Pembimbing :
Disusun Oleh :
201620401011136
FAKULTAS KEDOKTERAN
2017
KATA PENGANTAR
rahmatNya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus stase Ilmu Kesehatan Anak
Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bhayangkara Kediri. Tidak lupa penulis
ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan kasus ini, terutama kepada dr. Arsi Widyastriastuti, Sp.A
dalam penyusunan dan penyempurnaan laporan kasus ini. Tidak lupa pula, penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada dr.Nieken Susanti, Sp.A, M.Biomed dan
dr. Taufik Raffendi, Sp.A atas ilmu yang beliau berikan kepada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Daftar Isi........................................................................................................... 3
3
BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. SA Nama ibu : Ny. E
Usia : 6 th 8 bln Usia : 35 th
Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : IRT
BB : 18 kg Pendidikan : SMA
Masuk RS : 21-12-17 pukul 21.00
Alamat : Dusun Takat, KampungBaru, Nganjuk
ANAMNESIS (Heteroanamnesis)
1. Keluhan utama : Panas badan
2. RPS : Ibu pasien mengatakan bahwa pasien panas badan tiba-tiba sudah 2
hari ini. Panas badan disertai nyeri saat menelan. Terasa mual dan hari ini
muntah 4 kali, , badan terasa lemas dan nafsu makan berkurang. Pasien
mengeluh batuk (+) dan pilek (+) sejak 2 hari ini. BAK dan BAB lancar,
mencret (-).
3. RPD : Riwayat TB Paru 3 tahun lalu (+). Riwayat alergi makanan/obat (-
). Riwayat sakit thypoid (+), gastritis (-), DHF (-), malaria (-), asma (-),
kejang (-).
4. RPK : Tidak ada keluarga dirumah yang sakit seperti pasien..
5. RPSos : Bapak dari pasien tidak merokok, lingkungan rumah tidak
berpolusi jauh dari jalan utama kendaraan, pasien suka beli jajanan di luar
rumah.
6. Riwayat Pengobatan : sanmol (+) Lagesil (+)
7. Riwayat Kehamilan dan persalinan : Kontrol rutin ke bidan saat
kehamilan, riwayat muntah berlebihan (-), riwayat hipertensi (-),
perdarahan (-) atau keadaan patologi lainnya (-). Anak ke-1, perempuan,
cukup bulan, SptB, berat badan lahir 3000 gram, langsung menangis.
4
8. Riwayat Gizi : Dari lahir minum ASI usia 2 tahun. MPASI mulai
diberikan saat usia 6 bulan. Pasien makan 2-3x/hari namun sedikit
porsinya.
9. Riwayat Imunisasi :
Imunisasi Frekuensi Usia
Hepatitis B 3 0, 1, 6 bulan
Polio 5 0, 2, 4, 6, booster 18 bulan
BCG 1 2 bulan
DTP 4 2, 4, 6, booster 18 bulan
Campak 2 9, booster 24 bulan
MMR 1 15 bulan
5
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
- Kesadaran : Komposmentis
- Tanda vital :
RR : 22 x/ menit
Suhu : 37,7° C
BB : 18 kg
Kepala/Leher
Mulut : Pucat (-), sianosis (-),lidah kotor (-), mukosa bibir basah,
faring
bercak putih
Thorax
Abdomen
Bising usus (+) normal, soefl, hepar dan lien tidak teraba, NT (+) regio
9
Ekstremitas Akral hangat, kering, merah, CRT < 2 detik, edema -/-
10
PEMERIKSAAN SAAT PASIEN di R. Melati (23 Desember 2017 14.00)
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
- Tanda vital :
RR : 20 x/ menit
Suhu : 36,,2° C
BB : 18 kg
Lidah dan bibir : sianosis (-) bibir normal, lidah kotor (-), faring hiperemis
Thorax Pulmo :
Ves +/+ Rh - - Wh - -
- - - -
Auskultasi:
11
Thorax Cor :
Abdomen :
