

Konsep Dan Prinsip Pervasif

1. Tujuan laporan keuangan


Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja keuangan,

dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam

pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan

keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu. Dalam memenuhi tujuannya,

laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship) atau

pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

1. Karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan

2. Posisi keuangan

1. Dapat Dipahami. Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan

keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna.

Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai

tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk

mempelajari informasi tersebut dengan ketekunan yang wajar.

2. Relevan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi

keputusan ekonomi pengguna dengan cara membantu mereka mengevaluasi

peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi

hasil evaluasi mereka di masa lalu.

3. Materialitas. Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan

atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi

keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan.

4. Keandalan. Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material

dan bias, dan penyajian secara jujur apa yang seharusnya disajikan atau yang

secara wajar diharapkan dapat disajikan. Substansi Mengungguli Bentuk

Transaksi, peristiwa dan kondisi lain dicatat dan disajikan sesuai dengan

substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Hal ini

untuk meningkatkan keandalan laporan keuangan.


5. Pertimbangan Sehat. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada

saat melakukan pertimbangan yang diperlukan dalam kondisi ketidakpastian,

sehingga aset atau penghasilan tidak disajikan lebih tinggi dan kewajiban atau

beban tidak disajikan lebih rendah.

6. Kelengkapan. Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus

lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak

mengungkapkan mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau

menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan kurang mencukupi

ditinjau dari segi relevansi.

7. Dapat Dibandingkan. Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan

entitas antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja

keuangan. Pengguna juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar

entitas untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi

keuangan secara relatif.

8. Tepat Waktu. Tepat waktu meliputi penyediaan informasi laporan keuangan

dalam jangka waktu pengambilan keputusan. Jika terdapat penundaan yang

tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan

kehilangan relevansinya.

9. Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat Manfaat informasi seharusnya

melebihi biaya penyediannya.

Posisi keuangan suatu entitas terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas pada suatu waktu tertentu.

Unsur laporan keuangan yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan

adalah aset, kewajiban, dan ekuitas. Unsur-unsur ini didefinisikan sebagai berikut:

1. Aset adalah sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu

dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas.

2. Kewajiban merupakan kewajiban masa kini entitas yang timbul dari peristiwa masa

lalu, yang penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya

entitas yang mengandung manfaat ekonomi.


3. Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi semua kewajiban.

4. Kinerja keuangan

Kinerja keuangan adalah hubungan antara penghasilan dan beban dari entitas sebagaimana

disajikan dalam laporan laba rugi. Laba sering digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai

dasar untuk pengukuran lain, seperti tingkat pengembalian investasi atau laba per saham.

Unsur-unsur laporan keuangan yang secara langsung terkait dengan pengukuran laba adalah

penghasilan dan beban. Penghasilan dan beban didefinisikan lebih lanjut sebagai berikut:

1. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode pelaporan

dalam bentuk arus masuk atau peningkatan aset, atau penurunan kewajiban yang

mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.

2. Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode pelaporan

dalam bentuk arus keluar atau penurunan aset, atau terjadinya kewajiban yang

mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak terkait dengan distribusi kepada penanam

modal.

Pengakuan penghasilan dan beban dalam laporan laba rugi dihasilkan secara langsung dari

pengakuan dan pengukuran aset dan kewajiban. Kriteria pengakuan penghasilan dan beban

dibahas lebih lanjut dalam paragraf

1. Pengakuan unsur-unsur laporan keuangan

Pengakuan unsur laporan keuangan merupakan proses pembentukan suatu pos dalam neraca

atau laporan laba rugi yang memenuhi definisi suatu unsur dan memenuhi kriteria sebagai

berikut:

1. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan pos tersebut akan

mengalir dari atau ke dalam entitas; dan

2. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

Kegagalan untuk mengakui pos yang memenuhi kriteria tersebut tidak dapat digantikan dengan

pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan atau catatan atau materi penjelasan.
1. Pengukuran unsur-unsur laporan keuangan

Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang yang digunakan entitas untuk mengukur

aset, kewajiban, penghasilan dan beban dalam laporan keuangan. Proses ini termasuk

pemilihan dasar pengukuran tertentu. Dasar pengukuran yang umum adalah biaya historis dan

nilai wajar:

1. Biaya historis. Aset adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar

dari pembayaran yang diberikan untuk memperoleh aset pada saat perolehan.

