Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tenaga yang sejak dahulu kala sampai sekarang memegang peranan penting dalam
pelayanan kebidanan ialah dukun bayi atau nama lainnya dukun beranak, dukun bersalin,
dukun peraji. Dalam lingkungan dukun bayi merupakan tenaga terpercaya dalam segala soal
yang terkait dengan reproduksi wanita. Ia selalu membantu pada masa kehamilan,
mendampingi wanita saat bersalin, sampai persalinan selesai dan mengurus ibu dan bayinya
dalam masa nifas.
Dukun bayi biasanya seorang wanita sudah berumur ± 40 tahun ke atas. Pekerjaan ini
turun temurun dalam keluarga atau karena ia merasa mendapat panggilan tugas ini.
Pengetahuan tentang fisiologis dan patologis dalam kehamilan, persalinan, serta nifas sangat
terbatas oleh karena itu apabila timbul komplikasi ia tidak mampu untuk mengatasinya,
bahkan tidak menyadari akibatnya, dukun tersebut menolong hanya berdasarkan pengalaman
dan kurang professional. Berbagai kasus sering menimpa seorang ibu atau bayinya seperti
kecacatan bayi sampai pada kematian ibu dan anak.
Sekitar 70% – 80% pertolongan persalinan di pedesaan ditangani oleh dukun bayi. Dukun
bayi mendapat kepercayaan penuh sebagai orang tua yang dapat melindungi klien dan
keluarga. Biaya pertolongan bayi oleh dukun di berikan secara bertahap yang dianggap
murah, meskipun bila dihitung relatif mahal.
Dalam usaha meningkatkan pelayanan kebidanan dan kesehatan anak maka tenaga
kesehatan seperti bidan mengajak dukun untuk melakukan pelatihan dengan harapan dapat
meningkatkan kemampuan dalam menolong persalinan, selain itu dapat juga mengenal
tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan dan segera minta pertolongan pada
bidan. Dukun bayi yang ada harus ditingkatkan kemampuannya, tetapi kita tidak dapat
bekerjasama dengan dukun bayi dalam mengurangi angka kematian dan angka kesakitan
(Prawirohardjo, 2005).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pertolongan persalinan oleh non tenaga kesehatan?
2. Apa faktor penyebab pertolongan persalinan oleh non tenaga kesehatan?
3. Apa kelebihan pertolongan persalinan oleh non tenaga kesehatan?
4. Apa kekurangan pertolongan persalinan oleh non tenaga kesehatan?
5. Bagaimana upaya pemerintah untuk mengatasi pertolongan persalinan oleh non tenaga
kesehatan?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian pertolongan persalinan oleh non tenaga kesehatan
2. Mengetahui faktor penyebab pertolongan persalinan oleh non tenaga kesehatan
3. Mengetahui kelebihan pertolongan persalinan oleh non tenaga kesehatan
4. Mengetahui kekurangan pertolongan persalinan oleh non tenaga kesehatan
5. Mengetahui upaya pemerintah untuk mengatasi pertolongan persalinan oleh non tenaga
kesehatan

