Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hepatitis merupakan suatu inflamasi pada hati yang disebabkan oleh


infeksi virus, tetapi juga berkembang dari penyebab yang lain seperti parasit, bakteri,
agen toksik, berbagai macam obat-obatan dan juga alkohol. Umumnya, hepatitis juga
merupakan hasil dari disfungsi autoimun yang menyerang sel liver di tubuh karena
sel tubuh menganggap sebagai benda asing.

Hepatitis virus merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas


meskipun efek utamanya pada hati. Sekarang ini hepatitis yang merupakan penyakit
menular menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting di seluruh dunia. Hal
ini dikarenakan insiden hepatitis virus yang terus meningkat semakin menjadi
masalah kesehatan di masyarakat. Meskipun mortalitas penyakit hepatitis rendah
namun faktor morbiditas yang luas dan ekonomi yang kurang memiliki kaitan dengan
penyakit ini. Indonesia sendiri merupakan daerah resiko tinggi hepatitis berdasarkan
data distribusi geografi dari CDC ( The Centers for Disease Control and Prevention)
pada tahun 2002. Maka dari itu pencegahan dan pentalaksanaan dari penyakit
hepatitis sangat diperlukan.

Perilaku dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat sangat berhubungan


dengan manifestasi penyebaran hepatitis. Buruknya sanitasi, rendahnya pengetahuan,
kurangnya menjaga kebersihan diri juga merupakan penyebab hepatitis. Dalam
implikasi keperawatan perawat mempunyai banyak tugas diantaranya yaitu memberi
perawatan terhadap penderita hepatitis, memahami kenyataan bahwa banyak
penderita hepatitis yang tidak menimbulkan gejala (asimtomatik) dapat menjadi
masalah epidemiologi yang serius, serta memahami kebutuhan kesehatan yang
menuntut eliminasi penyakit hepatitis. Selain peran tersebut, perawat dapat pula
meningkakan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan
diri dan lingkungan yang merupakan salah satu faktor penting dalam rantai penularan
dan penyebaran virus hepatitis.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan hepatitis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan klien dengan hepatitis
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan definisi hepatitis
2. Menjelaskan tipe-tipe hepatitis
3. Menjelaskan etiologi dan epidemiologi hepatitis
4. Menjelaskan web of caution hepatitis
5. Menjelaskan pemeriksaan penunjang yang berhubungan dengan
hepatitis
6. Mengetahui prinsip penatalaksanaan penyakit hepatitis
1.4 Manfaat
1. Mengetahui tingkat prevalensi penyakit hepatitis di Indonesia
2. Mengetahui peran perawat pada asuhan keperawatan klien dengan
hepatitis
3. Meningkatkan kewaspadaan dini terhadap terjadinya penyakit hepatitis.
4. Meningkatkan kesadaran masyarakat terutama dalam hal sanitasi
lingkungan dan personal hyigiene yang sangat erat kaitannya dengan
terjadinya hepatitis.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hepatitis


Hepatitis merupakan suatu kondisi peradangan yang terjadi pada
hati. Terdapat berbagai macam penyebabnya baik penyakit maupun faktor
lain seperti alkohol, bahan-bahan kimia, obat-obatan (sintesis maupun
tradisional) maupun penyakit autoimun. Adapun virus yang dapat
menyebabkan perdangan pada hati di antaranya adalah virus mononuclear
dan sitomegalovirus. Namun, virus-virus tersebut tidak secara khusus
menyerang hati tetapi hati hanyalah salah satu dari organ-organ yang
diserangnya. Ketika tenaga kesehatan berbicara tentang hepatitis, maka
mereka akan mengkaitkannya dengan virus spesifik yang secara khusus
menyerang hati. Ada tujuh tipe virus hepatitis, antara lain A, B, C, D, E, F
(masih dalam penelitian), dan G. Sebagaimana yang kita ketahui tentang
pertumbuhan virus hepatitis, maka seperti urutan alphabet, semakin tinggi
tipe virus maka semakin lama periode penyakitnya. Adapun, tipe hepatitis
yang paling sering terjadi adalah hepatitis A, B, dan C.
Secara anatomi, hati terletak di kuadran kanan atas, terlindungi
oleh tulang rusuk. Pada orang dewasa, hati memiliki berat sekitar 300
pound. Hati memiliki beberapa fungsi penting, antara lain:
1. Mendetoksifikasi bahan-bahan berbahaya (beracun) yang ada di dalam
darah. Sumber dari bahan-bahan tersebut bisa berasal dari luar tubuh
seperti alkohol, obat-obatan maupun dari dalam tubuh seperti ammonia
dan bilirubin. Hati akan memecah bahan-bahan ini menjadi molekul
yang lebih kecil dan tidak berbahaya lagi yang selanjutnya akan
diekskerikan melalui urin maupun feses.
2. Hati menghasilkan protein yang penting bagi tubuh seperti albumin
dan faktor pembekuan darah.
3. Hati sebagai tempat penyimpanan glukosa, lemak maupun vitamin
secara sementara hingga tubuh membutuhkannya untuk proses
metabolisme.
4. Hati mensintesis molekul-molekul kecil menjadi molekul-molekul
yang lebih besar dan komplek seperti kolesterol.
Namun, ketika hati mengalami peradangan, maka tidak dapat
menjalankan fungsiny dengan baik yang akan menimbulkan berbagai
gejala dan tanda klinis serta masalah yang berhubungan dengan hepatitis.
Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut (hepatitis A) dan
maupun kronik (hepatitis B dan C) dan ada pula yang kemudian menjadi
kanker hati (hepatitis B dan C).

