Anda di halaman 1dari 7

Sejarah Berdirinya Kabupaten Pati

Kabupaten Pati merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah berjarak ± 75 Km dari
Pusat Ibukota Jawa Tengah ( Semarang ) secara geografis Kabupaten Pati terletak pada
posisi yang sangat strategis karena terletak di jalan Pantura yang menghubungkan Jakarta dan
Surabaya yang merupakan mobilitas terdapat di Indonesia, selain itu Kabupaten Pati terletak
dijalan transportasi yang menghubungkan Kota Jepara dan Kota Solo yang merupakan satu –
satunya pintu gerbang masuknya wisatawan mancanegara di Jawa Tengah. Sebagai penopang
perekonomian masyarakat yang berperan meningkatkan pendapatan asli daerah lewat
Retribusi dan Pajak.
Kondisi Objek Wisata di Kabupaten Pati pada umumnya masih perlu perbaikan dan
pengembangan lebih lanjut , sebagai akibat adanya penjarahan oleh orang – orang yang tidak
bertanggung jawab. Dengan berkembangnya pariwisata sebagai industri, maka wisata budaya
merupakan kegiatan pariwisata yang menjadi daya tarik untuk mendorong motivasi
wisatawan melakukan perjalanan. Daya tarik wisata budaya dapat berupa kesenian seperti
seni rupa, segala bentuk seni pertunjukan, dan upacara adat yang sering dikemas agar lebih
menarik para wisatawan.
Sejarah Kabupaten Pati berpangkal tolak dari beberapa gambar yang terdapat pada
Lambang Daerah Kabupaten Pati yang sudah disahkan dalam Peraturan Daerah No. 1 Tahun
1971 yaitu Gambar yang berupa: "keris rambut pinutung dan kuluk kanigara".
Menurut cerita rakyat dari mulut ke mulut yang terdapat juga pada kitab babad Pati dan
kitab babad lainnya dua pusaka itu merupakan lambang kekuasaan dan kekuatan yang juga
merupakan simbol kesatuan dan persatuan. Barang siapa yang memiliki dua pusaka tersebut,
akan mampu menguasai dan berkuasa memerintah di pulau jawa. Adapun yang memiliki dua
pusaka tersebut adalah Raden Sukmayana penggede Majasemi andalan Kadipaten
Carangsoko.
Menjelang akhir abad ke XIII sekitar tahun 1290 Masehi di pulau jawa fakum penguasa
pemerintahan yang berwibawa. Kerjaan Pajajaran mulai runtuh, Kerajaan Singosari surut,
sedang Kerajaan Majapahit belum berdiri.
Di pantai utara Jawa Tengah sekitar Gunung Muria bagian timur muncul Penguasa
lokal yang memangkat dirinya sebagai Adipati, wilayah kekuasaannya disebut Kadipaten.
Ada dua pusaka lokal di wilayah itu, yaitu
1. Penguasa Kadipaten Paranggaruda, Adipatinya bernama “Yudhapati”. Wilayah
kekuasaannya meliputi sungai Juwana ke selatan, sampai Pegunungan Gamping Utara
berbatasan dengan wilayah Kabupaten Grobogan. Mempunyai seorang putra bernama
Raden Jasari.
2. Penguasa Kadipaten Carangsoko, Adipatinya bernama “Puspa Andungjaya”, wilayah
kekuasaannya meliputi semua sungai Juwana sampai Pantai Utara Jawa Tengah bagian
Timur. Adipati Carangsoko mempunyai seorang putri bernama Rara Rayungwulan.
Kedua Kadipaten tersebut hidup rukun dan damai, saling menghormati dan saling
menghargai untuk melestariakan kerukunan dan memperkuat tali persaudaraan itu kedua
Adipati tersebut bersepakat untuk mengawinkan putra putrinya itu. Utusan adipati
Paranggaruda untuk meminang Rara Rayungwulan telah diterima, namun calon mempelai
putri minta bebana agar pada saat pahargyan boja wiwaha daup (resepsi) dimeriahkan dengan
pagelaran wayang dengan dalang kondang yang bernama “Sapanyana”.
