Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

Dalam rangka upaya pelaksanaan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan, UD.SUKA

MAKMUR yang bergerak di bidang usaha pengumpul limbah B3 ( Oli bekas, Accu / baterai bekas,

Limbah terkontaminasi B3, Kemasan bekas B3, Minyak Pelumas bekas, Limbah elektonik

(lampu TL, Printed circuit board dll) termasuk Kain Majun. Yang terletak di Jl.Kapten

Samadikun GG V No. 266 Kel. Kesenden Kec. Kejaksan Kota Cirebon Jawa Barat. Menyusun

dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).

Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan

(UPL) UD. SUKA MAKMUR ini di dasarkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

No. 27 tahun 2012 tentang Ijin Lingkungan dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan

Hidup No. 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan

Pengumpulan Limbah B3 .

Dokumen UKL UPL ini berisi uraian upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan dari

setiap dampak yang di timbulkan oleh kegiatan usaha UD. SUKA MAKMUR dan dalam

penyusunanya mengikuti pedoman Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.5

tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengumpulan

Limbah B3.

Penyampaian dokumen UKL UPL ini disertai dengan harapan telah memenuhi peraturan

yang telah di syaratkan. Kami mengucapkan terimakasih kepada pembina dan kepada pihak

Pemerintah yang telah memberikan bantuanya sehingga tersusun dokumen UKL UPL ini.

Cirebon, Juli 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...............................................................................................................................


Daftar isi .........................................................................................................................................
Daftar Tabel ....................................................................................................................................
Daftar Gambar ................................................................................................................................
Daftar Lampiran ............................................................................................................................................

A. IDENTITAS PEMRAKARSA .....................................................................................


B. PERIZINAN YANG DIMILIKI ...................................................................................
C. USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN ..........................................
1. Nama Usaha dan/atau Kegiatan .......................................................................
2. Lokasi Usaha dan/atau Kegiatan .......................................................................
3. Mulai Beroperasi .............................................................................................
4. Deskripsi usaha dan/atau Kegiatan ....................................................................
5. Uraian Komponen Kegiatan Yang Telah Berjalan ................................................
D. UPAYA PENGELOLAAN DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN ........................
1. Sumber Jenis dan Besaran Dampak Lingkungan .................................................
a. Kegiatan Yang Menjadi Sumber Dampak .....................................................
b. Jenis Dampak ............................................................................................
c. Besaran Dampak .......................................................................................
2. Upaya Pengelolaan Lingkungan .......................................................................
a. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...................................................................
b. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup ........................................................
c. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup ......................................................
3. Upaya Pemantauan Lingkungan ......................................................................
a. Pemantauan Lingkungan Hidup .................................................................
b. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup .......................................................
c. Periode Pemantauan Lingkungan Hidup .....................................................
4. Pihak/Instansi Pengelola dan Pemantauan Lingkungan Hidup Yang akan :
a. Melaksanakan Pengelolaan Dan Pemantaun Lingkunga Hidup .......................
b. Melakukan Pengawasan Atas Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup .......................................................................................................
c. Menerima Laporan Secara Berkala .............................................................
5. Surat Pernyataan ............................................................................................
6. Daftar Pustaka ...............................................................................................
7. Lampiran .......................................................................................................
A. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

1. Nama usaha dan/atau kegiatan : UD SUKA MAKMUR / “ S M “

2. Alamat usaha dan/atau kegiatan : Jl. Kapten Samadikun GG V No. 266 Kel. Kesenden

Kec. Kejaksan Kota Cirebon

3. Nomor telepon : (0231) 242107

4. Nomor faks :

5. Email :

6. Nama Penanggung jawab usaha

Dan/atau kegiatan : MERRY

7. Jabatan penanggung jawab usaha

Dan/atau kegiatan : Direktur

8. Instansi yang membina usaha

Dan/usaha kegiatan :

B. PERIZINAN YANG DIMILIKI

1. Izin usaha dan/atau kegiatan : 149.108/10-17/PK/II/2015 (SIUP)

2. Izin Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup (PPLH) :

C. USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN

1. Nama usaha dan/atau kegiatan : UD SUKA MAKMUR / “ S M “

2. Lokasi usaha dan/usaha kegiatan :

UD SUKA MAKMUR berlokasi di Jl. Kapten Samadikun GG V No 266 Kelurahan Kesenden

Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon. Adapun status lahan hak milik pribadi luasnya 1.220 m2

dengan nomor sertifikat 1820 ( terlampir ).


