Proses pengunyahan menimbulkan sejumlah gaya yang kompleks pada oklusal gigi, tidak
sejajarnya oklusi akan meningkatkan tekanan tensile di servical gigi terutama pada daerah
bukal dan mempengaruhi gaya flexural (flexibilitas) gigi. Bentuk ketidak normalan oklusi secara
terus menerus adalah bruxism , maka tekanan horizontal pada cusp akan berakibat keretakan
yang menyebabkan terlepasnya ikatan kalsium hidroksiapatit pada email dan dentin yang
akan membuat gigi kehilangan struktur pembentuk dan penguat gigi, sehingga gigi mudah
sensitive.
[William CL., Eakle WS., Stress-induce cervical lesions: Review of advance In the past 10 years, J
Prosthet Det. 1996. 75:487-94]
Abfraksi endogen
a. Parafungsi spt bruxsm, clenching
b. Oklusi kontak prematur beban eksentrik
Abfraksi eksogen
a. Mastikasi yg kuat
b. Kebiasaan menggigit pensil atau kuku
c. Pekerjaan : cth musisi harmonika
d. Peralatan orthodontik dan cengkraman gigi tiruan lepasan
Abrasi lesi lebih lebar dr etiologi dr penggunaan sikat gigi yg salah, sering terjadi pd
permukaan bukal pd gigi premolar dan caninus
Abfraksi lesi lebih mendalam pd daerah CEJ, sering terjadi pd gigi molar
[Ada beberapa persyaratan dalam bermain Saxophone antara lain : Teknik Pernafasan, Tone
(Ambusheer) & Fingering.
a. Embouchure
Kata embouchure berasal dari bahasa Perancis yang artinya “mulut sungai”. Didalam teknik bermain
saxophone, embouchure menggambarkan formasi antara bibir, gigi, rahang, dan otot-otot di sekitar
mulut ketika udara ditiupkan melalui mouthpiece. Secara alamiah, embouchure berakibat pada upaya
untuk menghasilkan tone yang baik dan kemampuan untuk mengendalikan saxophone dengan baik
Dalam praktek, terdapat beberapa formasi embouchure yang sering digunakan oleh banyak
saxophonist, namun penulis hanya akan menguraikan salah satu formasi embouchure yang saat ini
paling banyak digunakan dan dapat menghasilkan kualitas suara dan tone yang baik. Berikut ini adalah
gambar dari formasi embouchure :
Gambar yang paling atas menggambarkan embouchure yang kurang baik, terlalu banyak bibir bagian
bawah yang menempel pada gigi, dan bibir bagian bawah terlalu banyak melipat ke dalam mouthpiece.
Pada formasi seperti ini sulit menghasilkan suara dan tone yang lebih terang (bright), lebih bebas, dan
lebih fleksibel. Sedangkan formasi embouchure pada gambar yang paling bawah dapat menghasilkan
suara dan tone yang lebih terang, karena getaran reed yang dihasilkan dapat lebih bebas. Dari gambar
ini, reed tetap tersentuh oleh bibir bagian bawah, namun hanya sebagian kecil bagian dari bibir bawah
yang berada di antara mouthpiece dan gigi. Bayangkan huruf “V” untuk mencari posisi bibir yang
nyaman agar menghasilkan tone yang baik.
Aspek penting lainnya dari formasi embouchure ini adalah seberapa banyak bagian mouthpiece yang
masuk ke dalam mulut. Jika terlalu sedikit bagian mouthpiece yang masuk ke dalam mulut, maka sound
atau suara yang dihasilkan akan kecil dan mengurangi kemampuan untuk mengontrol saxophone. Satu
cara untuk mengetahui apakah mouthpiece terlalu dalam masuk ke dalam mulut atau tidak adalah
dengan melihat mouthpiece dari samping dengan reed yang terpasang pada mouthpiece.
Perhatikan bahwa jarak antara reed dan mouthpiece (facing tip of the mouthpiece) semakin menjauh.
Titik pertemuan antara reed dan mouthpiece yang akan berjarak itulah kira-kira posisi gigi bagian atas
yang menempel pada mouthpiece seharusnya diletakkan.
[Rusuf Simamora. 2012. About Saxophone]
c) Peralatan gigi dalam mulut seperti alat orthodonsi, cengkeram gigi tiruan lepasan.
(c). Pada umumnya hanya terjadi pada satu gigi yang mengalami tekanan, dan
(d). Eksentrik pada oklusal yang berlebihan atau adanya halangan yang mengganggu oklusi.
rangsangan dingin menyebabkan gerakan cairan tubuli dentin yaitu mengerutkan cairan tubuli
dentinalis yang kemudian gerakan tersebut mengakibatkan distorsi ujung saraf di daerah pleksus saraf
subodontoblas (pleksus Raschkow) yang kemudian akan menimbulkan impuls saraf dan menghasilkan
rasa nyeri.
[Ingle, J. I. dan Bakland, L. K., Endodontics 5th ed., BC Decker Inc,. London.2002]
Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan ekstra oral : penampilan umum, tonus kulit, asimetris wajah, pembengkakan, perubahan
warna, kemerahan, jaringan parut ekstra oral atau saluran sinus, kepekaan atau membesarnya nodus
limfe servikal atau fasial adalah indikatorbagi status fisik pasien.
