Anda di halaman 1dari 10

KEJANG DEMAM

PEMBIMBING
DR. ALFRED MVS, SpA

OLEH :
LIZZA AULIA
ADIMAS TJINDARBUMI
I WAYAN SUMOYOGA

KEPANITERAAN KESEHATAN ANAK


PERIODE 18 OKTOBER 2004 – 8 JANUARI 2005
1
FAKULTAS KEDOKTERAN UKI
JAKARTA

KEJANG DEMAM

DEFINISI

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal diatas 38°C), kenaikan suhu tubuh tersebut disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial
(diluar rongga tengkorak).
 Kejang demam terjadi pada 2-4 % dari populasi anak berumur 6 bulan – 5
tahun. Paling sering pada usia 17 – 23 bulan.
 Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami
kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP,
epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam. Bila demam disebabkan proses
intrakranial, bukan disebut sebagai kejang demam. ( Kesepakatan Saraf Anak
2004 )
 Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak
termasuk dalam kejang demam, tapi termasuk kedalam kejang neonatus.
 Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang
demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam. ( ILA. Commission on
Epidemiology and prognosis. Epilepsia 1993: 34:592-8)
 Bila kejang demam didahului diare hebat, jangan lupa kemungkinan
bahwa kejang bukan disebabkan demam melainkan karena gangguan metabolic
misalnya hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia, hipogikemia. (Kesepakatan
UKK Neurologi IDAI, Saraf Anak PERDOSI ).
Ada beberapa faktor yang mungkin berperan menyebabkan kejang demam, misalnya
1. demam itu sendiri.
2. efek produk toksik daripada mikroorganisme (kuman dan Virus) terhadap otak.
3. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi.
4. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit
5. ensopalitis spiral yang ringan tidak diketahui atau ensefalopati toksik sepintas.
2
6. gabungan semua factor diatas.

Tabel penyebab demam pada 297 pendeerita KD


Penyebab Demam Jumlah penderita
Tonsilitis dan / atau faringitis 100
Otitis media akut (radang liang telinga tengah) 91
Enteritis/gastroenteritis (radang saluran cerna) 22
Enteritis/gastroenteritis disertai dehidrasi 44
Bronchitis (radang saluran nafas) 17
Bronkopeneumonia (radang paru dan saluran nafas) 38
Morbili (Campak ) 12
Varisela (cacar air) 1
Dengue (demam berdarah) 1
Tidk diketahui 66

KLASIFIKASI
1. Kejang demam sederhana
2. Kejang demam kompleks
Kejang Demam Sederhana
 Terjadi pada anak-anak umur 6 bulan – 5 tahun.
 Kejang ini menyeluruh dan berlangsung < 15 menit.
 Dengan kata lain anak tersebut sehat tanpa defisit neurologist baik dari
pemeriksaan atau riwayat perkembangan.
 Kejang dan demam tidak disebabkan oleh meningitis, ensefalitis atau
penyakit lain yang mempengaruhi otak.
 Kejang ini dianggap sebagai kelainan genetic, namun bila lokus tertentu
maupun bentuk tertentu telah digambarkan. Bentuk ini bervariasi antara kelurga
dan bias multifaktorial.
Kejang Demam Kompleks
 Kejang berlangsung >15 menit

3
 Kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului kejang
parsial
 Kejang ini berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
Catatan
 Istilah Epilepsy triggered off by lever tidak digunakan lagi karena kejang damam
sama sekali bukan epilepsy.
 Kejang lama: sebagian besar peneliti menggunakan batasan 15 menit
 Kejang local atau parsial adalah kejang pada satu sisi tubuh atau kejang umum
didahului kejang fokal
 Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari anak sadar kembali
diantara 2 bangkitan kejang.

Di Sub Bagian Saraf Bagian IKA FKUI-RSCM Jakarta, Kriteria Livingston


1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun
2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit
3. Kejang bersifat umum
4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya satu minggu sesudah suhu
normal tidak menunjukan kelainan
7. Frekuensi bangkitan kejang di dalam satu tahun tidak melebihi 4 kali.

Klasifikasi Kejang Demam menurut Fukuyama, yaitu :


1. Kejang Demam Sederhana :
a. Di keluarga pasien tidak ada riwayat epilepsi
b. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebab apapun
c. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan sampai 6
tahun
d. Lamanya kejang berlangsung tidak > 20 menit
e. Kejang bersifat fokal
f. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang
4
g. Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologis atau abnormalitas
perkembangan
h. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat
2. Kejang Demam kompleks
Bila kejang demam tidak memenuhi kriteria di atas, maka digolongkan sebagai kejang
demam kompleks.