1.4 Manfaat
1. Bagi institusi
Institusi dapat mengetahui sejauh mana mahasiswa akademi kebidanan STIKES
mampu memberikan asuhan untuk menurunkan AKI dan AKB akibat pertolongan
persalinan oleh tenaga non medis.
2. Bagi Profesi Kebidanan
Sebagai sumber pengetahuan bagi tenaga kesehatan dalam meningkatkan asuhan dan
usaha untuk menurunkan AKI dan AKI akibat pertolongan persalinan oleh tenaga non
medis.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan non-medis seringkali dilakukan oleh
seseorang yang disebut sebagai dukun beranak, dukun bersalin atau peraji. Pada dasarnya
dukun bersalin diangkat berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat atau merupakan
pekerjaan yang sudah turun temurun dari nenek moyang atau keluarganya dan biasanya
sudah berumur ± 40 tahun ke atas (Prawirohardjo, 2005).
Yang tergolong dalam tenaga non kesehatan adalah dukun bayi yang sejak dahulu
kala hingga sekarang keberadaanya masih sangat penting dalam pelayanan kebidanan
sebagai dukun bayi. Dukun Bayi adalah seorang anggota masyarakat,pada umumnya
seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan menolong
persalinan secara tradisonal dan memperoleh keterampilan tersebut dengan cara turun
temurun, belajar praktis atau cara lain yang menjurus ke arah peningkatan keterampilan
tersebut dan melalui petugas kesehatan (Retna, 2009).
Tenaga non kesehatan menurut Retna (2009) antara lain :
1. Dukun terlatih adalah dukun yang telah mendapatkan latihan oleh tenaga
kesehatan yang dinyatakan lulus.
2. Dukun tidak terlatih adalah dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga
kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.
Peranan dukun beranak sulit ditiadakan karena masih mendapat kepercayaan
masyarakat dan tenaga terlatih yang masih belum mencukupi. Dukun beranak
masih dapat dimanfaatkan untuk ikut serta memberikan pertolongan persalinan
Dalam lingkungan dukun bayi atau dukun beranak merupakan tenaga terpercaya
dalam hal yang bersangkutan dengan reproduksi. Ia diminta pertimbangannya pada masa
kehamilan, mendampingi wanita yang bersalin sampai persalinan selesai dan mengurus
ibu serta bayinya dalam masa nifas (Manuaba, 2009).
2.2 Faktor Penyebab
1. Kemiskinan
Tersedianya berbagai jenis pelayanan public serta persepsi tentang nilai dan mutu
pelayanan merupakan faktor penentu apakah rakyat akan memilih kesehatan atau
tidak. Biasanya, perempuan memilih berdasakan penyedia layanan tersebut,
sementara laki-laki menentukan pilihan mereka berdasarkan besar kecilnya biaya
sejauh dijangkau oleh masyarakat miskin.
Sekitar 65% dari seluruh masyarakat miskin yang diteliti menggunakan penyesia
layanan kesehatan rakyat seperti bidan di desa, puskesmas atau puskesmas pembantu
(pustu), sementara 35% sisanya menggunakan dukun beranak yang dikenal dengan
berbagai sebutan. Walaupun biaya merupakan alasan yang menentukan pilihan
masyarakat miskin, ada sejumlah faktor yang membuat mereka lebih memilih layanan
yang diberikan oleh dukun. Biaya pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa untuk
membantu persalinan lebih besar daripada penghasilan RT miskin dalam satu bulan.
Disamping itu, biaya tersebut pun harus dibayar tunai. Sebaliknya, pembayaran
terhadap dukun lebih lunak secara uang tunai dan ditambah barang. Besarnya tariff
dukun hanya sepersepuluh atau seperlima dari tariff bidan dea. Dukun juga bersedia
pembayaran mereka ditunda atau dicicil(Suara Merdeka, 2003).
2. Masih langkahnya tenaga medis di daerah-daerah pedalaman
Sekarang dukun di kota semakin berkurang meskipun sebetulnya belum punah
sama sekali bahkan disebagian besar kabupaten, dukun beranak masih eksis dan
dominant. Menurut data yang diperoleh Dinas Kesehatan Jawa Barat jumlah bidan
jaga di Jawa Barat sampai tahun 2005 ada 7.625 orang. Disebutkan pada data
tersebut, jumlah dukun di perkotaan hanya setengah jumlah bidan termasuk di kota
Bandung. Namun, di 9 daerah (kabupaten) jumlah dukun lebih banyak (dua kali lipat)
jumlah bidan. Malah di Jawa Barat masih ada 10 kabupaten yang tidak ada bidan
(Ketua Mitra Peduli/Milik Jabar).
3. Aksesibilitas/keterjangkauan fasilitas pelayanan kesehatan terutama di pedesaan
4. Kultur budaya masyarakat
Masyarakat kita terutama di pedesaan, masih lebih percaya kepada dukun beranak
daripada kepada bidan apalagi dokter. Rasa takut masuk rumah sakit maih melekat
pada kebanyakan kaum perempuan. Kalaupun terjadi kematian ibu atau kematian
bayi mereka terima sebagai musibah yang bukan ditentukan manusia
Selain itu masih banyak perempuan terutama muslimah yang tidak membenarkan
pemeriksaan kandungan, apalagi persalinan oleh dokter atau para medis laki-laki.
Dengan sikap budaya dan agama seperti itu, kebanyakan kaum perempuan di
padesaan tetap memilih dukun beranak sebagai penolong persalinan meskipun dengan
resiko sangat tinggi.

