UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
E 411 08 265
Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Derajat Kesarjanaan
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
pemikiran orang lain. Apabila dikemudikan hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa
sebagian atau keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima
Yang Menyatakan
HILMY NASRUDDIN S
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya dedikasikan untuk kedua orang tuaku (Ayahanda Nasruddin Salla
dan Ibunda St Rohani) yang telah begitu banyak memberikan perhatian, kasih
sayang dan motivasi kepada penulis dalam menempuh pendidikan semoga penulis
kepada Rusnawati Salla, S. Pd dan Hj. Salla atas segala bantuan yang diberikan
tanpa pamrih baik moril maupun materiil yang penulis. Untuk Multazam
beribadah tetaplah patuh pada perintah orang . Semoga Allah SWT meridhoi kita
semua.
KATA PENGANTAR
Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Eksploitasi Anak Jalanan (Studi Kasus Anak Jalanan di Pantai Losari
Kota Makassar)”.
Terimah kasih yang tulus dan sedalam-dalamnya kepada orang tua saya,
ayahanda Drs. Nasruddin Salla dan ibunda tersayang St Rohani, serta adik-adikku
yang selama ini memberi dukungan dan doa yang diberikan kepada penulis selama
ini.
sendiri. Tetapi adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah
memberikan informasi yang berharga kepada penulis. Pada kesempatan ini, penulis
1. Bapak Prof. Dr. H. Idrus A.Patturusi, Sp.B, Sp. B. O, selaku rektor Unhas yang
4. Bapak dan ibu Dosen serta asisten Dosen yang telah membimbing penulis dalam
proses perkuliahan, serta staf Jurusan Sosiologi, Fakultas lmu Sosial dan Ilmu
5. Keluarga besar saya yang selalu mendoakan dan menyemangati saya untuk
dan teman-teman sosiologi lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-satu namanya
8. Teman dekat saya Muhammad Darul Aqsa dan sahabat-sahabat saya, Ikhsaniadi
Satimin, Romi, Sulastri, Kak Aziz, Dadi, Mamon, Lia, Diah, Isa, Fitri serta
teman-teman SMAN 1 Bajo yang tidak dapat saya sebut satu per satu. Terimah
Anhar,Illank dan Iwan terima kasih atas bantuannya dalam penyusunan skripsi
ini.
10. Serta semua kakak-kakak dan adik-adik Sosiologi yang tidak bisa disebutkan
Semoga segala bantuan dan jasa-jasanya mendapat imbalan dari Allah Swt.
Penulis
ABSTRAK
HILMY NASRUDDIN S, NIM E 411 08 265, jurusan Sosiologi pada Fakultas
Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar, dengan judul
skripsi Eksploitasi Anak Jalanan (Studi Kasus Anak Jalanan di Pantai Losari
Kota Makassar) di bimbing oleh Darwis selaku pembimbing I, Dan Buchari
Mengge selaku pembimbing II.
Pembangunan infrastrukutur di Kota Makassar membuat kaum miskin kota
kehilangan pekerjaan. Segala upaya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup,
termasuk melibatkan anak untuk mencari uang. Keterlibatan anak dalam kegiatan
ekonomi yang melewati batas kewajaran akan berdampak buruk pada anak. Anak
jalanan di Pantai Losari mengalami hal tersebut. Anak jalanan kehilangan hak- hak
mereka untuk tumbuh dan berkembang secara wajar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui eksploitasi anak jalanan di Pantai
Losari. Eksploitasi Anak jalanan di Pantai Losari disebabkan oleh banyak faktor,
mulai dari faktor budaya, ekonomi hingga faktor psikologi. Eksploitasi anak jalanan
berdampak negative pada anak jalanan baik itu dampak pendidikan, kesehatan, dan
dan dampak psikis anak jalanan. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode
kualitatif dengan dasar penelitian purposive sampling serta tipe penelitian deskriptif.
Dalam penelitian ini informan dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Pengumpulan data
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan studi pustaka.
Informan dalam penelitian adalah pengemis, pedagang asongan dan pengamen
yang bekerja di Pantai Losari. Untuk menentukan informan di lakukan secara
purposive sampling dengan pertimbangan anak jalanan yang telah mengalami
eksploitasi dari orang tua dan masyarakat tempat anak jalanan bekerja.
Hilmy Nasruddin S, NIM E 411 08 265, the affairs of Sociology at the Faculty of
Social and Political Sciences University of Hasanuddin Makassar, with a thesis
title Exploitation Street Children ( Case Study Street Children at Losari Beach
in Makassar City) on guided by HM Darwis as a supervisor I, And Buchari as a
supervisor II.
Infrastrukutur development in Makassar makes the urban poor out of
work. Every effort is made to meet the necessities of life, including involving the
child to earn money. Involvement of children in economic activity over the limit will
adversely affect the fairness of the child. Street children in Losari experience it.
The Street children are losing their rights to grow up naturally.
This study aims to determine the exploitation of street children in Losari
Beach. Exploitation of Children on the streets in Losari is caused by many factors,
ranging from cultural factors, economic to psychological factors. Exploitation of the
street children impacted negatively on the impact of education, health, and
psychological effects of street children. This research using implied qualitative
methods, by using types of purposive sampling and descriptive research. Informants
in this study were selected based on certain criteria. Collecting data in this study
conducted by the interview and observation .
Informan in this study are beggars, hawkers and vendors who works at
Losari. To determine the informant done with consideration of street children who
have experienced exploitation of parents and communities where street children
work.
The results showed that the exploitation of street children due to economic
factors, namely poverty, unemployment and low income. Culturally factor namely
parents perceptions of the child, early planting work ethic in children. Educational
factors, namely low parental education and lack of parental knowledge about child
exploitation laws and individual psychological factors of street children
themselves. Physical form of exploitation is the exploitation and the exploitation of
psikis. Impacts of exploitation is the impact of education, health, psychological, and
social impacts of street children.
Key words: Exploitation, Losari Beach, Street children
DAFTAR TABEL
Makassar 2008-2009............................................…………………. 35
Makassar……………………………………………............. ….. 36
A. Teori .......................................................................................................... 9
1. Tinjauan tentang Eksploitasi ............................................................... 9
2. Tinjauan tentang Anak Jalanan ........................................................... 10
3. Tinjauan tentang Keluarga .................................................................. 14
4. Perlindungan Anak .............................................................................. 20
5. Faktor-faktor yang Menyebabkan Eksploitasi Anak Jalanan ............ 22
6. Dampak Eksploitasi Anak................................................................... 25
B. Kerangka Konsep...................................................................................... 26
C. Definisi Operasional....................................................... .......................... 28
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang tua pasti menginginkan kehadiran anak dalam sebuah rumah
seorang anak dalam rumah tangga adalah anugrah yang tak terhingga. Anak
adalah generasi penerus bagi orang tuanya, yang mewarisi sifat-sifat orang
Anak adalah titipan Tuhan kepada orang tua untuk diasuh, dibimbing dan
dididik agar menjadi orang yang kelak berguna bagi orang tua, agama, nusa dan
bangsa. Anak sebagai pengikat bahtera rumah tangga, bahtera rumah tangga
lebih mudah untuk berakhir ketika terjadi konflik dan ketidakharmonisan antara
dari kualitas generasinya. Anak sebagai penjaga dinasty dari semua keluarga,
menjunjung tinggi martabat keluarga. Anak juga masih diartikan sebagai sebuah
aset dan atau investasi keluarga, anak harus bisa berkontribusi secara ekonomi.
