Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Dasar Neonatus


2.1.1. Pengertian Neonatus
Neonatus atau bayi baru lahir adalah mulai dari lahir sampai usia satu bulan
periode neonatal adalah bulan pertama selama periode neonatal bayi mengalamai
pertumbuhan dan perubahan.
(Hamilton, 2010).
Bayi baru lahir (Neonatal) adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu, lahir
biasanya dengan usia kehamilan 38-42 minggu. Bayi baru lahir harus memenuhi
sejumlah tugas perkembangan untuk memperoleh dan mempertahankan ekstensi
fisik secara terpisah dari ibunya.
(Wong, 2009).
2.1.2. Pengertian Hipertermi
Hipertermi pada bayi baru lahir adalah suatu kondisi dimana suhu inti tubuh bayi
berada terus menerus diatas 37,8 per oral atau 38,8 per rectal.
(Saputra, 2014).
Hipertermi adalah suhu tubuh yang tinggi dan bukan disebabkan oleh mekanisme
pengaturan panas hipotalamus.
(Maryati , Sujiarti dan Budiarti, 2010)
Hipertermi adalah suhu tubuh yang tinggi dan bukan di sebabkan oleh mekanisme
pengaturan panas hipotalamus.
(Marmi,2015)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hipertermi adalah
keadaan dimana suhu inti tubuh diatas batas normal fisiologis sehingga
menyebabkan peningkatan suhu tubuh dari individu.

2.2. Etiologi Hipertermia


a. Dehidrasi
b. Infeksi atau trauma lahir
c. Terpapar pada lingkungan yang panas pada waktu yang lama
d. Aktivitas yang berlebihan
(Saputra, 2014)
2.3. Gejala Hipertermia
a. Suhu badan tinggi (.37,50 C)
b. Tanda dehidrasi, yaitu berat badan bayi turun, turgor kulit kurang, mata dan ubun-
ubun besar cekung, lidah dan membran mukosa kering, banyaknya air kemih
berkurang
c. Mulut kering
d. Kedinginan
e. Lemas
f. Anoreksia (tidak selera makan)
g. Nadi cepat
h. Pernafasan cepat (>60 X/menit)
i. Berat badan bayi menurun
j. Turgor kulit kurang

2.4. Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pelepasan panas


a. Hipertermia Neonatal
Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan ketiga kehidupan bisa
disebabkan oleh :
a) Dehidrasi
Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan cairan atau paparan
oleh suhu kamar yang tinggi.Hipertermia jenis ini merupakan penyebab kenaikan
suhu ketiga setelah infeksi dan trauma lahir.Sebaiknya dibedakan antara kenaikan
suhu karena hipertermia dengan infeksi. Pada demam karena infeksi biasanya
didapatkan tanda lain dari infeksi seperti leukositosis/leucopenia, CRP yang
tinggi, tidak berespon baik dengan pemberian cairan, dan riwayat persalinan
prematur/resiko infeksi.
b) Overheating
Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi terpapar sinar
matahari langsung dalam waktu yang lama.
c) Trauma lahir
Hipertermia yang berhubungan dengan trauma lahir timbul pada 24%dari bayi
yang lahir dengan trauma. Suhu akan menurun pada1-3 hari tapi bisa juga
menetap dan menimbulkan komplikasi berupa kejang. Tatalaksana dasar
hipertermia pada neonatus termasuk menurunkan suhu bayi secara cepat dengan
melepas semua baju bayi dan memindahkan bayi ke tempat dengan suhu ruangan.
Jika suhu tubuh bayi lebih dari 390C dilakukan tepid sponged 350C sampai dengan
suhu tubuh mencapai 370C.
d) Heat stroke
Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40.50C atau sedikit lebih rendah,
kulit teraba kering dan panas, kelainan susunan saraf pusat, takikardia, aritmia,
kadang terjadi perdarahan miokard, dan pada saluran cerna terjadi mual, muntah,
dan kram. Komplikasi yang bisa terjadi antara lain DIC, lisis eritrosit,
trombositopenia, hiperkalemia, gagal ginjal, dan perubahan gambaran EKG. Anak
dengan serangan heat stroke harus mendapatkan perawatan intensif di ICU, suhu
tubuh segera diturunkan (melepas baju dan sponging dengan air es sampai dengan
suhu tubuh 38,50 C kemudian anak segera dipindahkan ke atas tempat tidur lalu
dibungkus dengan selimut), membuka akses sirkulasi, dan memperbaiki gangguan
metabolik yang ada.
e) Haemorrhargic Shock and Encephalopathy (HSE)
Gambaran klinis mirip dengan heat stroke tetapi tidak ada riwayat penyelimutan
berlebihan, kekurangan cairan, dan suhu udara luar yang tinggi.HSE diduga
berhubungan dengan cacat genetik dalam produksi atau pelepasan serum inhibitor
alpha-1-trypsin. Kejadian HSE pada anak adalah antara umur 17 hari sampai
dengan 15 tahun (sebagian besar usia< 1 tahun dengan median usia 5 bulan). Pada
umumnya HSE didahului oleh penyakit virus atau bakterial dengan febris yang
tidak tinggi dan sudah sembuh (misalnya infeksi saluran nafas akut atau
gastroenteritis dengan febris ringan).Pada 2 – 5 hari kemudian timbul syok berat,
ensefalopati sampai dengan kejang/koma, hipertermia (suhu > 41 0C), perdarahan
yang mengarah pada DIC, diare, dan dapat juga terjadi anemia berat yang
membutuhkan transfusi.Pada pemeriksaan fisik dapat timbul hepatomegali dan
asidosis dengan pernafasan dangkal diikuti gagal ginjal.Pada HSE tidak ada
tatalaksana khusus, tetapi pengobatan suportif seperti penanganan heat stroke dan
hipertermia maligna dapat diterapkan. Mortalitas kasus ini tinggi sekitar 80%
dengan gejala sisa neurologis yang berat pada kasus yang selamat. Hasil CT scan
dan otopsi menunjukkan perdarahan fokal pada berbagai organ dan edema serebri.
f) Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)
Definisi SIDS adalah kematian bayi (usia 1-12 bulan) yang mendadak, tidak
diduga, dan tidak dapat dijelaskan. Kejadian yang mendahului sering berupa
infeksi saluran nafas akut dengan febris ringan yang tidak fatal.Hipertermia
diduga kuat berhubungan dengan SIDS.Angka kejadian tertinggi adalah pada bayi
usia 2-4 bulan. Hipotesis yang dikemukakan untuk menjelaskan kejadian ini
adalah pada beberapa bayi terjadi mal-development atau maturitas batang otak
yang tertunda sehingga berpengaruh terhadap pusat chemosensitivity, pengaturan
pernafasan, suhu, dan respons tekanan darah.Beberapa faktor resiko dikemukakan
untuk menjelaskan kerentanan bayi terhadap SIDS, tetapi yang terpenting adalah
ibu hamil perokok dan posisi tidur bayi tertelungkup.Hipertermia diduga
berhubungan dengan SIDS karenadapat menyebabkan hilangnya sensitivitas pusat
pernafasan sehingga berakhir dengan apnea.

