CA Mamma
CA Mamma
PENDAHULUAN
Berdasarkan laporan dari WHO, tahun 2004 diperkirakan 519.000 wanita meninggal
karena kanker payudara dan dari angka itu, 69% kematian terjadi di negara
berkembang. Pada tahun 2009, diperkirakan 192.370 kasus baru dari invasive
carsinoma mammae didiagnosis di Amerika Serikat dan 62.280 kasus baru carsinoma
mammae insitu. Data di Indonesia, kanker payudara menduduki tempat kedua (11,5
%) setelah kanker leher rahim. Di indonesia diperkirakan terdapat 20.000 kasus baru
kanker payudara pertahun dan lebih dari 50% kasus berada dalam stadium lanjut.
Etiologi yang belum diketahui dengan pasti, perjalanan penyakit yang tidak dapat
diperkirakan serta usaha pencegahan yang sulit dilakukan serta adalah masalah yang
sampai saat ini belum teratasi. Namun demikian usaha – usaha untuk mendeteksi dini
penyuluhan. Selain itu, kemajuan dalam deteksi dini yang dilengkapi dengan
kemajuan terapi, baik teknik operasi, radiasi, terapi hormonal serta kemoterapi, yang
didasarkan pada ketetapan penentuan stadium dan pengenalan sifat – sifat biologis
kanker, semakin membawa harapan baru untuk penderita kanker payudara ini.1,2,3,4
prevalensi cukup tinggi. Kanker payudara dapat terjadi pada pria maupun wanita,
hanya saja prevalensi pada wanita jauh lebih tinggi. Diperkirakan pada tahun 2006 di
1
Amerika, terdapat 212.920 kasus baru kanker payudara pada wanita dan 1.720 kasus
gumpalan yang biasanya terasa sakit pada payudara, juga adanya tanda lain yang
lebih jarang yang berupa sakit pada bagian payudara, erosi, retraksi, pembesaran dan
rasa gatal pada bagian puting, juga secara keseluruhan timbul kemerahan,
Penyebab kanker payudara sangat beragam, tetapi ada sejumlah faktor risiko
yang dihubungkan dengan perkembangan penyakit ini yaitu asap rokok, konsumsi
alkohol, umur pada saat menstruasi pertama, umur saat melahirkan pertama, lemak
pada makanan, dan sejarah keluarga tentang ada tidaknya anggota keluarga yang
menjadi dua kelompok besar yaitu insitu karsinoma dan invasif karsinoma.
Karsinoma insitu dikarakterisasi oleh lokalisasi sel tumor baik di duktus maupun di
lobular, tanpa adanya invasi melalui membran basal akan rusak sebagian atau secara
keseluruhan dan sel kanker akan mampu menginvasi jaringan di sekitarnya menjadi
sel metastatik.5,6
Kanker payudara pada umumnya berupa ductal breast cancer yang invasif
dengan pertumbuhan yang tidak terlalu cepat. Kanker payudara sebagian besar
(sekitar 70%) ditandai dengan adanya benjolan yang biasanya terasa sakit pada
payudara, juga adanya tanda lain yang lebih jarang yang berupa sakit pada bagian
2
payudara, erosi, retraksi, pembesaran dan rasa gatal pada bagian puting, juga secara
Sedangkan pada masa metastasis dapat timbul gejala nyeri tulang, penyakit
kuning atau bahkan pengurangan berat badan. Sel kanker payudara dapat tumbuh
menjadi benjolan sebesar 1 cm dalam waktu 8-12 tahun. Pada tumor yang ganas,
benjolan ini bernsifat solid, keras, tidak beraturan, dan non-mobile. Pada kasus yang
lebih berat dapat terjadi edema kulit, kemerahan, dan rasa panas pada jaringan
payudara.6
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. DEFINISI
Karsinoma mammae merupakan tumor ganas yang yang berasal dari sel
epitelial parenkim mammae. Pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya sel pada
jaringan mammae yang tidak normal/abnormal yang terbatas serta tumbuh perlahan
karena suplai limpatik yang jarang ketempat sekitar jaringan mammae yang banyak
mengandung banyak pembuluh limfe dan meluas dengan cepat dan segera
bermetastase.5
Penyakit kanker payudara adalah penyakit keganasan yang berasal dari epitel
duktus laktiferus (70%), epitel lobulus (10%) sisanya sebagian kecil mengenai
jaringan otot dan kulit payudara, kanker payudara tumbuh lokal, lalu selang beberapa
waktu menyebar melalui saluran limfe (penyebaran sistemik) ke organ vital lain
II.2. EPIDEMIOLOGI
4
Amerika Selatan merupakan area insiden sedang, Asia, Afrika adalah area dengan
insiden rendah. Di China, khususnya di Shanghai pada tahun 1972 insiden karsinoma
mamma adalah 17/100.000, meningkat menjadi 38.2/100.000 pada tahun 2000.