2.2 Etiologi dan Epidemiologi Hepatitis

Hepatitis virus akut merupakan masalah kesehatan masyarakat


yang penting diseluruh dunia. The Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 300.000
infeksi virus hepatitis B di Amerika Serikat. Walaupun mortalitas penyakit
hepatitis rendah, faktor morbiditas yang luas dan ekonomi yang kurang
memiliki kaitan dengan penyakit ini. Hepatitis virus akut adalah penyakit
infeksi yang penyebaraannnya luas,walaupun efek utamanya pada hati.

Telah ditemukan 6 atau 7 kategori virus yang menjadi agen


penyebab hepatitis, antara lain:
1. Virus hepatitis A (HAV)
2. Virus hepatitis B (HBV)
3. Virus hepatitis C (HCV)
4. Virus hepatitis D (HDV)
5. Virus hepatitis E (HEV)
6. Hepatitis F (HFV)
7. Hepatitis G (HGV)
Walaupun virus – virus ini dapat dibedakan melalui penanda
antigeniknya, namun menimbulkan penyakit yang serupa secara klinis dan
berkisar dari infeksi subklinik asimtomatik hingga infeksi akut yang fatal.
Bentuk hepatitis yang paling dikenal adalah HAV dan HBV, kedua istilah
ini lebih suka dipakai daripada istilah lama yaitu hepatitis infeksiosa dan
hepatitis serum.
Hepatitis yang tidak dapat digolongkan sebagai hepatitis A atau B
melalui pemeriksaan serologi disebut hepatitis non- A non-B (NANBH)
dan sekarang disebut hepatitis C. Belakangan, banyak ahli menyinggung
munculnya virus-virus hepatitis lainnya yakni D, E, F, dan G, walaupun
prevalensi kejadiannya masih terbilang langka. Seorang ahli AS
menyatakan, perkembangbiakan VHD memerlukan dukungan VHB.
Artinya, hepatitis D baru dapat muncul akut bahkan menjadi sirosis pada
carrier hepatitis B. Sebab itu, kombinasi hepatitis B dan D dikatakan lebih
ganas. Di negara-negara maju, pengidap hepatitis D yang terbanyak di
kalangan pemakai obat bius (drugs).
Sedangkan hepatitis E masih lebih jarang penderitanya. Tapi sifat
virusnya seperti virus hepatitis A (lihat boks) yang gampang ditularkan
melalui makanan atau minuman tercemar. Di negara-negara sedang
berkembang, banyak wanita hamil terserang hepatitis E dan sulit
disembuhkan.
Seperti hepatitis A, hepatitis E tergolong ringan dan dapat
disembuhkan secara total. Namun anehnya, pada wanita hamil sering kali
hepatitis E menjadi ganas. Livernya secara mendadak mengkerut seperti
mengalami sirosis. Di Indonesia VHE pernah mewabah di Sintang,
Kalimantan Barat, pada 1987.
Akan halnya virus hepatitis F dan G, belum banyak diteliti dan
masih sangat jarang penderitanya di Indonesia. Tapi sifatnya mirip dengan
VHB dan VHC, yakni bisa menjadi kronis dan ganas
Virus delta atau virus hepatitis D (HDV) merupakan suatu virus
RNA yang didetektif menyebabkan infeksi hanya bila sebelumnya telah
ada HBV. HDV dapat timbul sebagai infeksi yang bersamaan dengan
HBV, atau sebagai suprainfeksi pada seorang karier HBV.

2.3 Tipe-Tipe Hepatitis


2.3.1 Non-Viral Hepatitis

Non viral hepatitis merupakan penyakit yang terjadi bukan karena


virus penyebab hepatitis tapi dapat disebabkan karena obat-obatan
termasuk obat-obatan tradisional.

2.3.2 Viral Hepatitis

Merupakan penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus, yang


dibagi menjadi beberapa macam, diantaranya :

Virus hepatitis A (HAV)


Merupakan virus RNA terkecil berdiameter 27 nm uang dapat
dideteksi di dalam feses pada akhir masa inkubasi dan fase
praikterik. Penyakit Hepatitis A disebabkan oleh virus yang
disebarkan oleh kotoran/tinja penderita biasanya melalui makanan
(rute fekal-oral), bukan melalui aktivitas sexual atau melalui darah.
Hepatitis A paling ringan dibanding hepatitis jenis lain (B dan C).
Waktu terekspos sampai kena penyakit kira-kira 2 sampai 6 minggu.
Penderita akan mengalami gejala gejala seperti demam, lemah, letih,
dan lesu, pada beberapa kasus, seringkali terjadi muntah muntah
yang terus menerus sehingga menyebabkan seluruh badan terasa
lemas. Demam yang terjadi adalah demam yang terus menerus, tidak
seperti demam yang lainnya yaitu pada demam berdarah, tbc, thypus,
dll. Seringkali tidak ada bagi anak kecil; demam tiba-tiba, hilang
nafsu makan, mual, muntah, penyakit kuning (kulit dan mata
menjadi kuning), air kencing berwarna tua, tinja pucat. Penyakit ini
sering terjadi pada anak-anak atau terjadi akibat kontak dengan orang
terinfeksi melalui kontaminasi feses pada makanan atau air minum,
atau dengan menelan kerang mengandung virus yang tidak dimasak
dengan baik. Penularan ditunjang oleh sanitasi yang buruk,
kesehatan pribadi yang buruk, dan kontak yang intim.