2.3 Kelebihan
1. Dukun mematok harga murah, kadang bisa disertai atau diganti dengan sesuatu
barang misalnya beras, kelapa, dan bahan dapur lainnya.
2. Dukun beranak melakukan pemeriksaan kehamilan melalui indra raba (palpasi).
3. Dukun mau mendatangi setiap ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.
Sejak usia kandungan 7 bulan kontrol dilakukan lebih sering. Dukun menjaga jika ada
gangguan, baik fisik maupun non fisik terhadap ibu dan janinnya. , bedanya dibidan
perempuan yang mengandunglah yang datang ketempat praktek bidan untuk
berkonsultasi.
4. Ketika usia kandungan 4 bulan, dukun melakukan upacara tasyakuran katanya janin
mulai memiliki roh.hal itu terasa pada perut ibu bagian kanan ada gerakan halus.
5. Pada usia kandungan 7 bulan, dukun melakukan upacara tingkeban. Katanya janin
mulai bergerak meninggalkan alam rahim menuju alam dunia, melalui kelahiran.
Calon ibu mendapat perawatan khusus, selain perutnya dielus-elus, badannya juga
dipijat-pijat, dari ujung kepala sampai ujung kaki. Malah disisir dan dibedaki agar ibu
hamil tetap cantik meskipun perutnya makan lama makin besar.
6. Dukun beranak dapat melanjutkan layanan untuk 1-44 hari pasca melahirkan dengan
sabar memanjakan ibu dan bayinya misalkan dia mencuci dan membersihkan ibu
setelah melahirkan.
7. Dukun menemani anggota keluarga agar bisa beristirahat dan memulihkan diri,
sebaliknya bidan seringkali tidak bersedia saat dibutuhkan atau bahkan tidak mau
datang saat dipanggil.
2.4 Kekurangan
1. Agar janin lahir normal, dukun biasa melakukan perubahan posisi janin dalam
kandungan dengan cara pemutaran perut (diurut-urut) disertai doa.
2. Masih tingginya AKI akibat pertolongan persalinan tanpa fasilitas yang memadai juga
kurangnya pengetahuan dukun tentang pertolongan kegawat daruratan.
Menurut Dinkes AKI cenderung tinggi akibat pertolongan persalinan tanpa
fasilitas memadai, antara lain tidak adanya tenaga bidan apalagi dokter obsgin.
Karena persalinan masih ditangani oleh dukun beranak atau peraji, kasus kematian
ibu saat melahirkan masih tetap tinggi. Pertolongan gawat darurat bila terjadi kasus
perdarahan atau infeksi yang diderita ibu yang melahirkan, tidak dapat dilakukan.
3. Praktek yang tidak steril
Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang lebih memilih untuk
menggunakan dukun beranak. Sementara itu, definisi mereka tentang mutu pelayanan
berbeda dengan definisi standar medis. Kelemahan utama dari mutu pelayanan adalah
tidak terpenuhinya standar minimal medis oleh para dukun beranak, seperti dengan
praktek yang tidak steril (memotong tali pusat dengan sebilah bambu dan meniup
lubang hidung bayi yang baru lahir dengan mulut).
4. Kurangnya kemampuan dukun bayi dalam mengenali resiko tinggi persalinan dan
kurang menyadari akibat keterlambatan merujuk.
Riwayat kasus kematian ibu dan janin dalam penelitian ini menggambarkan apa
yang terjadi jika dukun beranak gagal mengetahui tanda bahaya dalam masa
kehamilan dan persalinan serta rujukan yang terlambat dan kecacatan janin pun bisa
terjadi dari kekurangtahuan dukun beranak akan tanda-tanda bahaya kehamilan yang
tidak dikenal (Suara Merdeka, 2003).
5. Pertolongan perselinan oleh dukun sering menimbulkan kasus persalinan
Selain itu, pertolongan persalinan oleh dukun sering menimbulkan kasus
persalinan, diantaranya kepala bayi sudah lahir tetapi badannya masih belum bisa
keluar atau partus macet, itu disebabkan karena cara memijat dukun bayi tersebut
kurang profesional dan hanya berdasarkan kepada pengalaman.
Kemungkinan dampak tersering dari persalinan yang ditolong oleh dukun baik
bagi ibu maupun bayinya adalah perdarahan post partum, persalinan lama, ruptur
uteri, kematian janin dalam rahim, asfiksia dan infeksi neonatus. Selain itu masih ada
beberapa kendala diantaranya

