PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian pertolongan persalinan oleh non tenaga kesehatan
2. Mengetahui faktor penyebab pertolongan persalinan oleh non tenaga kesehatan
3. Mengetahui kelebihan pertolongan persalinan oleh non tenaga kesehatan
4. Mengetahui kekurangan pertolongan persalinan oleh non tenaga kesehatan
5. Mengetahui upaya pemerintah untuk mengatasi pertolongan persalinan oleh non tenaga
kesehatan
1.4 Manfaat
1. Bagi institusi
Institusi dapat mengetahui sejauh mana mahasiswa akademi kebidanan STIKES
mampu memberikan asuhan untuk menurunkan AKI dan AKB akibat pertolongan
persalinan oleh tenaga non medis.
2. Bagi Profesi Kebidanan
Sebagai sumber pengetahuan bagi tenaga kesehatan dalam meningkatkan asuhan dan
usaha untuk menurunkan AKI dan AKI akibat pertolongan persalinan oleh tenaga non
medis.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan non-medis seringkali dilakukan oleh
seseorang yang disebut sebagai dukun beranak, dukun bersalin atau peraji. Pada dasarnya
dukun bersalin diangkat berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat atau merupakan
pekerjaan yang sudah turun temurun dari nenek moyang atau keluarganya dan biasanya
sudah berumur ± 40 tahun ke atas (Prawirohardjo, 2005).
Yang tergolong dalam tenaga non kesehatan adalah dukun bayi yang sejak dahulu
kala hingga sekarang keberadaanya masih sangat penting dalam pelayanan kebidanan
sebagai dukun bayi. Dukun Bayi adalah seorang anggota masyarakat,pada umumnya
seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan menolong
persalinan secara tradisonal dan memperoleh keterampilan tersebut dengan cara turun
temurun, belajar praktis atau cara lain yang menjurus ke arah peningkatan keterampilan
tersebut dan melalui petugas kesehatan (Retna, 2009).
Tenaga non kesehatan menurut Retna (2009) antara lain :
1. Dukun terlatih adalah dukun yang telah mendapatkan latihan oleh tenaga
kesehatan yang dinyatakan lulus.
2. Dukun tidak terlatih adalah dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga
kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.
Peranan dukun beranak sulit ditiadakan karena masih mendapat kepercayaan
masyarakat dan tenaga terlatih yang masih belum mencukupi. Dukun beranak
masih dapat dimanfaatkan untuk ikut serta memberikan pertolongan persalinan
Dalam lingkungan dukun bayi atau dukun beranak merupakan tenaga terpercaya
dalam hal yang bersangkutan dengan reproduksi. Ia diminta pertimbangannya pada masa
kehamilan, mendampingi wanita yang bersalin sampai persalinan selesai dan mengurus
ibu serta bayinya dalam masa nifas (Manuaba, 2009).
2.2 Faktor Penyebab
1. Kemiskinan
Tersedianya berbagai jenis pelayanan public serta persepsi tentang nilai dan mutu
pelayanan merupakan faktor penentu apakah rakyat akan memilih kesehatan atau
tidak. Biasanya, perempuan memilih berdasakan penyedia layanan tersebut,
sementara laki-laki menentukan pilihan mereka berdasarkan besar kecilnya biaya
sejauh dijangkau oleh masyarakat miskin.
Sekitar 65% dari seluruh masyarakat miskin yang diteliti menggunakan penyesia
layanan kesehatan rakyat seperti bidan di desa, puskesmas atau puskesmas pembantu
(pustu), sementara 35% sisanya menggunakan dukun beranak yang dikenal dengan
berbagai sebutan. Walaupun biaya merupakan alasan yang menentukan pilihan
masyarakat miskin, ada sejumlah faktor yang membuat mereka lebih memilih layanan
yang diberikan oleh dukun. Biaya pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa untuk
membantu persalinan lebih besar daripada penghasilan RT miskin dalam satu bulan.
Disamping itu, biaya tersebut pun harus dibayar tunai. Sebaliknya, pembayaran
terhadap dukun lebih lunak secara uang tunai dan ditambah barang. Besarnya tariff
dukun hanya sepersepuluh atau seperlima dari tariff bidan dea. Dukun juga bersedia
pembayaran mereka ditunda atau dicicil(Suara Merdeka, 2003).