PATOFISIOLOGI
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu energi
yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolis otak yang terpenting adalah
glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi
paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler.
Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi
CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid
dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui
dengan mudah oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui ion Natrium (Na+) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (C1-). Akibat konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi
Na+ rendah sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis
konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut
potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya: ,


1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiaiw atau aliran listrik dari sekitamya.,
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10% -
15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak
mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada
5
kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan
dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi,
dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmiter dan terjadilah kejang. Kejadian pada tingkat seluler berhubungan dengan paroxymal
depolarirization shift (PDS).
PDS adalah depolarisasi potensial pasca sinap yang berlangsung lama (50 ms). Neuron – neuron dan
mampu secara berurutan merangsang sel neutron lain secara bersama-sama melepaskan muatan listrik.
Terjadinya PDS yang menyebabkan hipereksibilitas neuron otak diduga disebabkan oleh
1. kemampuan membrane sel sebagai pacemaker neuron untuk melepaskan muatan
listrik yang berlebihan
2. berkurangnya inhibisi oleh neutransmiter asam gama amino butirat (GABA) atau,
3. meningkatnya eksitasi sinaptik oleh transmiteer asam glutamate dan aspartat melalui
jalur eksitasi yang berulang.

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan
gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlansung lama (lebih dari 15 menit) biasanya menyebabkan
kerusakan neuron otak.
Status epileptikus terjadi karena proses eksitasi yang berlebihan terus-menerus di samping
inhibisi yang tidak sempurna.

Tabel perbedaan antara kejang dan serangan yang menyerupai kejang


Keadaan Kejang Menyerupai kejang
Onset Tiba-tiba Mungkin gradual
Lama serangan Detik/menit Beberapa menit
Kesadaran Sering terganggu Jarang terganggu
Sianosis Sering Jarang
Gerakan ekstermitas Sinkron Asinkron
Stereotipik serangan Selalu Jarang
Lidah tergigit atau luka lain Sering Sangat jarang
Gerakan abnormal bola mata Selalu Jarang

6
Fleksi pasif ekstermitas Gerakan tetap ada Gerakan hilang
Dapat diprovokasi Jarang Hampir selalu
Tahanan terhadap gerakan pasif Jarang Selalu
Bingung pasca seranagn Hampir selalu Tidak perah
Iktat EEG abnormal Selalu Hampir tidak pernah
Pasca iktat EEG abnormal Selalu Jarang

Menegakkan Diagnosis
Dari Anamnesis :
 Frekuensi dan lamanya kejang
 Kapan terjadinya kejang
 Kejang itu pertama kali atau sudah pernah sebelumnya
 Bial sudah pernah umur berapa
 Sifat kejang
 Gejala penyerta ( demam, muntah, lumpuh, kemunduran kepandaian )
 Kesadaran waktu kejang dan pasca kejang
Dari pemeriksaan fisik:
 Mencari tanda tanda trauma akut kepala dan adanya kelainan system.
 Mencari cidera yang mendahului atau selama kejang, adanya penyakit sistemik,
terpapal zat toksik, infeksi atau adanya kelainan neurologist fokal.
Dari pemerikasaan penunjang :
- Pemeriksaan laboratorium :
 Darah tepi lengkap
 Elektrolit
 Glukosa darah
 Pungsi lumbal, dengan indikasi menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan
meningitis.
 Gambaran EEG yang normal atau kelainan ringan merupakan indikasi terhadap
kemungkinan bebas kejang setelah obat anti epilepsy dihentikan
 CT scan tidak dianjurkan pada anak yang tanpa kelainan neurologist.
7
DIAGNOSIS BANDING
Infeksi susunan saraf pusat ditandai dengan gejala : demam kejang dan penurunan
kesadaran serta defisitneurologis seperti abses otak, meningitis, ensefalitis dan epilepsy.

PENATALAKSANAAN
Pengobatan saat kejang
Pemberian diazepam rektal pada saat kejang sangat efektif dalam meghentikan kejang. Dosis
diazepam rektal adalah
 5mg untuk anak di bawah usia 3 tahun atau dosis 7,5mg untuk anak diatas usia 3
tahun
 5mg untuk berat badan kurang dari 10mg dan untuk berat badan lebih dari 10kg
dosis diazepam intravena :
 0,2-0,5mg/kg BB, diberikan 2x dengan jarak 5 menit bila masih kejang
 bila masih tetap kejang fenetoin Intravena 15mg/kgBB juga masih kejang ICU
Pengobatan rumat
 Dosis valproate adalah 15-40mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis sedangkan
fenobarbitol 3-5mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis.
Pengobatan intermiten
 Anti piretik: parasetamol 10-15 mg/kgbb/x diberikan 4x
Ibuprofen 10mg/kgbb/x diberikan 3x
 Anti konvulsan: diazepam oral 0.3-0.5 mg/kgbb setiap 8 jam
Diazepam rectal 3x0.5mg/kgbb

PROGNOSIS
Faktor resiko berulangnya kejang adalah :
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 14 bulan
3. Tingginya suhu badan sebelum kejang

8
4. Lamanya demam
Faktor resiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Faktor resiko menjadi
epilesi adalah :
1. Perkembangan saraf terganggu
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi dalam keluarga
4. Lamanya demam

Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neorologis karena kejang demam


sangat jarang dilaporkan.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Pof. S.Taslim, Kejang Demam


2. Hot Topic in Pediatric II,Jakarta 18-19 february 2002
3. Staf pengajar IKA FK-UI. Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2,1983
4. Kesepakatan UKK Neurologi IDAI, Saraf Anak PERDOSSI, Jakarta 2004
5. Prof.Dr.dr.S.M.Lumbantobing

10

Anda mungkin juga menyukai