Anda di halaman 1dari 12

1.

Mekanisme terjadinya abfraksi

Proses pengunyahan menimbulkan sejumlah gaya yang kompleks pada oklusal gigi, tidak
sejajarnya oklusi akan meningkatkan tekanan tensile di servical gigi terutama pada daerah
bukal dan mempengaruhi gaya flexural (flexibilitas) gigi. Bentuk ketidak normalan oklusi secara
terus menerus adalah bruxism , maka tekanan horizontal pada cusp akan berakibat keretakan
yang menyebabkan terlepasnya ikatan kalsium hidroksiapatit pada email dan dentin yang
akan membuat gigi kehilangan struktur pembentuk dan penguat gigi, sehingga gigi mudah
sensitive.

[William CL., Eakle WS., Stress-induce cervical lesions: Review of advance In the past 10 years, J
Prosthet Det. 1996. 75:487-94]

2. Apa saja diagnosa abfraksi secara klinis?


-ciri lesi sharp widge lession
-mikrofaktur pd CEJ
-jarang terjadi resesi gingiva, penurunan tepi tinggi gingiva tau marginal gingiva ke arah apikal
hingga ke bawah batas sementum enamail (CEJ)
-biasanya terjadi pada gigi premolar
-umumnya terjadi satu gigi yg mengalami tekanan eksentrik pd oklusal yg berlebihan atau
adanya halangan yg menganggu oklusi
-berupa parit yg dalam dan sempit berbentuk V
-biasanya di temukan pd daerah servikal dn bukal gigi
-Lesi berupa faset (permukaan yg tergosok rata) disebabkan karna bruxsm
Permukaan gigi yang mengalami faset biasanya rata, halus dan mengkilap apabila terkena
cahaya

Abfraksi endogen
a. Parafungsi spt bruxsm, clenching
b. Oklusi kontak prematur beban eksentrik
Abfraksi eksogen
a. Mastikasi yg kuat
b. Kebiasaan menggigit pensil atau kuku
c. Pekerjaan : cth musisi harmonika
d. Peralatan orthodontik dan cengkraman gigi tiruan lepasan
Abrasi lesi lebih lebar dr etiologi dr penggunaan sikat gigi yg salah, sering terjadi pd
permukaan bukal pd gigi premolar dan caninus
Abfraksi lesi lebih mendalam pd daerah CEJ, sering terjadi pd gigi molar

Factor penyebab abfraksi:

- Faktor intrinsik adalah kontak oklusi yang tidak normal (maloklusi)


- Faktor ekstrinsik adalah tekanan pada saat mengunyah terlalu kuat.
a) Kebiasaan buruk seperti menggigit benda dan bruksisme,
b) Pekerjaan misalnya musisi alat tiup,

[Ada beberapa persyaratan dalam bermain Saxophone antara lain : Teknik Pernafasan, Tone
(Ambusheer) & Fingering.

a. Embouchure
Kata embouchure berasal dari bahasa Perancis yang artinya “mulut sungai”. Didalam teknik bermain
saxophone, embouchure menggambarkan formasi antara bibir, gigi, rahang, dan otot-otot di sekitar
mulut ketika udara ditiupkan melalui mouthpiece. Secara alamiah, embouchure berakibat pada upaya
untuk menghasilkan tone yang baik dan kemampuan untuk mengendalikan saxophone dengan baik
Dalam praktek, terdapat beberapa formasi embouchure yang sering digunakan oleh banyak
saxophonist, namun penulis hanya akan menguraikan salah satu formasi embouchure yang saat ini
paling banyak digunakan dan dapat menghasilkan kualitas suara dan tone yang baik. Berikut ini adalah
gambar dari formasi embouchure :

Gambar yang paling atas menggambarkan embouchure yang kurang baik, terlalu banyak bibir bagian
bawah yang menempel pada gigi, dan bibir bagian bawah terlalu banyak melipat ke dalam mouthpiece.
Pada formasi seperti ini sulit menghasilkan suara dan tone yang lebih terang (bright), lebih bebas, dan
lebih fleksibel. Sedangkan formasi embouchure pada gambar yang paling bawah dapat menghasilkan
suara dan tone yang lebih terang, karena getaran reed yang dihasilkan dapat lebih bebas. Dari gambar
ini, reed tetap tersentuh oleh bibir bagian bawah, namun hanya sebagian kecil bagian dari bibir bawah
yang berada di antara mouthpiece dan gigi. Bayangkan huruf “V” untuk mencari posisi bibir yang
nyaman agar menghasilkan tone yang baik.

