Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Cara Penularan
HEPATITIS A HEPATITIS B
HEPATITIS G
Host infected
Hepatitis A/B/C/D/E/G
HAV/HBV/HCV/HDV/HEV/HGV
Merangsang Replikasi virus
respon imun
Masuk ke sel hati
Pelepasan Virus berikatan dengan
mediator Pembentukan reseptor sel hati
Inflamasi
inflamasi Antibodi
Virus hepatitis uncoated
Demam
Melisis
hepatocytes Translation into
yang terinfeksi polyprotein (P1,P2,P3)
Capsid
assembly
Lobus berisi +strand RNA/DNA
MK:
Sensasi infiltrat replication
Perubahan
nyeri kenyama- inflamasi
Pembentuk-
nan an virion -strand RNA/DNA
Nekrosis matang replication
Abdominal
pain
Kerusakan Ke luar RNA/DNA translation
Fungsi sel hati sel hati into protein
detoksifikasi
terganggu Obstruksi
duktus biliaris
Ke saluran Ke pembuluh
Pelepasan empedu melalui darah
toksin Bilirubin bebas bile canaliculi
tidak bisa lewat
dari darah ke usus Ginjal Limpa
Masuk Usus
sirkulasi
darah Hiperbiliru- Lymphanodes
Diekskresikan
binemia (feses)
Kadar Spleno
toksin megaly
darah ↑ Ikterus Feses Kel. Limfe
cerah servikal
posterior
Suplai O2 ke Urin gelap membesar
jaringan (-)
MK: Harga diri
Metabolisme rendah situasional MK: Resiko
anaerob Mual; terhadap
muntah infeksi
Pe ↑ asam laktat
MK: Kebutuhan nutrisi kurang dari
Anoreksia kebutuhan tubuh
Lelah
MK: Resiko tinggi terhadap
MK: Intoleran aktivitas kekurangan volume cairan
2.5 Pemeriksaan Penunjang Hepatitis
Tes Fungsi Hati
Lebih dari 70% parenkim hati mungkin sudah mengalami
kerusakan sebelum tes fungsi hati memperlihatkan hasil yang
abnormal.fungsi hati umumnya diukur dengan memeriksa aktivitas enzim
serum, nsentrasi serum protein, bilirubin, ammonia, faktor pembekuan dan
lipid. Beberapa tes ini dapat membantu mengkaji keadaan penyakit pasien.
Pemeriksaan Radiologi:
Pemeriksaan barium esophagus Untuk varises yang menunjukkan
peningkatan tekanan portal
Foto roentgen abdomen Untuk menentukan ukuran
makroskopis hati
Pemindaian hati dengan preparat Untuk memperlihatkan ukuran dan
bentuk hati
Technetium, emas, atau rose Bengal
yang berlabel radioaktif
Kolesistogram dan Kolangiogram Untuk melihat kandung empedu dan
salurannya
Arteriografi pembuluh darah seliaka Untuk melihat hati dan pankreas
(Celiac axis)
Splenoportogram (venografi portal Untuk menentukan kecukupan aliran
lienasis) darah
Pemeriksaan Lain:
Laparoskopi Visualisasi langsung permukaan
anterior hati, kandung empedu, dan
mesenterium
Lewat alat trokar
Biopsi hati Untuk menentukan perubahan
anatomis pada jaringan hati
Pengukuran tekanan portal Meninggi
Esofaguskopi/ Endoskopi Untuk mencari varises dan
abnormalitas esophagus
Elektroensefalogram Abnormal pada koma hepatikum
USG Untuk memperlihatkan ukuran
organ-organ abdomen
CT SCAN dan MRI Untuk mendeteksi neoplasma hepatic
Hepatitis B
Uji coba klinik dengan interferon menunjukkan bahwa terapi
dini dengan penyuntikan interferon setiap hari akan menyembuhkan
penyakit hepatitis B pada lebih dari sepertiga pasien dan
menghilangkan antigen permukaan hepatitis B pada 10% pasien.
Tirah baring (bed rest) biasanya direkomendasikan tanpa
memperhitungkan bentuk terapi yang lain sampai gejala hepatitis
sudah mereda. Selanjutnya, aktivitas pasien harus dibatasi sampai
gejala pembesaran hati dan kenaikan kadar bilirubin serta enzim-
enzim hati dalam serum sudah kembali normal.
Nutrisi yang adekuat harus dipertahankan, asupan protein
dibatasi bila kemampuan hati untuk memetabolisme produk
sampingan protein terganggu sebagaimana diperlihatkan oleh
gejalanya.