Di Indonesia , insiden kanker payudara dalam 5 tahun terakhir cukup tinggi
yaitu sekitar 32% dari total jumlah kasus kanker. Data Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Dr. Moewardi Surakarta pada tahun 2005 jumlah kasus kanker payudara
adalah 2821 kasus, tahun 2006 sebanyak 5141 kasus dan pada tahun 2007 sebanyak
6380 kasus. Data RSUD dr Wahidin Sudirohusodo, Makassar, tercatat pada tahun
2009 mencapai 376 kasus, pada tahun 2010 mencapai 617 kasus dan terakhir pada
tahun 2011 mencapai 439 kasus. 2,3,4
Kelenjar mammae dimiliki oleh kedua jenis kelamin baik wanita maupun pria.
Kelenjar ini menjadi fungsional saat pubertas untuk merespon estrogen pada
perempuan dan pada laki-laki biasanya tidak berkembang. Saat kehamilan, kelenjar
dasarnya terletak dari kira – kira iga kedua sampai iga ke enam. Bagian medial
payudara mencapai pingir sternum dan di lateral sejajar garis aksillaris anterior.
Payudara meluas ke atas lapisan fascia otot pektoralis mayor pada dua pertiga
superomedial dan otot seratus anterior pada sepertiga lateral bawah. Pada 15% kasus
jaringan payudara meluas kebawah garis tepi iga dan 2% melewati pinggir anterior
5
Payudara yang asimetri sering dijumpai diantara wanita normal dan penderita
Setengah wanita mempunyai perbedaan volume 10% antara payudara kiri dan kanan
dan seperempatnya dengan perbedaan 20%. Payudara kiri selalu lebih besar
1. Struktur
Setiap payudara merupakan elevasi dari jaringan glandular dan adipose yang
tertutup kulit pada dinding anterior dada. Payudara terletak diatas otot
pektoralis mayor dan melekat pada otot tersebut melalui selapis jaringan ikat.
(ampula).
sekretori.
d. Sentrum dari kelenjar mammae adalah papila mammae yang memiliki kulit
6
Dari pori duktus laktiferi hingga sinus laktiferi dilapisi epitel skuamosa
berlapis, dari distal sinus laktiferi hingga duktus besar dibawah areola dilapisi sel
torak berlapis ganda, selanjutnya berbagai tingkat duktus dilapisi satu lapis sel epitel
torak, asinus dilapisi satu lapis sel epitel torak atau kubus. (3)
a. Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan nervus
Ada beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit
aksila dan bagian medial lengan atas. Pada diseksi aksila, saraf ini sedapat
7
longus yang mempersarafi m.serratus anterior sedapat mungkin
b. Aliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke
kelenjar parasternal, terutama dari bagian sentral dan medial serta ada pula
50 buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena
anterior aksila, kelompok sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam, yang
8
Gambar 2.3 Nodus Limfatikus pada payudara8
9
Gambar 2.4 Arteri kelenjar mamma8
b. Jenis kelamin
Angka kejadian kanker payudara pada laki-laki hanya 1 %. Kanker
payudara 100 kali lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki.