Aspek penting lainnya dari formasi embouchure ini adalah seberapa banyak bagian mouthpiece yang
masuk ke dalam mulut. Jika terlalu sedikit bagian mouthpiece yang masuk ke dalam mulut, maka sound
atau suara yang dihasilkan akan kecil dan mengurangi kemampuan untuk mengontrol saxophone. Satu
cara untuk mengetahui apakah mouthpiece terlalu dalam masuk ke dalam mulut atau tidak adalah
dengan melihat mouthpiece dari samping dengan reed yang terpasang pada mouthpiece.
Perhatikan bahwa jarak antara reed dan mouthpiece (facing tip of the mouthpiece) semakin menjauh.
Titik pertemuan antara reed dan mouthpiece yang akan berjarak itulah kira-kira posisi gigi bagian atas
yang menempel pada mouthpiece seharusnya diletakkan.
[Rusuf Simamora. 2012. About Saxophone]

c) Peralatan gigi dalam mulut seperti alat orthodonsi, cengkeram gigi tiruan lepasan.

- Gambaran klinis abfraksi, Yaitu:

(a). Kelainan ditemukan pada daerah servikal labial/bukal gigi,

(b). Berupa parit yang dalam dan sempit berbentuk huruf V,

(c). Pada umumnya hanya terjadi pada satu gigi yang mengalami tekanan, dan

(d). Eksentrik pada oklusal yang berlebihan atau adanya halangan yang mengganggu oklusi.

3. Bagaimana mekanisme dari gigi ngilu?


Hypersensitifitas dentin (teori hidrodinamik)
Rangsangan yg berupa dingin panas udaradentin terpapar pd dentin ada tubulus dentalis yg
terdapat cairan cairan bergerak ke intratubuler yg akan menjadikan cairan masuk ke pulpa
tekanan negatifyg akan menuju ke ujung saraf dari ujung saraf ada saraf dentinalis  akan
menuju ke saraf trigeminus otak akan mempersepsikan sebagai rasa sakit atau nyeri.

rangsangan dingin menyebabkan gerakan cairan tubuli dentin yaitu mengerutkan cairan tubuli
dentinalis yang kemudian gerakan tersebut mengakibatkan distorsi ujung saraf di daerah pleksus saraf
subodontoblas (pleksus Raschkow) yang kemudian akan menimbulkan impuls saraf dan menghasilkan
rasa nyeri.

[Ingle, J. I. dan Bakland, L. K., Endodontics 5th ed., BC Decker Inc,. London.2002]

4. Apakah di perlukan tes mobilitas pada pasien?

Pemeriksaan Objektif

Pemeriksaan ekstra oral : penampilan umum, tonus kulit, asimetris wajah, pembengkakan, perubahan
warna, kemerahan, jaringan parut ekstra oral atau saluran sinus, kepekaan atau membesarnya nodus
limfe servikal atau fasial adalah indikatorbagi status fisik pasien.

Pemeriksaan intra oral : meliputipemeriksaan jaringan lunak dan gigi geligi.