Upaya kuratif untuk untuk mengendalikan gejala dyspepsia
dan malaise umum mencakup penggunaan Antasid, Beladona, serta
preparat Antiemetik. Meskipun demikian, semua obat ini harus
dihentikan jika terdapat muntah. Apabila muntah tetap terjadi, pasien
harus dirawat di rumah sakit dan mendapatkan terapi cairan.
Mengingat cara penularannya, pasien tersebut harus dievaluasi untuk
mendeteksi penyakit lain yang ditularkan lewat darah.
Sekarang memang ada obat baru untuk Hepatitis B yang
disebut lamivudin. Obat ini berupa tablet yang dimakan sekali sehari.
Hepatitis C
Pengobatan Hepatitis C sedini mungkin sangatlah penting.
Meskipun tubuh anda telah melakukan perlawanan terhadap infeksi,
tetapi hanya 15% yang berhasil, pengobatan tetap diperlukan untuk
mencegah Hepatitis C kronis dan membantu mengurangi
kemungkinan hati menjadi rusak. Kadangkala, pengobatan Hepatitis
C memerlukan waktu yang lama, dan tidak dapat membantu. Tetapi
karena penyakit ini dapat menjadi parah sepanjang waktu, sangatlah
penting untuk mencari pengobatan yang tepat dari dokter anda.
Diagnosa dan pengobatan awal sangatlah mendesak dan
penting. Persentase yang signifikan dari orang yang melakukannya
dapat sembuh dari Hepatitis C dan menunjukan perbaikan hatinya.
Tujuan pengobatan dari Hepatitis C adalah menghilangkan virus dari
tubuh anda sedini mungkin untuk mencegah perkembangan yang
memburuk dan stadium akhir penyakit hati.
Kebanyakan bentuk interferon alfa hanya dapat bertahan satu
hari tetapi dapat dimodifikasi melalui proses pegilasi untuk
membuatnya bertahan lebih lama. Meskipun interferon alfa dapat
digunakan sebagai obat Hepatitis C tunggal termasuk pegylated
interferon, penelitian menunjukkan lebih efektif bila dikombinasi
dengan anti virus ribavirin.
3 senyawa yang digunakan dalam pengobatan Hepatitis C
adalah:
1. Interferon alfa
Adalah suatu protein yang dibuat secara alami oleh tubuh
manusia untuk meningkatkan sistem daya tahan tubuh/imunitas
dan mengatur fungsi sel lainnya. Obat yang direkomendasikan
untuk penyakit Hepatitis C kronis adalah dari inteferon alfa bisa
dalam bentuk alami ataupun sintetisnya.
2. Pegylated interferon alfa
Dibuat dengan menggabungkan molekul yang larut air yang
disebut "polyethylene glycol (PEG)" dengan molekul interferon
alfa. Modifikasi interferon alfa ini lebih lama ada dalam tubuh,
dan penelitian menunjukkan lebih efektif dalam membuat respon
bertahan terhadap virus dari pasien Hepatitis C kronis
dibandingkan interferon alfa biasa.
3. Ribavirin
Adalah obat anti virus yang digunakan bersama interferon alfa
untuk pengobatan Hepatitis C kronis. Ribavirin kalau dipakai
tunggal tidak efektif melawan virus Hepatitis C, tetapi dengan
kombinasi interferon alfa, lebih efektif daripada inteferon alfa
sendiri.
Terapi interferon dosis rendah untuk jangka waktu yang lama
terbukti efektif dalam sejumlah uji coba pendahuluan pada beberapa
penyakit hepatitis C. Walaupun demikian, respons tersebut hanya
bersifat sementara, maka dikombinasi dengan Ribavirin, suatu
analog nukleosida. Pemeriksaan skrining hepatitis C pada darah yang
akan digunakan untuk transfuse telah mengurangi jumlah kasus
hepatitis yang berkaitan dengan transfusi. Jika diperlukan
pengobatan untuk Hepatitis C tersedia obat Interferon (suntikan) dan
Ribavirin (kapsul). Namun penggunaan obat-obat tersebut
memerlukan pengawasan dokter.
2.6.2 Pencegahan
1. Hygiene perorangan yang baik dengan menekankan kebiasaan
mencuci tangan dengan cermat (sesudah buang air besar dan
sebelum makan), untuk mencegah penyebaran penyakit.
2. Sanitasi lingkungan-makanan dan suplai air yang aman di
samping pembuangan limbah yang baik.
3. Pasien dengan segala bentuk hepatitis harus diingatkan untuk
menghindari konsumsi minuman beralkohol.