Tabel Penggunaan Lahan UD. SUKA MAKMUR

LUAS AREA KETERANGAN


NO JENIS BANGUNAN
M2 %
1 Untuk Tempat Tinggal 146 12,0
2 Untuk Tempat Usaha 50 4,1
3 Gudang 48 3,9
4 Lahan Terbuka 966 79,2
5 Taman 10 0,8
Luas Lahan Total Yang di Miliki ( m2 ) 1220 m2 100%

Ketinggian tapak dengan lingkungan sekitar : Tidak ada perbedaan ketinggian antar tapak
Kegiatan dengan lingkungan sekitar
Status lahan : Milik Sendiri

3. Mulai bberoperasi

a. UD SUKA MAKMUR beroperasi sejak 2010

b. Dengan Karyawan : 2 orang

4. Deskripsi usaha dan/atau kegiatan.

a. Kegiatan utama dan kegiatan pendukung ( fasilitas utama dan fasilitas penunjang ) yang

telah berjalan beserta skala besaran kegiatan;

Kegiatan utama kami adalah pengumpulan limbah B3 diantaranya adalah Oli bekas,

Accu / baterai bekas, Limbah terkontaminasi B3, Kemasan bekas B3, Minyak Pelumas

bekas, Limbah elektonik ( lampu TL, Printed circuit board dll ), termasuk Majun.
1. PENGERTIAN LIMBAH B3

Limbah B3, merupakan material yang perlu mendapatkan perhatian, karena

berpotensi menimbulkan ancaman bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup,

sehingga memerlukan penanganan dan teknik khusus untuk mengurangi atau

menghilangkan bahayanya.

Beberapa sifat limbah B3 cukup menimbulkan gangguan bagi manusia dan lingkungan

sekitar, tergantung jenis limbah tersebut. Beberapa sifat limbah B3 di antaranya adalah :

1. B3 mengandung zat beracun yang apabila tercuci dapat mencemarkan air

permukaan dan air tanah disekitar tempat penanamanya yang akibatnya

dapat menimbulkan penyakit dan dapat meracuni masyarakat yang

menggunakan air tersebut .

2. B3 dapat menyebabkan kebakaran dan ledakan baik dalam pengangkutan

sampah maupun dilokasi pembuangan akhir.

3. B3 dapat membakar kulit jika Tidak ditangani dengan hati-hati dan aman.

4. B3 dapat menghasilkan gas beracun yang dapat terhirup oleh masyarakat

yang bermukim disekitar lokasi pembuangan akhir.


5. B3 dapat menimbulkan penyakit yang ditularkan antara petugas dan

masyarakat yang bermukim disekitarnya.

Salah satu limbah B3 yang perlu mendapatkan penanganan khusus karena

dihasilkan dalam jumlah cukup banyak di perusahaan adalah oli bekas. Oli bekas

UD. SUKA MAKMUR di dapatkan dari Wilayah Kota Cirebon diantaranya dari

beberapa bengkel mobil bengkel motor serta penghasil limbah B3 lainya.

2. KARAKTERISTIK OLI BEKAS

Oli bekas seringkali diabaikan penangananya setelah tidak bisa digunakan

kembali. Padahal, jika asal dibuang dapat menambah pencemaran di areal yang

sudah banyak tercemar. Jumlah oli bekas yang dihasilkan akan cukup besar apabila

alat-alat untuk beroperasinya perusahaan juga banyak jumlahnya. Bahaya dari

pembuangan oli bekas sembarangan memiliki efek yang lebih buruk daripada efek

tumpahan minyak mentah biasa. Ditinjau dari komposisi kimianya sendiri, oli adalah

campuran dari hidrokarbon kental ditambah berbagai bahan kimia aditif. Oli bekas

lebih dari itu, dalam oli bekas tergantung sejumlah sisa hasil pembakaran yang

bersifat asam dan korosif, deposit dan logam berat yang bersifat karsinogenik.