2.5 Upaya Pemerintah untuk Mengatasi


1. Membatasi kewenangan dukun dalam melakukan pertolongan persalinan menurut
Depkes (2000) adalah sebagai berikut :
a. Mempersiapkan pertolongan persalinan meliputi mempersiapkan tempat,
kebutuhan ibu dan kebutuhan bayi, mempersiapkan alat-alat persalinan sederhana
secara bersih, mencuci tangan sebatas siku dengan sempurna (10 menit).
b. Memimpin persalinan normal dengan teknik-teknik sederhana yang meliputi
membimbing ibu mengejan, menahan perineum, merawat tali pusat, memeriksa
kelengkapan placenta.
c. Dukun tidak melakukan tindakan yang dilarang seperti memijat perut serta
mendorong rahim, menarik plasenta, memasukkan tangan ke dalam liang
senggama.
d. Melakukan perawatan pada bayi baru lahir yang meliputi perawatan mata, mulut
dan hidung bayi baru lahir, perawatan tali pusat dan memandikan bayi
2. Kemitraan Bidan dan Dukun
Peran dukun dalam pertolongan persalinan dalam Pedoman Kemitraan Bidan
dengan Dukun (2004) adalah sebagai berikut :
a. Mengantar calon ibu bersalin ke bidan,
b. Mengingatkan keluarga menyiapkan alat transportasi untuk pergi ke
bidan/memanggil bidan,
c. Mempersiapkan sarana prasarana persalinan aman seperti :Air bersih, Kain
bersih,
d. Mendampingi ibu pada saat persalinan.
e. Membantu Bidan pada saat proses persalinan
f. Melakukan ritual keagamaan/tradisional yang sehat yang sesuai tradisi
setempat
g. Membantu bidan dalam perawatan bayi baru lahir
h. Membantu ibu dalam inisiasi menyusui dini kurang dari 1 jam
i. Memotivasi rujukan jika diperlukan
j. Membantu bidan membersihkan ibu, tempat dan alat setelah persalinan
BAB 3
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN pada BAYI ”R”


UMUR 9 BULAN DENGAN HEMANGIOMA
I. PENGKAJIAN
Anamnesa dilakukan oleh : Bidan ”A” di : BPS KATANG
Pada tanggal :1 September 2011, pukul : 10.30 WIB
1.1 DATA SUBYEKTIF
1.1.1 Identitas
Nama bayi : By. Ny. K
Umur : 9 Bulan
Tanggal / jam lahir : 1 Desember 2010 / 19.00 WIB
Jenis kelamin : Laki – laki
Nama ibu : Ny. K Nama ayah : Tn. J
Umur : 25 th Umur : 26 th
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh Pabrik
Penghasilan :- Penghasilan : 900rb/bulan
Alamat : Kampung Rawa Tengah RT06/RW07 No.10,kediri