2.5. Diagnose Klinis


a. Kulit panas saat disentuh
b. Iritabilitas (peka terhadap rangsang)
c. Kulir memerah
d. Mudah marah
e. Takipnea
f. Apnea
g. Vasodilatasi (pembesaran pembuluh darah)

2.6. Pencegahan Hipertermi


a. Kesehatan lingkungan.
b. Penyediaan air minum yang memenuhi syarat.
c. Pembuangan kotoran manusia pada tempatnya.
d. Pemberantasan lalat.
e. Pembuangan sampah pada tempatnya.
f. Pendidikan kesehatan pada masyarakat.
g. Pemberian imunisasi lengkap kepada bayi.
h. Makan makanan yang bersih dan sehat
i. Jangan biasakan anak jajan diluar

2.7. Penatalaksanaan Hipertermi


Penanganan pada bayi yang menderita penyakit ini disesuaikan dengan gejala dan efek
yang ditimbulkan.
1. Bila suhu diduga karena panas yang berlebihan dan bila bayi belum pernah diletakkan
didalam alat penhangat, maka :
a. Letakkan bayi di ruangan dengan suhu lingkungan normal (25 ºC-28 ºC )
b. Lepaskan sebagian atau seluruh pakaian bayi bila perlu
c. Perikasa suhu aksila setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas normal
d. Bila suhu sangat tinggi (lebih dari 39 ºC), bayi dikompres atau dimandikan selama
10-15 menit dalam suhu air 4 ºC, lebih rendah dari suhu tubuh bayi.

e. Bila bayi pernah diletakkan di bawah pemancar panas atau inkubator

f. Turunkan suhu alat penghangat, bila bayi di dalam inkubator buka inkubator
sampai suhu dalam batas normal.
g. Turunkan suhu alat penghangat, bila bayi di dalam inkubator, bukan inkubator
sampai suhu dalam batas normal
h. Lepas sebagian atau seluruh pakaian bayi selama 10 menit, kemudian beri pakaian
lagi sesuai dengan alat penghangat yang digunakan
i. Periksa tubuh bayi setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas normal
j. Periksa suhu inkubator atau pemancar panas setiap jam dan sesuaikan pengaturan
suhu

k. Manajemen lanjutan suhu lebih 37,5°C

l. Yakinkan bayi mendapatkan masukan cukup cairan

m. Anjurkan ibu untuk mneyusui bayinya. Bila bayi tidak dapat menyusui, beri ASI
peras dengan salah satu alternatif cara pemberian minum.

n. Bila terdapat tanda dehidrasi, tangani dehidrasinya

o. Periksa kadar glukosa darah, bila kurang 45 mg/dl (2,6 mmol/l), tangani
hipoglikemia.

p. Cari tanda sepsis sekarang dan ulangi lagi bila suhu tubuh mendapat batas
normal.

2. Setelah suhu bayi normal :

a. Lakukan perawatan lanjutan

b. Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu badannya setiap 3 jam

c. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat diberi minum dengan baik
serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi
dapat dipulangkan, nasehati ibu cara menghangatkan bayi di rumah dan
melindungi dari pancaran panas yang berlebihan.

(Marmi,2015:305-306)
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. ZZ Dengan Hipertermi

Di BPS STIKes KENDEDES

I. Pengumpulan Data
Pengkajian dilakukan pada hari Sabtu, 03 Juni 2017 pukul 09.00 Wib.

Anda mungkin juga menyukai