Begitu arti anak bagi orang tua, keluarga, masyarakat dan negara, baik secara
Apa yang diharapkan oleh berbagai pihak, ternyata tanpa disadari telah
melahirkan sebuah beban bagi anak, agar apa yang sudah dilabelkan orang
dewasa kepada anak bisa terpenuhi. Orang dewasa seringkali hanya menuntut
agar anaknya bisa seperti yang diharapkan, tanpa melihat apakah kewajiban
pemikiran anak juga sangat bertingkat ketika mereka menunut apa yang menjadi
haknya. Seringkali anak tidak pernah tahu sama sekali akan hak-haknya.
Tentunya selalu bahwa kewajiban anak, adalah haknya orang dewasa (orang tua-
keluarga, masyarakat dan negara), haknya anak adalah kewajiban orang dewasa.
perlu juga kita lihat kembali, bahwa dalam UU Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
perlindungan anak, ada 4 hak dasar, antara lain: hak hidup, hak tumbuh
seorang ibu ingin menggugurkan janin dalam kandungannya, maka saat itu juga
telah terjadi pelanggaran hak anak. Anak mempunyai hak untuk tumbuh dan
berkembang, tumbuh berarti secara fisik (tinggi dan berat badannya) sedangkan
lain-lain.
hak untuk berpendapat bukan hanya untuk orang dewasa, anak-anak pun berhak
untuk menyampaikan pendapatnya, gagasan dan ketidaksetujuan. Selain hak,
yang ada orang tua, anggota masyarakat dan sebagai aparatur negara memenuhi
Diterik matahari dan terpaan angin malam baik sendiri maupun bersama
orang tuanya anak mengkais rejeki (mengemis, mengamen) yang lebih ironis
lagi demi mendapatkan uang pada usia anak-anak mereka harus menjadi pelayan
seks dengan segala resiko, terkena stigma (perempuan nakal dan penggoda istri
orang), terkena Infeksi Menular Seksual (IMS) bahkan HIV/AIDS. Belum lagi
penderitaan anak jalanan di atas hanyalah sebagian dari banyak kisah pilu anak
jalanan yang hidup di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia ini.
fasilitas kehidupan yang ada di kota. Akibatnya kemiskinan kota kini menjadi
ternyata tidak hanya dirasakan oleh para orang dewasa yang harus kerja guna
memenuhi kebutuhan hidupnya, kondisi serupa juga harus dirasakan oleh anak-
anak yang berasal dari keluarga miskin yang terpaksa harus bekerja demi
bukanlah keterlibatan anak-anak itu di dalam angkatan kerja tetapi yang terjadi
adalah perubahan bentuk dan sifat keterlibatan mereka. Bila di era sebelumnya
anak-anak banyak terlibat di sektor pertanian yang tak dibayar karena hanya
jasa sebagai tenaga kerja upahan. Kebanyakan anak bekerja di jalanan bukanlah
dipaksa oleh orang tuanya. (Kompas, 26 Februari 1999 dalam Bagong, 2010).
Menurut UNICEF bahwa jumlah anak jalanan di dunia sebanyak 100 juta.
memperkirakan ada sekitar 25-30 juta anak jalan. Di Indonesia, berdasarkan hasil
analisis situasi mengenai anak jalanan yang dilakukan oleh Departemen Sosial
Jika dilihat dari segi penghasilan pendapatan anak jalan tidaklah sedikit,
anak jalanan seharusnya tidaklah menderita namun hal itu tentu saja tidak terjadi
karena sebagian dari penghasilan anak jalanan tentu saja diambil oleh keluarga
atau sindikat yang memeras anak jalanan selain juga karena pengelolaan uang
Disamping itu yang memprihatinkan adalah dari segi hak anak, anak-
anak yang bekerja umumnya berada dalam posisi rentan untuk
diperlakukan salah , termasuk diekspolitasi oleh orang lain khususnya
oleh orang dewasa atau suatu sistem yang memperoleh keuntungan dari
tenaga anak (Bagong, 2010).
Kebanyakan dari anak jalanan bekerja lebih dari 8 jam perhari bahkan
sebagian diantaranya lebih dari 11 jam perhari. Banyak resiko yang harus
ditanggung oleh anak jalanan ketika anak jalanan turun ke jalan. Mulai dari
Serupa dengan kota lainnya, Makassar sebagai salah satu kota besar di
anak jalanan, seperti Pantai Losari, pusat perbelanjaan seperti Mall (Mall
Panakkukang, Mall Ratu Indah, Makassar Town Square, dan lain-lain), dan di
setiap sudut lampu merah. Ditempat inilah anak jalanan kota Makassar bergumul
dengan kerasnya kehidupan kota. Namun salah satu tempat yang menjadi sorotan
karena lumayan banyak menampung anak jalanan adalah Pantai Losari. Kawasan
Wisata di Kota Makassar yang menyimpan panorama alam yang indah namun
disalahgunakan oleh para orang tua yang ada disekitar pantai dengan
pedagang asongan bahkan ada sebagian yang berlaku sebagai preman. Mereka
bekerja dari siang hingga malam hari, ini tentu saja adalah kondisi yang
memprihatinkan mengingat jam kerja yang lumayan panjang karena mereka juga
memerlukan waktu untuk belajar, gangguan kesehatan yang rentan terjadi dan
ancaman kejahatan seperti pemalakan dari preman pasar serta pergaulan bebas
akan bertambah setiap tahunnya dan kondisi mereka tentu akan sangat
memprihatinkan. Berdasarkan pada masalah tersebut, maka perlu dilakukan
berikut:
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Ilmiah
jalanan.
c. Manfaat Paktis
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori
(http//www.wikipedia2012.com).
Dengan kata lain pemerasan (tenaga orang) atas diri orang lain merupakan
tidak etis demi kebaikan ataupun keuntungan orang tua maupun orang lain
(Rahman, 2007).
Perlindungan Anak., yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Anak (jamak: anak-anak) adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum
dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Menurut psikologi, anak adalah
periode pekembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau
enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah, kemudian
belajar, dan proses sosialisasi dari akibat usaha yang belum dewasa, disebabkan
kemampuan daya nalar dan kondisi fisik dalam pertumbuhan dan mental spiritual
dikatakan bahwa anak adalah “seseorang yang belum mencapai umur 18 tahun
Undang No.4 tahun 1974 tentang kesejahteraan anak disebutkan anak adalah
seorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum pernah menikah.
melakukan kegiatan hidup sehari-hari dijalanan baik untuk mencari nafkah atau
anak adalah pemanfaatan untuk keuntungan sendiri melalui anak dibawah umur.
Dengan kata lain anak-anak digunakan sebagai media untuk mencari uang atau
pedagang asongan, pengemis, pengamen, jualan koran, jasa semir sepatu dan
Menurut Surbakti dalam ada tiga kategori anak jalanan, yaitu children
on the street dan children of the street dan children in the street atau sering
disebut juga children from families of the street. Pengertian untuk children on
the street adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan yang
Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori children on the street,
yaitu anak-anak yang tinggal bersama orang tuanya dan senantiasa pulang ke
rumah setiap hari, dan anak-anak yang melakukan kegiatan ekonomi dan tinggal
cara pulang baik berkala ataupun dengan jadwal yang tidak rutin.
street atau children from the families of the street adalah anak-anak yang
menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang
2) Anak-anak ini mudah putus asa dan cepat murung, kemudian nekat
tanpa dapat dipengaruhi secara mudah oleh orang lain yang ingin
membantunya.