1.1.2 Alasan Kunjungan / Keluhan Utama


Ibu pasien mengatakan bayinya rewel, badan teraba panas, dan ada
Benjolan pada tengkuk dengan kemerahan pada area tengkuk kanan.
Kemudian semakin membesar
1.1.3 Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran
Ibu mengatakan ini kelahiran anak yang pertama.
Prenatal :
Ibu mengatakan sebelum hamil tidak pernah menderita penyakit kronis
ataupun menular, ibu makan seperti biasa porsi 3x sehari dan
meperhatikan pola kebersihannya.
Natal :
Ibu mengatakan selama kehamilan juga tidak pernah mendapatkan
keluhan yang menggangu dan tidak mengidap penyakit kronis. Selama
kehamlan ibu memeriksakan kehamilannya 6 kali di Bidan, dan ibu
mendapatkan 2 kali imunisasi TT, mendapatkan tablet vitamin Fe, serta
janin bergerak aktif.
Postnatal :
Ibu melahirkan pada usia kehamilan 40 minggu dengan penolong
persalinan bidan, lahir spontan, menangis keras, warna kulit kemerahan,
BB: 3700 gram PB: 47 cm. Bayi menangis kuat, gerak aktif, kulit
berwarna kemerahan.selama postnatal tidak ada keluhan, bayi minum ASI
dan tidak diberikan tambahan
1.1.4 Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan keluarganya tidak mempunyai penyakit menular,
menahun ataupun menurun seperti asma, diabetes mellitus, penyakit
gangguan jiwa,dll.
1.1.5 Riwayat Sosial
Yang mengasuh bayi : Orang tua
Hubungan dengan anggota keluarga : Anak kandung
1.1.6 Kebutuhan Dasar
Makanan : ASI, 10x/hari
Pola tidur : Malam selama 12 jam Siang selama 4 jam
Mandi :
2x sehari dengan air hangat,memakai sabun dikeringkan
dengan handuk dan bedak gatal untuk mengobati biang
keringat.
Eliminasi :
BAB 1x/hari, warna kekuning - kuningan, BAK ± 8x
sehari,masih ngompol, tidak memakai pampers dengan
alas an mahal.
Imunisasi : HB Uniject.

1.2 DATA OBYEKTIF


1.2.1 Keadaan umum : Baik, composmentis,tampak sakit ringan.
1.2.2 Pemeriksaan umur
Tekanan Darah :-
Nadi : 100 x/menit
RR : 58 x/menit
Suhu : 38º C
Berat Badan : 9,5 Kg
Tinggi Badan : 60 Cm
1.2.3 Pemeriksaan fisik
Kepala
Rambut hitam, tidak ada benjolan, kepala bersih,tidak ada sefal
hematoma, tidak ada kaput sucsedanium.
Mata
Simetris, conjungtiva berwarna merah muda, sclera berwarna
putih, bersih ,tidak ada odema. (kanan/kiri)
Hidung
Simetris, bersih ,tidak ada secret, tidak ada polip, tidak ada
gerakan cuping hidung, tidak ada pilek.
Telinga
Tidak terdapat perlukaan, Simetris, bersih, tidak ada secret ,
teraba tulang rawan. (kanan/kiri)
Mulut
Bersih, tidak terdapat stomatitis. Gigi atas tumbuh empat buah
dan gigi bawah dua buah.
Leher
Terdapat benjolan sebesar telur puyuh pada area sebelah kanan
belakang (tengkuk), mengeluarkan darah, tidak terdapat kaku
kuduk,tidak ada pembesaran kelenjaran thyroid dan vena
jugularis.
Dada
Kanan dan kiri simetris, tidak ada ronchi/wheezing, tidak ada
retraksi dada saat bernafas,tidak tampak adanya chest
indrawing.
Perut
Normal tidak ada pembengkakan hepar,tidak distensi, tidak ada
tanda-tanda infeksi pada tali pusat, tidak ada kembung, tidak
ada perdarahan pada tali pusat.
Punggung
Tidak ada benjolan spina bifida, bentuk punggung
lordosis,banyak bekas cacar air dan terdapat bintik biang
keringat.
Genetalia
tidak dikaji
Anus
tidak dikaji
Ekstremitas
Jari lengkap, normal, tidak ada polidaktili/sindaktili
(kanan/kiri).