Sampai saat ini usaha-usaha yang telah dilakukan untuk memanfaatkan oli

bekas ini antara lain :

 Dimurnikan kembali ( proses refinery ) menjadi refined lubricant. Orang

tidak banyak yang tertarik untuk berbisnis dibidang ini karena cost yang

tinggi relatif terhadap lube oli blending plant ( LOBP ) dengan bahan

baku fresh, sehingga harga jual ekonomisnya tidak akan mampu

bersaing dipasaran.

 Digunakan sebagai fuel oli / minyak bakar. Yang masih menjadi kendala

adalah tingkat emisi bahan bakar ini masih tinggi.


 Digunakan sebagai pelumas rantai sepeda motor pada kegiatan

penebangan perawatan motor.

3. OLI BEKAS TERMASUK LIMBAH B3

Berdasarkan kriteria limbah yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan

Hidup, oli bekas termasuk katagori limbah B3. Meski oli bekas masih bisa

dimanfaatkan, bila tidak di kelola dengan baik, bisa membahayakan lingkungan.

Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, pendelegasian itu merupakan amanat

Undang-undang no. 32 tahun 2004. Kewenangan pemerintah daerah dijabarkan

dalam peraturan pemerintah no 38 tahun 2007. ( perlu 3 tahun lebih untuk

menjabarkan UU menjadi PP ). Berbagai aspek pemerintahan dan pembangunan

dirumuskan dalam Peraturan Pemerintah tersebut kewenangan dalam pengelolaan

dan pengendalian lingkungan Hidup.

Sebelum PP 38/2007 terbit, praktis segala sesuatu tentang kewenangan

pengaturan, pengendalian limbah B3 berada pada Pemerintah Pusat yaitu pada

Kementerian Negara Lingkungan Hidup ( KNLH ). Kewenangan itu termasuk

pemberian perijinan untuk pengumpulan, penyimpanan sementara, pengangkutan

dan pengelolaan limbah B3. Sesuai PP 38/2007, kewenangan untuk pengaturan dan

pengendalian kegiatan pengumpulan limbah B3 diberikan kepada Pemerintah

Daerah ( Kabupaten dan Kota ), Kecuali limbah oli bekas. Artinya pemerintah kota

atau kabupaten diberi kewenangan untuk mengatur dan memberikan ijin bagi

kegiata pengumpulan sementara limbah B3, tetapi untuk oli bekas, perijinan tetap

masih berada di pemerintah pusat.

4. AKIBAT PEMBUANGAN OLI BEKAS


Limbah khusus untuk oli bekas lebih lanjut diatur dengan Keputusan Kepala

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan ( Bapeda ) No. KEP-

225/BAPEDAL/08/1996 tentang syarat-syarat penyimpanan dan pengumpulan

limbah oli dan minyak pelumas. Oli bekas juga menyebabkan tanah kurus dan

kehilangan unsur hara. Sedangkan sifatnya yang tidak dapat larut dalam air, dapat

membahayakan habitat air dan sifatnya mudah terbakar, merupakan karakteristik

dari Bahan Berbahaya dan Beracun ( B3 ).

Demikan pula dengan wadah plastik yang biasa digunakan untuk wadah oli. Plastik

yang tak dapat terurai secara biologis itu jelas akan mencemari tanah dan memakan

ruang di tempat sampah. Sedangkan saringan oli selain masih mengandung residu

oli, juga terbuat dari bahan metal yang tidak mudah terurai secara biologis. Karena

itulah limbah dari ketiga komponen itu mesti dikelola dengan baik.

5. PENYIMPANAN OLI BEKAS

Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan jika limbah B3 tersebut belum dapat

diolah dengan segera.kegiatan penyimpanan limbah B3 dimaksudkan untuk

mencegah terlepasnya limbah B3 kelingkungan sehingga potensi bahaya

terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindarkan. Untuk meningkatkan

pengamananya, maka sebelum dilakukan penyimpanan limbah B3 harus

terlebih dahulu dikemas. Mengingat keragaman karakteristik limbah B3, maka

dalam pengemasanya perlu pula diatur tata cara yang tepat sehingga limbah

dapat disimpan dengan aman.