Palpasi : Soefl (+), nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, kering, merah, CRT < 2 detik, edema -/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis
Problem List
12
Nyeri tenggorokan Sering terbangun saat tidur
Initial Diagnosis
Perencanaan/Planning
Planning Diagnosis:
ASSESMENT :
PLANNING TERAPI:
Infus RL 1250cc/24jam
Planning Monitoring
buntu)
Planning Edukasi
13
2. Setelah KRS orang tua diminta kontrol, untuk mengetahui perkembangan
untuk aktif berolahraga seperti diajak berjalan saat pagi hari, untuk
14
FOLLOW UP
- - - -
- - - -
15
Tonsil merah muda, Tonsil cair
T3/T2 - Zinc 1tab20mg/hari
Thorax: retraksi dinding selama 10 hari
dada (-), stridor (-) - L-Bio 250mg 3x1
vesikuler/vesikuler+, - P.O Paracetamol syr 3x1,5
ronchi, wheezing cth p.r.n
- - - Edukasi
- -
- - - -
16
(+), CRT <2 detik , edema -/-
25-11-17 Panas (-), nyeri Keadaan umum: cukup Tonsilitis Planning Tx :
tenggorokan (-), Kesadaran: Komposmentis, Kronis + - Infus RL 1250cc/24jam
mual (-), muntah (- GCS E4V5M6 GEA - Injeksi Cefadroxil
), nyeri perut (-), Tanda vital : 2x500mg
BAB cair ±3-4x, Nadi : 100x/ menit - Injeksi Ranitidinie
ampas (+), nafsu RR : 22x/ menit 2x10mg
ma ↓ Suhu : 36,8 ° C - Oralit 5-10ml tiap BAB
Kepala/Leher: a/i/c/d -/-/-/- cair
Tonsil merah muda, Tonsil - Zinc 1tab20mg/hari
T3/T2 selama 10 hari
Thorax: retraksi dinding - L-Bio 250mg 3x1
dada (-), stridor (-) - P.O Paracetamol syr 3x1,5
vesikuler/vesikuler+, rh-/-, cth p.r.n
wh-/- - Edukasi
Abdomen: flat ,soefl, NT (-)
hepar-lien tidak teraba besar,
BU (+)
Ekstremitas: akral hangat
(+), CRT <2 detik , edema -/-
26-11-17 Panas (-), nyeri Keadaan umum: cukup Tonsilitis Planning Tx :
tenggorokan (-), Kesadaran: Komposmentis, Kronis + - Infus RL 1250cc/24jam
mual (-), muntah (- GCS E4V5M6 GEA - Injeksi Cefadroxil
), nyeri perut (-), Tanda vital : 2x500mg
BAB lembek ±3x, Nadi : 100x/ menit - Injeksi Ranitidinie
nafsu ma (+) RR : 22x/ menit 2x10mg
Suhu : 36,2 ° C - Oralit 5-10ml tiap BAB
Kepala/Leher: a/i/c/d -/-/-/- cair
Tonsil merah muda, Tonsil - Zinc 1tab20mg/hari
T3/T2 selama 10 hari
Thorax: retraksi dinding - L-Bio 250mg 3x1
dada (-), stridor (-) - P.O Paracetamol syr 3x1,5
17
vesikuler/vesikuler+, rh-/-, cth p.r.n
wh-/- - Edukasi
Abdomen: flat ,soefl, NT (-)
hepar-lien tidak teraba besar,
BU (+)
Ekstremitas: akral hangat
(+), CRT <2 detik , edema -/-
Laboratorium DL
RBC 4,15 x 106 ul
Hb 11,8 g/dl
Hct 34,0%
PLT 209 x 103 ul
WBC 7,4 x 103 ul
Neu 45,7 %
Lym 41,1 %
Mon 8,8 %
Eos 1,5 %
Bas 2,9 %
LED 45 /jam
27-11-12 Panas (-), nyeri Keadaan umum: cukup Tonsilitis KRS
tenggorokan (-), Kesadaran: Komposmentis, Kronis + Obat pulang
mual (-), muntah (- GCS E4V5M6 GEA Cefixime 45mg 3x1
), nyeri perut (-), Tanda vital : L-Bio 250mg 3x1
BAB lembek 1x, Nadi : 100x/ menit Pulv. Asam mefenamat/
nafsu ma (+) RR : 20x/ menit Pseudephedrine/
Suhu : 36,5 ° C Cetirizine/
Kepala/Leher: a/i/c/d -/-/-/- Salbutamol/
Tonsil merah muda, Tonsil Metilprednisolone
T3/T2 3x1
Thorax: retraksi dinding Sol Epinefrine
dada (-), stridor (-)
vesikuler/vesikuler+, rh-/-,
wh-/-
Abdomen: flat ,soefl, NT (-)
18
hepar-lien tidak teraba besar,
BU (+) N
Ekstremitas: akral hangat
(+), CRT <2 detik , edema -/-
19
BAB II
PEMBAHASAN
20
cekung, bising usus meningkat, tidak didapatkan nyeri tekan pada perut, akral
hangat, turgor kulit kembali cepat, dan CRT< 2 detik.
