PENDAHULUAN
terutama di kota besar. Jika tidak ditangani dengan baik tentu saja angka kejadian
menunjukan bahwa saat ini terdapat 382 juta penduduk dunia yang menderita
diabetes. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta penduduk
pada tahun 2035. Prevalensi DM sendiri mulai mengalami kenaikan pada awal
Test glukosa darah puasa (GDP) merupakan salah satu cara untuk
diagnostik DM pada seseorang. Pada DM, glukosa tidak siap untuk ditransfer ke
dalam sel, sehingga terjadi hiperglikemia sebagai hasil bahwa glukosa tetap
kronik dapat terjadi pada tingkat pembuluh darah kecil (mikrovaskular) berupa
kelainan pada retina mata, glomerulus ginjal, syaraf dan pada otot jantung. Pada
komplikasi pada semua tingkat sel, salah satunya timbul proses angiopati dan
glukosa darah. Infeksi dapat memperburuk kendali glukosa darah, dan kadar
Kejadian infeksi lebih sering terjadi pada pasien dengan diabetes akibat
dan aktifitas fagositik, seta kerusakan fungsi neutofil, glikosuia dan dismotilitas
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama
b. Telaah
3
terasa kebas dan kedua tangan terasa berpasir. Pada saat di IGD di
OHO
OAT tidak tuntas (4 bulan)
e. Riwayat Keluarga
Tidak ada
f. Riwayat habituasi
Merokok ± ½ bungkus
a. Kepala
Bentuk : Normochepali
4
Rambut : Kehitaman disertai uban
Muka : Bengkak pada pipi sebelah kanan,
tidak teraba
Perkusi : Thympani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
i. Ekstremitas
Superior : Akral hangat (+/+)
Edema (-/-)
Gangguan sensasi raba (+/+)
5
Inferior : Akral hangat (+/+)
Edema (-/-)
Gangguan sensasi raba (+/+)
2.5 Anjuran
2.6 Resume
Os lemas sejak ± 3 hari yang lalu. Mual (+) muntah (-) Nafsu makan
menurun (+). Benjolan di pipi kanan sejak ± 1 minggu yang lalu semakin
membesar dan bernanah dengan diameter ± 4x3,5 cm. Kedua kaki terasa
kebas (+) dan kedua tangan terasa berpasir. KGD sewaktu didapatkan 620
dan juga sering terbangun malam hari untuk BAK. Berat badan menurun
(+).
6
DM Tipe 1 dengan abses facialis
2.10 Penatalaksanaan
Bed Rest
Diet DM 1500 Kcal
2.10.2 Medikamentosa
IVFD RL 20 gtt/i
Inj Cefotaxime 1gr/12 jam (ST)
Inj Ranitidin amp/12jam
Novomix 2x8 IU
Glimepirid 4mg 1x1
Sucralfat syr 3xC1
Debridement Abses
Follow Up
Keluhan : Pipi bengkak dan bernanah, nafsu makan berkurang, lemas (+)
Vital Sign Tekanan Darah : 188/106 mmHg
Nadi : 88x/i
Pernapasan : 22x/i
Suhu : 37,3ºc
Terapi : Inf RL 20 gtt/i
Inj Levofloxacin 1 gr/ hr
Domperidone tab 2x1
Omeprazole tab 1x1
Amlodipin 10mg 1x1
Anjuran : Darah Rutin
Leukosit : 22.740
Hb : 11,8 g/dl
KGD Sewaktu : 620 g/dl
7
Keluhan : Bisul di pipi kanan sejak 3 hari, lemas (+), mual (+)
RPT DM
RPO Tidak Jelas
Vital Sign Tekanan Darah : 130/85 mmHg
Nadi : 73x/i
Pernapasan : 20x/i
Suhu : 36,7ºc
Terapi : Bedrest
Diet DM 1500 Kcal
Inf RL 20 gtt/i
Inj Cefotaxime 1 gr/ 12 jam (ST)
Inj Ondancentron amp/ 8 jam
Inj Ranitidin amp/ 12 jam
Anjuran : (-)