Menurut keputusan kepada Bapeda No. 255 Tahun 1996 tentang Tata

Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas

pasal 1 (1), oli bekas atauminyak pelumas bekas ( selanjutnya disebut minyak

pelumas bekas ) adalah sisa pada suatu kegiatan dan/atau proses produksi.

Berdasarkan kriteria limbah yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan

Hidup, minyak pelumas bekas termasuk kategori limbah B3. Meski minyak
pelumas bekas masih bisa dimanfaatkan, bila tidak dikelola dengan baik, bisa

membahaya lingkungan.

Menurut Keputusan Kepala Bapeda No. 1 Tahun 1995 tentang Tata Cara

dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun, ukuran tempat penyimpanan minyak pelumas bekas

berukuran 2mx2m. Kemasan dapat terbuat dari bahan plastik ( HDPE, PP, atau

PVC ) atau bahan logam ( teflon, baja karbon, SS304, SS316 atau SS440 ) dengan

syarat bahan kemasan yang dipergunakan tersebut tidak bereaksi dengan

limbah B3 yang disimpanya.

Kemasan ( drum, tong, atau bak kontainer ) yang digunakan harus :

a) Dalam kondisi baik, tidak bocor, berkarat, atau rusak;

b) Terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah B3 yang

akan disimpan;

c) Mampu mengamankan limbah yang disimpan di dalamnya;

d) Memliki penutup yang kuat untuk mencegah terhadunya tumpahan

saat dilakukan pemindahan atau pengangkutan.

Terhadap kemasan yang telah berisi limbah harus diberi penandaan

seusai dengan ketentuan yang berlaku dan disimpan dengan memenuhi

ketentuan tentang tata cara dan persyaratan bagi penyimpanan limbah B3.

Untuk mencegah resiko timbulnya bahaya selama penyimpanan, maka jumlah

pengisian limbah dalam kemasan harus mempertimbangkan kemungkunin

terjadinya pengembangan volume limbah, pembentukan gas,atau terjadinya

kenaikan tekanan. Terhadap drum/tong atau bak kontainer yang telah berisi

limbah B3 dan disimpan di tempat penyimpanan harus dilakukan pemeriksaan

kondisi kemasan sekurang-kurangnya satu minggu satu kali . pemeriksaan

tersebut meliputi :
a) Apabila diketahui ada kemasan yang mengalami kerusakan (karat

atau bocor), maka isi limbah B3 tersebut harus segera dipindahkan

kedalam drum/tong yang baru, sesuai dengan ketentuan,

b) Apabila terdapat ceceran atau bocoran limbah, maka tumpahan

limbah tersebut harus segera diangkat dan dibersihkan, kemudian

disimpan dalam kemasan limbah B3 terpisah.

Untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan, tangki wajib dilengkapi

dengan penampungan sekunder. Penampungan sekunder dapat berupa satu

atau lebih dari ketentuan berikut : pelapisan ( di bagian luar tangki ) ; tanggul

( vault;berm) dan atau tangki berdinding ganda,dengan ketentuan bahwa

penampungan sekunder tersebut harus :

a) Dibuat atau dilapisi dengan bahan yang saling cocok dengan limbah

B3 yang akan disimpan serta memiliki ketebalan dan kekuatan

memadai untuk mencegah kerusakan akibat pengaruh tekanan;

b) Ditempatkan pada pondasi atau dasar yang dapat mendukung

ketahanan tangki terhadap tekanan dari atas dan bawah dan

mampu mencegah kerusakan yang diakibatkan karena pengisian

tekanan, atau uplift;

c) Dilengkapi dengan sistem deteksi kebocoran yang dirancang dan

dioperasikan 24 jam sehingga mampu mendeteksi kerusakan pada

struktur tangki primer dan sekunder, atau lepasnya limbah B3 dari

sistem penampungan sekunder;

d) Penampungan sekunder dirancang untuk dapat menampung dan

mengangkat cairan-cairan yang berasal dari kebocoran. Ceceran,

atau presipitas.
Berdasarkan keputusan kepala bapeda No. 255 tahun 1996 tentang Tata

