Anda di halaman 1dari 32

PENGEMBANGAN KURIKULUM

LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM


Hakikat dan Prinsip Pengembangan Kurikulum

Pada hakikatnya pengembangan kurikulum itu merupakan usaha untuk mencari bagaimana
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan
dan kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu dalam suatu lembaga. Pengembangan kurikulum
di arahkan pada pencapaian nilai-nilai umum, konsep-konsep, masalah dan keterampilan yang
akan menjadi isi kurikulum yang disusun dengan fokus pada nilai-nilai tadi. Adapun selain
berpedoman pada landasan-landasan yang ada, pengembangan kurikulum juga berpijak pada
prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.

Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 Bab X tentang kurikulum, pasal 36 ayat 1 bahwa
pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Suatu kurikulum diharapkan memberkan landasan, isi
dan menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan
tuntunan dan tantangan perkembangan masyarakat.

Setiap pengembangan kurikulum, selain harus berpijak pada sejumlah landasan, juga harus
menerapkan atau menggunakan prinsip-prinsip tertentu. Dengan adanya prinsip tersebut, setiap
pengembangan kurikulum diikat oleh ketentuan atau hukum sehingga dalam pengembangannya
mempunyai arah yang jelas sesuai dengan prinsip yang telah disepakati. Prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut:

 Prinsip Relevansi

Prinsip relevansi berkenaan dengan kesesuaian antara komponen tujuan, isi, strategi, dan
evaluasi. Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum,yaitu relevansi keluar dan
relevansi di dalam kurikulum itu sendiri. Relevansi keluar yaitu tujuan, isi dan proses belajar
yang tercakup dalam kurkulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan dan
perkembangan masyarakat. Adapun relevansi di dalam yaitu ada kesesuaian antara komponen-
komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian dan penilaian. Relevansi ini
menunjukkan suatu keterpaduan kurikulum.

 Prinsip Fleksibilitas

Prinsip fleksibilitas berkenaan dengan kebebasan/keluwesan yang dimiliki guru dalam


mengimplementasikan kurikulum dan adanya alternatif pilihan program pendidikan bagi siswa
sesuai dengan minat dan bakatnya.

 Prinsip Kontinuitas
Prinsip kontinuitas berkenaan dengan adanya kesinambungan materi pelajaran antarberbagai
jenis dan jenjang sekolah serta antartingkatan kelas. Perkembangan dan proses belajar
berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus atau terhenti-henti.

 Prinsip Praktis dan Efisiensi

Kurikulum harus mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya juga
murah. Tepat pelaksanaannya dan menghasilkan sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu,
tenaga, dan biaya.

 Prinsip Efektivitas

Keberhasilan pelaksanaan kurikulum harus diperhatikan, baik kuantitas maupun kualitas.


Keberhasilan kuntitas ditinjau dari komponen-komponen kurikulum, seperti tujuan, isi, proses
belajar, dan evaluasi. Sedangkan keberhasilan kualitasnya dilihat dari hasil pelaksanaan
kurikulum yang ada.

 Prinsip khusus

Adapun prinsip khusus yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kurikulum, antara lain:
prinsip keimanan, nilai dan budi pekerti luhur, penguasaan integrasi nasional, keseimbangan
etika, logika, estetika, dan kinetika, kesamaan memperoleh kesempatan, abad pengetahuan dan
teknologi informasi, pengembangan keterampilan hidup, berpusat pada anak, serta pendekatan
menyeluruh dan kemitraan.

Pengertian Kurikulum

Istilah “Kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar dalam bidang
pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda
satu dengan yang lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar yang
bersangkutan. Istilah kurikulum berasal dari bahas latin, yakni “Curriculae”, artinya jarak yang
harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu
pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan
menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada
hakikatnya merupakan suatu bukti , bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa
rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu
tempat ketempat lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain, suatu kurikulum
dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan
dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu. Di Indonesia istilah “kurikulum” boleh
dikatakan baru menjadi populer sejak tahun lima puluhan, yang dipopulerkan oleh mereka yang
memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Kini istilah itu telah dikenal orang di luar
pendidikan. Sebelumnya yang lazim digunakan adalah “rencana pelajaran” pada hakikatnya
kurikulum sama sama artinya dengan rencana pelajaran.

Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus
ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata ajaran
(subject matter) dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lampau,
yang telah disusun secara sistematis dan logis. Mata ajaran tersebut mengisis materi pelajaran
yang disampaikan kepada siswa, sehingga memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan yang
berguna baginya.

Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang
disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai
kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai
dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain, sekolah menyediakan lingkungan
bagi siswa yang memberikan kesempatan belajar. Itu sebabnya, suatu kurikulum harus disusun
sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah
mata pelajaran saja, melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan
siswa, seperti: bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, gambar-gambar,
halaman sekolah, dan lain-lain; yang pada gilirannya menyediakan kemungkinan belajar secara
efektif. Semua kesempatan dan kegiatan yang akan dan perlu dilakukan oleh siswa direncanakan
dalam suatu kurikulum.

Kurikulum sebagai pengelaman belajar. Perumusan/pengertian kurikulum lainnya yang agak


berbeda dengan pengertian-pengertian sebelumnya lebih menekankan bahwa kurikulum
merupakan serangkaian pengalaman belajar. Salah satu pendukung dari pengalaman ini
menyatakan sebagai berikut:

“Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences which
pupils have under direction of the school, whether in the classroom or not (Romine, 1945,h. 14).”

Pengertian itu menunjukan, bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas
saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan diluar kelas. Tidak ada pemisahan yang tegas
antara intra dan ekstra kurikulum. Semua kegiatan yang memberikan pengalaman
belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalah kurikulum.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. (Undang-Undang No.20 TH. 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional).

Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun
bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi. (Pasal 1 Butir 6
Kemendiknas No.232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan
Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa).
Kurikulum adalah serangkaian mata ajar dan pengalaman belajar yang mempunyai tujuan
tertentu, yang diajarkan dengan cara tertentu dan kemudian dilakukan evaluasi. (Badan
Standardisasi Nasional SIN 19-7057-2004 tentang Kurikulum Pelatihan Hiperkes dan
Keselamatan Kerja Bagi Dokter Perusahaan).

Dari berbagai macam pengertian kurikulum diatas kita dapat menarik garis besar pengertian
kurikulum yaitu:

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Landasan Pengembangan Kurikulum

Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh
kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan
manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan
kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil
pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada
landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan
sendirinya, akan berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.

Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap
perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan
nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta kesenian, sesuai dengan jenis
dan jenjang masing-masing satuan pendidikan. (Bab IX, Ps.37). Pengebangan kurikulum
berlandaskan faktor-faktor sebagai berikut:

1. Tujuan filsafat dan pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan
tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan dalam merumuskan tujuan
kurikulum suatu satuan pendidikan.
2. Sosial budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat kita.
3. Perkembangan peserta didik, yang menunjuk pada karekteristik perkembangan peserta
didik.
4. Keadaan lingkungan, yang dalam arti luas meliputi lingkungan manusiawi
(interpersonal), lingkungan kebudayaan termasuk iptek (kultural), dan lingkungan hidup
(bioekologi), serta lingkungan alam (geoekologis).
5. Kebutuhan pembangunan, yang mencakup kebutuhan pembangunan di bidang ekonomi,
kesejahteraan rakyat, hukum, hankam, dan sebagainya.
6. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang sesuai dengan sistem nilai dan
kemanusiawian serta budaya bangsa.

Keenam faktor tersebut saling kait-mengait antara satu dengan yang lainnya.
1. Filsafat dan tujuan pendidikan

Filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau cita-cita masyarakat. Berdasarkan cita-cita


tersebut terdapat landasan, mau dibawa kemana pendidikan anak. Dengan kata lain, filsafat
pendidikan merupakan pandangan hidup masyarakat. Filsafat pendidikan menjadi landasan untuk
merancang tujuan pendidikan, prinsip-prinsip pembelajaran, serta perangkat pengalaman belajar
yang bersifat mendidik. Filsafat pendidikan dipengeruhi oleh dua hal pokok, yakni (1). Cita-cita
masyarakat, dan (2). Kebutuhan peserta didik yang hidup di masyarakat.