Alasan utamanya adalah karena pada wanita, sel-sel pada payudara lebih
10
sering terekspose oleh hormon-hormon estrogen dan progesteron yang
mempengaruhi peertumuhan sel-sel pada payudara.9
c. Menstruasi
Menarche pada usia dini dan menopause yang terlambat dapat
meningkatkan risiko kanker payudara. Menarche sebelum usia 12 tahun
mempunyai risiko kanker payudara 20% lebih besar dari menarche setelah
usia 15 tahun. Risiko kanker payudara berkurang sekitar setengahnya jika
menopause terjadi sebelum usia 45 tahun dibandingkan jika menopause
2,3,6
terjadi setelah usia 55 tahun. Hal ini mungkin disebabkan karena
eksposure hormon estrogen dan progesterone yang berkepanjangan yang
mempengaruhi pertumbuhan sel-sel payudara.9
d. Reproduksi
Status reproduksi juga mempengaruhi risiko terkena kanker payudara.
Wanita yang tidak pernah melahirkan (nullipara) atau yang pertama kali
melahirkan anak pada usia lebih dari 31 tahun mempunyai risiko tiga
hingga empat kali lebih besar dibandingkan perempuan yang melahirkan
anak pertamanya sebelum berusia 18 tahun. Wanita yang mempunyai
banyak anak (multipara) diasosiasikan dengan berkurangnya risiko kanker
payudara. Menyusui lebih lama juga dianggap dapat menurunkan risiko
kanker payudara.2,4,6
e. Diet
Wanita-wanita dari negara Barat mempunyai risiko terkena kanker
payudara enam kali lebih tinggi dibandingkan wanita-wanita Asia dan
negara berkembang lainnya. Risiko ini akan berubah jika penduduk dari
negara berisiko rendah migrasi ke negara berisiko tinggi dan mengadaptasi
pola makan di negara tersebut. Meskipun demikian pengaruh diet pada
insiden kanker payudara tampaknya terjadi pada usia muda seperti anak-
11
anak dan remaja. Tidak ada data yang membuktikan bahwa perubahan pola
makan dari diet tinggi lemak ke diet rendah lemak pada usia pertengahan
dan tua dapat menurunkan risiko kanker payudara.2,4,6
f. Riwayat keluarga
Risiko kanker payudara meningkat kira-kira dua kali pada anak
perempuan yang ibunya menderita kanker dan pada wanita yang saudara
perempuannya menderita kanker. Kanker familial ini cenderung terjadi
pada usia lebih muda dan bilateral. Peningkatan risiko sebagian besar
disebabkan oleh pewarisan gen-gen yang mempredisposisi kanker
payudara. Pada keluarga berisiko tinggi, dengan empat atau lebih anggota
keluarga terkena kanker payudara, 33% di antaranya mengalami mutasi
BRCA-1. Suatu studi populasi menemukan mutasi BRCA-1 pada 12 dari
193 wanita (6,2%) yang terkena kanker payudara sebelum usia 35 tahun
dan pada 15 dari 208 wanita (7,2%) dengan riwayat kanker payudara pada
anggota keluarga tingkat pertama (first-degree relatives). Kanker payudara
familial juga sering berhubungan dengan keganasan pada organ lain seperti
colon, ovarium dan uterus.2,4,6
g. Hormon
Hormon seks mempengaruhi proliferasi sel-sel dan jaringan payudara
serta meningkatkan karsinogenesis payudara pada hewan percobaan,
namun bukti-bukti epidemiologisnya pada manusia masih merupakan
konflik. Mungkin hal ini disebabkan oleh kesulitan dalam pengukurannya.
Sebuah studi populasi pada wanita postmenopause yang berasal dari negara
berisiko tinggi menunjukkan level serum oestradiol rata-rata sekitar 20%
lebih tinggi daripada wanita-wanita yang berasal dari negara berisiko
rendah. Studi case-control lain menunjukkan wanita dengan kanker
payudara mempunyai level progesterone yang lebih tinggi dari kelompok
kontrol pada analisis yang terbatas pada saat ovulasi.
12
Prolactin adalah mitogen dalam jaringan payudara dan merupakan
hormon yang penting untuk perkembangan tumor payudara pada hewan
percobaan tapi perannya pada kanker payudara manusia belum jelas.
Meskipun demikian terdapat bukti-bukti yang meyakinkan bahwa level
prolaktin dipengaruhi oleh sejumlah even yang juga mempengaruhi risiko
kanker payudara. Selain hormon seks endogen, hormon seks eksogen
seperti terapi pengganti hormon dan kontrasepsi oral juga dianggap
berpengaruh terhadap risiko kanker payudara.
j. Radiasi
II.5. PATOGENESIS
supressor gen sehingga terjadi perubahan dalam cetakan protein yang mengakibatkan
13
timbulnya sel kanker. Karena itu terjadi kekeliruan transkripsi dan translasi gen
d. Pada sel normal pertumbuhan sel dan diferensiasi sel diatur oleh gen yang
disebut : Protoonkogen.
pembelahan sel.
membran sel.