Virus hepatitis B (HBV)


Merupakan virus DNA berselubung ganda berukuran 42 nm
yang memiliki lapisan permukaan dan bagian inti. Hepatitis B adalah
suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis B" (VHB),
suatu anggota famili hepaDNAvirus yang dapat menyebabkan
peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus
dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati Mula-mula
dikenal sebagai "serum hepatitis" dan telah menjadi epidemi pada
sebagian Asia dan Afrika. Hepatitis B telah menjadi endemik di
Tiongkok dan berbagai negara Asia.
Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata virus.
Keracunan obat, dan paparan berbagai macam zat kimia seperti
karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor, dan
zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, bisa
juga menyebabkan hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan,
terhirup atau diserap melalui kulit penderita. Menetralkan suatu
racun yang beredar di dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika
banyak sekali zat kimia beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati
bisa saja rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun
lain. Cara utama penularan HBV adalah melalui parenteral dan
menembus mukosa, terutama melalui hubungan seksual. Berikut
kelompok yang memiliki resiko tinggi terhadap infeksi HBV :
1. Imigran dari daerah endemis HBV
2. Pengguna obat IV yang sering tertukar jarum dan alat suntik
3. Pelaku hubungan seksual dengan banyak orang atau dengan
orang terinfeksi
4. Pria homoseksual yang secara seksual aktif
5. Pasien rumah sakit jiwa
6. Narapidana pria
7. Pasien hemodialisis dan penderita hemofilia yang menerima
produk tertentu dari plasma
8. Kontak serumah dengan karier HBV
9. Pekerja sosial dibidang kesehatan, terutama yang banyak kontak
dengan darah
10. Bayi baru lahir dari ibu inkfesi, dapat terinfeksi pada saat atau
segera setelah lahir.
Virus hepatitis C (HCV)
Merupakan virus RNA untai tunggal, linear berdiameter 50-
60 nm. Telah digunakan suatu pemeriksaan imun enzim untuk
mendeteksi antibodi terhadap HCV (anti- HCV), namun pemeriksaan
ini banyak menimbulkan negatif palsu, sehingga digunakan juga
pemeriksaan rekombinan suplemental. Hepatitis C adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus hepatitis C. Infeksi virus ini dapat
menyebabkan peradangan hati (hepatitis) yang biasanya
asimtomatik, tetapi hepatitis kronik yang berlanjut dapat
menyebabkan sirosis hati dan kanker hati.
Virus hepatitis C menyebar dengan kontak darah, ke darah
dari darah seseorang yang terinfeksi. Gejala dapat secara medis
ditangani, dan proporsi pasien dapat dibersihkan dari virus oleh
pengobatan anti virus jangka panjang. Walaupun intervensi medis
awal dapat membantu, orang yang mengalami infeksi virus hepatitis
C sering mengalami gejala ringan, dan sebagai sebab dari tidak
melakukan perawatan. Diperkirakan 150-200 juta orang di seluruh
dunia terinfeksi hepatitis C. Di Amerika Serikat, orang dengan
sejarah penggunaan jarum suntik, penggunaan narkoba, tato atau
yang telah diekspos menuju darah melalui seks tidak aman yang
meningkatkan resiko penyakit ini. Hepatitis C adalah akibat dari
transplantasi hati di Amerika Serikat.
Virus hepatitis D (HDV)
Virus hepatitis D merupakan virus RNA berukuran 35 hingga
37 nm yang tidak biasa karena membutuhkan HbsAg untuk berperan
sebagai lapisan luar partikel yang infeksius sehingga hanya penderita
yang positif HbsAg yang dapat terinfeksi HDV. Penularan terjadi
terutama melalui serum, dan di Amerika Serikat penyakit ini terutana
menyerang pengguna obat melalui intravena
Virus hepatitis E (HEV)
HEV merupakan suatu virus RNA untai tunggal yang kecil
berdiameter kurang lebih 32-34 nm dan tidak berkapsul. HEV adalah
jenis hepatitis non-A, non-B yang ditularkan secara enterik melalui
jalur fekal–oral. Adapun penyebarannya melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi oleh virus ini. virus ini lebih mudah
menyebar pada daerah yang memiliki sanitasi yang buruk, tanda-
tanda orang yang terkena hepatitis E ini mengalami gejala-gejala
lebih sering dimiliki orang dewasa dari pada anak-anak. Jika ada,
gejala biasanya muncul secara tiba-tiba, seperti demam, rasa letih,
hilang nafsu makan, rasa mual, sakit perut, air seni berwarna tua,
warna kekuningan pada mata dan kulit. Penyakit Hepatitis E terjadi
lebih parah pada wanita hamil, terutama pada 3 bulan terakhir masa
kehamilan. Masa inkubasi hepatitis E rata-rata 40 hari (rentang 15-60
hari).
Hepatitis G (HGV)
Gejala serupa dengan hepatitis C, sering kali infeksi
bersamaan dengan hepatitis B dan atau C. HGV merupakan suatu
flavirus RNA yang mungkin menyebabkan hepatitis fulminal.
Penularan melalui transfusi darah jarum suntik. HGV ditularkan
terutama melalui air, namun juga dapat ditularkan melalui hubungan
seksual. Kelompok yang beresiko adalah individu yang telah
menjalani transfusi darah, tertusuk jarum suntik secara tidak sengaja,
pengguna obat melali intravena, atau pasien hemidialisis.Beberapa
peneliti meyakini bahwa HGV tidak menyebabkan hepatitis yang
bermakna secara klinis sehingga mereka tidak lagi
mempertimbangkan virus ini sebagai virus hepatitis.
Tabel Perbandingan Berbagai Tipe Hepatitis Virus
Tipe-Tipe Hepatitis Hepatitis Hepatitis Hepatitis Hepatitis
Hepatitis A B C D E
Nama Hepatitis Hepatitis Hepatitis
sebelumnya infeksiosa serum non-A, non-
B
Epidemiolo- Virus Virus Virus Virus Virus
gi Penyebab hepatitis A hepatitis B hepatitis C hepatitis D hepatitis E
Cara Jalur Parenteral Transafusi Sama Jalur fekal-
Penularan fekal-oral, atau kontak darah dan aseperti oral, kontak
sanitasi dengan produk HBV. antar
yang jelek, karier atau darah, Antigen manusia
kontak penderita terkena permukaan dimungkin-
antar infeksi akut, darah yang HBV kan
manusia, kontak terkena diperlukan meskipun
dibawa seksual dan kontaminasi untuk resikonya
oleh air oral-oral. lewat replikasi, rendah
dan Penularan peralatan pola
tanaman parinatal atau penularan
dari ibu parafenalia serupa
kepada obat. dengan
bayinya. penularan
Ancaman hepatitis B
kesehatan
kerja yang
penting bagi
petugas
kesehatan
Inkubasi 15- 49 28-160 hari. 15-160 hari, 21-140 15-65 hari,
(hari) hari. Rata- Rata-rata rata-rata 50 hari, rata- rata-rata 42
rata 30 70-80 hari hari rata 35 hari hari
hari
Imunitas homologis humologis Serangan homologus Tidak
kedua dapat diketahui
homologus
menunjukka
n imunitas
yang rendah
atau infeksi
oleh agen
lain
Sifat Sakit
Tanda dan Dapat Dapat Serupa Serupa Serupa
Gejala terjadi terjadi tanpa dengan dengan dengan
dengan gejala. HBV ; tidak HBV HAV.
atau tanpa Dapat begitu berat Sangat berat
gejala. timbul dan pada wanita
Fase atralgia, rak anikterik. yang hamil
praikterik : ruam.
sakit
kepala,
malaise,
fatigue,
anoreksia,
febris.
Fase
ikterik
:urin yang
berwarna
gelap,
gejala
ikterus
pada
skleradan
kulit, nyeri
tekan pada
hati.
Hasil akhir Biasanya Dapat berat. Serinr Serupa Serupa
ringan Angka terjadi dengan dengan
dengan fatalitas: stasus karier HBV, tetapi HAV,
pemulihan. 1%-10%. yang kronis kemungkin kecuali
Angka Status dan an status sangat berat
fatalitas: karier penyakit karier, pada wanita
<1%. mungkin hati yang hepatitis yang hamil.
Tidak terjadi. kronis. aktif yang
terdapat Meningkatn Meningkatk kronis dan
status ya risiko an risiko sirosis
karier atau hepatitis kanker hati lebih besar.
meningkat kronis,
nya risiko sirosis dan
hepatitis kanker hati.
kronis,
sirosis
ataukanker
hati.
2.4 Web Of Caution Hepatitis