Untuk memenuhi beban itu, Adipati Paranggaruda menugaskan panggede kemaguhan
yang bernama Yuyurumpung agul-agul Paranggaruda sebelum melaksanakan tugasnya lebih
dulu Yuyurumpung berniat melumpuhkan kewibawaan Kadipaten Carangsoko dengan cara
menguasai dua pusaka milik Sukmayana di Majasemi. Dengan bantuan “Sondong Majeruk”
kedua pusaka itu dapat dicurinya namun sebelum dua pusaka itu diserahkan pada
Yuyurumpung, dapat kembali oleh Sondong Makerti dari Wedari. Bahkan Sondong Majeruk
tewas dalam perkelahian dengan Sondong Makerti. Dan pusaka itu diserahkan kembali
kepada Raden Sukmayana. Usaha Yuyurumpung untuk menguasai dan memiliki dua pusaka
itu gagal.
Walaupun demikian Yuyurumpung tetap melanjutkan tugas untuk mencari dalang
Sapanyana agar perkawinan putra Adipati Paranggaruda tidak mengalami kegagalan.
Pada malam pahargyan bojana wiwaha (resepsi) perkawinan dapat diselenggarakan di
Kadipaten Carangsoka dengan Pagelaran Wayang oleh Ki Dalang Sapanyana. Di luar dugaan
pahargyan baru saja dimulai, tiba-tiba mempelai putri meninggalkan kursi pelaminan menuju
ke panggung dan seterusnya melarikan diri bersama Dalang Sapanyana. Pahargyan
pekawinan antara “Raden Jasari” dan “Rara Rayungwulan” gagal total. Adipati Yudhapati
merasa dipermalukan, Emosi tak dapat dikendalikan lagi. Sekaligus menyatakan permusuhan
terhadap Adipati Carangsoka. Dan peperangan tak dapat dielakkan. Raden Sukmayana dari
Kadipaten Carangsoka memimpin prajurit Carangsoka, mengalami kekalahan dan kemudian
wafat. Raden Kembangjaya (adik ipar Raden Sukmayana) menerusakan peperangan. Dengan
dibantu oleh Dalang Sapanyana, dan menggunakan kedua pusaka itu dapat menghancurkan
prajurit Peranggaruda. Adipati Paranggaruda, Yudhapati gugur dalam palagan membela
kehormatan dan gengsinya.
Oleh Adipati Carangsoka, karena jasanya Raden Kembangjaya dikawinkan dengan
Rara Rayungwulan kemudian diangkat menjadi pengganti Carangsoka. Sedang dalang
Sapanyana diangkat menjadi patihnya dengan nama “Singasari”.
Untuk mengatur pemerintahan yang semakin wilayahnya kebagian selatan, Adipati
Raden Kembangjaya memindahkan pusat pemerintahannya dari Carangsoka ke Desa Kemiri
dengan mengganti nama “Kadipaten Pesantenan”. Dengan gelar “Adipati Jayakusuma” di
pesantenan. Adipati Jayakusuma hanya mempunyai seorang putra tunggal yaitu “Raden
Tambra”. Setelah ayahnya wafat, Raden Tambra diangkat menjadi Adipati Pesantenan
dengan gelar “Adipati Tambranegara”.
Dalam menjalankan tugas pemerintahan Adipati Tambranegara bertindak arif dan
bijaksana menjadi Songsong Agung yang sangat memperhatikan nasib Rakyatnya, serta
menjadi pengayom bagi hamba sahayanya. Kehidupan rakyatnya penuh dengan kerukunan,
kedamaian, ketenangan, dan kesejahteraannya semakin meningkat. Untuk dapat
mengembangkan pembangunan dan memajukan pemerintahan di wilayahnya Adipati Raden
Tambranegara memindahkan pusat pemerintahan Kadipaten Pesantenan yang semula berada
di desa Kemiri munuju kearah barat yaitu, di desa Kaborongan, dan mengganti nama
Kadipaten Pesantenan menjadi Kadipaten Pati.
Dalam prasasti Tuhannaru, yang diketemukan di desa Sidateka, wilayah Kabupaten
Majakerta yang berada di Musium Trowulan. Prasasti itu terdapat pada delapan Lempengan
Baja, dan bertuliskan huruf Jawa kuna. Pada lempengan yang ke empat antara lain berbunyi
bahwa Raja Majapahit, Raden Jayanegara menambah gelarnya dengan ABHISEKA
WIRALANDA GOPALA pada 13 Desember 1323. Dengan patihnya yang setia dan berani
bernama DYAH MALAYUDA dengan gelar RAKAYI. Pada saat pengumuman itu
bersamaan juga dengan pisuwanan agung dari Kadipaten pantai utara Jawa Tengah bagian
Timur termasuk Raden Tambranegara berada di dalamnya. Raja Jayanegara dari Majapahit
mengakui wilayah kekuasaan para Adipati itu, dengan memberi status sebagai tanah
predikan, dengan syarat bahwa para Adipati itu setiap tahun harus menyerahkan Upeti berupa
bunga.