14
c. Rangsang mengalir melalui sitoplasma ke inti.
1. Inisiasi
2. Promosi
3. Progresi
Inisiasi
Tahap pertama ialah permulaan dimana sel normal berubah jadi premaligna.
Pada tahap ini inisiasi karsinogen bereaksi dengan DNA menyebabkan amplifikasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan
oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi
(penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang
sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang
disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan
gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami
suatu keganasan.
berperan sebagai aktivator lintasan tumorigenesis pada sel payudara yang diinduksi
15
oleh karsinogen. Progestin akan menginduksi transkripsi regulator siklus sel berupa
siklin D1 untuk disekresi sel epitelial. Sekresi dapat ditingkatkan sekitar 5 hingga 7
kali lipat dengan stimulasi hormon estrogen, oleh karena estrogen merupakan hormon
yang mengaktivasi ekspresi pencerap progesteron pada sel epitelial. Selain itu,
kelenjar.
Promosi
Promotor adalah zat non mutagen tapi dapat menaikkan reaksi karsinogen dan
Progresi
Pada progresi ini terjadi aktivasi, mutasi atau hilangnya gen. Pada progresi ini
16
Dalam karsinogenesis ada 3 mekanisme yang terlibat:
Metastasis menuju ke tulang merupakan hal yang kerap terjadi pada kanker
demikian bersifat osteolitik, yang berarti bahwa osteoklas hasil induksi sel kanker
Tulang merupakan jaringan unik yang terbuat dari matriks protein yang
digunakan oleh sel kanker untuk membuat ruang pada matriks ekstraselular dengan
penggunaan enzim metaloproteinase matriks tidaklah efektif. Oleh sebab itu, resorpsi
tulang yang memungkinkan invasi neoplastik terjadi akibat interaksi antara sel kanker
payudara dengan sel endotelial yang dimediasi oleh ekspresi VEGF merupakan
mitogen angiogenik positif yang bereaksi dengan sel endotelial. Tanpa faktor
angiogenik negatif seperti angiostatin, sel endotelial yang berinteraksi dengan VEGF
sel kanker melalui pencerap VEGFR-1 dan VEGFR-2, akan meluruhkan matriks
17
Gambar 2.6 Proliferasi neoplasma15
kanker dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari tempat asalnya.
- Ductal carcinoma in situ: karsinoma duktal berasal dari sel-sel yang melapisi
saluran yang menuju ke puting susu. Sekitar 90% kanker payudara merupa-
kan karsinoma duktal. Kanker ini bisa terjadi sebelum maupun sesudah masa
18
Sekitar 25-35% penderita karsinoma duktal akan menderita kanker invasif
2. Karsinoma lobuler mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, biasanya terjadi setelah
menopause. Kanker ini tidak dapat diraba dan tidak terlihat pada mammogram,
tetapi biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada mammo-grafi yang dilakukan
untuk keperluan lain. Sekitar 25-30% penderita karsinoma lobuler pada akhirnya
akan menderita kanker invasif (pada payudara yang sama atau payudara lainnya
3. Karsinoma invasif: kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan lainnya,
tubuh lainnya). Sekitar 80% kanker payudara invasif adalah kanker duktal dan
19
b. Metastasis melalui sistem limfe
Metastasis melalui sistem limfe pertama kali akan mengenai KGB
regional terutama KGB aksila. KGB sentral (central nodes) merupakan
KGB aksila yang paling sering (90%) terkena metastasis sedangkan
KGB mammaria eksterna adalah yang paling jarang terkena. Kanker
payudara juga dapat bermetastasis ke KGB aksila kontralateral tapi
jalannya masih belum jelas, diduga melalui deep lymphatic fascial plexus
di bawah payudara kontralateral melalui kolateral limfatik. Jalur ini
menjelaskan mengapa bisa terjadi metastasis ke kelenjar aksila
kontralateral tanpa metastasis ke payudara kontralateral.