Keluhan : Kedua kaki terasa kebas, kedua tangan terasa berpasir, sulit
tidur, nafsu makan berkurang
Vital Sign Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 52x/i
Pernapasan : 29x/i
Suhu : 36ºc
Terapi : Bedrest
Diet DM 1500 Kcal
Inf RL 20 gtt/i
Inj Cefotaxime 1 gr/ 12 jam
Inj Ondancentron amp/ 8 jam
Inj Ranitidin amp/ 12 jam
Novomix 2x8 IU
Glimepirid 4mg 1x1
8
Anjuran : KGD 2jam PP : 384 g/dl
Keluhan : Kedua kaki terasa kebas, kedua tangan terasa berpasir, sulit
tidur, nafsu makan berkurang
Vital Sign Tekanan Darah : 120/60 mmHg
Nadi : 84x/i
Pernapasan : 22x/i
Suhu : 36ºc
Terapi : Bedrest
Diet DM 1500 Kcal
Inf RL 20 gtt/i
Inj Cefotaxime 1 gr/ 12 jam
Inj Ondancentron amp/ 8 jam
Inj Ranitidin amp/ 12 jam
Novomix 2x8 IU
Glimepirid 4mg 1x1
Anjuran : (-)
Tanggal, 20 November 2017
Keluhan : Lemas (-), tidur kurang nyenyak, nafsu makan sudah mulai
membaik
Vital Sign Tekanan Darah : 160/100 mmHg
Nadi : 84x/i
Pernapasan : 24x/i
Suhu : 36,8ºc
Terapi : Bedrest
Diet DM 1500 Kcal
Inf RL 20 gtt/i
Inj Cefotaxime 1 gr/ 12 jam
Inj Ondancentron amp/ 8 jam
Inj Ranitidin amp/ 12 jam
Novomix 2x8 IU
Glimepirid 1mg 1x1
Anjuran : KGD Sewaktu : 120 g/dl
Keluhan : KU Stabil
Vital Sign Tekanan Darah : 160/90 mmHg
Nadi : 80x/i
Pernapasan : 24x/i
Suhu : 36ºc
Terapi : Novomix 2x8 IU
Glimepirid 1mg 1x1
Gabexal 1x1
Levofloxacin 1x500mg
9
Sucralfat Syr 3xC1
OMZ 2x1
Anjuran : KGD Sewaktu : 129 g/dl
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Saat ini diperkirakan terdapat 285 juta penduduk dunia yang menderita
246 juta penduduk. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 380 juta
penduduk pada tahun 2025, atau setara dengan 7,1% dari total penduduk dewasa
Akan meningkat lagi menjadi 439 juta penduduk pada tahun 2030.
Prevalensi Diabetes mellitus sendiri mulai mengalami kenaikan pada awal dekade
belahan dunia, angka kejadian diabetes mellitus terus meningkat, baik di negara
Jumlah penderita DM di India meningkat tiga kali lipat dalam jangka waktu 14
10
tahun dari tahun 1989-2003. Di Amerika Serikat (AS), Prevalensi DM
diperkirakan akan meningkat menjadi 12% pada tahun 2050, dari sebelumnya
5,6% pada tahun 2005, dan prevalensi pada penduduk usia 65 tahun ke atas
diprediksi akan meningkat menjadi 20,1% pada tahun 2050 dari sebelumnya
Gula dari makanan yang masuk melalui mulut dicerna di usus, kemudian
di serap ke dalam aliran aliran darah. Glukoasa ini merupakan sumber energi
utama bagi sel tubuh di otot dan jaringan. Agar dapat melakukan fungsinya,
produksi oleh sel beta di pilau langerhans (islets of langerhans) dalam pankreas.
Setiap kali kita makan, pankreas memberi respon dengan mengeluarkan insulin ke
dalam aliran darah. Ibarat kunci, insulin membuka pintu sel agar glukosa masuk.
Pada saat kadar insulin meningkat seiring dengan makanan yang masuk ke dalam
tubuh, hati akan menimbun glukosa, yang nantinya dialirkan ke sel-sel tubuh
bilamana dibutuhkan.