Nilai-nilai filsafat pendidikan harus dilaksanakan dalam perilaku sehari-hari. Hal ini
menunjukkan pentingnya filsafat pendidikan sebagai landasan dalam rangka pengembangan
kurikulum.

Filsafat pendidikan sebagai sumber tujuan. Filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau
perbuatan seseorang atau masyarakat. Dalam filsafat pendidikan terkandung cita-cita tentang
model manusia yang diharapakan sesuai dengan nilai-nilai yang disetujui oleh individu dan
masyarakat. Karena itu, filsafat pendidikan harus dirumuskan berdasarkan kriteria yang bersifat
umum dan obyektif. Hopkin dalam bukunya Interaction The democratic Process, mengemukakan
kriteria antara lain:

 Kejelasan, filsafat/keyakinan harus jelas dan tidak boleh meragukan.


 Konsisten dengan kenyataan, berdasarkan penyelidikan yang akurat.
 Konsisten dengan pengalaman, yang sesuai dengan kehidupan individu.

2. Sosial budaya dan agama yang berlaku di masyarakat

Keadaan sosial budaya dan agama tidaklah terlepas dari kehidupan kita. Keadaan sosial
budayalah yang sangat berpengaruh pada diri manusia, khususnya sebagai peserta didik. Sikap
atau tingkah laku seseorang sebagian besar dipengaruhi oleh interaksi sosial yang membuat
sseeorang untuk bertingkah laku yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan masyarakat sekitar.
Agama yang membatasi tingkah laku kita juga sangat besar pengaruhnya dalam membuat suatu
kurikulum.

3. Perkembangan Peserta didik yang menunjuk pada karateristik perkembangannya

Setiap peserta didik pasti mempunyai karateristik yang berbeda. Dengan keadaan peserta didik
yang memiliki perbedaan dalam hal kemampuan beradaptasi atau dalan hal perkembangan,
tentunya juga ikut ambil bagian dalam melandasi terwujudnya kurikulum yang sesuai dengan
harapan. Kurikulum akan dibuat sedemikian rupa untuk mengimbangi perkembangan peserta
didiknya.

4. Kedaaan lingkungan
Dalam arti yang luas, lingkungan merupakan suatu sistem yang disebut ekosistem, yang meliputi
keseluruhan faktor lingkungan, yang tertuju pada peningkatan mutu kehidupan di atas bumi ini.
Faktor-faktor dalam ekosistem itu, meliputi:

1) Lingkungan manusiawi/interpersonal

2) Lingkungan sosial budaya/kultural

3) Lingkungan biologis, yang meliputi flora dan fauna

4) Lingkungan geografis, seperti bumi, air, dan sebagainya.

Masing-masing faktor lingkungan memiliki sumber daya yang dapat digunakan sebagai modal
atau kekuatan yang mempengaruhi pembangunan. Lingkungan manusiawi merupakan sumber
daya menusia (SDM), baik dalam jumlah maupun dalam mutunya. Lingkungan sosial budaya
merupakan sumber daya alam (SDA). Jadi ada tiga sumber daya alam (SDA). Jadi ada tiga
sumber daya yang terkait erat dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

5. Kebutuhan Pembangunan

Tujuan pokok pembangunan adalah untuk menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian manusia
dan masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk
mewujudkan kesejahteraan lahir batin yang lebih selaras, adil dan merata. Keberhasilan
pembangunan ditandai oleh terciptanya suatu masyarakat yang maju, mandiri dan sejahtera.

Untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut, maka dilaksanakan proses pembangunan yang
titik beratnya terletak pada pembangunan ekonomi yang seiring dan didukung oleh
pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas, serta upaya-upaya pembangunan di
sektor lainnya. Hal ini menunjuk pada kebutuhan pembangunan sesuai dengan sektor-sektor
yang perlu dibangun itu sendiri, yang bidang-bidang industri, pertanian, tenaga kerja,
perdagangan, transportasi, pertambangan, kehutanan, usaha nasional, pariwisata, pos dan
telekomunikasi, koperasi, pembangunan daerah, kelautan, kedirgantaraan, keuangan,
transmigrasi, energi dan lingkungan hidup (GBHN, 1993).

Gambaran tentang proses dan tujuan pembangunan tersebut di atas sekaligus menggambarkan
kebutuhan pembangunan secara kesuluruhan. Hal mana memberikan implikasi tertentu terhadap
pendidikan di perguruan tinggi. Dengan kata lain, penyelenggaraan pendidikan di perguruan
tinggi harus disesuaikandan diarahkan pada upaya –upaya dan kebutuhan pembangunan, yang
mencakup pembangunan ekonomi dan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas.
Penyelenggaraan pendidikan diarahkan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan keilmuan dan keahlian, yang bersifat mendukung
ketercapaian cita-cita nasional, yakni suatu masyarakat yang maju, mandiri, dan sejahtera.

6. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi


Pembangunan didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam rangka
mempercepat terwujudnya ketangguhan dan keunggulan bangsa. Dukungan iptek terhadap
pembangunan dimaksudkan untuk memacu pembangunan menuju terwujudnya masyarakat
mandiri, maju dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan dan kemampuan-kemampuan tersebut,
maka ada tiga hal yang dijadikan sebagai dasar, yakni:

1. Pembangunan iptek harus berada dalam keseimbangan yang dinamis dan efektif dengan
pembinaan sumber daya manusia, pengembangan sarana dan prasarana iptek,
pelaksanaan penelitian dan pengembangan serta rekayasa dan produksi barang dan jasa.
2. Pembangunan iptek tertuju pada peningkatan kualitas, yakni untuk meningkatkan kualitas
kesejahteraan dan kehidupan bangsa.
3. Pembangunan iptek harus selaras (relevan) dengan nilai-nilai agama, nilai luhur budaya
bangsa, kondisi sosial budaya, dan lingkungan hidup.
4. Pembangunan iptek harus berpijak pada upaya peningkatan produktivitas, efisiensi dan
efektivitas penelitian dan pengembangan yang lebih tinggi.
5. Pembangunan iptek berdasarkan pada asas pemanfaatannya yang dapat memberikan
pemecahan masalah konkret dalam pembangunan.

Penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan ilmupengetahuan dan tekhnologi dilaksanakan


oleh berbagai pihak, yakni:

1. Pemerintah, yang mengembangkan dan memanfaatkan iptek untuk menunjang


pembangunan dalam segala bidang.
2. Masyarakat, yang memanfaatkan iptek itu untuk pengembangan masyarakat dan
mengembangkannya secara swadaya.
3. Akademisis terutama di lingkungan perguruan tinggi, mengembangkan iptek untuk
disumbangkan kepada pembangunan.
4. Pengusaha, untuk kepentingan meningkatan produktivitas.

Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan empat landasan utama dalam pengembangan
kurikulum, yaitu: (1) filosofis ; (2) psikologis; (3) sosial-budaya; dan (4) ilmu pengetahuan dan
tekhnologi.

Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas keempat landasan tersebut.

1. Landasan Filosofis

Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti dalam
Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti : perenialisme,
essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan
kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai
terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan. Dengan merujuk kepada
pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini diuraikan tentang isi dari-dari masing-masing
aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.
1. Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari
warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan
kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini
menekankan pada kebenaran absolut, kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat
dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
2. Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan
dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang
berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar
substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan
perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
3. Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup
dan makna. Untuk memahamu kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri.
Aliran ini mempertanyakan bagaimana saya hidup di dunia? Apa pengalaman itu?
4. Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat
pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan
landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
5. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada
rekonstruksivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Disamping
menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstuktivisme
lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran
ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis , memecahkan masalah, dan
melakukan sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dan proses.

Aliran filsafat Perenialisme, Essensialisme, eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang


mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat
progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi.
Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam Pengembangan Model
Kurikulum Interaksional.

Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh karena
itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan
secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan
yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini, pada beberapa negara dan
khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan
kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.