2. Masih langkahnya tenaga medis di daerah-daerah pedalaman
Sekarang dukun di kota semakin berkurang meskipun sebetulnya belum punah
sama sekali bahkan disebagian besar kabupaten, dukun beranak masih eksis dan
dominant. Menurut data yang diperoleh Dinas Kesehatan Jawa Barat jumlah bidan
jaga di Jawa Barat sampai tahun 2005 ada 7.625 orang. Disebutkan pada data
tersebut, jumlah dukun di perkotaan hanya setengah jumlah bidan termasuk di kota
Bandung. Namun, di 9 daerah (kabupaten) jumlah dukun lebih banyak (dua kali lipat)
jumlah bidan. Malah di Jawa Barat masih ada 10 kabupaten yang tidak ada bidan
(Ketua Mitra Peduli/Milik Jabar).
3. Aksesibilitas/keterjangkauan fasilitas pelayanan kesehatan terutama di pedesaan
4. Kultur budaya masyarakat
Masyarakat kita terutama di pedesaan, masih lebih percaya kepada dukun beranak
daripada kepada bidan apalagi dokter. Rasa takut masuk rumah sakit maih melekat
pada kebanyakan kaum perempuan. Kalaupun terjadi kematian ibu atau kematian
bayi mereka terima sebagai musibah yang bukan ditentukan manusia
Selain itu masih banyak perempuan terutama muslimah yang tidak membenarkan
pemeriksaan kandungan, apalagi persalinan oleh dokter atau para medis laki-laki.
Dengan sikap budaya dan agama seperti itu, kebanyakan kaum perempuan di
padesaan tetap memilih dukun beranak sebagai penolong persalinan meskipun dengan
resiko sangat tinggi.
2.3 Kelebihan
1. Dukun mematok harga murah, kadang bisa disertai atau diganti dengan sesuatu
barang misalnya beras, kelapa, dan bahan dapur lainnya.
2. Dukun beranak melakukan pemeriksaan kehamilan melalui indra raba (palpasi).
3. Dukun mau mendatangi setiap ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.
Sejak usia kandungan 7 bulan kontrol dilakukan lebih sering. Dukun menjaga jika ada
gangguan, baik fisik maupun non fisik terhadap ibu dan janinnya. , bedanya dibidan
perempuan yang mengandunglah yang datang ketempat praktek bidan untuk
berkonsultasi.
4. Ketika usia kandungan 4 bulan, dukun melakukan upacara tasyakuran katanya janin
mulai memiliki roh.hal itu terasa pada perut ibu bagian kanan ada gerakan halus.
5. Pada usia kandungan 7 bulan, dukun melakukan upacara tingkeban. Katanya janin
mulai bergerak meninggalkan alam rahim menuju alam dunia, melalui kelahiran.
Calon ibu mendapat perawatan khusus, selain perutnya dielus-elus, badannya juga
dipijat-pijat, dari ujung kepala sampai ujung kaki. Malah disisir dan dibedaki agar ibu
hamil tetap cantik meskipun perutnya makan lama makin besar.
6. Dukun beranak dapat melanjutkan layanan untuk 1-44 hari pasca melahirkan dengan
sabar memanjakan ibu dan bayinya misalkan dia mencuci dan membersihkan ibu
setelah melahirkan.
7. Dukun menemani anggota keluarga agar bisa beristirahat dan memulihkan diri,
sebaliknya bidan seringkali tidak bersedia saat dibutuhkan atau bahkan tidak mau
datang saat dipanggil.
2.4 Kekurangan
1. Agar janin lahir normal, dukun biasa melakukan perubahan posisi janin dalam
kandungan dengan cara pemutaran perut (diurut-urut) disertai doa.
2. Masih tingginya AKI akibat pertolongan persalinan tanpa fasilitas yang memadai juga
kurangnya pengetahuan dukun tentang pertolongan kegawat daruratan.
Menurut Dinkes AKI cenderung tinggi akibat pertolongan persalinan tanpa
fasilitas memadai, antara lain tidak adanya tenaga bidan apalagi dokter obsgin.
Karena persalinan masih ditangani oleh dukun beranak atau peraji, kasus kematian
ibu saat melahirkan masih tetap tinggi. Pertolongan gawat darurat bila terjadi kasus
perdarahan atau infeksi yang diderita ibu yang melahirkan, tidak dapat dilakukan.