Cara Penularan

HEPATITIS A HEPATITIS B

Jalur fekal-oral: Vertikal/perinatal: maternal-fetal


Ingesti makanan/air yang transfusion, paparan darah saat proses
terkontaminasi, kontak melahirkan.
antar seseorang Horisontal: transeksual
(homoseksual/heteroseksual),
parenteral (transfusi darah/ prodek
HEPATITIS D darah, IV-drug users), kontak dengan
cairan tubuh (saliva, semen, sekret
vagina, ASI, air mata), transplantasi,
Pasca pajanan hepatitis B; lingkungan kesehatan.
IV/ injection-drug usersI;
hemodialisis, transfusi darah
HEPATITIS C
HEPATITIS E
Parenteral: transfusi darah, IV-drug
Jalur fekal-oral: users, exposure in the health care
ingesti makanan/air setting. Aktivitas seksual;
yang terkontaminasi transplantasi; household contact;
perinatal exposure; hemodialisis.

HEPATITIS G

Air; hubungan seksual;


transfusi darah; IV-drugs
users; hemodialisis,
tertusuk jarum yang
terkontaminasi.

Host infected

Hepatitis A/B/C/D/E/G

HAV/HBV/HCV/HDV/HEV/HGV
Merangsang Replikasi virus
respon imun
Masuk ke sel hati
Pelepasan Virus berikatan dengan
mediator Pembentukan reseptor sel hati
Inflamasi
inflamasi Antibodi
Virus hepatitis uncoated
Demam
Melisis
hepatocytes Translation into
yang terinfeksi polyprotein (P1,P2,P3)
Capsid
assembly
Lobus berisi +strand RNA/DNA
MK:
Sensasi infiltrat replication
Perubahan
nyeri kenyama- inflamasi
Pembentuk-
nan an virion -strand RNA/DNA
Nekrosis matang replication
Abdominal
pain
Kerusakan Ke luar RNA/DNA translation
Fungsi sel hati sel hati into protein
detoksifikasi
terganggu Obstruksi
duktus biliaris
Ke saluran Ke pembuluh
Pelepasan empedu melalui darah
toksin Bilirubin bebas bile canaliculi
tidak bisa lewat
dari darah ke usus Ginjal Limpa
Masuk Usus
sirkulasi
darah Hiperbiliru- Lymphanodes
Diekskresikan
binemia (feses)
Kadar Spleno
toksin megaly
darah ↑ Ikterus Feses Kel. Limfe
cerah servikal
posterior
Suplai O2 ke Urin gelap membesar
jaringan (-)
MK: Harga diri
Metabolisme rendah situasional MK: Resiko
anaerob Mual; terhadap
muntah infeksi

Pe ↑ asam laktat
MK: Kebutuhan nutrisi kurang dari
Anoreksia kebutuhan tubuh
Lelah
MK: Resiko tinggi terhadap
MK: Intoleran aktivitas kekurangan volume cairan
2.5 Pemeriksaan Penunjang Hepatitis
Tes Fungsi Hati
Lebih dari 70% parenkim hati mungkin sudah mengalami
kerusakan sebelum tes fungsi hati memperlihatkan hasil yang
abnormal.fungsi hati umumnya diukur dengan memeriksa aktivitas enzim
serum, nsentrasi serum protein, bilirubin, ammonia, faktor pembekuan dan
lipid. Beberapa tes ini dapat membantu mengkaji keadaan penyakit pasien.