Berdasarkan luas lingkup yang menjadi objek kajiannya, filsafat dapat dibagi dalam dua cabang
besar, yaitu: 1) Filsafat Umum atau Fisafat Murni, dan 2) Filsafat Khusus atau Filsafat Terapan.

Cabang Filsafat Umum terdiri atas:

1. Metafisika, membahas hakikat kenyataan atau realitas yang meliputi (1) metafisika
umum atau ontologi, dan (2) metafisika khusus yang meliputi kosmologi (hakikat alam
semesta), teologi (hakikat ketuhanan) dan antrofologi filsafat (hakikat manusia).
2. Epistemologi dan logika, membahas hakikat pengetahuan (sumber pengetahuan, metode
mencari pengetahuan, kesahihan pengetahuan, dan batas-batas pengetahuan); dan
hakikat penalaran (induktif dan deduktif).A
3. Aksiologi, membahas hakikat nilai dengan cabang-cabangnya etika (hakikat kebaikan),
dan estetika (hakikat keindahan).

Cabang-cabang filsafat khusus atau filsafat terapan, pembagiannya didasarkan pada kekhususan
objeknya antara lain: filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat ilmu, filsafat religi, filsafat moral,
filsafat ilmu, dan filsafat pendidikan.

Manfaat Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dari pemikiran-pemikiran filsafat untuk
memecahkan permasalahan pendidikan. Dengan demikian filsafat memiliki manfaat dan
memberikan kontribusi yang besar terutama dalam memberikan kajian sistematis berkenaan
dengan kepentingan pendidikan. Nasution (1982) mengidentifikasi beberapa manfaat filsafat
pendidikan, yaitu:

1. Filsafat pendidikan dapat menentukan arah akan dibawa ke mana anak-anak melalui
pendidikan di sekolah? Sekolah ialah suatu lembaga yang didirikan untuk mendidik anak-
anak ke arah yang dicita-citakan oleh masyarakat, bangsa, dan negara.
2. Dengan adanya tujuan pendidikan yang diwarnai oleh filsafat yang dianut, kita mendapat
gambaran yang jelas tentang hasil yang harus dicapai. Manusia yang bagaimanakah yang
harus diwujudkan melalui usaha-usaha pendidikan itu?
3. Filsafat dan tujuan pendidikan memberi kesatuan yang bulat kepada segala usaha
pendidikan.
4. Tujuan pendidikan memungkinkan si pendidik menilai usahanya, hingga manakah tujuan
itu tercapai.
5. Tujuan pendidikan memberikan motivasi atau dorongan bagi kegiatan-kegiatan
pendidikan.

Filsafat dan Tujuan Pendidikan

Pandangan-pandangan filsafat sangat dibutuhkan dalam pendidikan, terutama dalam


menentukan arah dan tujuan pendidikan. Filsafat akan menentukan arah ke mana peserta didik
akan dibawa. Untuk itu harus ada kejelasan tentang pandangan hidup manusia atau tentang hidup
dan eksistensinya. Filsafat atau pandangan hidup yang dianut oleh suatu bangsa atau kelompok
masyarakat tertentu atau bahkan yang dianut oleh perorangan akan sangat mempengaruhi tujuan
pendidikan yang ingin dicapai. Sedangkan tujuan pendidikan sendiri pada dasarnya merupakan
rumusan yang komprehensif mengenai apa yang seharusnya dicapai.

Tujuan pendidikan memuat pernyataan-pernyataan mengenai berbagai kemampuan yang


diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik selaras dengan sistem nilai dan falsafah yang
dianutnya. Dengan demikian, sistem nilai atau filsafat yang dianut oleh suatu komunitas akan
memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan rumusan tujuan pendidikan yang dihasilkannya.
Dengan kata lain, filsafat suatu negara tidak bisa dipungkiri akan mempengaruhi tujuan
pendidikan di negara tersebut. Oleh karena itu, tujuan pendidikan di suatu negara akan berbeda
dengan tujuan pendidikan di negara lainnya, sebagai implikasi dari adanya perbedaan filsafat
yang dianutnya.

2. Landasan Psikologis

Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang
psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan dan (2)
psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku
individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang
hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas
perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang
semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan
kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam
konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta
berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar yang semuanya dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.

Masih berkenaan dengan landasan psikologis, Ella Yulaelawati memaparkan teori-teori


psikologis yang mendasari Kurikulum Berbasis Kompetensi. Dengan mengutip pemikiran
Spencer, Ella Yulaelawati mengemukakan pengertian kompetensi bahwa kompetensi merupakan
”karakteristik mendasar dari seseorang yang merupakan hubungan kausal dengan referensi
kriteria yang efektif dan atau penampilan yang terbaik dalam pekerjaan pada suatu situasi”.

Selanjutnya, dikemukakan pula tentang 5 tipe kompetensi, yaitu:

1. Motif; sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau keinginan
untuk melakukan suatu aksi.
2. Bawaan; yaitu karakteristik fisisk yang merespons secara konsisten berbagai situasi atau
informasi.
3. Konsep diri; yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang.
4. Pengetahuan; yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang;
5. Keterampilan; yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun mental.

Kelima kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap perencanaan sumber daya
manusia atau pendidikan. Keterampilan dan pengetahuan cenderung lebih tampak pada
permukaan ciri-ciri seseorang, sedangkan konsep diri, bawaan dan motif lebih tersembunyi dan
lebih mendalam serta merupakan pusat kepribadian seseorang. Kompetensi permukaan
(pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah dikembangkan Pelatihan merupakan hal tepat
untuk menjamin kemampuan ini. Sebaliknya, kompetensi bawaan dan motif jauh lebih sulit
untuk dikenali dan dikembangkan.

Psikologi Belajar dan Pengembangan Kurikulum Psikologi belajar merupakan suatu studi
tentang bagaimana individu belajar. Pembahasan tentang psikologi belajar erat kaitannya
dengan teori belajar. Pemahaman tentang teori-teori belajar berdasarkan pendekatan psikologis
adalah upaya mengenali kondisi objektif terhadap individu anak yang sedang mengalami proses
belajar dalam rangka pertumbuhan dan perkembangan menuju kedewasaannya. Pemahaman
yang luas dan komprehensif tentang berbagai teori belajar akan memberikan kontribusi yang
sangat berharga bagi para pengembang kurikulum baik di tingkat makro maupun tingkat mikro
untuk merumuskan model kurikulum yang diharapkan. Pendekatan terhadap belajar berdasarkan
satu teori tertentu merupakan asumsi yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaannya
berkaitan dengan aspek-aspek dan akibat yang kungkin ditimbulkannya.

3. Landasan Sosial-Budaya

Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan,
kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan
merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun kelingkungan masyarakat.
Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di
masyarakat.

Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal
dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan
masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan
sekaligus acuan bagi pendidikan.

Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang menjadi terasing
dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti
dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses
pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan
perkembangan yang ada di masyakarakat.

Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki-sosial budaya tersendiri yang mengatur


pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarkat. Salah satu aspek penting dalam
sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan berperilaku
para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau
segi-segi kehidupan lainnya.

Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga
turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan
penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat.

Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukamdinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui pendidikan
manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat
peradaban masa yang akan datang. Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah
seharusnya mempertimbankan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial-budaya
dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.

Gagasan pemerintah untuk merealisasikan pengembangan kurikulum muatan lokal tersebut yang
dimulai pada sekolah dasar, telah diwujudkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI No. 0412/U/1987 Tanggal 11 Juli 1987 tentang Penerapan Muatan Lokal
Sekolah Dasar kemudian disusul dengan penjabaran pelaksanaannya dalam Keputusan Direktur
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah No. 173/C/Kep/M/1987 Tanggal 7 Oktober 1987.
Dalam sambutannya Mendikbud menyatakan: “Dalam hal ini harus diingat bahwa adanya
„muatan lokal‟ dalam kurikulum bukan bertujuan agar anak terjerat dalam lingkungannya
semata-mata. Semua anak berhak mendapat kesempatan guna lebih terlibat dalam mobilitas yang
melampaui batas lingkungannya sendiri” (Umar Tirtarahardja dan la Sula, 2000:274).