KARNOFSKY : 0 – 100
Derajat Tingkat Aktivitas
100% Mampu melaksanakan aktivitas normal, tanpa keluhan/tidakadakelainan.
20
80% Tidak perlu perawatan khusus, dengan beberapa keluhan / gejala.
70% Tidak mampu bekerja, mampu merawat diri.
60% Kadang perlu bantuan tetapi umumnya dapat melakukan untuk keperluan sendiri.
WHO: 0–4
Derajat Tingkat Aktivitas
0 Baik, dapat bekerja normal.
1 Cukup, tidak dapat bekerja berat,ringan bisa.
2 Lemah, tidak dapat bekerja,tapi dapat jalan & merawat diri
sendiri50% dari waktu sadar.
3
Jelek, tidak dapat jalan,dapat bangun & rawat diri sendiri,perlu
tiduran > 50% waktu sadar
4 Jelek sekali : tidak dapat bangun & rawat diri sendiri,hanya tiduran
saja.
Skala ECOG
21
II.7. STAGING KARSINOMA MAMMA
Stadium kanker dinilai berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang
Tis (Paget)
T2 : Tumor 2 – 5 cm
T3 : Tumor diatas 5 cm
22
T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange, satelit
metastase pada KGB aksila atau adanya metastase pada KGB atau
23
Stage Grouping
Stage 0 Tis N0 M0
Stage I T1 N0 M0
Stage IIA T0 N1 M0
T1 N1* M0
T2 N0 M0
Stage IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stage IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stage IIIB T4 N berapapun M0
T berapapun N3 M0
Stage IV T berapapun N berapapun M1
Histopatologic grade
GX: Grade cannot be assessed
G1: Well-differentiated
G2: Moderately differentiated
G3: Poorly differentiated
G4: Undifferentiated
(Harris J.R, Lippman M.E, Morrow M, Osborne K, 2000., Morris J.P, Wood
W.C, 2000).
24
II.8 MANIFESTASI KLINIS 5,11
1. Nyeri fisiologis jika timbul sebelum atau sewaktu haid dan dirasakan oleh
2. Perubahan bentuk dan besar payudara, adanya lekukan ke dalam, tarikan dan
3. Kelainan kulit berupa kemerahan pada suatu tempat di payudara, edema kulit,
4. Keluar cairan abnormal dari putting susu berupa nanah, darah, cairan encer
II.9. DIAGNOSIS
II.9.1 Anamnesis
Keluhan utama penderita dapat berupa: adanya benjolan pada
payudara; rasa nyeri; keluar cairan dari puting susu; retraksi puting susu;
adanya ekzema di sekitar areola; keluhan kulit berupa dimpling, venektasi,
ulserasi atau adanya peau d’orange; adanya benjolan di ketiak; edema
lengan dan tanda metastasis jauh misalnya nyeri tulang (vertebrae, femur),
rasa penuh di ulu hati, batuk, sesak, dan sakit kepala hebat.2,3,6,8
25
spontan dari puting susu (nipple discharge) adalah tanda kedua yang paling
umum dari kanker payudara. Karakter nipple discharge dapat membantu
menegakkan diagnosis. Cairan seperti susu menandakan galaktore, cairan
purulen disebabkan oleh infeksi, dan cairan multiwarna atau lengket
menandakan ektasia duktus (comedomastitis). Cairan serous, serosanguinus,
berdarah atau seperti air mungkin menandakan papiloma (80%) atau
karsinoma intraduktal (20%).6
26
Teknik pemeriksaan2,4,10
2. Posisi berbaring
Penderita berbaring dan diusahakan agar payudara jatuh tersebar
rata di atas lapangan dada, jika perlu bahu atau punggung diganjal dengan
bantal kecil terutama pada penderita yang payudaranya besar. Palpasi
dilakukan dengan mempergunakan falang distal dan falang medial jari II,
III dan IV yang dikerjakan secara sistematis mulai dari kranial setinggi
iga kedua sampai ke distal setinggi iga keenam, juga dilakukan
pemeriksaan daerah sentral subareolar dan papil. Palpasi juga dapat
dilakukan dari tepi ke sentral (sentrifugal) berakhir di daerah papil.
