Abstrak - Konsep evaluasi jalan yang dilakukan di Indonesia pada saat ini adalah evaluasi kondisi struktural
dan evaluasi kondisi fungsional jalan.Dalam beberapa kesempatan, pelaksanaan evaluasi kondisi fungsional
jalan mulai dilakukan menggunakanHawkeye Instrument. Pada pelaksanaannya, Nilai International
Roughness Index (IRI) dan Surface Distress Index (SDI) merupakan komponen penilaian yang digunakan
sebagai dasar untuk menentukan kondisi fungsional jalan berdasarkan metode Bina Marga. Berdasarkan
analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat Hawkeye dalam evaluasi kondisi
fungsional jalan berdasarkan metode Bina Marga akan sangat berguna karena lebih efektif dan efisien
meskipun diperlukan penggunaan program berbasis spreadsheet dalam melakukan pengolahan
datanya.Dalam analisis perhitungan nilai SDI disimpulkan bahwa tingkat sensitivitas dan besarnya nilai SDI
lebih besar dipengaruhi oleh jumlah lubang yang ada pada permukaan jalan. Di samping itu dalam
menentukan penilaian kondisi fungsional jalan diperlukan suatu formula perhitungan yang lebih bersifat
matematis dan menunjukkan adanya korelasi yang jelas antara nilai IRI dan SDI.Dalam hal penentuan tipe
penanganan jalan, kondisi struktural jalan perlu dipertimbangkan sebelumnya. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa formula perhitungan SDI serta kriteria penilaian dalam penentuan kondisi fungsional jalan dan tipe
penanganan yang dilakukan perlu dikaji lebih lanjut.
Kata Kunci:Hawkeye Instrument, Kondisi Fungsional Jalan, International Roughness Index, Surface
Distress Index.
1. Pendahuluan
Berkaitan dengan pelaksanaan Survei Kondisi Jalan, saat ini telah terdapat beberapa
metode serta alat yang digunakan dalam melakukan Survei Kondisi Jalan (Road
Condition Survey) dimana salah satu yang mulai dilaksanakan di Indonesia adalah
menggunakan Hawkeye Instrument.Penggunaan alat Hawkeye untuk mendeteksi awal
kerusakan jalan melalui survei monitoring perkerasan jalan diharapkan dapat
meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.
Beberapa data yang diperoleh dari alat digunakan untuk perhitungan nilai International
Roughness Index (IRI) dan Surface Distress Index (SDI) yang merupakan parameter
ukur kondisi fungsional permukaan jalan berdasarkan metode Bina Marga. Nilai IRI
diperoleh langsung dari alat sedangkan nilai SDI dihitung dari beberapa data yang
diperoleh dalam survei. Salah satu yang menjadi latar belakang dari penelitian ini
adalah melakukan analisis terhadap nilai SDI terkait sumber perolehan data, sistem
pengolahan data serta hasil yang diperoleh.
Surface Distress Index (SDI) adalah skala kinerja jalan yang diperoleh dari hasil
pengamatan secara visual terhadap kerusakan jalan yang terjadi di lapangan. Faktor-
faktor yang menentukan penentuan besaran indeks SDI adalah kondisi retak pada
permukaan jalan (total luas dan lebar retak rata-rata), kerusakan lainnya yang terjadi
(jumlah lubang per 100 m panjang jalan), serta bekas roda/rutting (kedalaman).
Perhitungan indeks SDI dilakukan secara akumulasi berdasarkan kerusakan pada jalan
untuk kemudian dapat ditentukan kondisi jalan yang ditetapkan seperti pada tabel di
bawah ini:
Tabel 1. Kondisi Jalan berdasarkan Indeks SDI
KONDISI JALAN SDI
Baik < 50
Sedang 50 – 100
Rusak ringan 100 – 150
Rusak berat > 150
Analisis yang dilakukan terhadap nilai SDI adalah analisis pada proses segmentasi
ruas jalan (terkait proses pengambilan data lapangan) dan analisis sensitivitas nilai
SDI.
Sesuai dengan pedoman yang digunakan segmentasi jalan dalam perhitungan SDI
dilakukan dalam 2 (dua) cara yaitu segmen jalan per 1 kilometer panjang dan
segmen jalan dengan panjang bervariasi yang ditentukan berdasarkan keseragaman
data pada perhitungan IRI.Kedua hasil perhitungan tesebut kemudian dibandingkan
hasilnya.