3. Praktek yang tidak steril
Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang lebih memilih untuk
menggunakan dukun beranak. Sementara itu, definisi mereka tentang mutu pelayanan
berbeda dengan definisi standar medis. Kelemahan utama dari mutu pelayanan adalah
tidak terpenuhinya standar minimal medis oleh para dukun beranak, seperti dengan
praktek yang tidak steril (memotong tali pusat dengan sebilah bambu dan meniup
lubang hidung bayi yang baru lahir dengan mulut).
4. Kurangnya kemampuan dukun bayi dalam mengenali resiko tinggi persalinan dan
kurang menyadari akibat keterlambatan merujuk.
Riwayat kasus kematian ibu dan janin dalam penelitian ini menggambarkan apa
yang terjadi jika dukun beranak gagal mengetahui tanda bahaya dalam masa
kehamilan dan persalinan serta rujukan yang terlambat dan kecacatan janin pun bisa
terjadi dari kekurangtahuan dukun beranak akan tanda-tanda bahaya kehamilan yang
tidak dikenal (Suara Merdeka, 2003).
5. Pertolongan perselinan oleh dukun sering menimbulkan kasus persalinan
Selain itu, pertolongan persalinan oleh dukun sering menimbulkan kasus
persalinan, diantaranya kepala bayi sudah lahir tetapi badannya masih belum bisa
keluar atau partus macet, itu disebabkan karena cara memijat dukun bayi tersebut
kurang profesional dan hanya berdasarkan kepada pengalaman.
Kemungkinan dampak tersering dari persalinan yang ditolong oleh dukun baik
bagi ibu maupun bayinya adalah perdarahan post partum, persalinan lama, ruptur
uteri, kematian janin dalam rahim, asfiksia dan infeksi neonatus. Selain itu masih ada
beberapa kendala diantaranya
1.2.4 Antopometri
Ukuran kepala :
Suboccipito bregmatika :-
Fronto occipitalis :-
Mento occipitalis :-
1.2.5 Pemeriksaan tingkat perkembangan
Adaptasi social
anak masih malu-malu dan takut pada orang baru dan belum bisa lepas
dari ibu atau bapaknya.
Bahasa
anak sudah bisa menggumamkan kata-kata yang belum bermakna
misalnya ma… ma….. pa….
Motorik halus
anak sudah bisa memegang benda kecil dengan jempol dan jari
telunjuk tetapi belum begitu sempurna.
Motorik kasar
anak sudah bisa berdiri dengan pegangan, anak bisa berjalan dengan
dituntun dan belum bisa berdiri tanpa pegangan.
Dx/Masalah/
Data Subjektif Data Objektif
Kebutuhan
V. INTERVENSI
Tanggal : 1 Sepember 2011 Jam : 10.30 WIB
RENCANA RASIONAL
a. Berikan motifasi kepada ibu agar ibu 1. Dengan memberikan motifasi kepada
lebih tenang untuk menerima ibu, ibu mampi lebih kuat untuk
kenyataan yang terjadi menerima kenyataan dan ibu akan
lebih lapang serta siap untuk
mengambil keputusan
b. Jelaskan kondisi keadaan bayi pada 2. Dengan penjelasan tentang
ibu. Hemangioma, akan membantu
mengurangi rasa cemas pada ibu.
c. Berikan konseling tentang 3. Diberikannya kompres hangat dan
penatalaksanaan kompres hangat pada penjelasan kompres hangat pada ibu
ibu untuk bayinya mampu untuk memandirikan ibu
apabila menghadapi bayinya yang
sedang panas, dan supaya suhu
bayinya cepat stabil.
d. Pantau keadaan umum dan TTV. 4. Pemantauan keadaan bayi berguna
untuk mengetahui perkembangan
keadaan bayi.
e. Berikan konseling kepada ibu untuk 5. Dengan memberikan konseling kepada
memilih terapi pengobatan kepada ibu tentang pemilihan terapi,
anaknya membantu ibu untuk mempermudah
mengambil keputusan yang terbaik
untuk kesembuhan bayinya.