Contoh kurikulum muatan lokal yang saat ini sudah dilaksanakan di sebagian besar sekolah
adalah Mata Pelajaran Keterampilan, Kesenian, dan Bahasa Daerah. Tujuan pengembangan
kurikulum muatan lokal dapat dilihat dari kepentingan nasional dan kepentingan peserta didik.
Dalam hubungannya dengan kepentingan nasional muatan lokal bertujuan:

 Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan yang khas daerah.


 Mengubah nilai dan sikap masyarakat terhadap lingkungan kearah yang positif.

Jika dilihat dari sudut kepentingan peserta didik pengemangan kurkulum muatan lokal bertujuan:

 Meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap lingkungannya (lingkungan alam,


sosial, dan budaya).
 Mengakrabkan peserta didik dengan lingkungannya sehingga mereka tidak asing dengan
lingkungannya.
 Menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari untuk memecahkan masalah
yang ditemukan di lingkungan sekitarnya (Umar Tirtarahardja dan La Sula, 2000:276

4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi

Ilmu pengetahuan adalah seperangkat pengetahuan yang disusun secara sistematis yang
dihasilkan melalui riset atau penelitian. Sedangkan teknologi adalah aplikasi dari ilmu
pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupan. Ilmu dan teknologi
tidak bisa dipisahkan. Sejak abad pertengahan ilmu pengetahuan telah berkembang dengan
pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa kini banyak didasari oleh penemuan dan hasil
pemikiran para filsuf purba seperti Plato, Socrates, Aristoteles, John Dewey, Archimides, dan
lain-lain.

Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang dimiliki manusia masih relatif sederhana,
namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-
teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin
berkembang.

Seiring dengan perkembangan pemikiran manusia, dewasa ini banyak dihasilkan temuan-temuan
baru dalam berbagai bidang kehidupan manusia seperti kehidupan sosial, ekonomi, budaya,
politik, dan kehidupan lainnya. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) bukan menjadi
monopoli suatu bangsa atau kelompok tertentu. Baik secara langsung maupun tidak langsung
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut berpengaruh pula terhadap pendidikan.
Perkembangan teknologi industri mempunyai hubungan timbal-balik dengan pendidikan.
Industri dengan teknologi maju memproduksi berbagai macam alatalat dan bahan yang secara
langsung atau tidak langsung dibutuhkan dalam pendidikan dan sekaligus menuntut sumber daya
manusia yang handal untuk mengaplikasikannya.

Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang tidak
mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau manusia
bisa menginjakkan kaki di Bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil
Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan.

Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah
berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya.
Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan
keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada
konteks global dan lokal.

Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan
melalui belajar sepanjang hayat dan standar mutu tinggi. Sifat pengetahuan dan keterampilan
yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum
yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar
bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta
menngatasi situasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian.

Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi, terutama dalam bidang
transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu,
kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.

Kegiatan pendidikan membutuhkan dukungan dari penggunaan alat-alat hasil industri seperti
televisi, radio, video, komputer, dan peralatan lainnya. Penggunaan alat-alat yang dibutuhkan
untuk menunjang pelaksanaan program pendidikan, apalagi disaat perkembangan produk
teknologi komunikasi yang semakin canggih, menuntut pengetahuan dan keterampilan serta
kecakapan yang memadai dari para guru dan pelaksana program pendidikan lainnya. Mengingat
pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa menghadapi masa depan dan perubahan
masyarakat yang semakin pesat termasuk di dalamnya perubahan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan
teknologi.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung berimplikasi terhadap


pengembangan kurikulum yang di dalamnya mencakup pengembangan isi/materi pendidikan,
penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi. Secara tidak
langsung menuntut dunia pendidikan untuk dapat membekali peserta didik agar memiliki
kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga
dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan.
SIMPULAN
Kurikulum baik pada tahap kurikulum sebagai ide, rencana, pengalaman maupun kurikulum
sebagai hasil dalam pengembangannya harus mengacu atau menggunakan landasan yang kuat
dan kokoh, agar kurikulum tersebut dapat berfungsi serta berperan sesuai dengan tuntutan
pendidikan yang ingin dihasilkan seperti tercantum dalam rumusan tujuan pendidikan nasional
yang telah digariskan dalam UU no. 20 tahun 2003.

Pada prinsipnya ada empat landasan pokok yang harus dijadikan dasar dalam setiap
pengembangan kurikulum, yaitu:

1. Landasan Filosofis, yaitu asumsi-asumsi tentang hakikat realitas, hakikat manusia,


hakikat pengetahuan, dan hakikat nilai yang menjadi titik tolak dalam mengembangkan
kurikulum. Asumsiasumsi filosofis tersebut berimplikasi pada permusan tujuan
pendidikan, pengembangan isi atau materi pendidikan, penentuan strategi, serta pada
peranan peserta didik dan peranan pendidik.
2. Landasan psikologis, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari psikologi yang
dijadikan titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Ada dua jenis psikologi yang
harus menjadi acuan yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi
perkembangan mempelajari proses dan karaktersitik perkembangan peserta didik sebagai
subjek pendidikan, sedangkan psikologi belajar mempelajari tingkah laku peserta didik
dalam situasi belajar. Ada tiga jenis teori belajar yang mempunyai pengaru besar dalam
pengembangan kurikulum, yaitu teori belajar kognitif, behavioristik, dan humanistic.
3. Landasan sosial budaya, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari sosiologi dan
antrofologi yang dijadikan titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Karakterstik
sosial budaya di mana peserta didik hidup berimplikasi pada program pendidikan yang
akan dikembangkan.
4. Landasan ilmiah dan teknologi, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari hasil-hasil
riset atau penelitian dan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang menjadi titik tolak dalam
mengembangkan kurikulum. Pengembangan kurikulum membutuhkan sumbangan dari
berbagai kajian ilmiah dan teknologi baik yang bersifat hardware maupun software
sehingga pendidikan yang dilaksanakan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan
ilmu pngetahuan dan teknologi.
2
PENGERTIAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