4) Anak ini biasanya tidak mau bertatap muka dalam arti bila merekadiajak
sangatlah labil, tetapi keadaan ini sulit berubah meskipun mereka telah
fisiknya yaitu mereka memiliki kulit yang kotor, kelihatan dekil dan kumuh
karena jarang mandi, juga nampak rambutnya kotor kemerah-merahan, bau
kurang sedap, pakaian tampak kumuh karena jarang dicuci, sedangkan dilihat dari
pemurung, jarang tersenyum, dan mudah tersinggung kepribadian labil, cuek dan
(Khoirunnisa, 2011)
a. Definisi Keluarga
Keluarga adalah sejumlah orang yang bertempat tinggal dalam satu atap
rumah dan diikat oleh tali pernikahan yang satu dengan lainnya memiliki saling
kelompok manusia, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial
keluarga akan menentukan cara-cara tingkah laku terhadap orang lain dalam
terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang
yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan
(Faisal , 2011).
dalam kehidupan umat manusia sebagai makhluk sosial, karena merupakan unit
sosial. Keluarga merupakan lembaga yang paling kuat dimiliki oleh manusia dan
b. Ciri-ciri Keluarga
a. Para anggota dari suatu keluarga hidup bersama-sama dalam suatu rumah
b. Keluarga terdiri dari sejumlah orang yang diikat oleh ikatan perkawinan.
peranannya masing-masing.
c. Fungsi Keluarga
2. Fungsi Psikologis
3. Fungsi Sosialisasi
4. Fungsi Ekonomi
kebutuhan keluarga.
5. Fungsi Pendidikan
1.Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.
1.) Keluarga batih berperan sebagai pelindung bagi pribadi –pribadi yang
wadah tersebut.
hidup .
belajar bagi orang tua. Anak membuat orang tuanya lebih matang, lebih
bertanggung jawa. Tanpa anak orang tua telah menikah tidak selalu
sepenuhnya.
semakin besar
oleh orang tua sendiri berkurang dan orang tua berdebat tentang
pengasuhan anak.
terhadap kematian.
anak meliputi :
d. Sumbangan pendapatan
persepsi orang tua terhadap arti anak . Bagi orang tua, anak dapat dilihat dari
4..Perlindungan Anak
anak termasuk eksplotasi anak, baik itu perturan yang dibuat sendiri maupun
Perlindungan Anak
Ketenagakerjaan
pendidikan tingkat lanjut harus dianjurkan dan motivasi agar dapat diikuti
hubungan anak dengan orang tua. Kombinasi faktor-faktor ini seringkali memaksa
Kadang kala pengaruh teman atau kerabat juga ikut menentukan keputusan untuk
hidup di jalan.
yang mendorong anak- anak hidup di jalanan. Namun, bukan berarti kemiskinan
merupakan satu-satunya faktor determinan yang menyebabkan anak lari dari rumah
diatas kemauan sendiri melainkan sekitar 60% diantaranya karena dipaksa oleh
a. Faktor Ekonomi
pedesaan yang mengalami transisi dan golongan miskin kota, anak jalanan
mengalami perubahan atau memburuk. Salah satu upaya yang acap kali
terus menghimpit membuat orang tua, mau tidak mau harus merelakan anak
anak jalanan harus turun ke jalan membantu anak jalanan mencari uang
jalanan.
Artinya kontribusi ekonomi yang diberikan oleh anak dianggap penting bagi
penghasilan orang tua karena akan terjadi penurunan pendapatan orang tua
dan tata kehidupan keluarga Indonesia. Banyak orang merasa bahwa bekerja
merupakan hal positif bagi perkembangan anak sehingga sejak dini anak
bagi kondisi kesehatan anak secara fisik, mental dan sosialsehingga tidak
melanggar hak mereka sebagai anak. Proses ini seakan menjadi wadah bagi
faktor menyebabkan anak terpaksa bekerja dalam situasi dan kondisi kerja
c. Faktor Pendidikan
pendidikan dipandang sebagai suatu hal yang elit dan mewah terutama
untuk memperoleh pendidikan yang layak dan mereka seyogianya tidak terlibat
kemiskinan, kurangnya animo orang tua terhadap arti penting pendidikan dan
sejumlah faktor lain, maka secara sukarela maupun terpaksa anak menjadi salah
anak dilindungi atau tidak. Meskipun demikian, banyak kerugian yang dialami
oleh anak akibat dari turunnya anak jalanan ke jalanan mulai dari kerugian yang
B. KERANGKA KONSEPTUAL
elemen Kota Makassar harus ikut dalam laju pembangunan yang semakin cepat
Seperti mall atau pusat perbelanjaan lain yang semakin menjamur dan kini
menjadi saingan yang tak sepadan dengan pedagang kecil atau pasar tradisional,
atau Pantai Losari yang kini direnovasi menjadi tempat wisata yang lebih indah
pinggir pantai.
Hal tersebut diatas adalah salah satu alasan yang membuat sebagian
besar dari anak jalanan harus banting setir mencari pekerjaan yang lain tanpa
harus memiliki modal usaha yang memberatkan ataupun resiko lain yang harus
ditanggung.
memasuki usia kerja anak jalanan tanpa memikirkan dampak negatif dari
dengan kerugian-kerugian yang bisa terjadi saat anak jalanan tersebut berada di
jalan. Paksaan dari orang tua membuat sebagian dari anak jalanan harus
merelakan waktu bermain dan waktu belajar harus tersita karena harus mencari
uang tambahan .
Sebagian besar dari anak jalanan bekerja dari siang hingga tengah
malam. Pekerjaannya pun sangat beragam mulai dari pengamen, pejual asongan
seorang anak yang tiap hari lalu lalang diantara banyak kendaraan yang melintas
dan dikendarai oleh orang yang bertanggung jawab kemungkinan anak tertabrak
tentu sangat besar ataupun resiko kesehatan yang muncul akibat kondisi cuaca
yang begitu bebas, seperti berkata dan berbuat kasar pada orang lain, selalu
Faktor Penyebab
Dampak
C. Defenisi Operasional
waktunya di jalanan dan di tempat umum baik untuk mencari nafkah atau
3. Eksploitasi anak jalanan adalah tindakan yang dilakukan orang tua yang
menyuruh anak bekerja mencari uang di jalanan atau ditempat keramaian atau
keluarga.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
yang terjadi di Kota Makassar. Deskriptif yang dimaksud disini adalah dengan
menuturkan dan menggambarkan data yang diperoleh secara apa adanya sesuai
kesimpulan.
Penelitian ini difokuskan di Pantai Losari selama dua bulan yang dimulai
pada 13 Januari 2012 sampai dengan 21 April 2012. Alasan memilih Pantai
1. Merupakan salah satu kawasan wisata yang utama di Makassar yang kapan
2. Terdapat sekitar 200 orang anak jalanan yang bekerja di sekitar Pantai
Losari
3. Merupakan salah satu pusat keramaian kota Makassar yang rawan aksi
a. Data Primer
atau data yang diperoleh dari wawancara yang dilakukan dari para responden.
yaitu studi kasus, maka cara pengumpulan data dengan cara wawancara
b. Data Sekunder
D. Informan Penelitian
teknik purposive yaitu teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja.
Informan penelitian dalam hal ini anak jalalan di kota Makassar yang
dipergunakan sebagai sumber data primer. Anak jalanan yang dijadikan
primer adalah 9 orang dengan rincian 3 orang pengemis, 3 orang pengamen dan
ini adalah anak yang berusia dibawah sekitar 5 hingga 13 tahun dan
kerja mereka dari orang lain. Selain itu ada ciri-ciri yang menandai anak jalanan
3. Bersikap agresif kepada pengunjung pantai karena dikejar oleh target uang
dari orangtua.
orang tua anak jalanan dan pedagang sekitar Pantai Losari. Sama halnya
2. Orang tua anak jalanan dapat di ketahui dari informasi anak jalanan sendiri.
Pantai Losari .