Tes klinis
Suatu pemeriksaan visual dan taktil jaringan keras dan lunak yang cermat mengandalakan pemeriksaan
“three Cs”: color, contour, dan consistency. Pemeriksaan menggunakan mata, jari-jari tangan,
eksplorer dan prob (probe) periodontal.
b. Tes mobilitas-depersibilitas
Tes Mobilitas untuk mengevaluasi integritas aparatus di sekeliling gigi . Tujuannya apakah jaringan
penyangga mengikat kuat gigi atau sebaliknya
Tes Depressibilitas untuk melihat pergerakkan gigi pada arah vertical. Caranya dengan bantuan jari
atau instrumen
Mobiliti derajat 3 = gerakan gigi dlm soketnya dlm jrk >> 1mm atau gigi dapat ditekan
(Perawatan endodontik tidak boleh dilakukan pada gigi derajat 3, kecuali bila mobilitas dapat dirawat
terlebih dahulu, cth abses apikalis akut)
Karena terdapat keluhan di scenario yang menyatakan bahwa pasien sering merasa kehausan saat
bangun tidur.
Manfaat dilakukannya tes saliva adalah untuk mengetahui resiko karies pada pasien.
Traffic Light-Matrix
bagi karies, sehingga adanya satu atau lebih faktor resiko ini dapat
Salah satu faktor dari lingkungan oral yang harus diperiksa dan
pH, kuantitas, dan kapasitas buffer (kualitas) (Mount & Hume, 2005).
Terdapat banyak variasi flow rate pada kelenjar saliva minor yang
Cara pemeriksaan:
- Bibir bawah pasien ditarik ke arah luar dan dikeringkan dengan kasa
- Waktu yang dibutuhkan saliva untuk keluar dari duktus kelenjar saliva minor dicatat
Hasil dan interpretasi:
Tabel 2.1. Petunjuk interpretasi hasil tes hidrasi pada pemeriksaan saliva
dengan menggunakan Saliva Check Buffer Kit
- Dehidrasi parah
atau karena
- Kerusakan kelenjar saliva karena radioterapi
proses patologis
- Ketidakseimbangan hormonal
Saliva terdiri dari 99% air dan 1% protein dan elektrolit, sehingga
sangat tipis pada seluruh jaringan keras dan lunak. Ketebalan film
bervariasi antara 10-100 µm, tergantung lokasinya pada rongga
pada dasar mulut. Ketika instrumen diangkat, web atau jaring dari
2-5 cm, sedangkan pada saliva kental web saliva dapat terenggang
hingga 15 cm.
Cara kerja:
Tabel 2.2. Petunjuk interpretasi hasil tes viskositas pada pemeriksaan saliva
dengan menggunakan Saliva Check Buffer Kit
3. Tes pH
Cara kerja:
pH 5,8-6,8 Kuning
Tabel 2.3. Petunjuk interpretasi hasil tes pH pada pemeriksaan saliva dengan
menggunakan Saliva Check Buffer Kit
4. Tes Kuantitas
Cara kerja:
- Pasien diminta untuk membuang saliva ke dalam kontainer plastik dengan interval
Tabel 2.4. Petunjuk interpretasi hasil tes kuantitas pada pemeriksaan saliva
dengan menggunakan Saliva Check Buffer Kit
Cara kerja:
- Sampel yang digunakan adalah saliva yang dikumpulkan pada tes kuantitas saliva
volume konstan
- Setelah 5 menit, warna pada strip test dibandingkan dengan panduan dari pabrik
6-9 Kuning
10-12 Hijau
Penanganan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan bruxism pada anak-
a) Penggunaan Night-guard
Perawatan untuk kasus ini dokter gigi akan membuatkan alat tertentu yang didesain dan
dibuat khusus sesuai dengan susunan gigi-geligi pasien, alat ini disebut night-guard dan
digunakan saat tidur pada malam hari. Alat ini akan membentuk batas antara gigi-gigi rahang
atas dan rahang bawah sehingga tidak akan saling beradu. Pemakaian alat ini akan mencegah
kerusakan yang lebih jauh pada gigi-geligi dan membantu pasien dalam menghentikan
kebiasaan buruknya.
Abfraksi:
- Pemilihan tumpatan semen ionomer kaca pada lesi tersebut karena mempunyai modulus of
elastisity yang berarti kelenturannya tinggi. sehingga mampu mengurangi tekanan flexural pada
waktu gigi mendapat tekanan. '' Selain itu bahan tesebut dalam jangka waku tertentu akan
mengeluarkan ion fluor yang akan memberi efek anti karies pada jaringan disekitar tumpatan
semen ionomer kaca ". Blunck menyatakan kompomer ini lebih direkomendasi untuk lesi
abfraksi karena bahan tersebut mampu mengeluarkan ion fluor selain juga warnanya lebih baik.
- finishing dan polishing
Kekasaran harus dihindari pada restorasi LSNK. Retensi plak, inflamasi gingiva dan terjadinya lesi
karies mewakili tidak hanya kegagalan restorasi tetapi juga penciptaan masalah baru bagi pasien.
Prosedur finishing dan polishing yang tidak adkuat dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan
lunak dan keras. Teknik minimal dengan kebutuhan finishing dan polishing yang ideal, tetapi
restorasi benar erkontur jarang dicapai tanpa perlu untuk dipoles. Ketika dibutuhkan, pilihan
yang baik adalah finishing diamond fine yang diikuti dengan penerapan sealant permukaan atau
penggosok cair.
- Kontrol
Seperti ditekankan sebelumnya, perawatan LSNK tidak mudah, dan terkadang, prosedur baru
atau pendekatan yang berbeda diperlukan. Kunjungan 6 bulan sekali harus dilakukan untuk
mengamati perubahan dari lesi, kondisi restorasi, dan kekhawatiran lain dari pasien.