1.2.4 Antopometri
Ukuran kepala :
Suboccipito bregmatika :-
Fronto occipitalis :-
Mento occipitalis :-
1.2.5 Pemeriksaan tingkat perkembangan
Adaptasi social
anak masih malu-malu dan takut pada orang baru dan belum bisa lepas
dari ibu atau bapaknya.
Bahasa
anak sudah bisa menggumamkan kata-kata yang belum bermakna
misalnya ma… ma….. pa….
Motorik halus
anak sudah bisa memegang benda kecil dengan jempol dan jari
telunjuk tetapi belum begitu sempurna.
Motorik kasar
anak sudah bisa berdiri dengan pegangan, anak bisa berjalan dengan
dituntun dan belum bisa berdiri tanpa pegangan.

II. Intrepretasi data dasar

Dx/Masalah/
Data Subjektif Data Objektif
Kebutuhan

Dx : Ibu pasien mengatakan Keadaan umum : Baik,


By.”R” usia 9 Bulan bayinya rewel, badan composmentis,tampak sakit
dengan Hemangioma teraba panas, dan ada ringan.
Benjolan pada tengkuk Pemeriksaan umum:
1. Perawatan luka dimulai pada 40 hari
· TD : -
pada bayi dengan setelah kelahiran dengan
· Nadi : 100 x/menit
hemangioma yang kemerahan pada area
· RR : 58 x/menit
mengakibatkan tengkuk kanan. Kemudian
· Suhu : 38º C
perdarahan semakin membesar · BB : 9,5 Kg
2. Pejelasan tempat · TB : 60 Cm
rujukan segera Pemeriksaan Fisik :
terdapat benjolan sebesar
telur puyuh pada area
sebelah kanan belakang
(tengkuk), mengeluarkan
darah, tidak terdapat kaku
kuduk,tidak ada
pembesaran kelenjaran
thyroid dan vena jugularis.

III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL


-

IV. KEBUTUHAN SEGERA


_

V. INTERVENSI
Tanggal : 1 Sepember 2011 Jam : 10.30 WIB
RENCANA RASIONAL
a. Berikan motifasi kepada ibu agar ibu 1. Dengan memberikan motifasi kepada
lebih tenang untuk menerima ibu, ibu mampi lebih kuat untuk
kenyataan yang terjadi menerima kenyataan dan ibu akan
lebih lapang serta siap untuk
mengambil keputusan
b. Jelaskan kondisi keadaan bayi pada 2. Dengan penjelasan tentang
ibu. Hemangioma, akan membantu
mengurangi rasa cemas pada ibu.
c. Berikan konseling tentang 3. Diberikannya kompres hangat dan
penatalaksanaan kompres hangat pada penjelasan kompres hangat pada ibu
ibu untuk bayinya mampu untuk memandirikan ibu
apabila menghadapi bayinya yang
sedang panas, dan supaya suhu
bayinya cepat stabil.
d. Pantau keadaan umum dan TTV. 4. Pemantauan keadaan bayi berguna
untuk mengetahui perkembangan
keadaan bayi.
e. Berikan konseling kepada ibu untuk 5. Dengan memberikan konseling kepada
memilih terapi pengobatan kepada ibu tentang pemilihan terapi,
anaknya membantu ibu untuk mempermudah
mengambil keputusan yang terbaik
untuk kesembuhan bayinya.
f. Berikan penyuluhan pada orangtua 6. Menjaga luka mampu mengurangi
untuk menjaga luka tetap bersih infeksi dan membantu luka agar tidak
semakin parah
g. Berikan penyuluhan pada keluarga 7. Cara yang bersih dalam pembersihan
tentang cara membersihkan nanah nanah mengurangi kejadian infeksi
atau darah dengan cara yang bersih pada luka
h. Observasi adanya tanda-tanda infeksi 8. Observasi infeksi mempu memantau
sesering mungkin. pengeluarang yang ada sehingga tidak
semakin infeksi
i. Anjurkan ibu untuk memperhatikan 9. Memperhatikan konsumsi makanan
konsumsi makanan anaknya, pola anak maka membantu proses
nutrisi. penyembuhan melewati nutrisi .
j. Kolaborasi dengan tenaga medis lain, 10. Dengan berkolaborasi dengan pihak
rujukan. lain mampu mengatasi kelainan pada
anak dan mengurangi resiko kesalahan
penanganan.
BAB 4
PEMBAHASAN