Sesuai dengan penelitian ini, maka data yang ada dianalisis dengan teknik
dan kordinat 5°8’6’19 Lintang Selatan, dimana Kota Makassar terdiri atas 14
pulau besar lain dari wilayah kepulauan nusantara sehingga menjadikan kota
dengan sebutan “angin mammiri” ini menjadi pusat pergerakan spasial dari
Dengan posisi ini menyebabkan Kota Makassar memiliki daya tarik kuat bagi
para imigran, baik dari Sulawesi Selatan itu sendiri maupun dari provinsi lain
terutama dari kawasan Timur Indonesia untuk datang mencari tempat tinggal
sehingga mencapai dua sisi pantai yang saling tegak lurus di bagian Utara dan
empang dengan perumahan kumuh hingga sedang. Kawasan pesisir dari arah
fasilitas rekreasi dan resort yang menempati pesisir pantai membelakangi laut
saat ini dan dimasa mendatang akan semakin berat terutama dalam hal daya
dukung dan aspek fisik lahan termasuk luasnya yang terbatas. Ditambah lagi
Tabel 1
Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Kecamatan Di Kota Makassar
2008-2009
1.272.349 jiwa.
Tabel 2
Kecamatan Kelurahan RT RW
Mariso 9 50 230
Mamajang 13 57 292
Tamalate 10 71 308
Rappocini 10 37 140
Makassar 14 45 149
Wajo 8 82 504
Bontoala 12 51 201
Panakkukan 11 91 420
Manggala 6 66 368
Biringkanaya 7 89 480
Tamalanrea 6 82 480
Tetangga).
Tabel 3
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
Di Kota Makassar Tahun 2009
Penduduk
Kecamatan
Laki-Laki Perempuan Jumlah
Mariso 26.719 28.712 55.431
Mamajang 29.705 31.589 61.294
Tamalate 74.745 79.719 154.464
Rappocini 69.137 75.953 145.090
Makassar 39.832 44.311 84.143
Ujung
13.795 15.269 29.064
Pandang
Wajo 17.147 18.386 35.533
Bontoala 29.460 33.271 62.731
Ujung Tanah 24.185 24.918 49.103
Tallo 67.101 70.232 137.333
Panakukkang 64.365 72.190 136.555
Manggala 48.219 52.265 100.484
Biringkanaya 62.660 67.991 130.651
Tamalate 43.200 47.273 90.473
Makassar 610.270 662.079 1.272.349
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar dalam angka 2010
Makassar adalah ibu kota dari Provinsi Sulawesi Selatan dimana
seluas 175,77 km² dan penduduk sebesar kurang lebih 1,27 juta jiwa. Dalam
kesejahteraan sosial.
menjelang akhir tahun 2010, sempat meningkat menjadi 1.000 orang, padahal
pada akhir tahun 2009 hingga awal tahun 2010 sempat dibawah 500 orang
dilakukan Dinas Sosial Kota Makassar umumnya anak jalanan berasal dari
luar daerah.
Tabel 4
No Populasi Jumlah
Jumlah 1416
Sumber : (Dinas Sosial Kota Makassar & LSM YBAMI Kota Makassar)
Tabel dibawah ini menjelaskan jumlah anak jalanan yang tersebar di
Pandang , tidak terdapat anak jalanan yang berdomisili pada daerah tersebut,
kecamatan Tamalanrea dan Ujung Tanah belum ada data yang jelas tentang
Tabel 5
Distribusi Anak Jalanan setiap Kecamatan di
Kota Makassar pada Tahun 2010
Kecamatan Jumlah Anak Jalanan
Rappocini 8
Wajo 13
Mamajang 22
Biringkanaya 13
Bontoala 11
Panakkukang 299
Tamalate 47
Makassar 89
Mariso 25
Manggala -
Ujung Pandang -
Tamalanrea -
Ujung Tanah -
Tallo 96
Jumlah 623
sepanjang jalan penghibur yang terletak di sebelah barat Kota Makassar. Pantai
Losari terletak dalam wilayah kecamatan Ujung Pandang Kelurahan Maloku dan
jumlah penduduk laki-laki 1450 dan penduduk perempuan 1689 jiwa dan
masing-masing 962 dan 1239. Pantai Losari memiliki luas 9988 m².
Pantai Losari adalah salah satu objek dan daya tarik wisata. Daya tarik
yang pertama dapat dilihat pada suasana waktu sore hari. Posisi pantai Losari
sangat strategis dan menjadi bagian yang menyatu dengan suasana kota Makasar
yang membentang sejauh kurang lebih 4 km. Pantai ini langsung dapat diakses
dengan jalan utama protokol utama. Dari pelabuhan Sukarno Hatta di Makassar,
pantai ini dapat ditempuh sekitar 15 menit dengan mobil atau sepeda motor. Jika
pagi hari dan sunset pada sore hari. Banyaknya pengunjung Pantai Losari ini juga
disebabkan karena Pantai Losari adalah Public Space artinya masyarakat dapat
mengakses Pantai Losari dengan gratis dan hanya membayar biaya parkir bagi
Dahulu, pantai yang panjangnya sekitar satu kilometer ini dikenal dengan
pusat makanan laut dan ikan bakar di malam hari karena para penjual dan
pedagang hanya beroperasi pada malam hari dan pernah dijuluki sebagai pantai
dengan meja terpanjang di dunia, karena warung tenda berjajar di tanggul pantai.
Saat ini warung-warung tenda yang menjajakan makanan laut tersebut telah
dipindahkan pada sebuah tempat di depan rumah jabatan Walikota Makassar yang
menciptakan sebuah paviliun seluas 100 ribu meter persegi, sehingga terlihat
lebih indah, bersih, bebas polusi dan nyaman untuk dikunjungi. Pantai Losari
Pantai Losari memiliki fitur unik dan menarik. Salah satu keunikannya
adalah para pengunjung dapat menyaksikan matahari terbit dan terbenam di posisi
yang sama. Pengunjung dapat menikmati ombak yang indah yang memecahkan
tanggul pantai dan kesejukan anging mamiri angin bertiup, menyaksikan detik di
bawah sinar matahari penuh atas cakrawala, mulai dari perubahan warna
Makassar yaitu pisang epe. Pengunjung dapat menyantap pisang epe sambil
menikmati keindahan Laut. Di Pantai Losari, banyak terdapat pedagang kaki lima
yang menjual aneka dagangan, mulai dari aksesoris, mainan anak-anak, hingga
pakaian. Namun, pedagang kaki lima ini sangat ramai pada hari Minggu terutama
pada pagi hari karena banyak masyarakat Kota Makassar yang melakukan
aktifitas olahraga di sekitar Pantai Losari, seperti jogging, bersepeda atau senam.
Hal ini disebabkan karena udara Pantai Losari begitu segar dan bebas polusi pada
sangat ramai dikunjungi masyarakat pada Sabtu malam banyak muda-mudi yang
menghabis Sabtu malam mereka di Pantai Losari. Pada Sabtu malam banyak
hiburan seperti konser musik atau kegiatan sosial sering dilakukan di Anjungan
Pantai Losari.