4. Vaksinasi
5. Semua donor darah perlu disaring terhadap HAV, HBV, dan HCV
sebelum diterima menjadi panel donor.
6. Penyuluhan mengenai perlunya deteksi dini dan cara penularan
infeksi sangat diperlukan.
2.7 Asuhan Keperawatan Klien Dengan Hepatitis
2.7.1 Pengkajian
A. Data Dasar
1. Ingesti makanan atau air yang terkontaminasi.
2. Person to person contact.
3. Vertikal atau perinatal : maternal-fetal transfusion, exposure to
maternal blood during passage.
4. Horisontal : transeksual (homoseksual, heteroseksual), transfusi
darah, kontak dengan cairan tubuh (saliva, semen, secret vagina,
ASI, Air mata, dll), IV drug users, transplantasi, lingkungan
kesehatan.
5. Percutaneous exposures : transfuse, transplantasi, IV drug users,
sexual activity, household contact, perinatal exposure, parenteral
exposure in the health care setting, haemodyalisis.
6. Stimulasi hepatitis B.
B. Data Fokus
1. Pernafasan
2. Kardiovaskuler
Kerusakan sel hati mengganggu factor pembekuan darah sehingga
penderita mengalami perdarahan atau memar, demam akibat reaksi
imun menurun, pelepasan mediator inflamasi menimbulkan nyeri di
hati (abdominal pain), splenomegali dan pembesaran lymphanodes
menimbulkan nyeri, hiperbilirubinemia mengikuti aliran sistemik
menimbulkan ikterik pada sclera, kulit dan membrane mukosa.
(maaf ya rek q msh blm tau hub dr hiperbilruminemia bs smp jd
bradikardi…jd blm tak tulis)
3. Persyarafan
Kerusakan hati mengganggu fungsi detoksifikasi memicu pelepasan
toksin menuju aliran sistemik meningkatkan kadar toksin dalam
darah dan menurunkan kadar oksigen. Penurunan kadar oksigen
mengganggu perfusi oksigen terutama di otak dapat menimbulkan
letargi, mudah mengantuk atau cenderung tidur, koma (berat),
ansietas, dan pusing.
4. Kandung kemih
Hiperbilrubinemia menimbulkan bilirubin bebas tidak dapat masuk
dari darah ke usus tetapi masuk ke hati kemudian bilirubin
dikonjugasi kembali ke darah menuju ke ginjal menyebabkan warna
urine gelap.
5. Pencernaan
Intake cairan tubuh menurun dapat menimbulkan mual muntah,
anoreksia tidak toleran terhadap makanan , hepatomegali, faeces
cerah akibat hiperbilirubinemia masuk aliran sistemik menuju ke
usus, abdominal pain atau nyeri kwadran kanan atas, faeces warna
cerah.
6. Musculosceletal
Mual muntah menyebabkan anoreksia sehingga asupan nutrisi
menurun mempengaruhi penurunan energi dan massa otot terjadi
fatigue atau kelelahan. Suplai oksigen ke jaringan menurun terjadi
metabolisme anaerob menimbulkan peningkatan asam laktat dan
terjadi lelah.
7. Sistem reproduksi
Suplai oksigen ke jaringan menurun terjadi metabolism anaerob
memicu peningkatan produksi asam laktat sehingga terjadi
kelelahan.
8. Psychosocial
Ansietas, harga diri rendah situasional.
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik
1. Hati
Perkiraan besar hati, biasanya hati membesar pada awal sirosis,
bila hati mengecil artinya prognosis kurang baik. Besar hati
normal selebar telapak tangannya sendiri (7-10 cm). Konsistensi
hati biasanya kenyal/firm, pinggir hati biasanya tumpul dan ada
sakit tekan pada perabaan hati.
2. Limpa
Pembesaran limpa diukur dengan 2 cara:
a. Schuffner. Hati membesar ke medial dan ke bawah menuju
umbilicus(S I-IV) dan dari umbilicus ke SIAS kanan (S V-VII).
b. Hacket, bila limpa membesar ke arah bawah saja ( H I-V).
3. Perut dan ekstra abdomen.
Pada perut diperhatikan vena kolateral dan asites.
4. Penemuan ikterus pada sklera, kulit dan membrane mukosa.
2. Pemeriksaan Laboratorium
1) Tes fungsi hati: abnormal 4-10 kali dari normal.
2) AST (SGOT) atau ALT (SGPT) : Awalnya meningkat. Dapat
meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
3) Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup
SDM (gangguan enzim hati ) atau mengakibatkan perdarahan.