Cara dan Persyarata Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas bekas,

tatacara penyimpanan minyak pelumas bekas harus memperhatikan:

a) Karakteristik pelumas bekas yang disimpan;

b) Kemasan harus sesuai dengan karakteristik pelumas bekas dapat

berupa drum atau tangki;

c) Pola penyimpanan dibuat dengan sistem blok, sehingga dapat

dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap kemasan jika

terjadi kerusakan dan apabila terjadi kecelakaan dapat segera

ditangani;

d) Lebar gang antara blok harus diatur sedemikian rupa, sehingga

dapat digunakan untuk lalu lintas manusia, dan kendaraan

pengangkut ( forklift );

e) Penumpukan kemasan harus mempertimbangkan kestabilan

tumpukan kemasan. Jika berupa drum ( isi 200 liter ), maka

tumpukan maksimum 3 ( tiga ) lapis dengan tiap lapis dialasi dengan

palet dan bila tumpukan lebih dari 3 ( tiga ) lapis atau kemasan

terbuat dari plastik, maka harus dipergunakan rak.

f) Lokasi penyimpanan harus dilengkapi dengan tanggul

disekelilingnya dan dilengkapi dengan saluran pembuangan menuju

bak penampungan yang kedap air. Bak penampungan dibuat

mampu menampung 110% dari kapasitas volume drum atau tangki

yang ada di dalam ruangan penyimpanan, serta tangki harus diatur

sedemikian sehingga bila terguling tidak akan menimpa tangki lain;

g) Mempunyai tempat bongkar muat kemasan yang memadai dengan

lantai yang kedap air.


Adapun persyaratan untuk bangunan pengumpulan antara lain :

a) Lantai harus dibuat kedap terhadap minyak pelumas bekas,

tidak bergelombang, kuat, dan tidak retak.

b) Konstruksi lantai dibuat melandai turun ke arah bak

penampungan dengan kemiringan 1%.

c) Bangunan harus dibuat khusus untuk fasilitas pengumpulan

minyak pelumas bekas;

d) Rancang bangunan untuk penyimpanan/pengumpulan

dibuat beratap yang dapat mencegah terjadinya tampias air

hujan kedalam tempat penyimpanan atau pengumpulan;

e) Bangunan dapat diberi dinding atau tanpa dinding, dan

apabila bangunan diberi dinding bahan bangunan dinding

dibuat dari bahan yang mudah didobrak.

6. PENIMBUNAN OLI BEKAS

Pembuangan oli bekas secara sembarangan akan merusak lingkungan,

khususnya akan mencemari tanah. Jika kita bicara material oli pelumas bekas, maka

itu tidak hanya berurusan dengan olinya sendiri, melainkan juga wadah dan

saringan oli. Ketiganya, bila dibuang sembarangan akan menimbulkan masalah

lingkungan. Oli bekas mengandung sejumlah zat yang bisa mengotori udara, tanah

dan air. Oli bekas itu mungkin saja mengandung logam, larutan klorin, dan zat-zat

pencemar lainya.

Berdasarkan PP. No. 18 1999 tentang pengelolaan limbah B3, maka dalam

melakukan penimbunan sebaiknya :

1. Penimbunan limbah B3 wajib menggunakan sistem pelapis yang dilengkapi

dengan saluran untuk pengaturan aliran air permukaan, pengumpulan air


lindi dan pengolahanya, sumu pantau dan lapisan penutup akhiryang telah

disetujui oleh instansi yang bertanggung jawab.

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan penimbunan

limbah B3 ditetapkan oleh kepala instansi yang bertangung jawab.

Lokasi limbah B3 wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Bebas dari banjir

b. Permeabilitas tanah maksimum 10 pangkat negatif 7 centimeter per detik;

c. Merupakan lokasi yang ditetapkan sebagai lokasi penimbunan limbah B3

berdasarkan rencana tata ruang;

d. Merupakan daerah yang secara geologis dinyatalan aman, stabil tidak rawan

bencana dan diluar kawasan lindung;

e. Tidak merupakan daerah resapan air tanah.