Kewajiban dicatat sebesar kas atau setara kas yang diterima atau sebesar nilai wajar

dari aset non-kas yang diterima sebagai penukar dari kewajiban pada saat terjadinya

kewajiban.

2. Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset, atau untuk

menyelesaikan suatu kewajiban, antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki

pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar.

3. Prinsip pengakuan dan pengukuran berpengaruh luas (pervasif)

Persyaratan untuk pengakuan dan pengukuran aset, kewajiban, penghasilan dan beban dalam

SAK ETAP didasarkan pada prinsip pervasif dari Kerangka DasarPenyajian dan Pengukuran

Laporan Keuangan.

1. Dasar akrual

Entitas harus menyusun laporan keuangan, kecuali laporan arus kas, dengan menggunakan

dasar akrual. Dalam dasar akrual, pos-pos diakui sebagai aset, kewajiban, ekuitas, penghasilan,

dan beban (unsur-unsur laporan keuangan) ketika memenuhi definisi dan kriteria pengakuan

untuk pos-pos tersebut.

1. Pengakuan dalam laporan keuangan

1. Aset diakui dalam neraca jika kemungkinan manfaat ekonominya di masa depan

akan mengalir ke entitas dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat

diukur dengan andal. Aset tidak diakui dalam neraca jika pengeluaran telah terjadi
dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir ke dalam entitas

setelah periode pelaporan berjalan. Sebagai alternatif transaksi tersebut

menimbulkan pengakuan beban dalam laporan laba rugi.

2. Kewajiban diakui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaran sumber daya yang

mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban

masa kini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal.

3. Pengakuan penghasilan merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan

kewajiban. Penghasilan diakui dalam Laporan laba rugi jika kenaikan manfaat

ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan

kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal.

4. Pengakuan beban merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban.

Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan manfaat ekonomi masa

depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban telah

terjadi dan dapat diukur secara andal.

5. Laba atau rugi merupakan selisih aritmatika antara penghasilan dan beban. Hal

tersebut bukan merupakan suatu unsur terpisah dari laporan keuangan, dan prinsip

pengakuan yang terpisah tidak diperlukan.

6. Saling hapus

Saling hapus tidak diperkenankan atas aset dengan kewajiban, atau penghasilan dengan beban,

kecuali disyaratkan atau diijinkan oleh SAK ETAP.

BAB 3 Penyajian Laporan Keuangan

1. Penyajian wajar

Laporan keuangan menyajikan dengan wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas

suatu entitas. Penyajian wajar mensyaratkan penyajian jujur atas pengaruh transaksi, peristiwa

dan kondisi lain yang sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, kewajiban,

penghasilan dan beban yang dijelaskan dalam Bab 2 Konsep dan Prinsip Pervasif.

1. Kepatuhan terhadap SAK ETAP


Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP harus membuat suatu pernyataan

eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved statement) atas kepatuhan tersebut dalam

catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan tidak boleh menyatakan mematuhi SAK

ETAP kecuali jika mematuhi semua persyaratan dalam SAK ETAP.

1. Kelangsungan usaha

Pada saat menyusun laporan keuangan, manajemen entitas yang menggunakan SAK ETAP

membuat penilaian atas kemampuan entitas melanjutkan kelangsungan usaha. Entitas

mempunyai kelangsungan usaha kecuali jika manajemen bermaksud melikuidasi entitas

tersebut atau menghentikan operasi, atau tidak mempunyai alternatif realistis kecuali

melakukan hal-hal tersebut.

1. Frekuensi pelaporan

Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan (termasuk informasi komparatif)

minimum satu tahun sekali. Ketika akhir periode pelaporan entitas berubah dan laporan

keuangan tahunan telah disajikan untuk periode yang lebih panjang atau lebih pendek dari satu

tahun, maka entitas mengungkapkan:

1. Fakta tersebut;

2. Alasan penggunaan untuk periode lebih panjang atau lebih pendek; dan

3. Fakta bahwa jumlah komparatif untuk laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas,

laporan laba rugi dan saldo laba, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan

yang terkait adalah tidak dapat seluruhnya diperbandingkan.