1. Pengertian Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yag dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan undang – undang nomor
20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional pasal 36 ayat (2) ditegaskan bahwa kurikulum
pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan dengan prinsip diversifikasi
sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Atas dasar pendidikan
tersebut maka perlu dikembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang
disusun oleh dan dilaksanakan dimasing – masing satuan pendidikan. Sesuai dengan amanat
peraturan pemerintah republic Indonesia nomor 19 tahun 2005 bahwa kurikulum t satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah mengacu pada standar isi dan standar
kompetensi lulusan serta berpedoman pada panduan dari badan standar nasional pendidikan.
KTSP diberlakukan secara bertahap mulai tahun ajaran 2006 / 2007 hingga tahun ajaran
2010 / 2011 sudah merata di semua kelas apada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Dalam
struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan SD memuat 8 mata pelajaran ditambah dengan
muatan local.
2. Kurikulum terdiri dari beberapa komponen
a. Nana syaodih sukmadinata (1997) menyebutkan ada empat komponen, yaitu :
1) Tujuan
2) Isi atau materi
3) Proses atau system penyampaian dan media
4) Evaluasi
b. Asep henry hermawan dkk (2002) mengemukakan lima komponen, yaitu :
1) Tujuan
2) Materi
3) Metode
4) Organisasi kurikulum
5) Evaluasi
c. Dalam kurikulum 2004 terdapat empat komponen, yaitu :
1) Kurikulum dan hasil belajar, memuat perencanaan pengembangan kompetensi peserta didik
yang perlu dicapai secara keseluruhan sejak lahir sampai 18 tahun. Kurikulum dan hasil belajar
ini memuat kompetensi, hasil belajar, dan indicator dari TK dan RA sampai dengan kelas XII;
2) Penilaian berbasis kelas; memuat prinsip, sasaran dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang
lebih akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas public melalui identifikasi kompetensi / hasil
belajar yang telah dicapai, pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai
serta peta kemajuan belajar peserta didik dan pelaporan.
3) Kegiatan belajar megajar; memuat gagasan – gagasan pokok tentang pembelajaran dan
pengajaran yang untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan serta gagasan – gagasan pedagois
dan andragogis yang mengelola pembelajaran agar tidak mekanistik.
4) Pengelolaan berbasis sekolah, memuat berbagai pola pemberdayaan tenaga kependidikan dan
sumber daya lain untuk meningkatkan mutu hasil belajar. Pola ini dilengkapi dengan gagasan
pembentukan jaringan kurikulum, pengembangan perangkat kurikulum, pembinaan professional
tenaga kependidikan, dan pengembangan system informasi kurikulum.
3. Pengembangan dalam kurikulum
Merupakan kegiatan menghasilkan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan atau proses
mengaitkan satu komponen dengan yang lainnya untuk menghasilkan kurikulum.
Pengembangan kurikulum juga bisa diartikan sebagai kegiatan penyusunan, pelaksanaan,
penilaian dan penyempurnaan kurikulum.
Dalam pengembangannya, kurikulum melibatkan berbagai pihak, terutama pihak – pihak
yang secara langsung ataupun tidak langsung memiliki kepentingan dengan keberadaan
pendidikan yang dirancang, yaitu mulai dari ahli pendidikan, ahli bidang studi, guru, siswa,
pejabat pendidikan, para praktisi maupun tokoh panutan atau anggota masyarakat yang lainnya.
4. Prinsip pengembangan kurikulum
Prinsip – prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum :
a. Prinsip relevansi
Adalah kedekatan hubungan. Apabila dikaitkan dengan pendidikan dengan masyarakat maka
harus memiliki keterkaitan yang erat sehingga hasil pendidikan yang diperoleh akan berguna
bagi kehidupan peserta didik di masyarakat.
b. Prinsip fleksibilitas
Kurikulum yang dikembangkan harus memiliki ruang gerak yang memberikan kebebasan dalam
bertindak. Dalam hal ini berkaitan dengan fleksibilitas dalam memilih program pendidikan dan
fleksibilitas dalam pengembangan program pembelajaran.
c. Prinsip effisiensi
Prinsip ini terkait dengan usaha, biaya, waktu dan tenaga yang digunakan dalam proses
pembelajaran dapat membuahkan proses dan hasil belajar yang optimal. Jadi, dalam
pengembangan kurikulum harus effisien.
d. Prinsip efektivitas
Adalah sejauh mana perencanaan kurikulum dapat dicapai sesuai dengan keinginan yang telah
ditentukan. Efektivitas kurikulum berkaitan dengan proses mengajar pendidik, dan proses belajar
peserta didik.
e. Prinsip kesinambungan
Prinsip ini dalam pengembangan kurikulum menunjukkan adanya keterkaitan antara tingkat
pendidikan, jenis dan program pendidikan serta bidang studi.
f. Prinsip berorientasi tujuan
Prinsip menegaskan bahwa tujuan merupakan arah bagi pengembangan komponen – komponen
lainnya dalam pengembangan kurikulum. Untuk itu, tujua kurikulum harus jelas, artinya tujuan
kurikulum harus dapat dipahami dengan jelas oleh para pelaksana kurikulum untuk dijabarkan
menjadi tujuan lainnya yang lebih spesifik dan operasional. Tujuan kurikulum juga harus
komperehensif, artinya meliputi berbagai aspek.
3
1. Pengertian Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan kurikulum oleh


pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum
yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional.

Kurikulum merupakan alat untuk mencapai pendidikan yang dinamis. Hal ini berarti bahwa
kurikulum harus senantiasa dikembangkan dan disempurnakan agar sesuai dengan laju
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengertian kurikulum yang semakin luas
membuat para pelaksana kurikulum memberikan batasan sendiri terhadap kurikulum. Namun
perbedaan pengertian tersebut tidak menjadi masalah yang besar terhadap pencapaian tujuan
pendidikan, apabila pengembangan kurikulum didasarkan pada landasan dan prinsip-prinsip
yang mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pengembangan kurikulum yang dilaksanakan
sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dari pendidikan nasional. Perwujudan prinsip, aspek dan
konsep kurikulum terletak pada guru. Sehingga guru memiliki tanggung jawab terhadap
tercapainya tujuan kurikulum itu sendiri.

Oleh sebab itu, seorang pelaksana kurikulum perlu mengetahui dan melaksanakan beberapa
landasan dan prinsip-prinsip menjadi pedoman dalam pengembangan kurikulum. Namum hal ini
sering diabaikan oleh para pelaksana kurikulum, sehingga pencapaian tujuan pendidikan tidak
optimal. Hal ini yang mendasari penulis untuk menyusun makalah ini. Makalah ini memaparkan
apa yang menjadi landasan- landasan dan prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses
pengembangan kurikulum.

1. Landasan Pengembangan Kurikulum

Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam
seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam
pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum
tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat.

Dengan landasan yang kokoh kurikulum yang dihasilkan akan kuat, yaitu program pendidikan
yang dihasilkan akan dapat menghasilkan manusia terdidik sesuai dengan hakikat
kemanusiannya, baik untuk kehidupan masa kini maupun menyongsong kehidupan jauh ke masa
yang akan datang.

Penggunaan landasan yang tepat dan kuat dalam mengembangkan kurikulum tidak hanya
diperlukan oleh para penyusun kurikulum ditingkat pusat (makro), akan tetapi terutama harus
dipahami dan dijadikan dasar pertimbangan oleh para pengembang kurikulum ditingkat
operasional (satuan pendidikan), yaitu para guru, kepala sekolah, pengawas pendidikan
(supervisor) dewan sekolah atau komite pendidikan dan para guru serta pihak-pihak lain yang
terkait (stacke holder).

Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang memiliki kedudukan cukup sentral dalam
perkembangan pendidikan, oleh sebab itu dibutuhkan landasan yang kuat dalam pengembangan
kurikulum agar pendidikan dapat menghasilkan manusia-manusia yang berkualitas. Adapun yang
menjadi landasan dalam pengembangan kurikulum yaitu:

1. Landasan Filosofis

Landasan Filosofis dalam pengembangan kurikulum, yaitu akan membahas dan mengidentifikasi
landasan filsafat dan ilmplikasinya dalam mengembangkan kurikulum. Filsafat membahas segala
permasalahan manusia, termasuk pendidikan, yang disebut filsafat pendidikan.
Filsafatmemberikan arah dan metodologi terhadap praktik-praktik pendidikan, sedangkan
praktik- praktik pendidikan memberikan bahan-bahan bagi pertimbangan filosofis.
Keduanya sangat berkaitan erat. Hal inilah yang menyebabkan landasan filosofis menjadi
landasan penting dalam pengembangan kurikulum. Dalam penyusunan kurikulum di Indonesia
yang harus diacu adalah Filsafat pendidikan pancasila. Filsafat pendidikan dijadikan dasar dan
arah sedangkan pelaksanaanya melalui pendidikan.

2. Landasan Psikologis

Landasan Psikologis dalam pengembangan kurikulum, yaitu akan membahas dan


mengidentifikasi landasan psikologis dan ilmplikasinya dalam mengembangkan kurikulum.
Dalam proses pendidikan yang tejadi adalah proses interaksi antar individu. Manusia berbeda
dengan makhluk lainnya karena kondisi psikologisnya. Kondisi psikologis sebenarnya
merupakan karakter psiko- fisik seseorang sebagai individu yang dinyatakan dalam berbagai
bentuk perilaku interaksi dengan lingkungannya. Dalam pengembangan kurikulum, minimal ada
dua landasan psikologi yang mempengaruhinya, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi
belajar. Terdapat Sembilan aspek psikologi yang kompleks tetapi satu yang dikembangkan
dengan perantara berbagai mata pelajaran yang tercantum dalam kurikulum.

1. Aspek Ketakwaan
2. Aspek Cipta
3. Aspek Rasa
4. Aspek Karsa
5. Aspek Karya (Kreatif)
6. Aspek Karya (Keprigelan)
7. Aspek Kesehatan
8. Aspek Sosial
9. Aspek Individu
10. Landasan Sosial Budaya

Kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Dengan pendidikan diharapkan


muncul masyarakat-masyarakat yang tidak asing dengan masyarakat. Dengan pendidikan
diharapkan lahir manusia- manusia yangbermutu, mengerti, dan mampu membangun
masyarakat. Oleh sebab itu tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan
kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan masyarakat.