7. Definisi ACCU

Accu/Aki adalah komponen pencatu daya dalam kendaraan bermotor.

Sampai saat ini komponen utamanya masih terbuat dari logam timbal ( Pb ) dan

belum ada alternatif yang mampu menggantikanya. Di dalam Accu/Aki terjadi

proses elektrokimia yang reversibel ( dapat berbalikan ) dengan efisiensi yang

tinggi . Accu/Aki berfungsi untuk menyimpan energi listrik dalam bentuk energi

kimia, yang akan digunakan untuk mensuplai listik ke sistem starter, sistem

pengapian, lampu-lampu dan komponen-komponen kelistrikan lainya. Didalam

Accu/Aki terdapat elektrolit asam sulfat, elektroda positif dan negatif dalam

bentuk plat. Plat-plat tersebut terbuat dari timah atau berasal dari timah.
a. Sumber Limbah Accu/Aki

Accu/Aki bekas terbesar bersumber dari penggunaan

Accu/Aki sebagai tenaga listrik utama kendaraan, penggunaan

yang terbatas pada kemampuan dan umur di setiap aki

membuat aki-aki yang sudah tidak layak pakai hanya menjadi

limbah yang akan berpengaruh langsung pada lingkungan dan

apa yang ada didalamnya.

b. Bentuk Dari Limbah Accu/Aki Bekas

Limbah aki ini menghasilkan beberapa bentuk. Untuk

mengetahui limbah yang dihasilkan dapat di pahami melalui

proses yang dipergunakan, berikut beberapa bentuk limbah

yang terdapat pada Accu/Aki :

 Asam Sulfat ( cair )

 Kotak Plastik ( padat )

 Sel Accu/Aki ( padat )

c. Dampak Limbah Accu/Aki Bekas

Alasan mengapa Accu/Aki bekas harus didaur ulang

adalah karena didalam Accu/Aki terdapat bahan kimia yang

berbahaya, misalnya asam sulfat yang dapat menyebabkan

mata dan kulit teriritasi dan terbakar serta juga dapat

menyebabkan ledakan dalam beberapa kasus. Sedangkan

bahaya Accu/Aki bekas pada lingkungan akan mencemari

perairan dengan kadar timbal yang tinggi. Perairan yang

tercampur dengan timbal dapat menyebabkan didalam darah


warga yang menggunakan air tersebut membahayakan

kesehatanya. Untuk itu diperlukan penangan khusus ketika

Accu/Aki sudah tidak terpakai lagi.

d. Cara Pengendalian Limbah Accu/Aki Bekas.

Cara pengendalian limbah dapat dilakukan dengan cara

sebagai berikut :

 Pengolah daur ulang

 Penambahan cairan untuk memperpanjang masa pakai

Accu/Aki bekas tersebut.

8. Skema Daur Ulang Aki

Accu/Aki bekas Pemotongan

Asam Sulfat Kotak Plastik Sel Accu/Aki

 Debu
 Gas
Penghancuran Daur Ulang
 Bau
 Slag

Limbah Cair Pencucian Logam Timah

Pengeringan Pemurnian  Gas


Industri – industri :
Extruder
- Accu/Aki
- Cat
Pelet Plastik - Tabung TV
- Keramik dan Isolasi
radio aktif

Surat Pernyataan

SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN


PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
(SPPL)