Di sekitar objek wisata tersedia berbagai jenis kendaraan seperti bus, taksi,
dan becak yang siap mengantar pengunjung berkeliling untuk menikmati suasana
tersedia mulai dari penginapan ke hotel, restoran, kafe, rumah sakit, toko kopi,
dan berbagai tempat hiburan lain, dan semua menghadap ke laut terbuka. Di Jl.
Somba Opu, tak jauh dari tempat wisata, terdapat pusat perbelanjaan kerajinan
banyaknya pengunjung Pantai Losari. Orang tua menyuruh anak jalanan untuk
Losari. Ada juga yang disuruh menjadi pengasong, yang menjual minuman dan
sekitar 110 jumlah pedagang asongan yang berjualan di sekitar Pantai Losari dan
200 anak jalanan yang berkeliaran di sekitar pantai Losari pada tahun 2010
BAB V
kasus. Hal ini karena anak jalanan adalah objek dari eksplotasi orang tua, pemerintah
dan masyarakat sehingga anak jalanan dipilih sebagai sumber informasi yang utama.
Adapun informan tersebut berjumlah 9 orang yang terdiri dari 3 orang pengemis, 3
orang pedagang asongan dan 3 orang pengamen yang berusia di 6 hingga 13 tahun
A. Profil Informan
1. MA (Pengemis )
anak kedua dari empat bersaudara. Ia tinggal dengan ibunya, tiga orang
saudara kandung, ayah tiri dan tiga orang saudara tiri. Ayah kandungnya
Malaysia. Setiap harinya MA bekerja mulai pukul 10.00 pagi hingga pukul
2. NJ ( Pedagang Asongan)
NJ adalah salah satu pedagang asongan yang berjualan di sekitar
anjungan Pantai losari. NJ adalah anak pertama dari lima bersaudara, ibunya
seorang ibu rumah tangga sedang ayahnya adalah seorang supir angkutan
perhari.
3. YL ( pengamen)
pedagang asongan kakak YL yang nomor dua tidak bekerja dan yang ketiga
yang paling muda bekerja sebagai buruh. Kelima orang kakaknya ini tidak
mengalami nasib yang sama dengan YL. Kakak YL harus putus sekolah
karena kekurangan biaya dan harus membantu orang tua mencari uang untuk
pengemis pada pukul 12.00 dan berakhir pada pukul 00.00 malam. YL lahir
dari keluarga miskin dengan ibu yang pedagang kaki lima dan bapak YL
4. IR (pengemis)
di kelas 2. Anak kedua dari 4 bersaudara ini mulai mengemis sejak 2 tahun
lalu. IR tumbuh dalam keluarga miskin dengan ayah yang bekerja sebagai
buruh dan ibu seorang ibu rumah tangga. IR yang menetap di Tanjung Alam
ini berangkat dari rumahnya pada pukul 12.00 dan kembali ke rumah pada
pukul 23.00.
5. AD (pengamen)
sebagai penjual balon dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Kakak pertama AD
6. SY (pengamen )
SY adalah anak tunggal dari orang tua yang hidup serba
berkecukupan. Ibu SY hanyalah seorang ibu rumah tangga dan ayah seorang
tukang becak. Pendapatan ayah SY dari menarik becak tidak cukup untuk
masih harus dibiayai oleh oleh SY. SY masih berumur 10 tahun. SY duduk di
7. AY (pengemis)
sebagai buruh bangunan dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Kakak pertama
rumah.
8. HF (pedagang asongan)
juga memiliki profesi yang sama. Ibu HF yang berdagang kaki lima sekitar
HS adalah anak tunggal dari ibu yang berprofesi sebagai pedagang kaki lima
Sambung Jawa kelas 4. Tahun ini HS berumur 10 tahun. Setiap hari HS pergi
bekerja bersama ibunya ke Pantai sekitar pukul 12.00 dan pulang ke rumah
3. ST ( Ibu dari HF )
4. SJ (Ayah AD)
SJ adalah orang tua dari AD. SJ adalah seorang penjual balon berusia
42 tahun dan terakhir kali duduk di bangku sekolah saat ia duduk di Sekolah
Dasar.
5. BL (Penjual bakso)
6. WW (Penjual keripik)
bersekolah pada tingkatan SMP. Pria keturunan Jawa ini berusia 27 tahun.
Banyak bentuk- bentuk eksploitasi anak yang dilakukan oleh orang tua dan
masyakat sekitar anak jalanan bekerja. Baik itu eksploitasi fisik maupun psikis
anak, baik di rumah maupun di tempat bekerja eksploitasi ini dilakukan oleh
orang tua yang harusnya mendidik anak jalanan, petugas razia yang seharusnya
1. Eksploitasi Fisik
karena himpitan ekonomi yang menjadi faktor utama anak jalanan bekerja
ada kesalahan orang tua yang sangat fatal yaitu mereka justru tidak bekerja
sedangkan anak mereka yang notabene tidak punya kewajiban untuk mencari
Eksploitasi anak jalanan oleh orang sangat bervariasi. Ada orang tua
memasang target pendapatan tapi ada juga yang mematok target penghasilan
setiap harinya. Orang tua anak jalanan ini justru banyak yang memasang
target pendapatan setiap hari bahkan ada yang memasang target yang cukup
tinggi dan apabila dalam setiap harinya target tidak dapat dipenuhi anak
jalanan kerap terjadi kontak fisik seperti dicubit sampai kulitnya berwarna
merah atau di pukul dengan sandal atau sapu. Hal ini tentu saja menimbulkan
kerugian yang besar bagi anak karena fisik mereka yang tersakiti .
dieksploitasi oleh orang tua, sering kali mereka harus memberikan sejumlah
uang kepada preman yang berkeliaran di sekitar pantai. Perlakuan yang sama
terkadang harus diterima oleh anak jalanan, pemaksaan yang berakhir dengan
kontak fisik seperti dipukul dan ditendang. Eksploitasi fisik tidak hanya
dilakukan oleh masyarakat awam bahkan aparat penegak hukum kerap kali
melakukan tindak kekerasan terhadap anak jalanan. Para petugas razia anak
jalanan dalam hal ini adalah Satpol PP sering kali melakukan tindak
kekerasan terhadap anak jalanan baik itu terhadap anak jalanan yang bersalah
maupun yang tidak bersalah. Bentuk kekerasan fisik yang sering diterima
oleh anak jalanan yaitu didorong, dipukul, ditampar, ditendang dan diseret
masuk ke dalam mobil. Tindak kekerasan ini terjadi pada saat petugas
melakukan razia di Pantai Losari dan di Kantor Polisi saat anak jalanan di
Kalo ada polisi dating lari ka saya cepat karena biasa ki na pukul
sama na tending kalo tidak mau ki ikut baru na tarek tommi baju ta
sampe ta masuk ke mobil,baru sampe ta lagi di kantor polisi di kasi
begitu ki lagi (Wawancara, 25 Februari 2011)
dewasa mengingat posisi anak jalanan memang sangat lemah. Anak tidaklah
dengan alasan yang memang seharusnya tidak dilakukan oleh anak jalanan
seperti mencari uang. Dari segi fisik anak sulit melakukan perlawanan karena
harus berhadapan dengan orang dewasa seperti orang tua preman pemalak
dan petugas razia dan dari segi sosial anak tidak memeperoleh perlindungan
lebih berdampak buruk pada anak jalanan karena dapat menganggu pola
kata-kata kotor atau makian. Eksploitasi mental ini juga banyak diterima dari
berbagai kalangan baik dari orang tua, teman, preman, bahkan pengunjung.