4. Landasan Yuridis

Kurikulum pada dasaranya adalah produk yuridis yang ditetapkan melalui keputusan menteri
Pendidikan Nasional RI. Sebagai pengejawantahan dari kebijakan pendidikan yang ditetapkan
oleh lembaga legislatif yang mestinya mendasarkan pada konstitusi/UUD. Dengan demikian
landasan yuridis pengembangan kurikulum di NKRI ini adalah UUD 1945 (pembukaan alinia IV
dan pasal 31), peraturan-peraturan perundangan seperti: UU tentang pendidikan (UU No.20
Tahun 2003), UU Otonomi Daerah, Surat Keputusan dari Menteri Pendidikan, Surat Keputusan
dari Dirjen Dikti, peraturan-peraturan daerah dan sebagainya.

1. PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM

Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya
merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam
pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam
kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu,
dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan
prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya,
sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu
pengembangan kurikulum. Sedangkan Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima
prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu:

1. Prinsip relevansi

Secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara komponen-komponen kurikulum


(tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-
komponen tersebutmemiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi
(relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan
dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis).

2. Prinsip Fleksibilitas

Dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes,
lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian
berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan
dan latar bekang peserta didik.

3. Prinsip kontinuitas

Adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal.


Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan
kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara
jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.

4. Prinsip efisiensi

Mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan
sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.

5. Prinsip efektivitas

Mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang
mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Tugas baru 13-11-2017

Gisi
Pencernaan adalah proses melumatkan makanan yang semula kasar menjadi halus. Makanan yang
sudah dicerna telah diubah menjadi sari makanan dalam bentuk yang lebih halus sehingga mudah
diserap oleh pembuluh darah. Oleh pembuluh darah, sari makanan tersebut diedarkan ke seluruh
bagian tubuh.

Alat pencernaan pada tubuh kita bertugas untuk :


1. Menghancurkan makanan menjadi bentuk yang halus.
2. Menyerap zat-zat makanan yang halus sehingga masuk ke dalam darah.
3. Mengeluarkan dari tubuh zat-zat yang tidak dapat dicerna.

Proses pencernaan manusia dibagi menjadi dua yaitu :


1. Pencernaan mekanik, yaitu proses pengubahan makanan dari bentuk kasar menjadi halus dengan cara
menghancurkannya. Proses ini dilakukan dengan menggunakan gigi di dalam mulut.
2. Pencernaan kimiawi, yaitu proses pencernaan makanan dengan bantuan enzim – enzim pencernaan
yang berlangsung di dalam mulut, lambung, dan usus. Tujuan pencernaan dengan bantuan enzim adalah
mengubah zat-zat makanan sehingga mudah diserap oleh tubuh.

Organ penyusun sistem pencernaan pada manusia terdiri atas rongga mulut, kerongkongan, lambung,
usus halus, usus besar, dan anus. Selain organ-organ tersebut, organ lain yang membantu dalam proses
pencernaan adalah gigi, lidah, kelenjar ludah, empedu dan pankreas.

Berikut uraian dari masing-masing organ pencernaan pada manusia.


Susunan alat pencernaan
a. Rongga mulut

Rongga mulut merupakan organ yang pertama mencerna makanan. Makanan masuk ke dalam tubuh
melalui mulut. Di dalam rongga mulut terdapat beberapa alat pencernaan, yaitu :
1. Gigi
Gigi berguna dalam proses pencernaan mekanik, yaitu mengubah makanan yang berserat dan keras
menjadi halus agar lebih mudah ditelan. Sebaiknya kita mengunyah makanan sebanyak 20-30 kali.
Berdasarkan bentuk dan fungsinya gigi dibedakan menjadi 3 yaitu :
a. Gigi seri
Permukaannya seperti kapak dan berguna untuk memotong makanan. Jumlah gigi seri pada manusia
ada 8 buah.
b. Gigi taring
Permukaannya runcing seperti ujung tombak dan berguna untuk merobek makanan. Jumlah gigi taring
pada manusia ada 4 buah.
c. Gigi geraham
Permukaannya lebar bergelombang dan berguna untuk mengunyah makanan. Jumlah gigi geraham pada
manusia ada 8 buah.
Pada anak-anak terdapat gigi susu, yaitu gigi yang pertama kali tumbuh yang nantinya akan tanggal dan
digantikan oleh gigi tetap.
2. Lidah
Lidah berperan sebagai indra perasa. Manusia dapat merasakan rasa manis, pahit,asam, asin, karena
adanya saraf-saraf dan bintil-bintil lidah yang disebut papila. Lidah juga berguna untuk menempatkan
makanan, membantu menelan makanan dan mendorong makanan masuk ke kerongkongan selanjutnya
diteruskan menuju lambung.
3. Kelenjar ludah
Kelenjar ludah menghasilkan air liur yang berguna untuk mengencerkan makanan agar mudah dicerna
dan ditelan. Kelenjar ludah pada mulut menghasilkan enzim ptialin yang membantu pencernaan
makanan secara kimiawi.Selain sebagai pengencer makanan , ludah juga berguna untuk membunuh
kuman di mulut yang masuk bersama makanan. Di dalam air ludah terkandung enzim amilase yang
berguna untuk mengubah zat tepung menjadi zat gula. Enzim ini menyebabkan nasi (mengandung
amilum) yang kita kunyah lama kelamaan terasa manis.

b. Kerongkongan
Makanan masuk ke kerongkongan setelah dikunyah di mulut. Kerongkongan adalah bagian saluran
pencernaan yang menghubungkan rongga mulut dengan lambung. Kerongkongan terletak di dalam
leher dan berada di belakang tenggorokan. Dibelakang rongga mulut terdapat tonjolan sebesar jari yang
disebut uvula. Pada ujung tenggorokan terdapat tekak (faring) yang berfungsi sebagai saluran yang
mengatur masuknya makanan ke kerongkongan menuju lambung dan masuknya udara ke tenggorokan
menuju paru-paru. Kerongkongan melakukan gerak peristaltik, yaitu gerakan mendorong makanan
menuju lambung.

c. Lambung
Setelahmelewati kerongkongan, makanan akan masuk ke lambung. Lambung melakukan pencernaan
secara mekanik dan kimiawi. Pencernaan mekanik di dalam lambung yaitu peremasan makanan yang
dilakukan oleh otot-otot dinding lambung. Sedangkan pencernaan kimiawi dibantu oleh enzim yang
dihasilkan oleh lambung. Lambung menghasilkan enzim renin yang berfungsi mengendapkan protein
susu menjadi kasein. Enzim pepsin berguna untuk mengubah protein menjadi asam amino. Asam klorida
(HCI) yang dapat membunuh kuman dan penyakit yang masuk bersama makanan. Zat ini juga berfungsi
untuk mengasamkan makanan.

d. Pankreas
Pankreas tidak mencerna makanan, tetapi menghasilkan enzim-enzim yang berperan membantu proses
pencernaan.
Pankreas menghasilkan enzim
1. Lipase : berfungsi mengubah lemak menjadi gliserol dan asam lemak
2. Tripsin : membantu proses penguraian protein
3. Amilase : membantu proses penguraian amilum

e. Hati
Sama halnya dengan pankreas, hati juga berperan membantu proses pencernaan karena hati sebagai
penghasil empedu. Empedu yang dihasilkan oleh hati sangat diperlukan dalam proses pencernaan untuk
memecahkan lemak. Hati bertugas untuk memproses nutrisi dan juga racun. Hati juga sebagai penerima
dan penghasil glukosa. Glukosa yang dihasilkan oleh hati akan digunakan untuk proses pencernaan di
dalam usus halus.Hati juga berguna untuk menimbun sari-sari makanan. Hati merupakan organ
pencernaan makanan terbesar dengan berat 2 kg.