Identifikasi Masalah
Nama ibu : Rosalina katnesi
Usia : 28 tahun
Parietas :3
Alamat : Dusun IV, Desa Oelpuah, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang,
Nusa Tenggara Timur
Nama Suami : Melkianus Katnesi
Usia : 41 tahun
Kronologi Kejadian :
Pada hari Jumat, 2 November, pukul 05.30 Wita Ny. Rosalina melahirkan dengan ditolong
oleh dukun yang bernama Antonia Nitbani (54 tahun). Pukul 07.00 WITA bayi lahir dengan
selamat, namun ari-ari tidak kunjung keluar akhirnya dirujuk ke Puskesmas. Pukul 12.00,
Rosalina tiba di puskesmas. Petugas berhasil mengeluarkan ari-ari. Namun, kondisinya sudah
sangat lemah karena kehilangan banyak darah dan sulit bernapas. Pihak puskesmas kemudian
merujuk Rosalina ke RSUD Yohannes, Kupang, pukul 12.30. Namun, sebelum tiba di rumah
sakit, Rosalina mengembuskan napas terakhir.

4.1 Pengertian Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Non Kesehatan


Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan non-medis seringkali dilakukan oleh
seseorang yang disebut sebagai dukun beranak, dukun bersalin atau peraji. Pada dasarnya
dukun bersalin diangkat berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat atau merupakan
pekerjaan yang sudah turun temurun dari nenek moyang atau keluarganya dan biasanya
sudah berumur ± 40 tahun ke atas (Prawirohardjo, 2005). Dalam kasus ini pertolongan
persalinan oleh dukun Antonia nitbani yang berusia 54 tahun.
Adanya kesesuaian antara teori dengan kasus.
4.2 Faktor Penyebab Persalinan Oleh Tenaga Non Kesehatan
1. Kemiskinan
Berdasarkan pernyataan dari Tn. Melkianus, bahwa keluarganya mengalami
kesulitan keuangan sehingga persalinan hanya dilakukan dirumah dengan ditolong
oleh dukun.
2. Masih langkahnya tenaga medis di daerah-daerah pedalaman
Di Desanya tidak ada bidan ataupun dokter. Sedangkan jarak dari Desa
Oelpuah ke pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) 15 kilometer.
3. Aksesibilitas/keterjangkauan fasilitas pelayanan kesehatan terutama di pedesaan
Luas Desa Oelpuah 2.358 hektar, terluas di Kecamatan Kupang Tengah. Jarak
dari Desa Oelpuah ke pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) 15 kilometer,
tetapi seluruh aspal jalan sudah terkelupas dan terdapat lubang di sepanjang ruas
jalan. Tidak ada angkutan pedesaan menuju Oelpuah kecuali ojek dengan tarif Rp
40.000 pergi-pulang, sedangkan tarif ojek antar dusun Rp 20.000 pergi-pulang.
Adanya kesesuaian antara teori dengan kasus.