Kami yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : MERRY
Jabatan : Direktur UD. SUKA MAKMUR
Alamat : Jl. Kapten Samadikun GG V No 266
Kelurahan Kesenden Kecamatan Kejaksan
Kota Cirebon
No. Telp : (0231) 242107
Selaku Penanggungjawab atas pengelolaan lingkungan dari :
Nama Perusahaan : UD. SUKA MAKMUR
Alamat Perusahaan : Jl. Kapten Samadikun GG V No 266
Kelurahan Kesenden Kecamatan Kejaksan
Kota Cirebon
No. Telpon Perusahaan : (0231) 242107
Jenis Usaha
pengumpulan limbah B3 diantaranya adalah Oli bekas, Accu / baterai
bekas, Limbah terkontaminasi B3, Kemasan bekas B3, Minyak Pelumas bekas,
Limbah elektonik ( lampu TL, Printed circuit board dll ), termasuk Majun.
Dengan dampak lingkungan yang terjadi berupa :
1. Limbah B3 : Oli apabila tidak ditangani dengan baik hal tersebut dapat
meracuni tanah, air dan makhluk hidup yang tumbuh dan hidup dikeduanya
sehingga penanganan dan penyimpanan yang tepat harus dilakukan.
2. Limbah B3 : Accu/Aki apabila tidak ditangani dengan baik hal tersebut dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan karena terdapat bahan kimia logam
berat di dalam Aki, bahkan bisa menyebabkan ledakan dan bisa mencemari
air sehingga bisa menyebabkan ekosistem di dalamnya terganggu sehingga
penanganan yang tepat harus dilakukan
Pada prinsipnya bersedia untuk dengan sungguh – sungguh untuk melaksanakan
seluruh pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan sebagaimana tersebut
diatas, dan bersedia untuk diawasi oleh instansi yang berwenang.

Cirebon, 2017
Yang Menyatakan

MERRY

Tabel ....

NO JENIS LIMBAH VOLUME ALAT ANGKUT KETERANGAN


1 Oli Bekas
2 Accu/ baterai bekas
3 Limbah Terkontaminasi B3
4 Kemasan Bekas B3
5 Minyak Bekas Pelumas
6 Limbah Elektronik
7 Majun

b. Informasi kegiatan dan kondisi lingkungan di sekitar; dan


Kegiatan Pengumpulan Limbah B3 ini kami ambil hanya di wilayah Kota Cirebon

diantaranya adalah dari beberapa bengkel motor dan mobil serta penghasil limbah B3

lainnya.

Volume ........

c. Kegiatan yang menjadi sumber dampak dan besaan dampak lingkungan yang telah

terjadi.

Kegiatan pengumpulan Limbah B3 ini

5. Uraian mengenai komponen kegiatan yang telah berjalan dan dampak lingkungan yang

ditimbulkan.

D. Upaya Pengelolaan dan Upaya Pemantauan Lingkungan

Pada bagian ini diuraikan melalui tabel/matriks, yang merangkum mengenai :

1. Sumber, jenis dan besaran dampak lingkungan usaha dan/atau kegiatan :

a. Kegiatan yang menjadi sumber dampak,

b. Jenis dampak,

c. Besaran dampak,

2. Upaya Pengelolaan Lingkungan, memuat :

a. Pengelolaan lingkungan hidup

b. Lokasi pengelolaan lingkungan hidup,

c. Periode pengelolaan lingkungan hidup,

3. Upaya pemantauan lingkungan, memuat :

a. Pemantauan lingkngan hidup


b. Lokasi pemantaauan lingkungan hidup

c. Periode pemantauan lingkungan hidup

4. Pihak/instansi pengelola dan pemantauan lingkungan hidup yang akan :

a. Melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup;

b. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan

hidup;

c. Menerima pelaporan secara berkala atas hasil pelaksanaan komitmen pengelolaan dan

pemantauan lingkungan hidup sesuai dengan lingkup tugas instansi yang bersangkutan

dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. Surat Pernyataan

6. Daftar Pustaka

7. Lampiran.
I. Latar Belakang

a. Lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya sehingga tetap mampu

menunjang pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan;

b. Dengan meningkatnya pembangunan di segala bidang, khususnya

pembangunan dibidang industri, semakin meningkat pula jumlah limbah yang

dihasilkan termasuk yang berbahaya dan beracun yang dapat membahayakan

lingkungan hidup dan kesehatan manusia;

c. Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan

limbah B3 yang dihasilkannya. Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan

sendiri pengelolaan limbah B3, pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain;

d. Kegiatan pengelolaan limbah B3 meliputi: penyimpanan, pengumpulan,

pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, penimbunan dan dumping. Setiap

komponen kegiatan tersebut wajib memiliki izin dari Bupati/Walikota, Gubernur

dan Menteri sesuai kewenangannya;

e. Kegiatan pengumpulan limbah oli bekas merupakan kewenangan Menteri,

sehingga perlu mendapat rekomendasi izin pengumpulan limbah oli bekas dari

Gubernur.
II. Tujuan

a. Untuk mengetahui tahap-tahapan permohonan rekomendasi izin pengumpulan

oli bekas;

b. Sebagai acuan dalam proses pemeriksaan dan penilaian permohonan

rekomendasi secara administratif.