Bahwa Adipati Raden Tambranegara juga hadir dalam Pisuanan agung di Majapahit itu
terdapat juga dalam Kitab Babad Pati, yang disusun oleh K. M. Sosrosumarto dan S.
Dibyasudira, diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,
1980. Halaman 34, Pupuh Dandanggula pada: 12 yang lengkapnya berbunyi bahwa
Tambranegara Pati Sumewo maring Majalengka Brawijaya kedua, Majalengka adalah
Majapahit.
Kratonnya ing satanah jawi angalih Majapahit, ingkang jumeneng Ratu Brawijaya
ingkang kaping kalih, Ya Jaka pekik nama, Raden Tambranegara Sumewa maring,
Kraton Majalengka
Bardasarkan hal tersebut, jelaslah bahwa Raden Tambranegara Adipati Pati turut serta
hadir dalam Pisowanan agung di Majapahit.
Menurut tradisi budaya pertanian (Kultur Agraris) kelompok masyarakat atau
perorangan jika mengadakan kerja besar misalnya, melaksanakan pernikahan putranya,
khitanan, mendirikan rumah, merehab rumah, atau pindahan ke lain tempat, selau
mengusahakan tanggal yang baik. Dengan tujuan agar sesuatunya dapat berjalan dengan
lancar, baik, selamat serta mendatangkan rejeki.
Hari dan tanggal yang baik itu jika sesuai musim panen padi yang jatuh pada bulan Juli
atau Agustus pada tiap tahunnya. Kalau pisowanan agung yang dihadiri oleh Raden
Tambranegara ke Majapahit pada tanggal 13 Desember 1323, maka diperkirakan bahwa
pindahnya Kadipaten Pesantenan dari Desa Kemiri ke Desa Kaborongan dan menjadi
Kabupaten Pati itu diperkirakan pada bulan Juli dan Agustus 1323.
Ada tiga tanggal yang baik pada bulan Juli dan Agustus 1323 itu yaitu: 3 Juli, 7
Agustus, dan 14 Agustus 1323.
Seminar Hari Jadi Kabupaten Pati yang diselenggarakan oleh Bapak Bupati KDH Tk. II
Pati pada tanggal 28 September 1993 di Pendopo Kabupaten Pati yang dihadiri oleh para
perwakilan lapisan masyarakat Kabupaten Pati, para guru sejarah SLTA se Kabupaten Pati,
Konsultan Dosen Fakultas Sastra dan Sejarah Undip Semarang, secara musyawarah dan
sepakat memutuskan bahwa tanggal 7 Agustus 1323 sebagai hari kepindahan Kadipaten
Pesantenan di Desa Kemiri ke Desa Kaborongan menjadi Kabupaten Pati, menjadi
momentum HARI JADI KABUPATEN PATI. Dengan surya sengkala “KRIDANE
PANEMBAH GEBYARING BUMI”, yang bermakna “Dengan bekerja keras dan penuh do’a
kita gali Bumi Pati untuk meningkatkan kesejahteraan lahiriah dan batiniah”.
Tanggal 7 Agustus 1323 sebagai HARI JADI KABUPATEN PATI telah ditetapkan
dalam Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Pati Nomor: 2/1994 tanggal 31 Mei
1994.
Letak geografis
Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 daerah kabupaten / kota di Jawa Tengah bagian
timur, terletak diantara 1100, 50’ - 1110, 15’ bujur timur dan 60, 25’ – 70,00’ lintang selatan.
Kabupaten Pati mempunyai luas wilayah 150.368 Ha yang terdiri dari 58.448 ha lahan sawah
dan 91.920 ha lahan bukan sawah.
Batas wilayah
Sebelah utara : dibatasi wilayah Kab. Jepara dan Laut Jawa.
Sebelah barat : dibatasi wilayah Kab. Kudus dan Kab. Jepara
Sebelah selatan : dibatasi wilayah Kab. Grobogan dan Kab. Blora
Sebelah timur : dibatasi wilayah Kab. Rembang dan Laut Jawa
Kondisi Tanah
Bagian utara terdiri dari tanah Red Yellow, Latosol, Aluvial, Hidromer dan Regosol.