f. Usus
Usus pada manusia dibagi menjadi :
1. Usus dua belas jari : menghubungkan lambung dengan usus halus. Usus dua belas jari memiliki
saluran dengan hati dan pankreas yang berfungsi untuk menyalurkan enzim pencernaan dari pankreas.
2. Usus halus : usus halus merupakan usus terpanjang di dalam sistem pencernaan manusia. Panjang
usus halus orang dewasa 6-8m. di dalam usus halus terjadi proses penyerapan sari-sari makanan.
3. Usus besar : Usus besar terdiri atas usus besar naik, usus besar melintang, dan usus besar turun. Di
dalam usus besar terjadi penyerapan air dan garam-garam mineral. Bagian usus besar naik memiliki
umbai cacing. Usus besar berfungsi menyerap kelebihan air , lemak, mineral, sel-sel mati, dan bakteri
yang membentuk padatan yang disebut feses (tinja). Di dalam usus besar sisa makanan dibusukkan oleh
bantuan bakteri Escherichia coli.

g. Rektum
Rektum (poros usus) merupakan organ pencernaan yang berfungsi sebagai tempat sementara untuk
menampung feses. Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum
akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan buang air besar (BAB)

h. Anus
Anus merupakan lubang akhir dari saluran pencernaan makanan. Pada anus tidak terjadi penyerapan
sari makanan. Anus berfungsi untuk mengeluarkan sisa sari-sari makanan yang tidak diserap oleh tubuh.
Bahan padat hasil pembusukan dikeluarkan sebagai feses (tinja) dan gas. Gas dikeluarkan berupa kentut.
Feses akan didorong oleh otot – otot polos menuju ke anus sebelum akhirnya dibuang ke luar tubuh.
Proses pembuangan feses ini dinamakan defekasi. Otot – otot disekitar anus akan berkontraksi sehingga
anus membuka dan mengeluarkan feses. Cairan yang tidak berguna dikeluarkan melalui lubang kemih
berupa air seni.

9 Organ-organ Pencernaan Manusia dan


Fungsinya (Paling Lengkap)
Sponsors Link

Manusia telah diberi anugerah oleh Tuhan untuk memiliki organ tubuh yang sempurna baik di
dalam maupun di luar tubuh. Organ-organ tersebut memiliki bentuk sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Organ-organ tersebut berperan penting dalam setiap proses yang terjadi pada
tubuh kit, termasuk proses pencernaan. Proses pencernaan manusia adalah proses yang cukup
rumit dan panjang sehingga melibatkan banyak organ penting di dalam tubuh manusia.

ads

Baca juga :

 Contoh Elektrolit Lemah


 Kenaikan Titik Didih
 Perbedaan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

Organ-organ Pencernaan Manusia

Organ pencernaan manusia terdiri dari gigi, lidah, kerongkongan, lambung, usus halus, ususu
besar dan anus. Organ-organ tersebut telah memiliki fungsi masing-masing yang akan
memudahakan proses pencernaan manusia. Organ pencernaan yang ada di dalam tubuh manusia
beserta ciri-ciri dan fungsinya antara lain adalah sebagai berikut :

1. Gigi

Gigi memiliki fungsi sebagai :

 Pemotong Makanan
 Pengoyak Makanan
 Penggiling makanan

Manusia memiliki tiga jenis gigi yang terdiri dari gigi seri atau insisor, gigi taring atau caninus
dan gigi geraham atau molar. Masing-masing gigi tersebut memiliki ciri-ciri yang berbeda. (baca
juga : Penyakit Reproduksi Manusia )

 Gigi Seri : Gigi seri memiliki bentuk pahat dan berfungsi untuk menggigit dan
memotong makanan.
 Gigi Taring : Gigi taring memiliki bentuk yang lancip dan runcing yang dapat berfungsi
untuk menusuk dan mengoyak makanan yang masuk ke dalam mulut.
 Gigi Geraham : Gigi geraham memiliki bentuk rata dan bergerigi yaang dapat berfungsi
untuk mengunyah makan yag sebelumnya telah terpotong dan terkoyak terlebih dahulu
agar makanan dapat lebih mudah dicerna.

Gigi memiliki beberapa bagian, yakni bagian mahkota, leher dan akar gigi. Tiga bagian tersebut
juga masih terdiri dari bagian-bagian kecil lainnya yang akan dibahas di bawah ini. (baca
juga: Gangguan pada Sistem Pernapasan)

1. Mahkota Gigi
2. Mahkota gigi terletak di atas gusi
3. Bagian terluar dari mahkota gigi dilapisi oleh lapisan yang bernama email berwarna
putih. Email tersusun dari kalsium, fluoride, dan fosfat .
4. Bagian dalam dari mahkota gigi adalah tulang gigi (atau dentin) dan pulpa. Pulpa
mengandung pembuluh-pembuluh darah dan saraf-saraf.
5. Leher Gigi
6. Leher gigi adalah bagian gigi yang dikelilingi oleh gusi.
7. Akar Gigi
8. Akar gigi adalah bagian gigi yang tertanam di dalam rahang dan dilapisi oleh semen
sehingga dapat melekat pada gusi.

Jumlah gigi pada setiap umur yang berbeda akan berbeda pula. Jumlah gigi anak-anak adalah 20
buah yang terdiri dari 8 gigi seri, 8 gigi geraham dan 4 gigi taring. Sedangkan orang dewasa
memiliki 32 buah gigi yang terdiri dari 8 gigi seri, 20 gigi geraham dan 4 gigi taring. (baca juga
:Kenaikan Titik Didih)

2. Lidah

Lidah berperan sebagai pengatur letak makanan


yang masuk ke dalam mulut, selain itu juga membantu proses menelan, pencampuran makanan,
sekaligus sebagai pengecap rasa makanan.

Lidah membantu mengarahkan makanan di antara gigi sehingga menjadi mudah untuk
dihancurkan dan dan dibentuk menjadi bentuk yang lembek. Bentuk makanan ini disebut dengan
bolus. Selanjutnya bolos akan didorong menuju ke faring dengan bantuan lidah. (baca juga
:Contoh Elektrolit Lemah)

Lidah dapat mengecap beberapa rasa seperti :

 Pada ujung lidah mengecap rasa manis


 Pada bagian tepi depan mengecap rasa asin
 Pada bagian samping lidah mengecap rasa asam
 Pada bagian belakang atau pangkal lidah mengecap rasa pahit
Sponsors Link

3. Kelenjar Ludah

Organ-organ Pencernaan Manusia selanjutnya


adalah kelenjar ludah. Alat pencernaan yang sering luput adalah kelenjar ludah atau saliva.
Kelenjar udah adalah alat pencernaan yang berada di rongga mulut selain gigi dan lidah. Di
dalam mulut terdapat 3 kelenjar ludah yang berfungsi menghasilkan ludah kurang lebih sekitar 1
sampai 2,5 liter setiap hari, yakni kelenjar parotis, subligualis, dan subimandibularis.

Ludah pada manusia mengandung air, mucus, enzim amilase dan ptialin yang berfungsi
mengunbah amilum menjadi maltosa, serta zat anti bakteri. Lalu, apa fungsi dari ludah ? Ludah
berfungsi untuk menjadi ‘pelumas’ dari rongga mulut dan yang akan mencerna karbohidrat
menjadi disakarida. Ludah juga berfungsi menjaga mulut agar tidak kering.

Baca juga :

 Ciri-ciri Ion
 Ciri-ciri Tumbuhan Lumut
 Struktur Batang Dikotil

4. Kerongkongan
Kerongkongan adalah saluran yang menjadi
penghubung antara rongga mulut dan lambung. Kerongkongan berfungi untuk menyalurkan
makanan ke lambung. Kerongkongan memiliki dua bagian, yakni bagian faring dan esophagus.
(baca juga :Penurunan Tekanan Uap)

Di ujung dari rongga mulut terdapat bagian berupa saluran yang memanjang hingga ke
permukaan kerongkongan yang disebut dengan faring atau tekak. Pada bagian faring terdapat
alat yang bernama klep epiglottis, alat ini berfungsi sebagai pengatur agar makanan tidak salah
masuk ke saluran lain selain kerongkongan yakni saluran pernapasan atau laring dengan cara
menutup saluran pernapasan tersebut.