Pada orang normal, setiap hari insulin dikeluarkan oleh sel beta pankreas
sebanyak 20-60 unit. Bila kebutuhan insulin sehari melebihi 60 unit maka ada
11
utilitiasi glukosa serta peningkatan kadar glukosa darah. Secara klinis, gangguan
tersebut dikenal sebagai diabetes melitus. Khusus pada diabetes melitus tipe 2,
disebabkan oleh dua faktor: tidak adekuatnya sekresi insulin secara kuantitatif
berlanjut pada gangguan metabolisme dan protein serta proses kerusakan berbagai
jaringan tubuh.
Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel beta pankreas
diketahui bahwa kegagalan sel beta terjadi lebih dini dan lebih berat daripada
yang diperkirakan sebelumnya. Selain otot, liver dan sel beta, organ lain seperti:
Tidak hanya otot, liver dan sel beta pankreas saja yang berperan sentral
dalam patogenesis penderita DM tipe-2 tetapi terdapat organ lain yang berperan
12
Secara garis besar patogenesis DM tipe-2 disebabkan oleh delapan hal
13
atau disebut juga gastric inhibitory polypeptide). Pada penderita DM tipe-
normal.
7. Ginjal : Ginjal merupakan organ yang diketahui berperan dalam
Sembilan puluh persen dari glukosa terfiltrasi ini akan diserap kembali
3.4 Klasifikasi
14
Klasifikasi etiologis DM menurut American Diabetes Association 2010
Mellitus (IDDM)
ketoasidosis.
Mellitus (NIDDM)
bersama bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas akan
15
Onset DM tipe ini terjadi perlahan-lahan karena itu
komplikasi.
defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit
16
berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal. Penderita
Selain itu, gejala berikut ini juga dapat muncul pada penderita DM Tipe-1,
atau muncul bila kadar gula darah sangat tinggi. Gejala tersebut adalah:
a. Infeksi pada ginjal, kandung kemih, atau kulit yang sering terjadi
a. Pandangan kabur
b. Lelah, letih
c. Seringnya terjadi infeksi, di antaranya pada kandung kemih,
17
e. Merasa sangat haus
f. Sering buang air kecil
g. Mual dan muntah
h. Penurunan berat badan, meskipun nafsu makan meningkat.
yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. untuk diagnosis, pemeriksaan
yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan
darah plasma vena. Untuk memastikan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah
dengan kondisi setempat dapat juga dipakai bahan darah utuh (whole blood), vena
berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Untuk pemantauan hasil pengobatan dapat
tidak bergejala, yang mempunyai resiko DM. (serangkaian uji diagnostik akan
berdasarkan ada tidaknya gejala has DM. apabila di temukan gejala khas DM,
pemeriksaan glukosa darah abnormal 1 kali saja sudah cukup untuk menegakkan
diagnosis, namun apabila tidak di temukan gejala khas DM, maka di perlukan 2
18
kali pemeriksaan abnormal. Diagnosis DM juga dapat di tegakkan melalui cara
pada tabel 2.
Tabel .2 Diagnosis DM
No Kriteria
1 Gejala klasik Dm DM + glukosa plasma sewaktu > 200 mg/ dL
(11.1mmol/L)
2 Atau
Gejala klasik Dm + glukosa plasma puasa >126 mg/ dL (7.0 mmol/L)
waktu 5 menit
e. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk
19
h. Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembebanan dibagi
menjadi 3 yaitu:
Normal : <140 mg/dL
Toleransi Glukosa Terganggu : 140 - <200 mg/dL
Diabetes : >200 mg/dL
Indeks Massa Tubuh (IMT) >25 kg/m2 dengan faktor resiko lain sebagai berikut:
relative)
3. Masuk kelompok etnik risiko tinggi (African American, Latino, Native
American dll)
4. Wanita dengan riwayat melahirkan bayi dengan berat >4000 gram atau
anti hipertensi)
20
6. Kolestrol HDL <35 mg/dL atau trigleserida >250 mg/dL
7. Wanita dengan sidrom polikistik ovarium
8. Riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau Glukosa darah suara
terganggu (GDPT)
9. Keadaan lain yang berhubungan dengan resistansi insulin (obesitas,
sewaktu atau TTGO. Untuk kelompok resiko tinggi yang hasil pemeriksaan
sedangkan bagi mereka yang berusia >45 tahun tanpa faktor risiko, pemeriksaan
penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun atau lebih cepat tergantung dari klinis
masing-masing pasien.