4.3 Kekurangan pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan


1. Kasus kematian ibu saat melahirkan masih tetap tinggi.
Di Rumah Sakit Umum Timor Tengah Utara, misalnya, pada Januari-Oktober
2012 tercatat 12 kasus kematian ibu melahirkan. Jumlah ini meningkat dibanding
periode yang sama tahun 2011, yakni 10 kasus. Bayi lahir dan meninggal pada
Januari-September ada 67 kasus. Pada periode yang sama tahun 2011 ada 58
kasus.
2. Kurangnya kemampuan dukun bayi dalam mengenali resiko tinggi persalinan
Pada kasus diatas Ny. Rosalina, 28 tahun dengan retensio plasenta (ari-ari tak
kunjung lahir). Dukun kurang terampil dalam penanganan kasus kegawatan.
3. Dukun Bayi kurang menyadari bahwa akibat keterlambatan merujuk pada kasus
resiko tinggi.
Ny. Rosalina terlambat dirujuk.: 1. Terlambat mengambil keputusan
(kurangnya pengetahuan dukun mengenai kasus kegawatan dan keluarga yang
kurang mempersiapkan persalinan) 2. Terlambat Mencapai Fasilitas Kesehatan
(akibat jarak dari rumah ke fasilitas kesehatan yang sangat jauh) Dan Ny.
Rosalina dirujuk dengan system rujukan estafet.
Adanya kesesuaian antara teori dengan kasus.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan non-medis seringkali dilakukan oleh
seseorang yang disebut sebagai dukun beranak, dukun bersalin atau peraji. Dukun
beranak adalah seorang anggota masyarakat,pada umumnya seorang wanita yang
mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan menolong persalinan secara
tradisonal dan memperoleh keterampilan tersebut dengan cara turun temurun, belajar
praktis atau cara lain yang menjurus ke arah peningkatan keterampilan tersebut dan
melalui petugas kesehatan.
Yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan oleh tenaga non nakes yaitu
kemiskinan, masih langkanya tenaga medis di daerah pedalaman,
Aksesibilitas/keterjangkauan fasilitas pelayanan kesehatan terutama di pedesaan dan
Kultur budaya masyarakat.
5.2 Saran
5.2.1 Untuk masyarakat
1. Diharapkan masyarakat ikut lebih memperhatkan tentang kesehatan atau ibu
terutama dalam proses persalinannya.
2. Diharapkan masyarakat lebih menyeleksi dalam memilih penolong
persalinannya.
5.2.2 Untuk Ibu Hamil
Diharapkan ibu hamil tidak hanya memeriksakan kehamilannya di dukun
tetapi juga di bidan agar bisa mendeteksi dini tanda-tanda bahaya kehamilan.
5.2.3 Untuk Tenaga Medis
Diharapkan tenaga medis bersedia menjalin kerjasamadan atau berbagi ilmu
dengan para dukun beranak atau peraji.
5.2.4 Untuk pemerintah
1. Diharapkan pemerintah ikut serta dalam memberikan dukungan seperti
pelatihan dan pemberian alat-alat pertolongan peralinan gratis kepada dukun.
2. Diharapkan pemerintah bisa membantu alam pemerataan bidan atau tenaga
kesehatan sampai daerah pedalaman sehingga mutu kesehatan meningkat
sampai daerah-daerah terpencil.
5.2.5 Untuk Dukun
Diharapkan para dukun memiliki kesadaran untuk meningkatkan
pengetahuannya dan menerima pelatihan-pelatihan yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA

Prawirahardjo, Sarwono. 2005. “Ilmu Kebidanan”. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiraharjo.
Manuaba, Fajar, dkk.2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
Kartika, Sofia. 2004. Kerjasama Dukun dan Bidan Desa untuk Menekan AKI dan AKB.
http://www.jurnalperempuan.com
Ketua Mitra Peduli Kependudukan/Milik Jabar. 2006. Pikiran Rakyat Bandung
http://www.pikiranrakyatbandung.com

Anda mungkin juga menyukai