Analisis berikutnya berkaitan dengan proses segmentasi ruas jalan yang dilakukan
dalam analisis sebelumnya. Analisis yang dilakukan adalah uji sensitivitas nilai SDI
yang bertujuan untuk melihat perubahan yang terjadi pada nilai SDI apabila
dilakukan perubahan dalam melakukan pengolahan datanya. Metode yang
dilakukan adalah dengan cara merubah interval pengambilan data untuk
perhitungan nilai SDI.
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
003
003
003
003
002
001
003 11 K
004 11 K
003 13 K
003 13 K
003 13 K
003 12 K
002 14 K
002 13 K
002 15 K
002 12 K
002 12 K
002 11 K
002 11 K
001 12 K
001 11 K
001 11 K
SDI
40.00
20.00
0.00
001
002
002 11 K
001 11 K
001 11 K
001 12 K
002 11 K
002 12 K
002 12 K
002 15 K
003 11 K
003 12 K
004 11 K
004 11 K
004 11 K
No. Ruas Jalan
Kedua grafik menunjukkan bahwa nilai SDI untuk segmen jalan per 1 kilometer
(warna biru) dengan segmen jalan bervariasi berdasarkan keseragaman data IRI
(warna merah) memiliki pola perubahan nilai yang sama. Hal ini menunjukkan
bahwa perubahan penentuan panjang segmen jalan dalam perhitungan nilai SDI
sangat memungkinkan untuk dilakukan, terutama dengan adanya perangkat
Hawkeye yang dapat mempermudah dalam memperoleh data untuk perhitungan.
Dalam analisis yang juga dilakukan pada formula perhitungan SDI, diperoleh
kesimpulan bahwa nilai SDI sangat dipengaruhi oleh parameter kerusakan berupa
jumlah lubang yang ada pada jalan. Dari perhitungan yang dilakukan pada ruas
jalan 001 11 K yaitu Jalan Merak - Batas Kota Cilegon arah Merak tepatnya pada
Sta 1+400 dapat dinyatakan bahwa nilai SDI = 105 (kondisi rusak ringan)
pertambahan nilainya lebih banyak dipengaruhi oleh lubang sebanyak 4 (empat)
buah dengan luas 4,40 m2 dibandingkan dengan parameter kerusakan lain seperti
retak dengan luas 13,96m2 dan lebar rata-rata 18,04 mm. Oleh karena itu, dalam
melakukan perhitungan SDI sebaiknya perlu diteliti lebih lanjut formula
perhitungannya sehingga diperoleh nilai SDI yang akan memberikan indeks
penilaian kondisi fungsional jalan yang merepresentasikan kondisi sebenarnya.
80.00 71.67
67.61 67.17
70.00 62.83 61.55
59.58
60.00 55.2454.41 53.38
49.41
50.00
SDI
38.6538.88
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
100 m (0+100)) 200 m (0+100) 200 m (0+200) 300 m (0+100) 300 m (0+200) 300 m (0+300)
Gambar 7. Diagram Perbandingan Nilai SDI pada ruas Jalan 002 (Batas
Kota Cilegon-Batas Kota Serang) arah Jakarta berdasarkan
Pedoman RCS dan segmentasi IRI (Pd T-05-2005-B)
Berdasarkan tabel perhitungan untuk analisis sensitivitas nilai SDI tersebut dapat
disampaikan hal-hal sebagai berikut ini:
a. Dalam perhitungan SDI yang dilakukan untuk interval unit segmen yang
berbeda, nilai SDI semakin besar untuk setiap pertambahan panjang interval
unit segmen dari 100 meter sampai 300 meter dimana pertambahan nilai ini
dominan dipengaruhi oleh banyaknya lubang yang ada;
b. Perubahan nilai rata-rata SDI yang menjadi semakin besar apabila interval unit
segmen dibuat semakin panjang perlu diteliti lebih lanjut, terutama terkait
dengan formula yang digunakan dalam perhitungan yang merupakan formula
berdasarkan pedoman RCS Bina Marga dimana formula tersebut dipakai untuk
perhitungan SDI dengan interval unit tiap 100 meter untuk segmen jalan
sepanjang 1 kilometer;
c. Apabila dilakukan penilaian kondisi jalan berdasarkan pedoman RCS metode
Bina Marga, pertambahan nilai SDI pada unit segmen 200 meter dan 300 meter
akan mengubah penilaian kondisi jalan bila dibandingkan dengan nilai SDI
pada unit segmen 100 meter, yaitu dari kondisi baik menjadi kondisi sedang.
Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum. (2011) Panduan Survai
Kondisi Jalan Nomor SMD-03/RCS, Jakarta.
Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional IV Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian
Pekerjaan Umum. (2012) Petunjuk Teknis Penggunaan Alat Survei Hawkeye.
Jakarta.