III. RUANG LINGKUP

a. Membentuk Tim Teknis, yang berasal dari instansi lingkungan hidup dan

melibatkan instansi yang membidangi rencana usaha dan/atau kegiatan yang

bersangkutan di Provinsi Bali dan instansi teknis terkait di Kabupaten/Kota;

b. Melakukan penilaian administrasi yaitu penilaian kelengkapan persyaratan

administrasi yang diajukan pemohon;

c. Verifikasi teknis yaitu penilaian kesesuaian antara persyaratan yang diajukan

pemohon dengan kondisi nyata di lokasi kegiatan;

d. Menerbitkan Surat Rekomendasi Izin Pengumpulan Oli Bekas;

e. Melaksanakan Koordinasi dengan Kabupaten/Kota dan Instansi terkait dalam

pelaporan pengelolaan limbah B3.

IV. DEFINISI

 Limbah bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat limbah B3

adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya

dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau

jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan

dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan

hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.


 Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,

penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan

penimbunan limbah B3.

 Penyimpanan limbah B3 adalah kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan

oleh penghasil, pengumpul, pemanfaat, pengolah dan/atau penimbun limbah B3

dengan maksud menyimpan sementara.

 Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari

penghasil limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara sebelum diserahkan

kepada pemanfaat, pengolah, dan/atau penimbun limbah B3.

 Oli bekas dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia seperti indusri,

pertambangan,dan usaha perbengkelan. Oli bekas termasuk dalam limbah B3

yang mudah terbakar sehingga bila tidak ditangani pengelolaan dan

pembuangannya akan membahayakankesehatan manusia dan lingkungan.

V. REFERENSI/KEBIJAKAN

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

lingkungan Hidup.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah

Bahan Berbahaya dan Beracun.

3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009 tentang Tata Cara

Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun 2009 tentang Tata

Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan

Beracun serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun oleh Pemerintah Daerah.


5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2013 tentang Simbol

Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

VI. INDIKATOR KUNCI KEBERHASILAN

Diterbitkannya surat rekomendasi izin pengumpulan oli bekas oleh Dinas

Lingkungan Hidup Kota Cirebon


Diagram Alir Proses Pengumpulan Limbah B3 ( Oli & Aki bekas )

Pengumpulan Limbah B3
(oli&aki bekas) dari bengkel-
bengkel disekitar wilayah
Cirebon

Penyimpanan Limbah B3 (oli &


aki bekas)

Pengiriman Limbah B3 Kepada


Pengolah Limbah B3 ( oli & Aki
bekas )

Dari gambar alur proses Pengumpulan Limbah B3 ( oli & aki ) tersebut diketahui

limbah yang dihasilkan oleh UD. SUKA MAKMUR dalam proses pengumpulannya

terdiri dari :

1) Limbah cair yang dihasilkan ialah Limbah Oli & Aki bekas yang tercecer atau

bicor akibat pengumpulan/penyimpanan oli & aki bekas.

2) Polusi Kebisingan dan Debu yang diakibatkan oleh keluar masuknya

kendaraan yang keluar masuk kedalam gudang UD. SUKA MAKMUR ( baik

roda 2 maupun roda 4 atau lebih )


Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dilakukan oleh UD. SUKA MAKMUR adalah sebagai berikut :

No Nama Limbah Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi Pengelolaan & Periode pengelolaan
Pengumpulan
.
1. Proses pengumpulan

a . Oli bekas

b . Aki bekas

c . Kemasan Bekas Oli

d . Lampu TL bekas

Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup


Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup yang dilakukan UD. SUKA MAKMUR adalah sebagai berikut :
N Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
Nama Limbah Institusi pengelolaan dan Pemantauan LH Keterangan
o Bentuk UPLH Lokasi UPLH Periode UPLH

Anda mungkin juga menyukai