Terakhir diadakan pemeriksaan kalau ada cairan keluar dengan menekan
daerah sekitar papil. Pemeriksaan dengan rabaan halus akan lebih teliti
daripada dengan rabaan kuat karena rabaan halus akan dapat
membedakan kepadatan massa payudara.
27
a. Pemeriksaan kelenjar getah bening regional
1. Aksila
Sebaiknya dalam posisi duduk karena dalam posisi ini fossa aksila
jatuh ke bawah sehingga mudah untuk diperiksa dan lebih banyak yang
dapat dicapai. Pada pemeriksaan aksila kanan tangan kanan penderita
diletakkan atau dijatuhkan lemas di tangan/bahu kanan pemeriksa dan
aksila diperiksa dengan tangan kiri pemeriksa. Diraba kelompok KGB
mammari eksterna di bagian anterior dan di bawah tepi m.pektoralis
aksila; KGB subskapularis di posterior aksila; KGB sentral di bagian
pusat aksila; dan KGB apikal di ujung atas fossa aksilaris. Pada perabaan
ditentukan ukuran, konsistensi, jumlah, apakah terfiksasi satu sama lain
atau ke jaringan sekitarnya.
28
b. Pemeriksaan radiologi
29
memperlihatkan gambaran coin lesion yang multipel dengan ukuran
yang bermacam-macam. Metastasis dapat pula mengenai pleura
yang akan menimbulkan efusi pleura. Metastasis ke tulang vertebra
akan terlihat pada foto rontgen sebagai gambaran
osteolitik/destruksi yang dapat menyebabkan fraktur patologis.2,3
30
II.10. TERAPI
a. Modalitas terapi
Untuk kanker payudara terdapat beberapa modalitas terapi yang bisa
dipilih:
1. Operasi 2,3,,7
Terdapat beberapa jenis operasi untuk terapi yaitu radical
mastectomy, modified radical mastectomy, simple mastectomy, BCS
(breast conserving surgery), dan BCT (breast conversing teraphy)
31
cangkok flap muskulokutan. Rekonstruksi ini dapat dilakukan
sekaligus dengan bedah kuratif atau beberapa waktu setelah radioterapi
atau kemoterapi adjuvan. Bila hal ini tidak dapat dilakukan usahakan
prostesis eksterna.
32
Indikasi BCT:
2. Radiasi 2,3,6,7
Radioterapi untuk kanker payudara dapat diberikan sebagai terapi
primer, adjuvan atau paliatif. Radioterapi kuratif tunggal tidak begitu
efektif tetapi radioterapi adjuvan cukup bermanfaat. Radioterapi paliatif
dapat dilakukan dengan hasil baik untuk waktu terbatas bila tumor sudah
tidak operabel.
33
Tumor sentral atau medial
KGB (+) dengan ekstensi ekstra kapsuler
3. Kemoterapi 2,3,6,7
Kemoterapi merupakan salah satu terapi sistemik yang dapat
digunakan sebagai terapi adjuvan atau paliatif. Kemoterapi adjuvan dapat
diberikan pada pasien pascamastektomi yang pada pemeriksaan
histopatologik ditemukan metastasis di sebuah atau beberapa kelenjar.
Kemoterapi juga dapat diberikan sebelum pembedahan pada kanker
payudara yang besar namun masih operabel pada stadium lokal lanjut.
Berdasarkan penelitian kemoterapi yang disebut kemoterapi neo adjuvan
ini dapat mengecilkan ukuran tumor sehingga memudahkan pembedahan.
Kemoterapi paliatif dapat diberikan pada pasien yang telah menderita
metastasis sistemik.
4. Hormonal 2,3,6,7
Dasar dari pemberian terapi hormonal adalah fakta bahwa 30-40%
kanker payudara adalah hormon dependen. Terapi ini semakin
berkembang dengan ditemukannya reseptor estrogen dan progesteron.
Kanker payudara dengan reseptor estrogen dan progesteron yang
merespons positif terapi hormonal mencapai 77%. Terapi hormonal
merupakan terapi utama stadium IV di samping kemoterapi karena kedua-
duanya merupakan terapi sistemik. Terapi hormonal biasanya diberikan
sebelum kemoterapi karena efek terapinya lebih lama dan efek
sampingnya lebih sedikit.