umumnya (mass screening) tidak dianjurkan karena disamping biaya yang mahal,
rencana tindak lanjut bagi mereka yang positif belum ada. Bagi mereka yang
glukosa terganggu (TGT) dan glukosa darah puasa terganggu (GDPT), sehingga
dapat ditentukan langkah yang tepat untuk mereka. Pasien dengan TGT dan
GDPT merupakan tahapan sementara menuju DM. Setelah 5-10 tahun kemudian
1/3 kelompok TGT akan berkembang menjadi DM, 1/3 tetap TGT dan 1/3 lainnya
kembali normal. Adanya TGT sering berkaitan dengan resistensi insulin. Pada
21
kelompok normal. TGT sering berkaitan dengan penyakit kardiovaskular,
glukosa darah sewaktu atau konsentrasi glukosa darah puasa, kemudian dapat
Pemeriksaan Penyaring
22
5. Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau BB lahir
GDPT, sehingga dapat ditentukan langkah yang tepat untuk mereka. Pasien
dengan TGT dan GDPT merupakan tahap sementara menuju DM. setelah 5-10
tahun kemudian 1/3 kelompok TGT akan berkembang menjadi DM. 1/3 tetap
TGT dan 1/3 lainya kembali normal. Adanya TGT sering berkaitan dengan
resistensi insulin. pada kelompok TGT ini resiko terjadinya aterosklerosis lebih
kemudian dapat diikuti dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO) standar.
Glukosa
23
1. Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) ≥200 mg/dl
2. Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) ≥126 mg/dl
3. Kadar glukosa plasma ≥200 mg/dl pada 2 jam sesudah diberi
3.8 Penatalaksanaan
dan sebagian besar mengenai organ vital yang dapat fatal, maka tatalaksana DM
tipe-2 memerlukan terapi agresif untuk mencapai kendali glikemik dan kendali
pada 4 pilar penatalaksanaan DM, yaitu: edukasi, terapi gizi medis, latihan
a. Edukasi
diperlukan.
24
meningkatkan aktifitas fisik, dan mengurangi asupan kalori dan diet tinggi
lemak.
f. Latihan Jasmani
selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan
h. Intervensi Farmakologis
a. Sulfonilurea
25
Efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas
Pilihan utama untuk pasien berat badan normal atau kurang
Sulfonilurea kerja panjang tidak dianjurkan pada orang tua,
a. Biguanid
Metformin.
hati.
insulin.
b. Tiazolidindion
26
Tiazolidindion dikontraindikasikan pada gagal jantung
Penghambat glukoneogenesis
Biguanid (Metformin).
makan.
Acarbose
27
Penghambat dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) Glucagon-like
penglepasan glukagon.
2. Obat Suntikan
Insulin
glukagon
sulfonilurea
28
Efek samping antara lain gangguan saluran cerna seperti
mual muntah
dipahami bahwa yang menjadi dasar utama adalah gaya hidup sehat (GHS).
Semua pengobatan DM tipe 2 diawali dengan GHS yang terdiri dari edukasi yang
terkendali kadar glukosa darahnya dengan menjalankan GHS ini. Bila dengan
bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah. Pemberian OHO berbeda-
dapat diberikan saat makan atau sebelum makan. Bila dengan GHS dan
OHO. Untuk terapi kombinasi harus dipilih 2 OHO yang cara kerja berbeda,
misalnya golongan sulfonilurea dan metformin. Bila dengan GHS dan kombinasi
terapi 2 OHO glukosa darah belum terkendali maka ada 2 pilihan yaitu yang
pertama GHS dan kombinasi terapi 3 OHO atau GHS dan kombinasi terapi 2
OHO bersama insulin basal. Yang dimaksud dengan insulin basal adalah insulin
kerja menengah atau kerja panjang, yang diberikan malam hari menjelang tidur.