21
Penegakan Diagnosa
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik awal, kemungkinan
diagnosa adalah tonsilitis kronis. Menurut American Academy of Pediatrics tahun
2007, tonsilitis adalah inflamasi pada tonsil yang biasanya diakibatkan oleh
adanya infeksi. Beberapa tanda yang menunjukan tonsilitis termasuk :
- Tonsil hiperemi dan bengkak
- Ada selaput kuning atau putih yang menutupi tonsil
- Throaty voice
- Nyeri tenggorokan
- Rasa tidak nyaman atau nyeri pada saat menelan
- Pembesaran kelenjar getah bening pada leher
- Fever
Pada pasien telah ditemukan nyeri tenggorokan, nyeri pada saat menelan,
fever, pemeriksaan fisik ditemukan tonsil yang hiperemi serta bengkak (tonsil
T3/T2) dimana pasien dapat didiagnosis mengalami tonsilitis.
Klaus Stelter pada tahun 2014 menyebutkan bahwa tonsilitis kronis terjadi
akibat adanya perubahan secara kronis pada tonsil karena perburukan saat fase
akut tonsilitis. Pada beberapa kasus, menyarankan untuk lebih menyebutkannya
sebagai tonsilitis rekuren karena tidak ada tonsilitis kronik yang nyata dengan
gejala yang konsisten selama lebih dari 4 minggu dengan pengobatan yang
adekuat. Paradise et al pada penelitiannya tahun 1984 menjelaskan adanya
tonsiltis rekuren didefinisikan sebagai tonsilitis akut yang berulang lebih dari 7
kali dalam 1 tahun, 5 kali setiap tahun selama 2 tahun, atau 3 kali setiap tahun
selama 3 tahun, dimana American Academy of Otolaryngology - Head and Neck
Surgery tahun 2017 menyebutkan bahwa diagnosis tonsilitis rekuren dapat
dilakukan saat seseorang memiliki multiple episode tonsilitis akut dalam setahun.
Tonsilitis dimulai saat kuman masuk ke tonsil melalui kriptanya secara
aerogen yaitu droplet yang mengandung kuman terhisap oleh hidung kemudian
nasofaring terus masuk ke tonsil maupun secara foodborn yaitu melalui mulut
masuk bersama makanan. Terjadinya infeksi pada tonsil berhubungan erat dengan
lokasi maupun fungsi tonsil sebagai pertahanan tubuh terdepan. Terjadi
perlawanan antara tubuh dengan antigen dan kemudian terbentuk fokus infeksi.
22
Setelah terjadi serangan tonsilitis akut ini tonsil akan benar-benar sembuh atau
bahkan tidak dapat kembali sehat seperti semula. Penyembuhan yang tidak
sempurna akan menyebabkan peradangan ringan pada tonsil. Apabila keadaan
ini menetap atau berulang, bakteri patogen akan bersarang di dalam tonsil dan
terjadi peradangan yang kronis.