Sedangkan bagian selatan terdiri tanah Aluvial, Hidromer, dan Gromosol.
Rincian menurut kecamatan sebagai berikut :
- Batangan, Sukolilo, Gabus dan Jakenan merupakan tanah Aluvial.
- Cluwak, Gunungwungkal dan Gembong merupakan tanah Latosol.
- Juwana dan Margoyoso merupakan tanah Aluvial dan Red Yellow mediteran.
- Pati dan Margorejo merupakan tanah Red Yellow mediteran, Latosol, Aluvial dan
Hidromer.
- Kayen dan Tambakromo merupakan tanah Aluvial dan Hidromer.
- Pucakwangi dan Winong merupakan tanah Gromosol dan Hidromer.
- Wedarijaksa merupakan tanah Red Yellow mediteran, Latosol dan Regosol.
- Tayu merupakan tanah Aluvial, Red Yellow dan regosol.
- Tlogowungu merupakan tanah Latosol dan Red Yellow mediteran.
PENDUDUK
Jumlah Penduduk Kabupaten Pati pada akhir tahun 2005 berdasarkan hasil P4B adalah
1.225.423 yang terdiri dari :
- Laki - Laki : 600.927
- Perempuan : 620.579
Sedangkan penduduk akhir tahun 2006 adalah : 1.243.207 yang terdiri dari :
- Laki - Laki : 613.628
- Perempuan : 629.579
Selama kurun waktu 2005 - 2006 pertambahan penduduk Kabupaten Pati sebanyak 17.784
orang atau mempunyai pertumbuhan sebesar 1,45% dari tahun sebelumnya. Dari 21
Kecamatan di Kabupaten pati, Kecamatan Pati mempunyai penduduk terbanyak
dibandingkan dengan kecamatan yang lain yaitu sebanyak 105.159 jiwa. Kepadatan
Penduduk
Kabupaten Pati pada tahun 2008 mempunyai luas wilayah sebesar = 1.503,68
km2. Dengan jumlah penduduk mencapai 1.256.182 pada akhir tahun 2008, maka
Kabupaten Pati secara umum mempunyai kepadatan penduduk 830 jiwa per km2.
Angka tersebut sama dibandingkan pada tahun 2007 sebesar 830 jiwa per km2.
Objek Wisata
Salah satu obyek wisata sejarah di Pati adalah bekas pintu kerajaan Majapahit yang
terletak di kota Pati, konon pintu ini dibawa oleh Kebo Anabang atas perintah Sunan Muria.
Juwana merupakan kota pelabuhan dimana terdapat kerajinan kuningan. Obyek wisata lain
diantaranya adalah Waduk Gunung Rowo, yang terletak di bagian utara. Di daerah Margorejo
terdapat mata air yang cukup besar, yang digunakan untuk kolam renang. Nama tempat
tersebut adalah Banyu Urip. Di sekitarnya terdapat perkebunan jambu monyet (mete). Di
daerah Gunung Muria, yaitu di daerah Gembong, terdapat waduk yang diberi nama Selo
Romo. Waduk ini termasuk berukuran kecil, jika musim kemarau, pasti akan dangkal. Di
sekitar waduk sering dipakai sebagai area perkemahan.
Potensi Bidang Wisata
 Pintu Gerbang Majapahit
Objek Wisata : Situs peninggalan Gerbang Majapahit Peninggalan sejarah berupa Pintu
Gerbang terbuat dari kayu jati. Terletak di Desa Rendole, Kecamatan Margorejo, jarak
dari kota Pati 4 Km. Berdekatan dengan obyek wisata Sendang Tirta Sani. Pintu gerbang
ini merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit yang diangkat oleh Kebo Nyabrang
sebagai persyaratan untuk diakui sebagai Putra Sunan Muria. Namun setelah tiba di Desa
Rondole, Kebo Nyabrang tidak mampu lagi mengangkat dan tidak mampu melanjutkan
perjalanan kemudian menunggui pintu gerbang tersebut sampai meninggal dunia.
 Waduk Gunung Rowo
Waduk Gunung Rowo memiliki luas +320 Ha dan mampu menampung air sekitar 5,5
juta meter kubik, sekaligus juga sebagai suplai bagi Waduk Seloromo. Waduk ini
dibangun semasa pemerintahan Belanda pada tahun 1928. Selain sebagai sarana
penampungan air, waduk ini juga berfungsi sebagai salah satu tempat tujuan wisata di
kabupaten Pati meskipun belum dikelola dengan baik oleh pemerintah daerah setempat.