34
menopause, dan pascamenopause). Setelah itu dapat ditentukan apakah
terapi hormonal akan diberikan secara additif atau ablatif. Terapi additif
berupa pemberian obat-obatan (antiestrogen, aromatase inhibitor,
megestrol acetate dan androgen atau estrogen) dilakukan pada pasien
pascamenopause. Yang tergolong antiestrogen adalah tamoxifen citrate,
toremifene, dan raloxifene tapi raloxifene lebih banyak digunakan untuk
pengobatan osteoporosis. Aromatase inhibitor seperti anastrozole dan
letrozole menghambat konversi androgen menjadi estrogen. Terapi
ablatif berupa ovarektomi bilateral, dilakukan bila tanpa pemeriksaan
reseptor, pada wanita premenopause dan wanita yang sudah 1-5 tahun
menopause dengan ER (+) dan pada penyakit yang bersifat slow growing
dan intermediate growing.
5. Imunologik
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein
pemicu pertumbuhan atau HER-2 secara berlebihan dan untuk pasien
seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk
menyerang HER-2 dan menghambat pertumbuhan tumor, bisa menjadi
pilihan terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER-2 untuk
menentukan kelayakan terapi dengan trastuzumab.
35
1. Kanker payudara stadium 0
Dilakukan BCS atau mastektomi simpel. Terapi definitif pada T0
tergantung pada pemeriksaan blok parafin, lokasinya didasarkan pada
hasil pemeriksaan imaging.
ER (-) / PR (-) Ke
ER (-) / PR (-) Ke
ER (-) / PR (-) Ke
36
Status menopause Reseptor hormonal Risiko tinggi
ER (-) / PR (-) Ke
37
II.11. DIAGNOSIS BANDING
1. Fibroadenoma
Fibroadenoma adalah suatu tumor jinak dan merupakan golongan terbesar dari
secara klinis diketahui sebagai tumor dipayudara dengan konsistensi padat kenyal,
dapat digerakkan dari aringan disekitarnya berbentuk bulat lonjong dan berbatas
tegas. Pertumbuhannya lambat tidak ada perubahan dengan warna disekitarnya, dan
tidak disertai rasa nyeri. FAM terdapat pada usia muda yaitu 15 – 30 tahun, dapat
dijumpai bilateral atau multilpel (15%). Sebagai tumor jinak, tidak ada metastase
2. Penyakit fibrokistik
Fibrocystic disease (FCD) biasanya multipel dan bilateral, disertai rasa nyeri
terutama menjelang haid. Ukurannya dapat berubah, terasa lebih besar, penuh, dan
nyeri menjelang haid dan akan mengecil serta nyeri berkurang setelah haid selesai.
Hal ini terjadi karena FCD dipengaruhi oleh keseimbangan hormon. Tumor jenis ini
umumnya tidak berbatas tegas kecuali kista soliter. Konsistensinya padat kenyal,
dapat pula kistik. Jenis yang padat kadang – kadang sukar dibedakan dengan kanker
payudara dini. Kelainan ini dapat juga dijumpai tanpa massa tumor yang nyata hingga
jaringa payudara teraba padat, permukaan granular. Pengobatan FCD umunya adalah
keluhan nyerinya dan ditemukan pada usia pertengahan sampai tua diperlukan terapi
operatif.18
38
3. Cystosarcoma philloides
Bentuknya bulat lonjong, permukaan berbenjol, batas tegas ukuran bisa mencapai 20
– 30 cm. Konsistensinya dapat padat kenyal tapi ada bagian yang kistik. Walaupun
ukuranya besar tidak ada perlengketan didasar atau kulit. Kulit payudara tegang,
ini dalah kelainan jinak tapi sejumlah kecil (27%) ditemukan dalam bentuk ganas
mastekstomy untuk encegah residif. Pada orang muda atau belum berkeluarga dapat
4. Galactocele
massa tumor kistik yang timbul akibat tersumbatnya duktus laktiferus pada ibu – ibu
yang sedang atau baru selesai masa laktasi. Tunot ini berbatas tegas, bulat dan kistik
Mastitis
Mastitis adalah suatu infeksi pada kelenjar payudara yang biasanya terdapat pada
wanita yang sedang menyususi. Ditemukan tanda – tanda radang dan sering sudah
menjadi abses.18
39
II.12. PROGNOSIS
Menurut National Cancer Data Base, berdasarkan jumlah penderita kanker
payudara pada tahun 2001 dan 2002 didapatkan persentase harapan hidup pasien
kanker payudara dalam lima tahun digambarkan dalam tabel five-year survival rate
berikut ini : 12
II.14 PENCEGAHAN
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi
kesehatan karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya menghindarkan
diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat.
payudara sendiri) yang dilakukan secara rutin sehingga bisa memperkecil faktor
40
Jika SADARI dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat menemukan
benjolan pada stadium dini. Sebaiknya SADARI dilakukan pada waktu yang sama
setiap bulan. Bagi wanita yang masih mengalami menstruasi, waktu yang paling tepat
untuk melakukan SADARI adalah 7-10 hari sesudah hari 1 menstruasi. Bagi wanita
pasca menopause, SADARI bisa dilakukan kapan saja, tetapi secara rutin dilakuka
payudara kiri dan kanan sedikit berbeda. Perhatikan perubahan perbedaan ukuran
antara payudara kiri dan kanan dan perubahan pada puting susu (misalnya
tertarik ke dalam) atau keluarnya cairan dari utting susu. Perhatikan apakah kulit
kepala dan kedua tangan ditarik ke belakang. Dengan posisi seperti ini maka
akan lebih mudah untuk menemukan perubahan kecil akibat kanker. Perhatikan
perubahan bentuk dan kontur payudara, terutama pada payudara bagian bawah.
- Kedua tangan di letakkan di pinggang dan badan agak condong ke arah cermin,
tekan bahu dan sikut ke arah depan. Perhatikan perubahan ukuran dan kontur
payudara.
- Angkat lengan kiri. Dengan menggunakan 3 atau 4 jari tangan kanan, telusuri
payudara kiri. Gerakkan jari- jari tangan secara memutar (membentuk lingkaran
kecil) di sekeliling payudara, mulai dari tepi luar payudara lalu bergerak ke arah
41
dalam sampai ke puting susu. Tekan secara perlahan, rasakan setiap benjolan
atau massa di bawah kulit. Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan.
2. Pencegahan sekunder
terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal
dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami
mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan
a. Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk
assessement survey.
usia 50 tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih
42
kanker payudara hanya 26%, bila dikombinasikan dengan mammografi maka
3. Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita
kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan
ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan
43
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Kuliah Ilmu Bedah. Edisi pertama. Binarupa Aksara 1995. Hlmn : 342 – 364.
3. Albar, Zafiral Azdi dkk (editor). Protokol PERABOI 2003. PERABOI. Jakarta,
4. Asrul. Hubungan Antara Besar Tumor dengan Tipe Histologi Kanker Payudara
dengan Adanya Metastase pada Kelenjar Getah Bening Aksila. Bagian Ilmu
http://www.usu.ac.id
Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Kedua. EGC. 2004. Hlm: 387-402.
6. Desen, Wan. Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi 2. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Availablefrom:http://www.cancer.org/Cancer/BreastCancer/DetailedGuide/breast
cancersurvival-by-stage.
44
9. Souhami, robert L. Et al (editor). Oxford Textbook of Oncology. 2nd Ed. Oxford
10. Haskell, Charles M. and Dennis A. Casciato. Breast Cancer. Dennis A. Casciato
11. Karsinoma Mammae. 2009. [cited 22 Mei 2017]. Available from : URL :
http://www.usu.ac.id/anatomi-fisiologi-kelenjar-mamma//
12. American Cancer Society. Breast Cancer. The Journal of Breast Cancer. 2012.
13. American Cancer Society. 2011. Breast cancer survival rates by stage.
Availablefrom:http://www.cancer.org/Cancer/BreastCancer/DetailedGuide/breast
cancersurvival-by-stage.
14. Woodson, Ashley H, et al. Breast cancer in the young : role of the geneticist.
15. Patofisiologi karsinoma mammae. [cited 22 Mei 2017]. Available from : URL :
http//patofisiologi-kanker-payudara.
18. Yuliana. Deteksi dini Efektif Melacak Kanker Payudara. Available from:
http://www.infi-sehat.com
45
46