f. Berikan penyuluhan pada orangtua 6. Menjaga luka mampu mengurangi
untuk menjaga luka tetap bersih infeksi dan membantu luka agar tidak
semakin parah
g. Berikan penyuluhan pada keluarga 7. Cara yang bersih dalam pembersihan
tentang cara membersihkan nanah nanah mengurangi kejadian infeksi
atau darah dengan cara yang bersih pada luka
h. Observasi adanya tanda-tanda infeksi 8. Observasi infeksi mempu memantau
sesering mungkin. pengeluarang yang ada sehingga tidak
semakin infeksi
i. Anjurkan ibu untuk memperhatikan 9. Memperhatikan konsumsi makanan
konsumsi makanan anaknya, pola anak maka membantu proses
nutrisi. penyembuhan melewati nutrisi .
j. Kolaborasi dengan tenaga medis lain, 10. Dengan berkolaborasi dengan pihak
rujukan. lain mampu mengatasi kelainan pada
anak dan mengurangi resiko kesalahan
penanganan.
BAB 4
PEMBAHASAN
Identifikasi Masalah
Nama ibu : Rosalina katnesi
Usia : 28 tahun
Parietas :3
Alamat : Dusun IV, Desa Oelpuah, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang,
Nusa Tenggara Timur
Nama Suami : Melkianus Katnesi
Usia : 41 tahun
Kronologi Kejadian :
Pada hari Jumat, 2 November, pukul 05.30 Wita Ny. Rosalina melahirkan dengan ditolong
oleh dukun yang bernama Antonia Nitbani (54 tahun). Pukul 07.00 WITA bayi lahir dengan
selamat, namun ari-ari tidak kunjung keluar akhirnya dirujuk ke Puskesmas. Pukul 12.00,
Rosalina tiba di puskesmas. Petugas berhasil mengeluarkan ari-ari. Namun, kondisinya sudah
sangat lemah karena kehilangan banyak darah dan sulit bernapas. Pihak puskesmas kemudian
merujuk Rosalina ke RSUD Yohannes, Kupang, pukul 12.30. Namun, sebelum tiba di rumah
sakit, Rosalina mengembuskan napas terakhir.
5.1 Kesimpulan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan non-medis seringkali dilakukan oleh
seseorang yang disebut sebagai dukun beranak, dukun bersalin atau peraji. Dukun
beranak adalah seorang anggota masyarakat,pada umumnya seorang wanita yang
mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan menolong persalinan secara
tradisonal dan memperoleh keterampilan tersebut dengan cara turun temurun, belajar
praktis atau cara lain yang menjurus ke arah peningkatan keterampilan tersebut dan
melalui petugas kesehatan.
Yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan oleh tenaga non nakes yaitu
kemiskinan, masih langkanya tenaga medis di daerah pedalaman,
Aksesibilitas/keterjangkauan fasilitas pelayanan kesehatan terutama di pedesaan dan
Kultur budaya masyarakat.
5.2 Saran
5.2.1 Untuk masyarakat
1. Diharapkan masyarakat ikut lebih memperhatkan tentang kesehatan atau ibu
terutama dalam proses persalinannya.
2. Diharapkan masyarakat lebih menyeleksi dalam memilih penolong
persalinannya.
5.2.2 Untuk Ibu Hamil
Diharapkan ibu hamil tidak hanya memeriksakan kehamilannya di dukun
tetapi juga di bidan agar bisa mendeteksi dini tanda-tanda bahaya kehamilan.
5.2.3 Untuk Tenaga Medis
Diharapkan tenaga medis bersedia menjalin kerjasamadan atau berbagi ilmu
dengan para dukun beranak atau peraji.
5.2.4 Untuk pemerintah
1. Diharapkan pemerintah ikut serta dalam memberikan dukungan seperti
pelatihan dan pemberian alat-alat pertolongan peralinan gratis kepada dukun.
2. Diharapkan pemerintah bisa membantu alam pemerataan bidan atau tenaga
kesehatan sampai daerah pedalaman sehingga mutu kesehatan meningkat
sampai daerah-daerah terpencil.
5.2.5 Untuk Dukun
Diharapkan para dukun memiliki kesadaran untuk meningkatkan
pengetahuannya dan menerima pelatihan-pelatihan yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirahardjo, Sarwono. 2005. “Ilmu Kebidanan”. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiraharjo.
Manuaba, Fajar, dkk.2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
Kartika, Sofia. 2004. Kerjasama Dukun dan Bidan Desa untuk Menekan AKI dan AKB.
http://www.jurnalperempuan.com
Ketua Mitra Peduli Kependudukan/Milik Jabar. 2006. Pikiran Rakyat Bandung
http://www.pikiranrakyatbandung.com