Waduk ini berfungsi juga sebagai tempat bagi penduduk setempat yang mempunyai mata
pencaharian sebagai nelayan di mana mereka biasa menjala ikan yang cukup melimpah di
waduk ini. Tidak heran banyak penjual ikan olahan yang membuka warung di sekitar
waduk dengan harga terjangkau.
Di sebelah timur waduk ini terdapat tanggul penahan air yang sekaligus berfungsi
sebagai jalan raya untuk kendaraan yang melintasi waduk. Bila kita berdiri di atas tanggul
dan menghadap ke timur, kita bisa melihat Laut Jawa secara jelas apabila cuaca sedang
dalam kondisi cerah.
Pada saat musim penghujan, air waduk ini akan naik volumenya akibat aliran dari 3
buah sungai yang menjadi sumbernya. Pada saat itu pada permukaan air waduk dapat kita
saksikan keindahan dari pemantulan bayangan Gunung Muria yang menjadi latar
belakangnya.
Obyek Wisata ini paling mudah dijangkau dengan kendaraan pribadi karena tidak
banyak persimpangan yang harus di lalui dan hanya mengkuti satu jalan utama yang akan
mengantar kita sampai ke lokasi.
Di sebelah atas waduk merupakan Bumi Perkemahan yang pernah digunakan sebagai
tempat penyelenggaraan Jambore Daerah Gerakan Pramuka Kwarda Jawa Tengah pada
tahun 1992. Berada dalam naungan Perum Perhutani, Bumi Perkemahan yang terletak di
Kecamatan Tlogowungu ini mempunyai kapasitas yang besar (mampu menampung lebih
dari 4000 peserta) dan udara yang amat segar karena selain masih berada di lereng
Gunung Muria, juga lantaran rimbunnya pepohonan yang ada di Bumi Perkemhan
tersebut.
Di sekitar Bumi Perkemhan kita dapat menikmati berbagai panorama seperti; Hutan
Bambu (dengan ratusan jenis koleksinya), perkebunan murbei (makanan utama ulat
sutra), Hutan Jati, pengembangbiakan lebah madu dan pengembangbiakan ulat sutra serta
pemintalan benangnya. Di dukung lagi lokasinya yang mudah untuk dijangkau.
Karena tidak mengherankan jika tempat ini menjadi salah satu Bumi Perkemahan
favorite di Kabupaten Pati selain Bumi Perkemahan Jolong.
Obyek yang dikunjungi adalah wisata alam dan air dengan latar belakang Gunung
muria, lembah yang hijau dengan tanaman kopi,cengkeh dan buah-buahan, bukit dengan
panggung terbuka dan gardu pandang untuk melihat pemandangan alam dan laut dan
jalan melingkar yang mengelilingi waduk .
Nama gunung rowo konon bermula ketika laksamana cengho mengunjungi sunan
muria, kemudian ketika mengunjungi tempat yang kini dinamakan gunung rowo ini
terjadi perbedaan pendapat antara keduanya.Sunan Muria mengatakan tempat itu adalah
gunung sedangkan laksamana cengho mengatakan itu adalah rawa. Ahirnya untuk
mengahiri perbedaan pendapat tempat itu dinamakan gunung rowo yaitu gabungan kata
gunung dan rowo.
Fasilitas:
 Memancing
 Berperahu
 Camping ground
 Tempat Parkir
 Toilet
Karena tidak mengherankan jika tempat ini menjadi salah satu Bumi Perkemahan
favorite di Kabupaten Pati selain Bumi Perkemahan Jolong.
 Gua Wareh
Wareh merupakan suatu daerah di Desa Kedumulyo Kecamatan Sukolilo yang
terletak di lereng Pengunungan Kapur Utara. Gua Wareh memang hanya merupakan gua
kecil dengan panjang tak lebih dari seratus meter namun dari dalamnya mengalir air
jernih tanpa henti sepanjang tahun. Selain menjadi sumber mata air bagi penduduk
sekitar, Gua Wareh memiliki mitos yang sangat sakral. Air dari dalam gua ini dipercaya
mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Di samping Gua Wareh masih terdapat lagi Gua Lawa yang di dalamnya terdapat
kubangan air yang sangat luas dan dalam. Di depan gua ini terdapat sebuah aliran sungai
dangkal yang diapit oleh dua tebing curam di sisinya. Semakin disusuri ke hulu, sungai
semakin terjal dengan batu-batu gunung besar yang menciptakan puluhan air tenjun kecil.