Serum aminotransferase (yang juga disebut transaminase)


merupakan indicator yang sensitive untuk menunjukkan cedera sel hati
dan sangat membantu dalam pendeteksian penyakit hati yang akut seperti
hepatitis. Alanin Aminotransferase (ALT) yang juga dinamakan Serum
Glutamik-Piruvik Transaminase(SGPT) dan Aspartat Aminotransferase
(AST) yang juga dinamakan Serum Glutamik-Oksaloasetik Transaminase
(SGOT) merupakan tes yang paling sering dilakukan untuk menunjukkan
kerusakan hati. Kadar ALT (SGPT)meningkat pada pasien dengan
hepatitis. AST (SGOT) terdapat dalam jaringan yang memiliki aktivitas
metabolik yang tinggi; jadi enzim ini dapat meningkat pada kerusakan
organ. SGOT ini juga dapat men ingkat pada penyakit hepatitis.

Pemeriksaan Radiologi:
Pemeriksaan barium esophagus Untuk varises yang menunjukkan
peningkatan tekanan portal
Foto roentgen abdomen Untuk menentukan ukuran
makroskopis hati
Pemindaian hati dengan preparat Untuk memperlihatkan ukuran dan
bentuk hati
Technetium, emas, atau rose Bengal
yang berlabel radioaktif
Kolesistogram dan Kolangiogram Untuk melihat kandung empedu dan
salurannya
Arteriografi pembuluh darah seliaka Untuk melihat hati dan pankreas
(Celiac axis)
Splenoportogram (venografi portal Untuk menentukan kecukupan aliran
lienasis) darah

Pemeriksaan Lain:
Laparoskopi Visualisasi langsung permukaan
anterior hati, kandung empedu, dan
mesenterium
Lewat alat trokar
Biopsi hati Untuk menentukan perubahan
anatomis pada jaringan hati
Pengukuran tekanan portal Meninggi
Esofaguskopi/ Endoskopi Untuk mencari varises dan
abnormalitas esophagus
Elektroensefalogram Abnormal pada koma hepatikum
USG Untuk memperlihatkan ukuran
organ-organ abdomen
CT SCAN dan MRI Untuk mendeteksi neoplasma hepatic

2.6 Prinsip Penatalaksanaan Hepatitis


2.6.1 Tindakan Medis dan Medikasi
Hepatitis A

Tirah baring selama stadium akut dan diet yang akseptabel


merupakan bagian dari pengobatan dan asuhan keperawatan. Selama
periode anoreksia, pasien harus makan sedikit-sedikit tapi sering dan
jika diperlukan, disertai dengan infuse glukosa.
Karena pasien sering menolak makan, kreativitas dan
bujukan yang persisten namundilakukan dengan halus mungkin
diperlukan untuk merangsang selera makan pasien. Jumlah makanan
dan cairan yang optimal diperlukan untuk menghadapi penurunan
berat badan dan kesembuhan yang lambat. Ambulasi bertahap namun
progresif akan mempercepat pemulihan bila pasien beristirahat
sesudah melakukan aktivitas dan tidak turut dalam aktivitas yang
menimbulkan kelelahan.
Pasien hepatitis A dapat dirawat di rumah jika gejalanya tidak
berat. Karena itu, pasien dan keluarga perlu mendapat bantuan untuk
mengatasi ketidakmampuan dan kelelahan sementara yang sering
dijumpai pada hepatitis. Mereka juga perlu mengetahui indikasi
untuk mendapat pertolongan medis jika gejalanyamenetap atau
semakin parah. Di samping itu, pasien dan keluarganya memerlukan
pedoman khusus tentang diet, istirahat, pemeriksaan darah lanjutan
dan pentingnya upaya menghindari minuman beralkohol selain
tindakan sanitasi serta hygiene, khususnya kebiasaan mencuci
tangan, untuk mencegah penyegaran penyakit itu kepada
keluarganya. Penyuluhan khusus yang harus diberikan kepada pasien
untuk mengurangi risisko terjangkit hepatitis A mencakup higien
perorangan dan sanitasi lingkungan termasuk makanan dan suplai air
yang sehat.

Hepatitis B
Uji coba klinik dengan interferon menunjukkan bahwa terapi
dini dengan penyuntikan interferon setiap hari akan menyembuhkan
penyakit hepatitis B pada lebih dari sepertiga pasien dan
menghilangkan antigen permukaan hepatitis B pada 10% pasien.
Tirah baring (bed rest) biasanya direkomendasikan tanpa
memperhitungkan bentuk terapi yang lain sampai gejala hepatitis
sudah mereda. Selanjutnya, aktivitas pasien harus dibatasi sampai
gejala pembesaran hati dan kenaikan kadar bilirubin serta enzim-
enzim hati dalam serum sudah kembali normal.
Nutrisi yang adekuat harus dipertahankan, asupan protein
dibatasi bila kemampuan hati untuk memetabolisme produk
sampingan protein terganggu sebagaimana diperlihatkan oleh
gejalanya.
Upaya kuratif untuk untuk mengendalikan gejala dyspepsia
dan malaise umum mencakup penggunaan Antasid, Beladona, serta
preparat Antiemetik. Meskipun demikian, semua obat ini harus
dihentikan jika terdapat muntah. Apabila muntah tetap terjadi, pasien
harus dirawat di rumah sakit dan mendapatkan terapi cairan.
Mengingat cara penularannya, pasien tersebut harus dievaluasi untuk
mendeteksi penyakit lain yang ditularkan lewat darah.
Sekarang memang ada obat baru untuk Hepatitis B yang
disebut lamivudin. Obat ini berupa tablet yang dimakan sekali sehari.