4) Leukopenia : Trombositipenia mungkin ada ( splenomegali).
5) Diferebsial darah lengkap : Leukositosis, monositosis, limfosit
atipikal, dan sel plasma.
6) Alkali fosfatase : Agak meningkta ( kecuali ada kolestasis berat).
Feses : Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati).
7) Albumin serum : menurun.
8) Gula darah : Hiperglikemia transien atau hipoglikemia
(gangguan fungsi hati).
9) Anti-hav Ig m : positif pada tipe A.
10)HbsAG : dapat positif (tipe B) atau negative (tipe A). Catatan
:merupakan diagnostic sebelum terjadi gejala klinik.
11)Masa protrombin : mungkin memanjang (disfungsi hati).
12)Bilirubin serum : di atas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml,
prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis
seluler).
13)Tes ekskresi BSP : kadar darah meningkat.
14)Biopsi hati : menujukkan diagnosis dan luasnya nekrosis.
15)Skan hati : membantu dalam memperkirakan beratnya kerusakan
parenkim.
16)Urinalisa: peninggian kadar bilirubin; protein atau hematuria dapat
terjadi.
3. Pemeriksaan Penunjang lainnya
1) Laparoskopi
Visualisasi langsung permukaan anterior hati, kandung empedu,
dan mesenterium.
2) Lewat alat trokar.
3) Biopsi hati untuk menentukan perubahan anatomis pada
jaringan hati.
4) Pengukuran tekanan portal meninggi.
5) Esofaguskopi/ Endoskopi untuk mencari varises dan
abnormalitas esophagus.
6) Elektroensefalogram : abnormal pada koma hepatikum.
7) USG untuk memperlihatkan ukuran organ-organ abdomen.
8) CT SCAN dan MRI untuk mendeteksi neoplasma hepatik.
9) Pemeriksaan Radiologi:
a) Pemeriksaan barium esophagus untuk varises yang
menunjukkan peningkatan tekanan portal.
b) Foto roentgen abdomen untuk menentukan ukuran
makroskopis hati.
c) Pemindaian hati dengan preparat untuk memperlihatkan ukuran
dan bentuk hati.
d) Technetium, emas, atau rose Bengal.
e) Yang berlabel radioaktif.
f) Kolesistogram dan Kolangiogram untuk melihat kandung
empedu dan salurannya.
g) Arteriografi pembuluh darah seliaka untuk melihat hati dan
pancreas.
h) celiac axis.
i) Splenoportogram (venografi portal untuk menentukan
kecukupan aliran darah).
j) Lienasis.
Diagnosa :
3.1 Kesimpulan
Hepatitis merupakan suatu penyakit dimana hati
mengalami peradangan. Ada beberapa penyebab hepatitis antara
lain alkohol, obat-obatan, berbagai penyakit, fungi, bakteri
maupun virus. Adapun virus yang secara khusus menyebabkan
hepatitis ada beberapa tipe, yaitu A, B, C, D, E, dan G. Namun,
hepatitis paling sering disebabkan oleh virus tipe A, B dan C.
Kelompok yang berisiko tinggi tertular hepatitis
adalah tenaga kesehatan, mereka yang memiliki lebih dari satu
pasangan seksual, pengguna obat-obatan secara intravena, dan
pasien-pasien dengan haemophilus. Sedangkan transfusi darah
merupakan salah satu penyebab yang jarang menyebabkan
hepatittis. Semua tipe virus hepatitis dapat menyebabkan
hepatitis akut yang ditandai dengan munculnya gejala seperti
fatigue, mual, muntah, anoreksia, urin gelap, feses cerah,
demam, dan ikterus. Sedangkan hepatitis tipe B dan C dapat
menyebabkan hepatitis kronis yang gejalanya terkadang muncul
tidak spesifik.
Hepatitis kronis membutuhkan pengobatan secara
serius tidak hanya agar proses penyembuhan lebih cepat, tetapi
juga untuk mencegah terjadinya kerusakan hati progresif, sirosis
hepatitis, kegagalan hati maupun kanker hati yang dipicu oleh
hepatitis kronis. Hepatitis dapat dicegah dengan menghindari
paparan virus yang dapat dilakukan dengan universal
precaution, peningkatan personal hygiene, sanitasi lingkungan,
pemberian imunoglubulin serta vaksin.
3.2 Saran
1. Sebagai perawat profesional hepatitsiendaknya mampu memberikan
asuhan keperawatan secara tepat khususnya kepada pasien hepatitis.