Tes klinis

a. Pemeriksaan visual dan taktil

Suatu pemeriksaan visual dan taktil jaringan keras dan lunak yang cermat mengandalakan pemeriksaan
“three Cs”: color, contour, dan consistency. Pemeriksaan menggunakan mata, jari-jari tangan,
eksplorer dan prob (probe) periodontal.

b. Tes mobilitas-depersibilitas
Tes Mobilitas untuk mengevaluasi integritas aparatus di sekeliling gigi . Tujuannya apakah jaringan
penyangga mengikat kuat gigi atau sebaliknya

Tes Depressibilitas untuk melihat pergerakkan gigi pada arah vertical. Caranya dengan bantuan jari
atau instrumen

Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan:

Mobiliti derajat 1 = adanya pergerakan ringan pd gigi dg soketnya

Mobiliti derajat 2 = gerakan gigi dlm soketnya dalam jarak 1 mm

Mobiliti derajat 3 = gerakan gigi dlm soketnya dlm jrk >> 1mm atau gigi dapat ditekan

(Perawatan endodontik tidak boleh dilakukan pada gigi derajat 3, kecuali bila mobilitas dapat dirawat
terlebih dahulu, cth abses apikalis akut)

5. Mengapa dokter gigi melakukan tes saliva?

Karena terdapat keluhan di scenario yang menyatakan bahwa pasien sering merasa kehausan saat
bangun tidur.

Manfaat dilakukannya tes saliva adalah untuk mengetahui resiko karies pada pasien.

6. Apa macam-macam tes saliva dan interpretasinya?

Traffic Light-Matrix

TrafficLight-Matrix (TL-M) merupakan salah satu tabel model

pemeriksaan faktor resiko karies. Fungsi utama TL-M adalah sebagai

peringatan kepada klinisi tentang adanya lingkungan yang kondusif

bagi karies, sehingga adanya satu atau lebih faktor resiko ini dapat

dipertimbangkan dalam menentukan diagnosis dan rencana perawatan

(Mount & Hume, 2005).

Salah satu faktor dari lingkungan oral yang harus diperiksa dan

dinilai dalam menentukan faktor resiko karies adalah saliva. Lima


faktor yang dinilai dalam tes saliva adalah derajat hidrasi, viskositas,

pH, kuantitas, dan kapasitas buffer (kualitas) (Mount & Hume, 2005).

1. Tes Derajat Hidrasi

Unstimulated saliva memiliki peran penting untuk hidrasi dan

kenyamanan rongga mulut, karena stimulated saliva hanya

diproduksi selama mastikasi. Kelenjar saliva minor menghasilkan

15% dari seluruh produksi saliva harian, dan kelenjar

submandibula merupakan kelenjar yang member kontribusi utama.

Terdapat banyak variasi flow rate pada kelenjar saliva minor yang

terdapat pada berbagai macam area dalam mulut. Penurunan flow

rate unstimulated saliva pada kelenjar saliva minor di daerah

palatum dapat terjadi seiring pertambahan usia individu, namun

tidak terdapat perubahan yang berhubungan dengan usia dari

kelenjar-kelenjar minor yang terdapat pada daerah bukal dan labial,

sehingga pemeriksaan dilakukan pada kelenjar saliva minor yang

terdapat pada bagian dalam bibir bawah.

Cara pemeriksaan:

- Pasien duduk tegak

- Bibir bawah pasien ditarik ke arah luar dan dikeringkan dengan kasa

- Waktu yang dibutuhkan saliva untuk keluar dari duktus kelenjar saliva minor dicatat
Hasil dan interpretasi:

Waktu yang dibutuhkan bagi titik-titik saliva untuk muncul

mengindikasikan keadaan kelenjar saliva minor:

Lebih dari 60 detik Merah


30-60 detik Kuning
Kurang dari 30 detik Hijau

Tabel 2.1. Petunjuk interpretasi hasil tes hidrasi pada pemeriksaan saliva
dengan menggunakan Saliva Check Buffer Kit

Merah menunjukkan tidak adanya fungsi kelenjar saliva minor

yang dapat disebabkan karena:

- Dehidrasi parah
atau karena
- Kerusakan kelenjar saliva karena radioterapi

proses patologis

- Ketidakseimbangan hormonal

- Efek samping obat

Kuning menunjukkan level ringan:

Hijau menunjukan fungsi normal kelenjar saliva minor.