Hepatitis C
Pengobatan Hepatitis C sedini mungkin sangatlah penting.
Meskipun tubuh anda telah melakukan perlawanan terhadap infeksi,
tetapi hanya 15% yang berhasil, pengobatan tetap diperlukan untuk
mencegah Hepatitis C kronis dan membantu mengurangi
kemungkinan hati menjadi rusak. Kadangkala, pengobatan Hepatitis
C memerlukan waktu yang lama, dan tidak dapat membantu. Tetapi
karena penyakit ini dapat menjadi parah sepanjang waktu, sangatlah
penting untuk mencari pengobatan yang tepat dari dokter anda.
Diagnosa dan pengobatan awal sangatlah mendesak dan
penting. Persentase yang signifikan dari orang yang melakukannya
dapat sembuh dari Hepatitis C dan menunjukan perbaikan hatinya.
Tujuan pengobatan dari Hepatitis C adalah menghilangkan virus dari
tubuh anda sedini mungkin untuk mencegah perkembangan yang
memburuk dan stadium akhir penyakit hati.
Kebanyakan bentuk interferon alfa hanya dapat bertahan satu
hari tetapi dapat dimodifikasi melalui proses pegilasi untuk
membuatnya bertahan lebih lama. Meskipun interferon alfa dapat
digunakan sebagai obat Hepatitis C tunggal termasuk pegylated
interferon, penelitian menunjukkan lebih efektif bila dikombinasi
dengan anti virus ribavirin.
3 senyawa yang digunakan dalam pengobatan Hepatitis C
adalah:
1. Interferon alfa
Adalah suatu protein yang dibuat secara alami oleh tubuh
manusia untuk meningkatkan sistem daya tahan tubuh/imunitas
dan mengatur fungsi sel lainnya. Obat yang direkomendasikan
untuk penyakit Hepatitis C kronis adalah dari inteferon alfa bisa
dalam bentuk alami ataupun sintetisnya.
2. Pegylated interferon alfa
Dibuat dengan menggabungkan molekul yang larut air yang
disebut "polyethylene glycol (PEG)" dengan molekul interferon
alfa. Modifikasi interferon alfa ini lebih lama ada dalam tubuh,
dan penelitian menunjukkan lebih efektif dalam membuat respon
bertahan terhadap virus dari pasien Hepatitis C kronis
dibandingkan interferon alfa biasa.
3. Ribavirin
Adalah obat anti virus yang digunakan bersama interferon alfa
untuk pengobatan Hepatitis C kronis. Ribavirin kalau dipakai
tunggal tidak efektif melawan virus Hepatitis C, tetapi dengan
kombinasi interferon alfa, lebih efektif daripada inteferon alfa
sendiri.
Terapi interferon dosis rendah untuk jangka waktu yang lama
terbukti efektif dalam sejumlah uji coba pendahuluan pada beberapa
penyakit hepatitis C. Walaupun demikian, respons tersebut hanya
bersifat sementara, maka dikombinasi dengan Ribavirin, suatu
analog nukleosida. Pemeriksaan skrining hepatitis C pada darah yang
akan digunakan untuk transfuse telah mengurangi jumlah kasus
hepatitis yang berkaitan dengan transfusi. Jika diperlukan
pengobatan untuk Hepatitis C tersedia obat Interferon (suntikan) dan
Ribavirin (kapsul). Namun penggunaan obat-obat tersebut
memerlukan pengawasan dokter.

Terapi hepatitis D, E, dan G serupa dengan terapi pada


bentuk hepatitis yang lain, meskipun penggunaan interferon yang
merupakan obat khusus masih diselidiki. Tidak ada obat-obatan
khusus untuk mengatasi hepatitis virus, tindakan umumnya adalah
terhadap infeksi nosokomial, pekerja perawatan kesehatan harus
selalu mengikuti kewaspadaan terhadap darah dan cairan tubuh bila
memberikan perawatan pada pasien manapun.
Pengobatan hanya memberi efek sedikit pada perjalanan
penyakit. Pada permulaan penyakit, hal ini sukar dilakukan dan ada
baiknya mengobati semua serangan sebagai suatu kemungkinan yang
fatal dan mendesak, dengan istrahat mutlak di tempat tidur. Secara
tradisional dianjurkan diet rendah lemak, tinggi karbohidrat, yang
ternyata paling cocok untuk pasien yang mengalami anoreksia. Obat
kortikoseroid tidak mengubah derajat nekrosis sel hati, tidak
mempercepat penyembuhan, atau mempertinggi imunisasi hepatitis
viral. Latihan tubuh perlu dilakukan dalam batas-batas tidak terlalu
melelahkan. Alkohol sebaiknya dihindari selama 6 bulan (bila
mungkin 1 tahun), sebab kosumsi yang berlebihan dapat
menyebabkan kekembuhan pada pasien.

2.6.2 Pencegahan
1. Hygiene perorangan yang baik dengan menekankan kebiasaan
mencuci tangan dengan cermat (sesudah buang air besar dan
sebelum makan), untuk mencegah penyebaran penyakit.
2. Sanitasi lingkungan-makanan dan suplai air yang aman di
samping pembuangan limbah yang baik.
3. Pasien dengan segala bentuk hepatitis harus diingatkan untuk
menghindari konsumsi minuman beralkohol.
4. Vaksinasi
5. Semua donor darah perlu disaring terhadap HAV, HBV, dan HCV
sebelum diterima menjadi panel donor.
6. Penyuluhan mengenai perlunya deteksi dini dan cara penularan
infeksi sangat diperlukan.
2.7 Asuhan Keperawatan Klien Dengan Hepatitis
2.7.1 Pengkajian
A. Data Dasar
1. Ingesti makanan atau air yang terkontaminasi.
2. Person to person contact.
3. Vertikal atau perinatal : maternal-fetal transfusion, exposure to
maternal blood during passage.
4. Horisontal : transeksual (homoseksual, heteroseksual), transfusi
darah, kontak dengan cairan tubuh (saliva, semen, secret vagina,
ASI, Air mata, dll), IV drug users, transplantasi, lingkungan
kesehatan.
5. Percutaneous exposures : transfuse, transplantasi, IV drug users,
sexual activity, household contact, perinatal exposure, parenteral
exposure in the health care setting, haemodyalisis.
6. Stimulasi hepatitis B.
B. Data Fokus
1. Pernafasan