4. Penyajian yang konsisten

Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus konsisten

kecuali:

1. Terjadi perubahan yang signifikan atas sifat operasi entitas atau perubahan penyajian

atau pengklasifikasian bertujuan menghasilkan penyajian lebih baik sesuai kriteria


pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi dalam Bab 9 Kebijakan Akuntansi,

Estimasi, dan Kesalahan; atau

2. SAK ETAP mensyaratkan suatu perubahan penyajian.

3. Informasi komparatif

Informasi harus diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya kecuali

dinyatakan lain oleh SAK ETAP (termasuk informasi dalam laporan keuangan dan catatan atas

laporan keuangan). Entitas memasukkan informasi komparatif untuk informasi naratif dan

deskriptif jika relevanuntuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan.

1. Materialitas dan agregasi

Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan sedangkan yang tidak

material digabungkan dengan jumlah yang memiliki sifat atau fungsi yang sejenis. Kelalaian

dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat suatu pos dianggap material jika, baik

secara individual maupun bersama-sama, dapat mempengaruhi pengguna laporan dalam

pengambilan keputusan ekonomi. Besaran dan sifat unsur tersebut dapat menjadi faktor

penentu.

1. Laporan keuangan lengkap

Laporan keuangan entitas meliputi:

1. Neraca;

2. Laporan laba rugi;

3. Laporan perubahan ekuitas

4. Laporan arus kas; dan

5. Catatan atas laporan keuangan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang

signifikan dan informasi penjelasan lainnya.

6. Identifikasi laporan keuangan


Entitas harus mengidentifikasikan secara jelas setiap komponen laporan keuangan termasuk

catatan atas laporan keuangan. Jika laporan keuangan merupakan komponen dari laporan lain,

maka laporan keuangan harus dibedakan dari informasi lain dalam laporan tersebut.

STANDAR AKUNTANSI SYARIAH

Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan
bagi para penggunanya. Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi
penyusun standar akuntansi keuangan syariah, dalam pelaksanaan tugasnya, penyusun laporan
keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi syariah yang belum diatur dalam standar
akuntansi keuangan syariah, auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan
keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi syariah yang berlaku umum; dan (d) para pemakai
laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang disusun
sesuai dengan standar akuntansi keuangan syariah.

Kerangka dasar ini bukan standar akuntansi keuangan dan karenanya tidak mendefinisikan standar
untuk permasalahan pengukuran atau pengungkapan tertentu.

Kerangka dasar ini membahas tujuan laporan keuangan, karakteristik kualitatif yang menentukan
manfaat informasi dalam laporan keuanga dan definisi, pengakuan dan pengukuran unsur-unsur yang
membentuk laporan keuangan.

Kerangka dasar ini membahas laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial
statements termasuk laporan keuangan konsolidasi. Laporan keuangan disusun dan disajikan
sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar pemakai. Beberapa
di antara pemakai ini memerlukan dan berhak untuk memperoleh informasi tambahan di samping
yang tercakup dalam laporan keuangan. Namun demikian, banyak pemakai sangat tergantung pada
laporan keuangan sebagai sumber utama informasi keuangan dan karena itu laporan keuangan
tersebut seharusnya disusun dan disajikan dengan mempertimbangkan kebutuhan mereka. Laporan
keuangan dengan tujuan khusus seperti prospektus, dan perhitungan yang dilakukan untuk tujuan
perpajakan tidak termasuk dalam kerangka dasar ini.

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang
lengkap meliputi:

1. laporan keuangan atas kegiatan komersial.


Laporan keuangan kegiatan komersial meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya, sebagai laporan
arus kas, atau laporan perubahan ekuitas), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan
yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
2. Laporan keuangan atas kegiatan sosial meliputi laporan sumber dan penggunaan dana zakat,
dan laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan. Di samping itu juga termasuk, skedul
dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi
keuangan segmen industri dan geografis.

Kerangka dasar ini berlaku untuk semua jenis transaksi syariah yang dilaporkan dalam laporan
keuangan entitas syariah maupun entitas konvensional, baik sektor publik maupun sektor swasta.
Entitas syariah pelapor adalah entitas syariah yang laporan keuangannya digunakan oleh pemakai
yang mengandalkan laporan keuangan tersebut sebagai sumber utama informasi keuangan entitas
syariah. Entitas konvensional yang melakukan transaksi syariah tidak perlu menyiapkan laporan
keuangan syariah secara lengkap melainkan hanya melaporkan transaksi syariah sesuai dengan
ketentuan standar akuntansi syariah dalam laporan keuangan konvensional.

Pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial; pemilik dana qardh;
pemilik dana investasi syirkah temporer; pemilik dana titipan; pembayar dan penerima zakat, infak,
sedekah dan wakaf; pengawas syariah; karyawan; pemasok dan mitra usaha lainnya; pelanggan;
pemerintah serta lembaga-lembaganya; dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan
untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi: (a)
Investor. Investor dan penasehat berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil
pengembangan dari investasi yang mereka lakukan.

Transaksi syariah berlandaskan pada paradigma dasar bahwa alam semesta dicipta oleh Tuhan sebagai
amanah (kepercayaan ilahi) dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh umat manusia untuk
mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual (al-falah). 13. Paradigma dasar ini
menekankan setiap aktivitas umat manusia memiliki akuntabilitas dan nilai illahiah yang
menempatkan perangkat syariah dan akhlak sebagai parameter baik dan buruk, benar dan salahnya
aktivitas usaha. Paradigma ini akan membentuk integritas yang membantu terbentuknya karakter tata
kelola yang baik (good governance) dan disiplin pasar (market discipline) yang baik.

Transaksi syariah berasaskan pada prinsip: (a) persaudaraan (ukhuwah); (b) keadilan (‘adalah); (c)
kemaslahatan (maslahah); (d) keseimbangan (tawazun); dan (e) universalisme (syumuliyah).

TUJUAN LAPORAN KEUANGAN


Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja
serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi. Di samping itu, tujuan lainnya adalah:

1. meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan kegiatan usaha
2. informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta informasi aset, kewajiban,
pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, bila ada, dan bagaimana
perolehan dan penggunaannya
3. informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas syariah
terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat keuntungan
yang laya
4. informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam modal dan pemilik
dana syirkah temporer; dan informasi mengenai pemenuhan kewajiban (obligation) fungsi
sosial entitas syariah, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah, dan wakaf.

ASUMSI DASAR

Untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan dasar ini, pengaruh
transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas
diterima atau dibayar) dan diungkapkan dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan
keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual
memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan
dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa depan serta sumber daya yang
merepresentasikan kas yang akan diterima di masa depan. Oleh karena itu, laporan keuangan
menyediakan jenis informasi transaksi masa lalu dan peristiwa lainnya yang paling berguna bagi
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. 42. Penghitungan pendapatan untuk tujuan
pembagian hasil usaha menggunakan dasar kas. Dalam hal prinsip pembagian hasil usaha berdasarkan
bagi hasil, pendapatan atau hasil yang dimaksud adalah keuntungan bruto (gross profit). Kelangsungan
Usaha 43. Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha entitas syariah
dan akan melanjutkan usahanya di masa depan. Karena itu, entitas syariah diasumsikan tidak
bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya. Jika
maksud atau keinginan tersebut timbul, laporan keuangan mungkin harus disusun dengan dasar yang
berbeda dan dasar yang digunakan harus diungkapkan.

KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN


Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna
bagi pemakai. Terdapat empat karateristik kualitatif pokok yaitu:

1. dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya
untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki
pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan
untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses
pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu,
masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka di masa
lalu. Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakekat dan materialitasnya. Dalam beberapa
kasus, hakekat informasi saja sudah cukup untuk menentukan relevansinya.
3. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika
bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan
pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
4. dapat diperbandingkan
Implikasi penting dari karakteristik kualitatif dapat diperbandingkan adalah bahwa pemakai
harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut. Para
pemakai harus dimungkinkan untuk dapat mengidentifikasi perbedaan kebijakan akuntansi
yang diberlakukan untuk transaksi serta peristiwa lain yang sama dalam sebuah entitas syariah
dari satu periode ke periode dan dalam entitas syariah yang berbeda. Ketaatan pada standar
akuntansi keuangan syariah, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan
oleh entitas syariah, membantu pencapaian daya banding.

Kendala Informasi yang Relevan dan Andal Tepat Waktu.


Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan
akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan manfaat relatif antara
pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi andal. Untuk menyediakan informasi tepat waktu,
seringkali perlu melaporkan sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya diketahui,
sehingga mengurangi keandalan informasi. Sebaliknya, jika pelaporan ditunda sampai seluruh aspek
diketahui, informasi yang dihasilkan mungkin sangat andal tetapi kurang bermanfaat bagi pengambil
keputusan. Dalam usaha mencapai keseimbangan antara relevansi dan keandalan, kebutuhan
pengambil keputusan merupakan pertimbangan yang menentukan. Keseimbangan antara biaya dan
manfaat keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan suatu kendala yang dapat terjadi
(pervasive) daripada suatu karakteristik kualitatif. Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya
melebihi biaya penyusunannya. Namun demikian, secara substansi evaluasi biaya dan manfaat
merupakan suatu proses pertimbangan (judgement process). Biaya tidak harus dipikul oleh mereka
yang menikmati manfaat. Manfaat mungkin juga dinikmati oleh pemakai lain disamping mereka yang
menjadi tujuan penyampaian informasi. Karena alasan inilah maka sulit untuk mengaplikasikan uji
biaya-manfaat pada kasus tertentu. Namun demikian, dewan penyusun standar akuntansi syariah,
seperti juga para penyusun dan pemakai laporan keuangan, harus menyadari kendala ini.
Keseimbangan di antara Karakteristik Kualitatif 66. Dalam praktek, keseimbangan atau trade-off di
antara berbagai karakteristik kualitatif sering diperlukan. Pada umumnya tujuannya adalah untuk
mencapai suatu keseimbangan yang tepat di antara berbagai karakteristik untuk memenuhi tujuan
laporan keuangan.

UNSUR-UNSUR LAPORAN KEUANGAN


Sesuai karakteristik maka laporan keuangan entitas syariah antara lain meliputi:
1. komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial: laporan posisi
keuangan, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas. Laporan Posisi
Keuangan Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah
aset, kewajiban, dana syirkah temporer dan ekuitas. Pos-pos ini didefinisikan sebagai berikut:
 Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas syariah sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan
diperoleh entitas syariah.
 Kewajiban merupakan hutang entitas syariah masa kini yang timbul dari peristiwa
masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
entitas syariah yang mengandung manfaat ekonomi.
 Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka
waktu tertentu dari individu dan pihak lainnya dimana entitas syariah mempunyai hak
untuk mengelola dan menginvestasikan dana tersebut dengan pembagian hasil
investasi berdasarkan kesepakatan. Dana syirkah temporer tidak dapat
digolongkan sebagai kewajiban. Hal ini karena entitas syariah tidak
berkewajiban, ketika mengalami kerugian, untuk mengembalikan jumlah dana
awal dari pemilik dana kecuali akibat kelalaian atau wanprestasi entitas syariah.
Di sisi lain, dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan sebagai ekuitas
karena mempunyai waktu jatuh tempo dan pemilik dana tidak mempunyai hak
kepemilikan yang sama dengan pemegang saham, seperti hak voting dan hak
atas realisasi keuntungan yang berasal dari aset lancar dan aset noninvestasi
(current and other non investment accounts). Hubungan antara entitas syariah
dan pemilik dana syirkah temporer merupakan hubungan kemitraan
berdasarkan akad mudharabah, muthlaqah, mudharabah, muqayyadah atau
musyarakah.
 Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas syariah setelah dikurangi semua
kewajiban dan dana syirkah temporer.
Sedang unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan laba rugi
adalah penghasilan dan beban. Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas
syariah yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan,
penghasilan jasa (fees), bagi hasil, dividen, royalti dan sewa. beban mencakupi baik
kerugian maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas syariah yang
biasa.
Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer adalah bagian bagi hasil pemilik
dana atas keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama entitas syariah dalam suatu
periode laporan keuangan. Hak pihak ketiga atas bagi hasil tidak bisa dikelompokan
sebagai beban (ketika untung) atau pendapatan (ketika rugi). Namun, hak pihak ketiga
atas bagi hasil merupakan alokasi keuntungan dan kerugian kepada pemilik dana atas
investasi yang dilakukan bersama dengan
entitas syariah.
2. komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan social: laporan sumber dan
penggunaan dana zakat, laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.
3. komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan tanggung jawab
khusus entitas syariah tersebut Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari
transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut
karakteristik ekonominya.

Pengukuran Unsur Laporan Keuangan


Dasar pengukuran yang lazimnya digunakan entitas syariah dalam penyusunan laporan
keuangan adalah biaya historis. Ini biasanya digabungkan dengan dasar pengukuran yang lain.
Misalnya, persediaan biasanya dinyatakan sebesar nilai terendah dari biaya historis atau nilai
realisasi bersih (lower of cost or net realizable value), atau akuntansi dana pensiun menilai aset
tertentu berdasarkan nilai wajar (fair value).

Anda mungkin juga menyukai