Makian berupa kata-kata kotor sering diterima anak jalanan ketika di rumah
saat uang hasil bekerja tidak memenuhi target yang ditentukan orang tua.
Orang tua anak jalanan sering berkata kotor seperti ana’ sundala atau
kurang ajara kepada anak mereka tanpa memikirkan dampak psikis yang
mendapatkan tekanan psikis. Tekanan tersebut berasal dari preman , dan juga
pengunjung Pantai Losari. Preman Pantai yang kerap kali memeras anak
Perlakuan kasar seperti kata-kata kotor adalah hal yang buruk yang
tidak boleh dilakukan kepada anak termasuk anak jalanan. Masa anak-anak
perlakuan kasar berupa kata-kata kotor, cacian, hinaan maka anak akan
merasa tertekan, menjadi labil, putus asa dan akan terbiasa dengan keadaan
tersebut dan pada gilirannya anak akan melakukan hal yang sama pada orang
Salah satu tempat dikota Makassar yang marak dengan anak jalanan yaitu
sebagai preman. Jumlah anak jalanan di pantai losari sebanyak 150 anak jalanan,
anak jalanan yang ada berusia di kawasan pantai losari dari 4 - < 17 tahun.
berpendidikan sama sekali dan sebagian besar tidak bekerja atau hanya bekerja
serabutan seperti tukang sapu jalanan atau pedagang asongan. Dengan jumlah
anak jalanan sebanyak 150 orang tentu saja saingan dalam mendapatkan uang
juga banyak sehingga sering muncul perselisihan antar pengamen atau sesama
penjual asongan.
setiap harinya, anak jalanan tidak segan-segan untuk memaksa pengunjung untuk
memberikan uang kepada mereka bahkan ada beberapa yang melakukan aksi
dengan yang mereka inginkan. Hal ini tentu saja disebabkan oleh adanya target
uang yang harus didapatkan perharinya yang ditentukan oleh orang tua anak
jalanan tersebut. Apabila target yang diberikan tidak bisa dipenuhi mereka
pemalakan yang kerap kali dilakukan oleh preman yang berkeliaran sekitar
pantai.
Anak jalanan hanya bisa pasrah jika harus diperas karena jika tidak
setiap harinya anak jalanan yang berada di Pantai Losari ini selalu was-was
karena setiap saat satpol PP dating dan menertibkan mereka. Mereka bahkan
sering di bawa secara paksa oleh satpol PP karena kebanyakan dari anak jalanan
Faktor Ekonomi adalah salah satu faktor penyebab eksploitasi anak jalanan.
tua, Alasannya adalah himpitan ekonomi yang terus membelenggu sehingga anak
ibunya. Ibunya mengaku tidak memiliki uang karena ayah tirinya yang hanya
bekerja sebagai tukang sapu jalanan tidak dapat membiayai kebutuhan ibunya
beserta dengan saudara- saudara. MA mengaku dengan alasan yang sama ibunya
a. Pengangguran
jumlah pengangguran. Beban anak jalanan akan bertambah karena orang tua
mereka yang notabene mempunyai kewajiban untuk mencari uang justru tidak
bekerja. Inilah yang menyebabkan anak yang harus turun tangan membantu
memenuhi kebutuhan keluarga. Padahal jika orang tua yang bekerja tentu
jika pun ada pekerjaan tersebut memerlukan keterampilan yang tidak dimiliki
orang tua anak jalanan ini disebabkan orang tua anak jalanan rata- rata
diterima pada pekerjaan yang layak. Akhirnya, orang tua anak jalanan
Pendapatan orang tua yang rendah tentu saja tidak akan mencukupi
kebutuhan keluarga apalagi jika keluarga yang memiliki banyak anak. Banyak
anak berarti banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. Jika pendapatan orang
tua yang rendah dan tidak mencukupi kebutuhan keluaraga tentu saja anak
dalam hal ini yang seharusnya dibiayai oleh orang tuanya harus bekerja untuk
membiyai kebutuhannya bahkan kebutuhan orang tua. Tidak adanya
manajemen keuangan yang baik dalam keluarga anak jalanan juga adalah
masalah besar karena kondisi keuangan keluarga anak jalanan tidak akan
mengalami kemajuan . Anak jalanan akan terus menjadi kambing hitam jika
Apa tommi kodong mau kumakan sama adekku itu kalo tidak bekerja
ka, ini saja tidak cukup biasa ku makan. Mau diapa bapakku tukang
batu ji baru mamaku juga tidak bekerja, kalo ada ji juga rumah mau
dibikin kerjaji, kalo tidak ada , tinggal mi juga dirumah saya mi yang
cari uang sendiri.( Wawancara tanggal 25 februari 2012)
2. Faktor Budaya
Anak merupakan aset yang sangat berharga bagi orang tua. Anak
menjadi investasi bagi keluarga terutama masalah ekonomi. Bagi orang tua
memiliki anak berarti memiliki masa depan yang dapat lebih baik. Persepsi
Sama halnya dengan orang tua yang lain. Orang tua anak jalanan juga
demikian. Mereka menganggap anak adalah investasi yang baik dan bernilai
ekonomi yang tinggi dalam keluarga. Anak memiliki potensi yang dapat
mereka meski sudah melewati batas kewajaran seperti memaksa anak mereka
bekerja, dan akan melakukan tindak kekerasan kekerasan fisik dan mental
Pada kasus anak jalanan di Pantai Losari ditemukan kasus orang tua
Kebanyakan orang tua anak jalanan memaksa anak mereka bekerja untuk
Pada dasarnya penanaman etos kerja sejak dini kepada anak-anak adalah
hal yang positif bagi anak. Pada kasus eksploitasi anak jalanan di Pantai Losari ini
anak jalanan dididik untuk belajar mencari uang namun dalam perkembangannya
orang tua sering kali mengabaikan batas-batas kemampuan kerja seorang anak.
Anak-anak jalanan di Pantai Losari bekerja dari pukul 12.00 hingga 22.00 tentu
adalah diluar batas kewajaran dan sudah tidak merujuk pada tujuan pendidikan
bekerja pada anak. Anak jalanan mengalami banyak ancaman ditempat mereka
bekerja.
keselamatan anak adalah hal yang tidak sesuai dengan kaidah mendidik untuk
disiplin bekerja. Bekerja tidak selalu harus dilakukan diluar rumah, sebenarnya
seorang anak yang membantu orang tuanya di rumah sudah dapat dikatakan
mendidik anak untuk disiplin untuk bekerja. Meskipun, tidak menghasilkan uang ,
resiko bekerja di rumah lebih sedikit ketimbang bekerja di luar rumah. Sepert yang
Biarmi tommi saya anakku bekerja supaya tidak kuajar mi nanti kalo
sudah besar, bisa mi cari uang sendiri. Apalagi tidak susah tonji itu
kusurukanki. Begitu tonji ka kasian dulu waktu kecilku kerja tonji ka
juga ada tommi juga uang kudapat (Wawancara, 30 Maret 2012)
3. Faktor Pendidikan
Orang tua anak jalanan notabene adalah juga dulu bernasib sama dengan anak
eksploitasi anak jalanan di Pantai Losari bervariasi. Mulai dari yang hanya
memasang target penghasilan setiap hari dan bahkan jika target tidak
terpenuhi anak jalanan harus menerima perlakuan kasar seperti makian, kata-
Orang tua tidak sadar akan pentingnya pendidikan bagi masa depan seorang
anak dan hanya menyuruh anak jalanan bekerja karena pemahaman mereka
sekolah hanya menghabiskan uang dan waktu saja padahal uang untuk makan
pun sangat susah. Orang tua tidak sadar jika pendidikan anak mereka lebih
baik hal itu dapat membantu meningkatkan taraf hidup keluarga mereka
kelak.
Pemikiran orang tua anak jalanan yang dapat bekerja itu saja sudah
cukup karena pengalaman mereka yang tidak berpendidikan pun masih bias
bertahan hidup dengan keterampilan mereka bekerja. Pada kasus anak jalanan
di Pantai Losari ini, terlihat dari rendahnya pendidikan orang tua anak jalanan.
Dari penuturan anak jalanan dan orang tua anak jalanan sendiri , orang tua
anak jalanan rata-rata hanya tamatan SD. Seperti pengakuan Informan MA.
Eksploitasi Anak
diketahui dan dipahami oleh para orang tua yang melakukan eksploitasi
anak. Meskipun mereka mengerti aplikasi hukum dan sangsi yang akan
tua anak jalanan juga beranggapan bahwa masalah yang berurusan dengan
dicampuri oleh Negara. Seperti yang dituturkan oleh SJ, orang tua dari AD
tidak ada kutau saya itu masalah undang-undang, karena tidak pernah
juga nabilang pemerintah, malas tong ja juga saya ikuti itu
pemerintah tidak na perhatikan miki mau tong juga na parutusu i
semua, biar tong ananya orang na parutusu (Wawancara, 4 Februari
2012)
4. Faktor Psikis
kata-kata kotor, hinaan bahkan sampai kontak fisik diterima anak jalanan dari
berbagai pihak seperti preman di sekitar pantai, petugas razia dan pengunjung
pantai. Namun, eksploitasi ini ada juga disebabkan oleh anak jalanan itu
sendiri.
oleh pengunjung sehingga pengunjung juga kerap kali berbuat kasar kepada
Pada saat dilakukan razia anak jalanan juga kerap kali menolak untuk
memaksa anak jalanan seperti diseret dan dibuang. Namun, perilaku agresif
anak jalanan tersebut tidak hanya berasal dari diri mereka sendiri ada alasan
harinya.
Sama seperti anak pada umumnya anak jalanan juga memilih bermain
atau belajar ketimbang harus bekerja. Namun, desakan dan ancaman dari
orang tua tidak mampu ditepis oleh anak jalanan, ini disebabkan tingginya
rasa kewajiban berbakti dan ketergantungan kepada orang tua masih melekat
Banyak dampak negatif yang harus di tanggung oleh anak jalanan akibat
turunnya anak ke jalanan, mulai dari dampak fisik, pendidikan, pergaulan bebas,
1. Dampak pendidikan
terganggunya waktu belajar atau bahkan sampai putus sekolah . Anak jalanan
tidak diberi kesempatan untuk belajar dengan jam kerja yang sangat panjang,
belum lagi anak jalanan harus beristirahat karena kelelahan sehabis bekerja
sekolah YL hanya makan siang dan berganti pakaian di rumah setelah itu YL
ke tempat ia bekerja dan kembali ke rumah ketika malam sudah larut. Nasib
yang lebih buruk dialami oleh NJ, NJ bahkan putus sekolah akibat
keterbatasan biaya yang dimiliki orang tuanya. Seperti yang dikutip dalam
NJ hanya bisa pasrah ketika ia hanya bisa melihat teman-temannya yang lain
mengaku ketagihan untuk berdagang dan tidak tertarik lagi untuk bersekolah.
sebagai pengamen dan secara tidak sadar anak jalanan telah diburamkan dan
2. Dampak Fisik
yang terpenting bagi mereka hanyalah uang yang diperoleh oleh anak jalanan.
Perlakuan kasar dari orang tua, preman ataupun petugas razia seperti dipukul,
diterima anak jalanan. Perlakuan seperti ini kerap diterima anak jalanan ketika
anak jalanan tidak menuruti kemamuan orang tua, preman dan petugas razia
tersebut.
ditubuh mereka seperti lebam, benjol hingga berdarah. Namun, hal tersebut
sudah terbiasa dialami oleh anak jalanan sehingga rasa sakit akibat kontak
fisik tersebut sudah tidak anak jalanan rasakan apalagi mereka tidak mampu
Losari mulai dari siang hingga larut malam. Anak jalan tentu saja tidak lepas
dari sengatan matahari, terpaan angin malam dan hujan. Seperti pada
dan hal itu berdampak pada pendidikannya yang harus terbengkalai. Ironisnya
Panjangnnya jam kerja membuat anak jalana n rentan terkena penyakit. Selain
itu, anak jalanan kurang mendapat asupan gizi yang dapat menunjang
kesehatan kesehatan yang baik bagi anak jalanan. Anak jalanan terkadang
hanya makan 2 kali dalam sehari itupun jika pendapatan mereka lebih dari
target tapi jika pendapatan mereka hanya sedikit, anak jalanan terkadang
hanya makan sekali dalam sehari yaitu sebelum berangkat kerja, kalaupun
3. Dampak Psikis
Dampak yang cenderung tidak terlihat dari kasus anak jalanan ini adalah
dampak psikis. Intimidasi dari orang dewasa seperti orang tua, satpol PP dan
preman, terkadang harus mereka terima. Intimidasi yang diterima oleh anak
jalanan yang paling buruk adalah dari orang tua mereka. Intimidasi orang tua
terhadap anak jalanan diperoleh dari perlakuan orang tua kepada anak jalanan
apabila anak jalanan tidak membawa uang yang cukup dari target pendapatan
Adanya target pendapatan ini membuat anak jalanan merasa tertekan dan
ketakutan karena jika target tidak terpenuhi mereka akan mendapat perlakuan
kasar dari orang tua mereka seperti makian bahkan ada yang yang sampai dicubit
intimidasi dari satpol PP. Satpol PP sering kali berbuat kasar terhadap anak
jangka waktu yang lama adalah hal yang tidak sepantasnya dilakukan kepada
anak jalanan mengingat anak-anak masih memiliki kondisi mental yang masih
lemah. Salah satu perlakuan buruk Satpol PP lainnya adalah mereka kerap kali
jalanan karena sering kali anak jalanan yang menjadi sasarannya belum tentu
adalah tersangka yang mereka cari. Hal ini tentu saja menimbulkan tekanan
mental bagi anak jalanan . Psikis anak jalanan menjadi tertekan, ketakutan dan
selalu merasa gelisah. Tekanan anak jalanan semakin bertambah karena jarang
sekali ada pihak yang simpati kepada mereka, baik itu keluarga , pengunjung
Anak jalanan memang sasaran yang empuk bagi orang dewasa sebagai
korban kekerasan. Preman di sekitar Pantai Losari juga tidak segan untuk
memeras uang anak jalanan meskipun mereka notabene memiliki profesi yang
sama namun hanya usia yang berbeda. Preman di sekitar Pantai Losari
kebanyakan adalah anak jalanan yang lebih dewasa. Berumur diatas 17 tahun.
Anak jalanan sering kali mendapat perlakuan kasar dari preman ketika anak
memukul atau menampar anak jalanan apabila permintaan mereka tidak dipenuhi
oleh anak jalanan. Seperti yang dikutip dari WW seorang penjual keripik kentang.
Disini tidak adaji preman yang orang dewasa tapi yang seumur SMA ji
ada, bisaa na mintaki uangnya itu yang anak kecil yang mengemis,
kalo tidak di kasi uang bisaa napukuli itu anak kecil kodong
(Wawancara, 7 April 2012)
Dalam situasi dilematis sepeti ini anak jalanan harus memilih memberikan
uang kepada preman atau harus rela dipukuli oleh preman. Yang lebih ironi, uang
pendapatan anak jalanan akan berkurang sehingga mereka harus bekerja keras
memenuhi target jumlah uang yang harus mereka bawa ke rumah atau jika tidak
perlakuan yang sama akan diberikan oleh orang kepada anak jalanan.
kebanyakan anak jalanan yang sewaktu kecil sering dikucilkan oleh orang-orang
dari segala bentuk kekerasan baik fisik maupun mental sehingga siapapun yang
Namun, hal yang lebih urgen adalah intimidasi berupa kekerasan seperti itu lebih
berdampak serius pada kondisi kejiwaan anak. Anak akan selalu merasa tertekan
4. Dampak Sosial
orang dewasa terhadap anak jalanan, baik itu dari orang tua, preman,
maupun petugas razia anak jalanan sehingga anak jalana juga melakukan hal
yang sama kepada orang lain. Seperti yang dituturkan oleh pengunjung AS.
Losari adalah mencopet. Menurut salah seeorang supir bus pariwisata Kota
Makassar , TJ .
Pernah ka satu kali bawa tamu kesini, ada amplop na pegang, belum
na buka itu itu amplopnya , dating mi anak pengemis rampas ki baru
na bawa lari terpaksa pasrah mami kodong itu orang karena mau
diapa na anak kecil juga kasian tong ki liatti , mau di kejar na
jauhmi, isinya juga itu amplop tidak seberapa ji (Wawancara, 7 april
2012)
mereka bekerja tidak cukup selain karena anak ajalan yang sudah lelah
bekerja, Pantai Losari juga kerap sepi pengunjung. Dampak kriminal seperti
masyarakat setempat.
b. Pergaulan Bebas
Banyak hal yang bisa terjadi saat anak jalanan berada di tempat kerja.
ngelem, seks bebas dan lain-lain. Dampak seperti ini banyak membawa
dampak buruk bagi anak jalanan baik dari kesehatan fisik, mental, bahkan
nyawa anak jalanan ikut menjadi taruhannya. Dampak seperti ini biasanya
tertular oleh pergaulan dengan teman-teman yang salah dan kebanyakan anak
menganggu saraf otak karena lem yang dihirup banyak mengandung bahan
kimia yang berbahaya. Seperti yang dituturkan oleh salah satu pengunjung
pantai Losari BL
Itu anak-anak pengamen disini sering isap lem, biar pergi
mengamen na bawa tong itu lemnya (Wawancara, 30 maret
2012)
aktifitas ngelem.
Biasanya kalo tidak menjual ka, istirahat ka dulu sambil isap lemku,
biasanya lem fox atao lem alteko ku isap , enak mentong dirasa,
melayang-layang itu pikiran baru pake kantong plastik tonji ka juga
jadi tidak terlalu bahaya ji (Wawancara, 9 maret 2012)
Meskipun menurut pengakuan anak jalanan mereka menggunakan
kantong plastik sewaktu ngelem namun, efek dari ngelem tetap saja
pemakaian lem secara terus menerus akan memberikan efek yang buruk
PENUTUP
A. Simpulan
rendahnya pendapatan orang tua, persepsi orang tua yang salah mengenai nilai
anak, penanaman etos kerja pada usia dini, rendahnya pendidikan orang tua,
anak dan faktor yang berasal dari dalam diri anak jalanan sendiri yang
eksploitasi anak jalanan di Pantai Losari berupa eksploitasi fisik dan mental
atau psikis.
kerugian bagi anak jalanan baik dari segi pendidikan , kesehatan , psikis dan
sosialnya.
B. Saran-saran
1. Anak jalanan sama potensinya dengan anak pada umumnya, anak jalanan juga
jalanan akan manjadi sia-sia jika tidak ada ketegasan untuk mengimplementasi
memberikan penyuluhan kepada orang tua anak jalanan tentang sanksi yang
diberikan terhadap orang tua yang melakukan eksploitasi kepada anak mereka.
2. Persoalan anak jalanan dapat diselesaikan dengan cara menarik masalah anak
jalanan keluar dari maslah domestik keluarga sehingga orang tua anak jalanan
yang menangangi anak jalanan sehingga dapat memberantas anak jalanan dan
A. Buku
Anwar, ,Evi Nurvida. dan Toro S Wongkaren. 1967. Masalah Anak dan Implikasi
Ekonomi. Jakarta: LP3ES
Gosita, Arif. 1998. Masalah perlindungan Anak. Jakarta: Akademika Pressindo
Hanindita, Wiyono, Nurhadi. 1994. Anak-anak Jalanan dalam Warta Demografi
Tahun ke 24. Jakarta: Universitas Indonesia
Lawang, Robert M.Z. 1985. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Karunika
Moleong, J. Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya
Riyanto, Agus, (Ed). 2004. Perlindungan Anak: Sebuah Buku Panduan Bagi
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Interparlementasi Union: UNICEF
Robert, K. Yin. 2000. Studi Kasus (Desain dan Model). Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Soekanto, Soerjono, 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo
Persada
Soetomo. 2010. Masalah Sosial dan Upaya Penangannya. Jogjakarta: Pustaka
Pelajar
Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Suhendi, Hendi dan Wahyu Ramdani. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga.
Bandung: Pustaka Setia
Suyanto, Bagong. 2010. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana
Undang-Undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
Utami, Andri Yoga dkk.2002. Pekerja Anak di India. Jakarta: Jarak
Wiyono, Nurhadi. 1997. Masalah-masalah Pekerja Anak. Jakarta: Yayasan
Kesejahteraan Anak Indonesia.
B. Skripsi
Faisal. 2011. Peran Perempuan di Sektor Informal Terhadap Ekonomi Rumah
Tangga (Kasus Perempuan Pedagang Kaki Lima di Universitas
Hasanuddin). Skripsi S1 Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universiatas Hasanuddin
Rahman, Astriani. 2007. Eksploitasi Orang Tua terhadap Anak Dengan
Mempekerjakan Sebagai Buruh. Skripsi S1 Fakultas Psikologi Universitas
Gunadarma
Riadi, Buyung. 2011. Tindakan Sosial Anak Jalanan (Pengamen)di Kawasan
Pantai Losari. Skripsi 1 Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Univeresitas Hasanuddin.
C. Internet
wikipedia.com diakses tanggal 22 Januari 2012
Khoirunnisa. Pengertian Anak Jalanan. 2011. http://id.shvoong.com/social-
sciences/education/2179548 pengertian-anak-jalanan, di akses tanggal 12 maret
2012
http://www.ipkbkaltim.com/?p=1214 Persepsi Keluarga terhadap Nilai Anak,
diakses tanggal 30 Maret 2012
http://dreamhouse.happyshine.org/solidaritas.html , diakses tanggal 7 April 2012
Lampiran I
JADWAL PENELITIAN
No. Jenis Kegiatan Waktu Pelaksanaan Keterangan
1 Persiapan Teknis minggu ke dua sampai tiga Persuratan dan
Januari 2012 konsultasi pra
penelitian
2 Observasi Minggu ke empat Januari
2012
3 Wawancara Bulan Februari sampai
April 2012
4 Analisis data Selama bulan April
5 Kegiatan lain Kegiatan yang
berhubungan dengan
penelitian seperti
penyusunan laporan
dan konsultasi
dengan dosen
pembimbing
Lampiran 2 Dokumentasi Penelitian
BIODATA PENULIS
Agama : Islam
Kewarganegaraa : Indonesia
NO HP :085240878522