2. Kardiovaskuler
Kerusakan sel hati mengganggu factor pembekuan darah sehingga
penderita mengalami perdarahan atau memar, demam akibat reaksi
imun menurun, pelepasan mediator inflamasi menimbulkan nyeri di
hati (abdominal pain), splenomegali dan pembesaran lymphanodes
menimbulkan nyeri, hiperbilirubinemia mengikuti aliran sistemik
menimbulkan ikterik pada sclera, kulit dan membrane mukosa.
(maaf ya rek q msh blm tau hub dr hiperbilruminemia bs smp jd
bradikardi…jd blm tak tulis)
3. Persyarafan
Kerusakan hati mengganggu fungsi detoksifikasi memicu pelepasan
toksin menuju aliran sistemik meningkatkan kadar toksin dalam
darah dan menurunkan kadar oksigen. Penurunan kadar oksigen
mengganggu perfusi oksigen terutama di otak dapat menimbulkan
letargi, mudah mengantuk atau cenderung tidur, koma (berat),
ansietas, dan pusing.
4. Kandung kemih
Hiperbilrubinemia menimbulkan bilirubin bebas tidak dapat masuk
dari darah ke usus tetapi masuk ke hati kemudian bilirubin
dikonjugasi kembali ke darah menuju ke ginjal menyebabkan warna
urine gelap.
5. Pencernaan
Intake cairan tubuh menurun dapat menimbulkan mual muntah,
anoreksia tidak toleran terhadap makanan , hepatomegali, faeces
cerah akibat hiperbilirubinemia masuk aliran sistemik menuju ke
usus, abdominal pain atau nyeri kwadran kanan atas, faeces warna
cerah.
6. Musculosceletal
Mual muntah menyebabkan anoreksia sehingga asupan nutrisi
menurun mempengaruhi penurunan energi dan massa otot terjadi
fatigue atau kelelahan. Suplai oksigen ke jaringan menurun terjadi
metabolisme anaerob menimbulkan peningkatan asam laktat dan
terjadi lelah.
7. Sistem reproduksi
Suplai oksigen ke jaringan menurun terjadi metabolism anaerob
memicu peningkatan produksi asam laktat sehingga terjadi
kelelahan.
8. Psychosocial
Ansietas, harga diri rendah situasional.
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik
1. Hati
Perkiraan besar hati, biasanya hati membesar pada awal sirosis,
bila hati mengecil artinya prognosis kurang baik. Besar hati
normal selebar telapak tangannya sendiri (7-10 cm). Konsistensi
hati biasanya kenyal/firm, pinggir hati biasanya tumpul dan ada
sakit tekan pada perabaan hati.
2. Limpa
Pembesaran limpa diukur dengan 2 cara:
a. Schuffner. Hati membesar ke medial dan ke bawah menuju
umbilicus(S I-IV) dan dari umbilicus ke SIAS kanan (S V-VII).
b. Hacket, bila limpa membesar ke arah bawah saja ( H I-V).
3. Perut dan ekstra abdomen.
Pada perut diperhatikan vena kolateral dan asites.
4. Penemuan ikterus pada sklera, kulit dan membrane mukosa.
2. Pemeriksaan Laboratorium
1) Tes fungsi hati: abnormal 4-10 kali dari normal.
2) AST (SGOT) atau ALT (SGPT) : Awalnya meningkat. Dapat
meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
3) Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup
SDM (gangguan enzim hati ) atau mengakibatkan perdarahan.
4) Leukopenia : Trombositipenia mungkin ada ( splenomegali).
5) Diferebsial darah lengkap : Leukositosis, monositosis, limfosit
atipikal, dan sel plasma.
6) Alkali fosfatase : Agak meningkta ( kecuali ada kolestasis berat).
Feses : Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati).
7) Albumin serum : menurun.
8) Gula darah : Hiperglikemia transien atau hipoglikemia
(gangguan fungsi hati).
9) Anti-hav Ig m : positif pada tipe A.
10)HbsAG : dapat positif (tipe B) atau negative (tipe A). Catatan
:merupakan diagnostic sebelum terjadi gejala klinik.
11)Masa protrombin : mungkin memanjang (disfungsi hati).
12)Bilirubin serum : di atas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml,
prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis
seluler).
13)Tes ekskresi BSP : kadar darah meningkat.
14)Biopsi hati : menujukkan diagnosis dan luasnya nekrosis.
15)Skan hati : membantu dalam memperkirakan beratnya kerusakan
parenkim.
16)Urinalisa: peninggian kadar bilirubin; protein atau hematuria dapat
terjadi.
3. Pemeriksaan Penunjang lainnya