- Dehidrasi

Efek samping obat


2. Tes-Viskositas

Saliva terdiri dari 99% air dan 1% protein dan elektrolit, sehingga

saliva seharusnya tampak jernih, encer, dan mengandung sedikit

buih serta memiliki kemampuan untuk membentuk lapisan yang

sangat tipis pada seluruh jaringan keras dan lunak. Ketebalan film
bervariasi antara 10-100 µm, tergantung lokasinya pada rongga

mulut. Viskositas dinilai menggunakan web test. Tongue blade atau

kaca mulut digunakan untuk mengangkat saliva yang terkumpul

pada dasar mulut. Ketika instrumen diangkat, web atau jaring dari

saliva akan terbentuk, terenggang hingga akhirnya putus. Saliva

normal dapat membentuk web saliva yang dapat terenggang hingga

2-5 cm, sedangkan pada saliva kental web saliva dapat terenggang

hingga 15 cm.

Cara kerja:

- Pasien duduk tegak

- Pasien diminta untuk berhenti menelan saliva selama 30 detik

- Kepala pasien dimiringkan ke depan

- Pasien diminta untuk membuka mulut dan keadaan saliva dicatat

- Pasien diminta untuk menyentuhkan ujung lidah ke daerah palatum

- Keadaan mukosa dan saliva pada dasar mulut dicatat

- Web test dilakukan dan hasil

dicatat Hasil dan interpretasi:

Salah satu fungsi penting saliva adalah untuk membersihkan debris

dari rongga mulut. Saliva yang berbuih memiliki kandungan air

yang lebih sedikit dan memiliki kemampuan protektif yang lebih

rendah terhadap jaringan lunak dan keras yaitu berkurangnya


kemampuan clearance dan ketidakmampuan saliva dalam

membentuk lapisan yang dapat melindungi permukaan gigi.

Saliva kental, berbuih, web test yang Merah


panjang
Tidak terlihat pengumpulan saliva pada Kuning
dasar mulut, tampak sedikit lengket
Saliva encer yang terkumpul pada dasar Hijau
mulut dan tampak lapisan yang berkilau

Tabel 2.2. Petunjuk interpretasi hasil tes viskositas pada pemeriksaan saliva
dengan menggunakan Saliva Check Buffer Kit

3. Tes pH

Permukaan gigi dilapisi oleh lapisan tipis unstimulated saliva,

sehingga keadaan pH saliva dapat mempengaruhi keadaan biofilm

pada permukaan gigi.

Cara kerja:

- Pasien diminta untuk meludah ke dalam kontainer plastik

- Strip pH dicelupkan ke dalam saliva yang telah terkumpul

- Setelah 10 detik, pH diukur berdasarkan aturan

pabrik Hasil dan interpretasi:

pH unstimulated saliva merupakan indikator umum keadaan asam

rongga mulut. Umumnya, pH kritis hidroksi apatit adalah 5,5,

sehingga semakin dekat pH unstimulated dengan pH kritis, maka

semakin besar resiko demineralisasi.


pH <5,8 Merah

pH 5,8-6,8 Kuning

pH > 6,8 Hijau

Tabel 2.3. Petunjuk interpretasi hasil tes pH pada pemeriksaan saliva dengan
menggunakan Saliva Check Buffer Kit

4. Tes Kuantitas

Komposisi stimulated saliva tergantung pada flow rate yang

merupakan representasi produksi kelenjar saliva mayor dan minor.

Rata-rata flow rate stimulated saliva adalah 1,6 ml/menit. Flow

stimulated saliva sebesar 0,7 ml/menit dianggap sebagai ambang,

dimana flow rate di bawah batas tersebut menunjukkan

peningkatan resiko terjadinya karies.

Cara kerja:

- Pasien duduk tegak

- Pasien diminta untuk mengunyah permen paraffin tanpa rasa

- Setelah 30 detik, pasien diminta untuk membuang saliva yang terkumpul

- Pasien diminta untuk mengunyah paraffin kembali selama 5 menit

- Pasien diminta untuk membuang saliva ke dalam kontainer plastik dengan interval

teratur pada 5 menit pengunyahan.