Bila dengan cara diatas glukosa darah terap tidak terkendali maka pemberian
29
OHO dihentikan, dan terapi beralih kepada insulin intensif. Pada terapi insulin ini
diberikan kombinasi insulin basal untuk mengendalikan glukosa darah puasa, dan
insulin kerja cepat atau kerja pendek untuk mengendalikan glukosa darah
prandial. Kombinasi insulin basal dan prandial ini berbentuk basal bolus yang
terdiri dari 1 x basal dan 3 x prandial. Algoritma tata laksana selengkapnya dapat
cara yang digunakan untuk menilai efek perubahan terapi 8-12 minggu
terkendali baik bila kadar glukosa darah, A1c dan lipid mencapai target sasaran.
Kriteria lengkap dari keberhasilan pengendalian DM ini dapat dilihat pada gambar
4. Metformin dan DM tipe 2 Sebagai salah satu obat hipoglikemik oral, metformin
mempunyai beberapa efek terapi antara lain menurunkan kadar glukosa darah
khususnya di hati dan otot. Metformin tidak meningkatkan kadar insulin plasma.
insulin melalui efek penngkatan ambilan glukosa di perifer. Studi-studi invivo dan
30
glikemik, tetapi juga kendali faktor risiko kardiovaskuler, karena ancaman
mortalitas dan morbiditas justru datang dari berbagai komplikasi kronik tersebut.
Dalam mencapai tujuan ini, Metformin salah satu jenis OHO ternyata bukan
hanya berfungsi untuk kendali glikemik, tetapi juga dapat memperbaiki disfungsi
endotel, hemostasis, stress oksidatif, resistensi insulin, profil lipid dan redistribusi
tatalaksana diabetes mellitus tipe-2 yang terbaru dari the American Diabetes
dalam menurunkan kadar glukosa darah, harga relatif murah, efek samping lebih
minimal dan tidak meningkatkan berat badan. Posisi Metformin sebagai terapi lini
pertama juga diperkuat oleh the United Kingdom Prospective Diabetes Study
31
(UKPDS) yang pada studinya mendapatkan pada kelompok yang diberi
akut dan kronis. Menurut PERKENI komplikasi DM dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu :
a. Komplikasi akut
asidosis.
b. Komplikasi Kronis
Komplikasi Makrovaskuler
Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Diabetes merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan
32
jantung berkurang dan tekanan darah meningkat, sehingga
kaki terasa lemah atau tidak terasa sama sekali. Bila diabetes
diikuti gangguan saraf atau neuropati dan infeksi atau luka yang
Stroke
1.0% s/d 11.3% pada populasi klinik dan 2.8% s/d 12.5% dalam
berkisar 0.5% and 4.3% dengan Diabetes tipe 1 dan berkisar 4.1%
Hipertensi
33
serangan jantung dan stroke menjadi dua kali lipat apabila
ini keliru. Hati bisa terganggu akibat penyakit diabetes itu sendiri.
hati (liver cirrhosis) juga mudah terjadi karena infeksi atau radang
Penyakit Paru
34
Gangguan saluran cerna pada penderita diabetes disebabkan karena
gigi yang mudah terserang infeksi, dan gigi menjadi mudah tanggal
muntah dan diare juga bisa terjadi. Ini adalah akibat dari gangguan
diminum.
Infeksi
dan alat kelamin. Kadar glukosa darah yang tinggi juga merusak
adanya infeksi.
Komplikasi Mikrovaskuler
Kerusakan Saraf (Neuropati)
Sistem saraf tubuh kita terdiri dari susunan saraf pusat, yaitu otak
dan organ lain, serta susunan saraf otonom yang mengatur otot
polos di jantung dan saluran cerna. Hal ini biasanya terjadi setelah
35
glukosa darah terus tinggi, tidak terkontrol dengan baik, dan
terjadi. Namun bila dalam jangka yang lama glukosa darah tidak
yang terkena.
sebagai saringan darah. Bahan yang tidak berguna bagi tubuh akan
36
Gangguan ginjal pada penderita diabetes juga terkait dengan
3.10 Infeksi
1. Definisi Infeksi
didalam tubuh yang menyebabkan sakit. Infeksi adalah beberapa penyakit yang
2. Etiologi infeksi
a. Bakteri
37
Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan
melalui udara, tanah, air, makanan, cairan dan jaringan tubuh dan
b. Virus
c. Parasit
d. Fungi
3. Tipe Infeksi
a. Kolonisasi
38
pertahanannya tidak efektif dan pathogen menyebabkan kerusakan
jaringan.
b. Infeksi lokal
tinggal.
c. Infeksi Sistemik
d. Bakterimia
e. Septikimia
sistemik.
f. Infeksi akut
g. Infeksi kronik
Infeksi yang terjadi secara lambat dalam periode yang lama (dalam
hitungan bulan/tahun).
a. Periode inkubasi
gejala pertama
39
b. Tahap prodromal
Interval dari awitan tanda dan gejala non spesifik (malaise, demam
c. Tahap sakit
jenis infeksi.
d. Pemulihan
yang tinggal didalam dan luar tubuh melindungi seseorang dari beberapa
infeksius. Flora normal, sistem pertahanan tubuh dan inflamasi adalah pertahanan
a. Flora normal
40
mikroorganisme penyebab penyakit untuk mendapatkan makanan.
c. Inflamasi
41
fungsi bagian tubuh yang terinflamasi. Bila inflamasi menjadi
mengakibatkan nyeri.
42
fibrinogen membentuk matriks yang berbentuk jala pada tempat
c. Perbaikan jaringan
sebelumnya.
8. Tanda-tanda infeksi
a. Rubor
darah mengalir ke mikrosirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan cepat terisi
penuh dengan darah. Keadaan ini disebut hiperemia atau kongesti, menyebabkan
b. Kalor
Kalor disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah yang
c. Dolor
43
Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat
merangsang ujung-ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamin atau zat bioaktif
lainnya dapat merangsang saraf. Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan yang
d. Tumor
ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-
jaringan interstitial.
e. Functio laesa
Berdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang hilang. Functio
laesa merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belum
meradang.
maupun gangguan immunitas. Salah satu bukti bahwa hiperglikemi sebagai salah
satu penyebab rentannya infeksi pada diabetes melitus ialah pada penderita
44
dengan ketoasidosis dimana ditemukan hiperglikemi berat sering ditemukan
1. Pembawa kuman
wanita sering disertai dengan infeksi jamur pada alat genitalia. Penderita dengan
kendali glikemik yang buruk sering dengan infeksi pada gigi dan mulut. Pada
keadaan hiperglikemi kuman gram positif akan lebih subur tumbuhnya, sedang
b. Pergerakan-chemotaxis
leucocyte disorder”.
45
d. Kemampuan fagositosis menurun
kuman akan dibunuh. Proses pembunuhan kuman (killing proses) terjadi pada
keadaan oksidatif dan non-oksidatif. Pada awal proses pembunuhan kuman selalu
dimulai dengan tahap oksidatif dan menggunakan radikal bebas toksik (toxic free
yang berperan pada jalur polyol akan menggunakan NADPH, dengan demikan
glukosa darah. Infeksi dapat memperburuk kendali glukosa darah, dan kadar
Kejadian infeksi lebih sering terjadi pada pasien dengan diabetes akibat
dan aktifitas fagoitik, serta kerusakan fungsi neutofil, glikosuia dan dismotilitas
46
BAB IV
KESIMPULAN
dan tidak jarang dengan infeksi berat / sepsis. Diketahui penderita diabetes
47
hiperglikemi dapat menyebabkan perubahan pada sel netrofil maupun monosit
Sampai saat ini memang belum ditemukan cara atau pengobatan yang
di kendalikan dengan baik, dengan cara diet, olahraga, dan dengan obat
antidiabetik. Modifikasi gaya hidup sangat penting dilakukan, tidak hanya untuk
mengontrol kadar glukosa darah namun bila diterapkan secaraa umum, diharapkan
48