Brook dan Gober seperti dikutip oleh Hammouda tahun 2009 menjelaskan
tonsilitis kronis adalah suatu kondisi yang merujuk kepada adanya pembesaran
tonsil sebagai akibat infeksi tonsil yang berulang. Gejala klinis tonsilitis kronis
didahului gejala tonsilitis akut seperti nyeri tenggorok yang tidak hilang
sempurna. Infeksi yang berulang dan sumbatan pada kripta tonsil mengakibatkan
peningkatan stasis debris maupun antigen di dalam kripta dan dapat menyebabkan
halitosis, serta dapat menjadi sumber infeksi berikutnya karena terjadi penurunan
integritas epitel kripta sehingga memudahkan bakteri masuk ke parenkim tonsil.
Pembesaran tonsil dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi sehingga timbul
gangguan menelan, obstruksi sleep apnea dan gangguan suara. Pada pemeriksaan
fisik dapat ditemukan tonsil yang membesar dalam berbagai ukuran, dengan
pembuluh darah yang dilatasi pada permukaan tonsil, arsitektur kripta yang rusak
seperti sikatrik, eksudat pada kripta tonsil dan sikatrik pada pilar.
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya saat tidur membuka mulutnya dan
mengorok, dimana dicurigai terjadi obstuction sleep apnea (OSA). Anak juga
mudah terbangun saat tidur. Gejala ini juga bisa menjadi suatu pertanda bahwa
terjadi enlargement of adenoid karena infeksi terkait tonsilitis yang terjadi pada
pasien.. Menurut American Academy of Pediatrics tahun 2007, beberapa tanda
enlargement of adenoid adalah :
- Bernafas lebih sering melalui mulut daripada melalui hidung
- Nose sounds "blocked" ketika anak berbicara
- Noisy breathing during the day
- Mengorok saat tidur
Tanda enlargement of adenoid juga dapat terjadi oleh karena sinusitis,
namun dari pemeriksaan radiologi Foto Water’s menunjukan hasil tidak ada
kelainan pada sinus paranasalisnya. Adanya leukositosis pada pemeriksaan darah
mengindikasikan bahwa mungkin tonsilitis yang terjadi dikarenakan oleh bakteri.
23
Menurut Udayan et al pada tahun 2017, penyebab tersering pada tonsilitis
akut adalah virus, namun pada beberapa kasus tonsilitis kronik yang lebih sering
menyebabkan adalah karena bakteri terutama oleh group A beta-hemolytic
Streptococcus pyogenes (GABHS).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pasien diagnosis yang
mungkin pada pasien adalah suspect tonsilitis kronis et causa bacterial infection.
24
Pasien dengan diare rentan mengalami dehidrasi. Beberapa gejala dapat
menjadi penentu derajat dehidrasi pada pasien menurut Departemen Kesehatan RI
tahun 2011 adalah sebagai berikut:
Pada pasien ini keadaan umumnya masih baik, pasien sadar, mata cekung,
keinginan untuk minumnya masih dalam batas normal, dan turgor kulitnya
kembali cepat. Maka, dapat disimpulkan pasien ini mengalami diare tanpa
dehidrasi.
khususnya pada anak-anak dan remaja, menunjukkan manfaat terbesar dan juga
biaya yang terendah. Cephalosporin lebih efektif pada anak di bawah usia 12
tahun dan untuk tonsilitis rekuren, karena dapat membasmi lebih banyak strain
lebih banyak efek samping dengan khasiat yang sama dan oleh karena itu hanya
25
diberikan untuk penderita yang alergi Penisilin. Dosis Penisilin V oral 15-
dengan Azitromisin (20 m /kg) selama 3 hari atau Klaritromisin dan Sefalosporin
selama 5 hari sama dengan terapi Penisilin jangka panjang dengan kepatuhan yang
lebih baik. Juga, penghentian awal Penisilin setelah 5 hari menunjukkan tidak ada
26
Namun, peneltian terbaru yang dilakukan oleh Roggen et al (2013)
berjudul “Centor criteria in children in a paediatric emergency department: for
what it is worth” menunjukan hasil ketidakefektifannya Centor Score sebagai
faktor prediktif untuk mencari GABHS dalam kultur swab tenggorokan pada
anak-anak.
Terapi IGD memberikan antibiotik Ceftriaxone 3 x 1/3 vial. Karena telah
banyak kasus resistensi Ceftriaxone karena penggunaannya yang kurang tepat,
maka antibiotik yang dianjurkan pada pasien ini adalah Cefadroxil 2 x 500mg,
dimana Cefadroxil lebih efektif dalam membasmi bakteri gram (+) seperti
Streptokokus.
Terapi Suportif
Steroid
Steroid oral atau intramuskular pada anak-anak dan remaja juga
menunjukkan perbaikan yang signifikan pada gejala dengan efek samping
minimal dan tidak ada efek negatif pada perkembangan penyakit. Hasil terbaik
27
terlihat pada faringitis streptokokus yang terbukti untuk Deksametason 10 mg,
serta Betametason 8 mg dan Prednisolon 60 mg dengan pengurangan rasa sakit
dan perasaan sakit yang jelas, baik pada tonsilitis akut, maupun faringitis atau
nyeri tenggorokan.
Untuk saat ini tidak dianjurkan pemberian steroid pada pasien karena
sedang mengalami gangguan GIT.
Analgesik
Obat antiinflamasi non steroid telah berhasil digunakan sebagai analgesik
pada anak-anak selama lebih dari 40 tahun . Untuk tonsilitis akut, Ibuprofen
menunjukkan kemanjuran tertinggi dengan efek samping minimal dibandingkan
dengan Parasetamol dan asam asetilsalisilat (ASA). Keuntungan lain Ibuprofen
adalah durasi kerja yang lebih lama 6-8 jam berbeda dengan Parasetamol. Kisaran
terapeutik kedua zat itu sama besar pada dosis yang benar dan potensi
keamanannya sebanding. Namun, dalam kasus overdosis dengan parasetamol,
kerusakan hati jauh lebih sulit diobati. Sebagai perbandingan, ASA menunjukkan
efek samping gastrointestinal yang lebih signifikan dan tidak boleh digunakan
untuk tonsilitis akut dengan kemungkinan tonsilektomi berikutnya karena
penghambatan agregasi platelet.
Diklofenak dan ketorolac pada anak-anak memiliki lebih sedikit docking
sites dan dimetabolisme lebih cepat, itulah sebabnya mengapa dosisnya harus
disesuaikan (dosisnya lebih tinggi daripada orang dewasa). Metamizol tidak
dianjurkan sebagai analgesik pilihan pertama atau kedua pada anak-anak karena
risiko agranulositosis yang ada di literatur dunia (Klaus Stelter, 2014).
Terapi analgesik dari IGD adalah Metamizole 3 x 200mg. Pada pasien ini
lebih dianjurkan Paracetamol sebagai analgesiknya dengan dosis 10mg/kgbb/x.
Paracetamol tersebut juga dapat digunakan sebagai antipiretik.
Terapi dari IGD juga memberikan Ranitidine. Ranitidine dapat diberikan
sebagai antireflux agents. Dosis Ranitidine 2-5mg/kgbb/x (2-3x/hari).
Antisecptic mouthwash
Obat kumur antiseptik dengan chlorhexidine atau benzydamine telah diuji
dalam penelitian dari Turki (double blind dan placebo-controlled) dan
menunjukkan perbaikan gejala pada anak-anak dan orang dewasa.
28
Operatif
Garetz et al (2017) menjelaskan Obstructive sleep-disordered breathing
(SDB) mencakup berbagai kelainan pernapasan nokturnal, mulai dari habitual
snoring hingga OSA yang nyata. OSA didefinisikan sebagai episode periodik
pembatasan aliran udara nokturnal (hypopneas) atau obstruksi (apnea) yang
berhubungan dengan gangguan tidur, gairah tidur, desaturasi oksigen, dan
kemungkinan hiperkapnia. American Academy of Pediatrics (2012) menjelaskan
gejala dan tanda dari OSA sebagai berikut:
29
pemeriksaan klinis ditemukan hipertrofi adenotonsillar, dan anak tidak memiliki
kontraindikasi untuk operasi, dokter harus merekomendasikan adenotonsilektomi.
30
Kontraindikasi pada dilakukan adenotonsilektomi sebagai berikut
muntah
Planning terapi pada pasien ini didasarkan pada 5 pilar tatalaksana diare
anak; rehidrasi, nutrisi, zinc, antibiotik selektif, serta edukasi pada pasien.
- Rehidrasi. Pada pasien didapatkan diare tanpa dehidrasi, maka
rehidrasi cairan dengan oralit/ CRO (Cairan rehidrasi oral). CRO
diberikan 5-10ml/kgbb tiap kali BAB cair atau berdasarkan usia,
31
yaitu umur < 1 tahun sebanyak 50-100 ml, umur 1-5 tahun
sebanyak 100-200 ml, dan umur di atas 5 tahun semaunya.
- Nutrisi. Jika anak terbiasa minum susu maka diberikan susu rendah
gula (low lactose). Berikan makan yang biasa dimakan anak saat
sehat, dan juga makanan yang tinggi kalium seperti buah pisang,
makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein pula. Beri makan
dengan frekuensi lebih sering.
- Zinc. Pada anak usia >6 bulan diberikan 1tab (20mg) per hari
selama 10 hari berturur-turut. Zinc berguna untuk reepitelisasi vili
usus.
- Antibiotik selektif. Antibiotika tidak diberikan secara rutin pada
diare akut, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3
hari tanpa pemberian antibiotik. Pemberian antibiotika yang tidak
tepat akan memperpanjang keadaan diare akibat disregulasi
mikroflora usus. Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan
gejala dan tanda diare yang berdarah, curiga kolera, diare dengan
penyakit lain (pneumonia), dan diare pada pasien
immunocompromise.
- Edukasi. Berikan edukasi dan cek pemahaman Ibu tentang cara
pemberian oralit, zinc, makanan, dan tanda-tanda untuk segera
membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak : BAB cair lebih
sering, muntah berulang-ulang, mengalami rasa haus yang nyata,
makan atau minum sedikit, demam, tinjanya berdarah, atau tidak
membaik dalam 3 hari.
Pada pasien ini, maka tatalaksana GEA nya :
Rencana tatalaksana diare akut
- pemberian cairan intravena karena anak muntah, RL 1250cc/24jam
- oralit 5-10ml/kgbb tiap kali BAB cair
- zinc 1tab per hari selama 10 hari
- antibiotik yang diberikan pada pasien adalah antibiotik yang juga
digunakan untuk mengobati tonsilitisnya
- pemberian nutrisi dan edukasi
32
Rencana terapi suportif
- Antipiretik Paracetamol 10mg/kgbb/x
- Antiemetik. Muntah sering mengganggu terapi peroral. Muntah
juga dapat menyebabkan pasien kehilangan cairan dan elektrolit.
Maka pemberian antiemetik perlu dilakukan. Sebuah studi
menyebutkan bahwa Ondansetron dianggap alternatif sebanding
yang aman terhadap Domperidone yang sering dipakai pada anak
dengan gastroenteritis akut yang disertai muntah. Walaupun
memiliki efek samping ekstrapiramidal yang lebih besar daripada
Domperidone, tetapi efikasi dalam mengatasi muntahnya lebih
baik. Maka, antiemetik yang dianjurkan pada pasien ini adalah
Ondansetron 0,2mg/kgbb/x.
33
Bagan Rencana Terapi pada Anak Diare
34
Diagnosis Banding pada kasus ini adalah
- Nyeri
tenggorokan
- Nyeri telan
Nausea
- Pusing
- Hidung buntu
- Tidur mengorok
- Tonsil hiperemi,
T3/T2
seperti ini
- BAB cair ± 10 FL
hari
- Sering flatus
- Nausea
- Vomit
- Febris
- Mata cekung
- Turgor kulit
kembali cepat
35
- CRT <2detik
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2011. Lima Langkah Tuntas Diare. Dalam Buku Saku
Petugas Kesehatan. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan
36
Rerksuppaphol S, Rerksuppaphol L. 2013. Randomized study of ondansetron
versus domperidone in the treatment of children with acute gastroenteritis. J
Clin Med Res. 2013 Dec;5(6):460-6
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Stelter, Klaus. 2014. Tonsillitis and sore throat in children. GMS Current Topics
in Otorhinolaryngology - Head and Neck Surgery 2014,Vol.13, ISSN1865-
1011
37