- Setelah 5 menit, volume saliva dicatat

- Saliva dipersiapkan untuk tes kapasitas buffer


Hasil dan interpretasi:

Stimulated saliva setelah 5 menit Merah


< 3,5 ml
Stimulated saliva setelah 5 menit Kuning
3,5-5 ml
Stimulated saliva setelah 5 menit Hijau
> 5 ml

Tabel 2.4. Petunjuk interpretasi hasil tes kuantitas pada pemeriksaan saliva
dengan menggunakan Saliva Check Buffer Kit

5. Tes Kapasitas Buffer

Kapasitas buffer menunjukkan kemampuan saliva dalam

menetralisir asam dan hal ini tergantung pada konsentrasi

bikarbonat dalam saliva.

Cara kerja:

- Sampel yang digunakan adalah saliva yang dikumpulkan pada tes kuantitas saliva

- Masing-masing strip test ditetesi oleh saliva

- Kelebihan saliva dibuang dengan memiringkan strip sebesar 90 o untuk memastikan

volume konstan

- Setelah 5 menit, warna pada strip test dibandingkan dengan panduan dari pabrik

Hasil dan interpretasi:

Masing-masing warna memiliki skor berdasarkan instruksi pabrik.

Seluruh skor dijumlahkan dan diinterpretasikan sesuai:


0-5 Merah

6-9 Kuning

10-12 Hijau

Tabel 2.5. Petunjuk interpretasi hasil tes kapasitas buffer pada


pemeriksaan saliva dengan menggunakan Saliva Check Buffer
Kit

7. Bagaimana penatalaksanaan dari skenario?

Penanganan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan bruxism pada anak-

anak adalah (24,2) :

a) Penggunaan Night-guard

Perawatan untuk kasus ini dokter gigi akan membuatkan alat tertentu yang didesain dan

dibuat khusus sesuai dengan susunan gigi-geligi pasien, alat ini disebut night-guard dan

digunakan saat tidur pada malam hari. Alat ini akan membentuk batas antara gigi-gigi rahang

atas dan rahang bawah sehingga tidak akan saling beradu. Pemakaian alat ini akan mencegah

kerusakan yang lebih jauh pada gigi-geligi dan membantu pasien dalam menghentikan

kebiasaan buruknya.
Abfraksi:

- Pemilihan tumpatan semen ionomer kaca pada lesi tersebut karena mempunyai modulus of
elastisity yang berarti kelenturannya tinggi. sehingga mampu mengurangi tekanan flexural pada
waktu gigi mendapat tekanan. '' Selain itu bahan tesebut dalam jangka waku tertentu akan
mengeluarkan ion fluor yang akan memberi efek anti karies pada jaringan disekitar tumpatan
semen ionomer kaca ". Blunck menyatakan kompomer ini lebih direkomendasi untuk lesi
abfraksi karena bahan tersebut mampu mengeluarkan ion fluor selain juga warnanya lebih baik.
- finishing dan polishing
Kekasaran harus dihindari pada restorasi LSNK. Retensi plak, inflamasi gingiva dan terjadinya lesi
karies mewakili tidak hanya kegagalan restorasi tetapi juga penciptaan masalah baru bagi pasien.
Prosedur finishing dan polishing yang tidak adkuat dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan
lunak dan keras. Teknik minimal dengan kebutuhan finishing dan polishing yang ideal, tetapi
restorasi benar erkontur jarang dicapai tanpa perlu untuk dipoles. Ketika dibutuhkan, pilihan
yang baik adalah finishing diamond fine yang diikuti dengan penerapan sealant permukaan atau
penggosok cair.
- Kontrol
Seperti ditekankan sebelumnya, perawatan LSNK tidak mudah, dan terkadang, prosedur baru
atau pendekatan yang berbeda diperlukan. Kunjungan 6 bulan sekali harus dilakukan untuk
mengamati perubahan dari lesi, kondisi restorasi, dan kekhawatiran lain dari pasien.

Anda mungkin juga menyukai