1) Laparoskopi
Visualisasi langsung permukaan anterior hati, kandung empedu,
dan mesenterium.
2) Lewat alat trokar.
3) Biopsi hati untuk menentukan perubahan anatomis pada
jaringan hati.
4) Pengukuran tekanan portal meninggi.
5) Esofaguskopi/ Endoskopi untuk mencari varises dan
abnormalitas esophagus.
6) Elektroensefalogram : abnormal pada koma hepatikum.
7) USG untuk memperlihatkan ukuran organ-organ abdomen.
8) CT SCAN dan MRI untuk mendeteksi neoplasma hepatik.
9) Pemeriksaan Radiologi:
a) Pemeriksaan barium esophagus untuk varises yang
menunjukkan peningkatan tekanan portal.
b) Foto roentgen abdomen untuk menentukan ukuran
makroskopis hati.
c) Pemindaian hati dengan preparat untuk memperlihatkan ukuran
dan bentuk hati.
d) Technetium, emas, atau rose Bengal.
e) Yang berlabel radioaktif.
f) Kolesistogram dan Kolangiogram untuk melihat kandung
empedu dan salurannya.
g) Arteriografi pembuluh darah seliaka untuk melihat hati dan
pancreas.
h) celiac axis.
i) Splenoportogram (venografi portal untuk menentukan
kecukupan aliran darah).
j) Lienasis.
Diagnosa :

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan
metabolik seperti anoreksia dan mual muntah ditandai dengan
penurunan berat badan.
2. Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum,
penurunan kekuatan atau ketahanan, nyeri, mengalami
keterbatasan aktivitas, depresi ditandai dengan ketidakmampuan
melakukan aktifitas serta penurunan toleransi aktifitas.
3. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan volume cairan berlebih melalui muntah dan
diare, serta perpindahan area ketiga (asites) ditandai dengan
hidrasi inadekuat seperti turgor kulit buruk, pengisian kapiler,
nadi perifer lemah, dan pengeluaran urine individu tidak sesuai.
4. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gejala
jengkel atau marah, terkurung atau isolasi, sakit lama atau
periode penyembuhan ditandai dengan menyatakan perasaan
negatif tentang dirinya (putus asa dan tidak berguna).
5. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan
primer tidak adekuat dan depresi imun serta malnutrisi ditandai
dengan adanya agen oportunis atau patogenesis dari berbagai
sumber baik dalam maupun luar tubuh.
6. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit atau jaringan
berhubungan dengan zat kimia dan akumulasi garam empedu
dalam jaringan ditandai dengan rusaknya jaringan atau kulit,
adanya ekskoriasi, pruritus atau lecet.
7. Kurang pengetahuan [kebutuhan belajar] tentang kondisi,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
kurang terpajan atau mengingat; salah interpretasi informasi
serta tidak mengenal sumber informasi ditandai dengan
kurangnya pemahaman proses penyakit dan pengobatan.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hepatitis merupakan suatu penyakit dimana hati
mengalami peradangan. Ada beberapa penyebab hepatitis antara
lain alkohol, obat-obatan, berbagai penyakit, fungi, bakteri
maupun virus. Adapun virus yang secara khusus menyebabkan
hepatitis ada beberapa tipe, yaitu A, B, C, D, E, dan G. Namun,
hepatitis paling sering disebabkan oleh virus tipe A, B dan C.
Kelompok yang berisiko tinggi tertular hepatitis
adalah tenaga kesehatan, mereka yang memiliki lebih dari satu
pasangan seksual, pengguna obat-obatan secara intravena, dan
pasien-pasien dengan haemophilus. Sedangkan transfusi darah
merupakan salah satu penyebab yang jarang menyebabkan
hepatittis. Semua tipe virus hepatitis dapat menyebabkan
hepatitis akut yang ditandai dengan munculnya gejala seperti
fatigue, mual, muntah, anoreksia, urin gelap, feses cerah,
demam, dan ikterus. Sedangkan hepatitis tipe B dan C dapat
menyebabkan hepatitis kronis yang gejalanya terkadang muncul
tidak spesifik.
Hepatitis kronis membutuhkan pengobatan secara
serius tidak hanya agar proses penyembuhan lebih cepat, tetapi
juga untuk mencegah terjadinya kerusakan hati progresif, sirosis
hepatitis, kegagalan hati maupun kanker hati yang dipicu oleh
hepatitis kronis. Hepatitis dapat dicegah dengan menghindari
paparan virus yang dapat dilakukan dengan universal
precaution, peningkatan personal hygiene, sanitasi lingkungan,
pemberian imunoglubulin serta vaksin.

3.2 Saran
1. Sebagai perawat profesional hepatitsiendaknya mampu memberikan
asuhan keperawatan secara tepat khususnya kepada pasien hepatitis.

2. Agar mampu berkolaborasi dengan tenaga kesehepatitsiatan lain pada


saat memberikan pelayanan kepada pasien, sebagai perawat kita harus
mengetahui dasar-dasar penyakit hepatitis dan respon pasien saat
menjalani terapi.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Jual. 2000. Diagnosa Keperawan Aplikasi pada


Praktik Klinis Edisi 6. Jakarta: EGC
Doengoes, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geiser.
2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
perencanaan dan Pendokumentasian perwatan Pasien. Jakarta:
EGC
Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah vol.3
Jakarta: EGC
Gallo dan Hudak. 1996. Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik Volume III
Edisi VI. Jakarta: EGC
Lee, Dennis. 2008. Viral Hepatitis. www.medicine.net.com/viral
hepatitis/html. Diakses pada 7 April 2008 pukul 14.00 WIB.
Popper, Hans P. and Shaffner Fenton. 1990. Progress In Liver Diseases
Volume IX. Philadelphia: W.B Saunders Company
Price, Sylvia Anderson dan Lorraine McCarty Wilson. 2006.
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
EGC
Schiff, Eugene R., et all. 1999. Shciffer’s Diseases Of The Liver 8th
Edition Volume 1. Philadelphia: Lipincott Williams&Wilkins
Setiyohadi, Bambang. 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I Edisi 3.
Jakarta: Gaya Baru
Smeltzer, Suzanne C. Dan Brenda G. Bare. 2006. Buku Ajar
Keperewatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth Volume 2
Edisi 8. Jakarta: EGC
Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso. 2007. Hepatitis.
www.infeksi.com. Diakses pada 5 April 2008 pukul 15.30 WIB

Anda mungkin juga menyukai