Setelah faring terdapat bagian yang bernama esophagus. Organ ini berbentuk seperti tabung yang
lurus, memiliki otot lurus dan dinding yang tebal. Di dalam kerongkongan terjadi gerakan
peristaltik atau gerakan seperti meremas akibat kontraksi dari otot-otot kerongkongan yang akan
membantu mendorong makanan bergerak melalui kerongkongan sehingga dapat masuk menuju
ke lambung.(baca juga :Faktor Eksternal Pertumbuhan)

5. Lambung

Lambung adalah alat pencernaan manusia setelah


kerongkongan. Menurut salah satu sumber, makanan yang dapat ditampung oleh lambung
berjumlah 1 hingga 2 liter makanan. Bagian dinding lambung tersusun dari otot-otot polos yang
memiliki fungsi sebagai penggerus makanan. Otot-otot ini yang akan memecah makanan hingga
mencampur makanan dengan getah lambung.
Penggerusan makanan yang dilakukan melalui kontraksi-kontraksi otot ini terjadi secara
mekanik. Selain itu, enzim-enzim yang dihasilkan oleh lambung juga membantu proses
pencernaan secara kimiawi. Enzim-enzim yang terdapat pada lambung diantaranya adalah :

 Enzim HCl yang berfungsi untuk mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin, menjadi
disinfektan dan merangsang hormon sekretin dan kolesistokinin di usus halus. Enzim ini
juga sekaligus membunuh kuman-kuman dari makanan ketika mengaktifkan enzim
pepsin. (baca juga:Organ-organ pada Tumbuhan )
 Enzim lipase yang berfungsi untuk memecahkan lemak agar menjadi asam lemak dan
gliserol.
 Enzim renin yang berfungsi mengendapkan atau menggumpalkan protein yang ada di
dalam susu dari air susu. Oleh karena itu enzim ini hanya dimiliki oleh anak bayi atau
balita yang masih menyusu pada ibunya,
 Enzim mukus,enzim inilah uang berfungi melindungi dinding lambung dari asam HCL
yang bisa menyebabkan kerusakan dinding lambung.

Proses penggerusan makanan secara mekanik maupun kimiawi akan menghasilkan bubur
kimus.Setelah itu, makanan yang telah dicerna di dalam lambung akan bergerak menuju ke usus
halus secara perlahan. (Baca juga : Contoh Larutan Asam)

ads

6. Usus halus

Organ-organ Pencernaan Manusia selanjutnya adalah usus halus. Usus halus memiliki panjang
kira-kira 6 sampai 8 meter. Usus halus terbagi menjadi tiga bagian yakni duodenum atau usus
dua belas jari yang memiliki panjang kurang lebih sekitar 25 cm, jejunum atau ususu tengah
yang memiliki panjang kurang lebih 2,5 meter, serta ileum atau usus penyerapan yang memiliki
panjang kurang lebih sekitar 3,6 meter. Pada dinding usus 12 jari terdapat sebuah lubang yang
menghubungkannya dengan saluran getah oankreas dan saluran empedu. (baca juga : Jaringan
Penyusun Daun Dikotil )

Usus halus berfungsi sebagai tempat pencernaan dan penyerapan nutrisi. Pencernaan makanan
terjadi duodenum dan jejunum, sedangkan ileum menjadi tempat penyerapan nutrisi makanan.
Namun pada usus halus hanya terjadi pencernaan kimiawi saja. Proses pencernaan kimiawi ini
dibantu oleh enzim yang dihasilkan dari kelenjar pankreas dan yang dihasilkan oleh usus halus
sendiri. Enzim yang dihasilkan oleh usus halus diantaranya adalah :

 Enzim disakaridase, yang berfungsi menguraikan disakarida menjadi monosakarida.


 Enzim erepsinogen yang akan diubah menjadi Enzim ini berfungsi untuk mengubah
pepton menjadi asam amino.
 Hormon sekretin, yakni hormon yang akan merangsang kelenjar pankreas untuk
mengeluarkan enzim yang akan dihasilkan ke usus halus.
 Homor CCk atau Kolesistokinin yang berfungsi untuk merangsang hati agar
mengeluarkan cairan empedu ke dalam usus halus. (baca juga : Faktor Internal
Pertumbuhan )

7. Usus 12 Jari
Sedangkan enzim yang dihasilkan oleh pankreas adalah sebagai berikut :

 Enzim bikarbonat yang berfungsi untuk meneralkan kadar asam dari makanan yang
berasal dari lambung.
 Enzim enterokinase yang berfungsi untuk mengaktifkan erepsinogen menjadi erepsin dan
mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin. Selanjutnya, tripsin akan mengubah protein
menjadi asam amino.
 Enzim amilase yang berfungsi untuk mengunah amilum menjadi disakarida.
 Enzim lipase yang berfungsi untuk mencerna lemak agar menjadi asam lemak dan
gliserol.
 Enzim kinotripsin yang berfungsi mengubah pepton menjadi asam amino.
 Enzim nuklease yang berfungsi mengubah nukleotida menjadi nukelosida dan gugus
pospat.
 Hormon Insulin yang dapat berfungsi untuk menurunkan kadar gula yang ada di dalam
darah sehingga kadarnya menjadi normal.
 Hormon glukagon yang berfungsi untuk menaikkan kadar gula dara sehingga kadarnya
menjadi normal.

Enzim-enzim yang dihasilkan oleh pankreas akan disalurkan menuju usus dua belas jari. Selain
itu ada pula getah empedu yang dihasilkan oleh hati dan ditampung di dalam kantung empedu,
yang berfungsi sebagai pengurai lemak agar menjadi asam lemak dan gliserol. (Baca Juga
: Penurunan Tekanan Uap)

Hasil pencernaan lambung yang berupa glukosa, vitamin, mineral dan asam amino akan diserap
oleh vili usus halus kemudian disalurkan oleh darah ke seluruh tubuh. Sedangkan yang berupa
asam lemak , gliserol dan vitamin yang larut dalam lemak akan diserap oleh vili usus halus dan
selanjutnya disalurkan melalui pembuluh limpa ke jantung.

8. Usus besar
Usus besar terdiri dari beberapa bagian. Usus
besar terdiri dari usus besar naik, usus besar melintang dan ususu besar turun. Pada usus besar,
sisa-sisa makanan akan mengalami pembusukan.

Proses pembusukan di dalam usus besar dibantu oleh bakteri yang bernama Escheichia coli. Sisa
makanan tersebut yang berupa air dan garam mineral akan diserap kembali oleh usus.

Setelah itu, sisa makanan yang tidak bisa diserap lagi atau sudah habis nutrisinya akan
dikeluarkan dalam bentuk feses atau tinja melalui anus.

9. Anus

Anus merupakan alat pencernaan yang menjadi


‘pintu terakhir’ dalam proses panjang pencernaan makanan. Anus berfungsi sebagai alat
pembuangan feses. Feses yang terbentuk didorong dengan gerak peristaltik agar bergerak ke
poros urus atau rectum.(baca juga : Perbedaan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit)

Mengapa buang air besar dapat terjadi ?

Buang air besar atau disebut juga dengan defekasi, dapat terjadi dan kita rasakan karena lambung
dan usus yang berisi makanan telah merangsang usus tebal untuk melakukan defekasi. Jadi,
buang air besar merupakan rangsangan dari lambung dan usus kepada usus besar.

(Baca juga : Organ-Organ Pernapasan)


Begitulah sekiranya penjelasan singkat dan sederhana mengenai organ-organ manusia beserta
ciri-ciri dan fungsinya. Kita harus senantiasa menjaga organ-organ pencernaan kita dengan
menjalankan pola hidup dan pola makan yang sehat agar tidak timbul penyakit-penyakit
pencernaan. Penyakit-penyakit tersebut kemungkinan lama-kelamaan dapat membuat fungsi atau
kerja organ-organ pencernaan kita tidak stabil lagi. Sekian bahasan kita mengenai organ-organ
pencernaan manusia. Jangan pernah puas untuk belajar hanya dari satu sumber. Semoga
bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai