Anda di halaman 1dari 3

DEBAT

Istilah debat bersalah dari bahasa Inggris debate. Istilah tersebut identik dengan
istilah sawala yang berasal dari bahasa Kawi atau bahasa Jawa Kuno. Di dalam bahasa Romawi
istilah tersebut diturunkan dari kata de batere yang artinya adalah 'berpegang teguh pada
argumen tertentu dalam stratergi bertengkar atau beradu pendapat untuk saling mengalahkan atau
memenangkan pertengkaran lidah'. Adapun dalam pemakaian bahasa Indonesia, kata debat ber-
arti 'suatu kemampuan atau ketrampilan berargumentasi dalam suatu diskusi formal ataupun
informal sebagai suatu pertandinhgan untuk mencari kemenangan dengan cara bersi- tegang urat
leher untuk menjatuhkan atau mengalahkan lawan'.
Selain itu, debat dapat digunakan sebagai metode dalam proses belajar-mengajar dalam
rangka menciptakan suasana untuk mencapai tujuan belajar-mengajar tertentu. Dalam situasi
formal, debat dapat berbentuk diskusi yang memiliki pola tertentu, yaitu sebuah diskusi yang
memiliki kelompok pro (setuju) dan kelompok kontra (menentang). Kelompok pro dalam debat
merupakan kelompok orang (siswa) yang menyetujui terhadap suatu argumentasi atau kelompok
yang berpendapat positif. Kelompok ini di dalam istilah bahasa Inggris di sebut pro-side.
Adapun kelompok kontra dalam debat merupakan kelompok oranmg (siswa) yang menentang
terhadap suatu argumentasi atau kelompok yang berpendapat negatif. Kelompok ini di dalam
istilah bahasa Inggris disebut contra-side.
Di dalam situasi informal kegiatan debat menjurus ke arah pertengkaran lidah atau
bersilat lidah, atau yang di dalam istilah sehari-hari disebut dengan debat kusir. Debat dalam
pengertian ini merupakan pengertian debat dalam sudut pandang negatif, karena hal itu menjurus
pada cara-cara kasar, bahkan menjurus pada perkelahian. Inilah yang harus dihindari dalam
penerapan pengajaran debat di sekolah.
Tujuan debat adalah agar masing-masing pihak dapat adlah agar masing-masing pihak
dapat membalikkan pendapat lawan untuk menyetujui pendapat kelompoknya, dengan
memberikan argumentasi dan bukti bukti yang relevan, dalam hal demikkian sangat diperlukan
kelincaahan para pendebat lawan untuk dengan secepatnya dapat menangkap isi dan arah pikiran
lawan, serta dengan cepat pula dapat mencari jawab yang tepat dengan nalar yang logis agar
pihak lawan menyetujui pendapat kelompoknya.
Meskipun tujuan debat untuk ketrampilan berargumentasi dalam menangkis serangan
lawan, semua pendebat harus sadar segala proses interaksi verbal tersebut harus berjalan dengan
cukup sopan dan adab. Jika ingin menyerang pendapay lawan, maka yang diserang bukanlah
pribadi lawan, melainkan hanyalah pendapatnya saja. oleh karena itu, forum perdebatan harus
dipimpin oleh moderator yang berfungsi mengatur kelancaran dan keterrtiban jalannya
perdebatan. Suasana debat yang baik biasanya hangat. Hal ini dipengaruhi oleh topik yang
dipilih serta ketrampilan berbicara dan berfikir para pendebat. Topik yang baik untuk debat
adalah berupa isu ilmiah yang kontroversial, bersifat problematik, dan bukan bersifat faktual.
Masalah yang cocok untuk diperdebatkan biasanya berkaitan dengan nilai-nilai, misalnya
masalah: poligami, kumpul kebo, "children of God", pornografi, westernisasi, dan sebagainya.
Pada umumnya langkah-langkah debat tertata sebagaimana berikut ini.
1. moderator mengumumkan topik dan norma-normanya, serta meminta para ketua kelompok debat
memperkenalkan peran dan fungsi anggotanya.
2. moderator mulai meminta pendapat dari salah seorang kelompok pro untuk mengungkapkan
arguimentasinya tentang topik perdebatan tersebut.
3. Setelah selesai, salah seorang dari kelompok kontra mengacungkan tangan untuk menanggapi.
4. Moderator memberikan kesempatan seorang pendebat lain dari kelompok pro untuk menjawab.
5. Bila argumentasi seorang kelompok pro kurang lengkap, maka teman-teman dari kelompok pro
bisa menambahnya.
6. Begitu pula, kalau ada argumentasi yang dapat ditentang oleh kelompok kontra, maka seorang
dari kelompok kelompok kontra dapat menyanggah lagi.
7. Begitu seterusnya, sehingga terjadi perdebatan yang panjang.
8. Bila perdebatan sudah menyimpang dari topik persoalan, maka moderator harus meluruskan.
9. Setelah perdebatan dianggap cukup, maka moderator dapat membuat kesimpulan yang bersifat
"netral" atau tiudak memihak. Dan perdebatan tidak uasah sampai pada titik temu,
karena masing-masing pendebat mungkin menggunakan pendekatan atau sudut panfdang yang
berbeda.
Diskusi dalam bentuk debat memiliki segi positif atau kebaikan dan segi negatif atau
kelemahan. Segi positif diadakannya debat antara lain: (1) dapat menyajika kedua segi
permasalahan, (2) mendorong adanya analisis dari kelompok, (3) menyajikan ide dan fakta dari
kedua sisi masalah, (4) memanghkitkan motivasi, dan (5) dapat dipakai pada kelompok besar.
Adapun segi negatif diadakannya debat antara laian: (1) keinginan untuk menang yang besar
menyebabkan alasan tak objektif, (2) mungkin melibatkan emosi, dan (3) mungkin mendapatkan
kesan yang salah.
Dalam kaitannya dengan masalah perdebatan ini, Monroe (1955: 218-221mengemukakan
bahwa argumentasio-argumentasi yang baik untuk disampaikan adalah argumentasi yang
berkaitan dengan:
1. hal-hal yang dapat dipercaya atau dibuktikan, yang disebut dengan istilah evidence;
2. alasan logis (logical reasoning) dengan menunjukkan contoh-contoh (reasoning from examples);
3. alasan logis dengan aksioma atau asas tertentu (reasoning from axiom);
4. alasan logis dengan menunjukkan hubungan sebab-akibat (reasoning from causal relation); dan
5. dengan memberikan himbauan yang bersifat emosional (emmotional appeal).
Adapun Brigance (1940-1947) mengemukakan bahwa di dalam perdebatan harus terjadi
hubungan komunikasi yang baik dan penuh persahabatan. Pada waktu pendebat dari kelompok
pro berbicara, kelompok kontra harus mendengarkan baik-baik. Begitu sebaliknya, jika pendebat
dari kelompok kontyra berbicara, kelompok pro harus mendengarkan baiak-baik. Selain. itu
penampilan pembicaraan pembicaraan kedua belah pihak harus penuh dengan tenggang rasa dan
saling bertoleransi. Pembicara yang baik adalah pembicara yang harus memiliki kepribadian
berikut:
1. seorang pembicara harus memiliki watak moral yang kuat (a spreaker must have a strong moral
character);
2. seorang pembicara harus juga memiliki kontrol diri (a speaker must also have self-control);
3. seorang pembicara juga harus meiliki keikhlasan dan kesungguhan hati ( a peaker must also have
sincerity and earnestness);
4. seorang pembicara harus memiliki suatu perhatian yang sempurna terrhadap pendengar (having a
thorpugh respect for audience);
5. seorang pembicara harus menciptakan pergaulan yang akrab dengan penuh perhatian (closely
associated with respect);
6. seorang pembicara harus meiliki kejujuran dan cara mempengaruhi juga juga halus atau lembut
(fairness is likewise a subtle persuasive influyence); dan
7. persyaratan yang terakhir yang harus diperhatikan oleh para pembicara dalam kelompok
(perdebatan) adalah bijaksana (tact is the last element of this group to be considered).

Anda mungkin juga menyukai