Sayang di saat musim kemarau sungai ini mengering.
Di atas Gua Wareh terdapat tebing-tebing batu kapur yang sangat terjal. Tebing-tebing
ini sering kali digunakan oleh para Pecinta Alam untuk menguji adrenalinnya. Karena itu
di daerah ini sering menjadi ajang camping dan pelatihan panjat tebing bagi para pecinta
alam dari seantero Kabupaten Pati bahkan kabupaten-kabupaten sekitarnya.
Gua, sungai, tebing dan kerasnya perbukitan kapur memberikan tantangan kepada
setiap orang yang menyukai kegiatan out bond. Selain itu setiap hari libur tempat ini
selalu ramai oleh pengunjung dari berbagai daerah di sekitarnya, apalagi untuk masuk
tempat ini tidak dipungut biaya apapun. Sayang tempat yang indah ini sedikit terganggu
oleh maraknya penambangan batu kapur dan pengambilan fosfat.
 Genuk Kemiri
Lokasi yang ditengarai bekas pusat pemerintahan Kadipaten Pati, sebelum
dipindahkan ke Kampung Kaborongan, Kelurahan Pati Lor hingga sekarang, semula
berupa tanah kosong yang banyak ditumbuhi pohon besar dan rumpun bambu. Bagian
depan masuk lokasi tersebut terdapat pohon beringin tua.
Kawasan itu mulai ditata dan diperindah, ketika masa Pemkab Pati dijabat Bupati
Sunardji. Selain dipasang tembok pembatas keliling, bekas bangunan pendapa kabupaten
juga dipindahkan ke lokasi tersebut, sehingga pada setiap peringatan HUT Pati yang tiap
tahun jatuh pada 7 Agustus, pendapa berfungsi sebagai tempat malam tirakatan.
Di belakang sisi utara pendapa terdapat cungkup mirip sebuah makam. Di dalam
bangunan itulah terdapat sebuah genuk (tempayan) yang dikenal sebagai Genuk Kemiri
yang kondisinya sudah tidak utuh lagi karena pecah. Di lokasi genuk itu, biasanya
dijadikan tempat orang untuk ngalap berkah.
Pada sisi belakang pendapa terdapat makam tua yang diyakini warga sebagai makam
sesepuh Kemiri. Sejak dipindahkan bekas bangunan pendapa kabupaten, tempat tersebut
bila malam tidak gulita karena diberi penerangan listrik. Selain itu, Balai Desa Serirejo
juga sudah dipindahkan ke lokasi tersebut.
 Air Terjun Santi
Seperti nasib berbagai tempat indah lainnya di Kabupaten Pati, lokasi yang memiliki 3 air
terjun ini tidak pernah mendapat perhatian dari Pemda Pati. Namun mungkin karena itu,
ketiga air terjun yang bersembunyi di lereng Gunung Muria yang rimbun dan asri ini
memiliki nilai eksotis tersendiri. Apalagi karena letak desa Santi yang jauh dari keramain.
Jangankan oleh orang luar, orang Pati sendiri banyak yang belum mengenal daerah ini.
 GUA PANCUR
Lokasi :Terletak di Desa Jimbaran Kecamatan Kayen dari kota Pati 20 km.
Objek Wisata: Gua sepanjang ± 736 m dengan stalaktit dan stalaknit yang sangat indah.
Debit air + 40 lt/detik cukup
untuk pengairan sawah di sekitarnya.
Lokasi : Desa Jimbaran, Kecamatan Kayen
Fasilitas : Kolam pancing, rumah makan apung, wana wisata hutan jati, jalan beraspal,
pemandangan alam yang indah.
Sebuah gua besar dan panjang yang di dalamnya diairi air setinggi orang dewasa.
Konon panjangnya mencapai belasan kilometer, namun yang bisa dijelajahi dengan alat
seadanya hanyalah berkisar kurang dari satu km.
Gua yang terletak di Desa Jimbaran Kecamatan Kayen Kabupaten Pati ini pernah
pernah menjadi ajang digelarnya Raimuna Daerah Gerakan Pramuka se-Jawa Tengah
pada tahun 1996. Sayang lokasi wisata yang awalnya mendapat perhatian dari Pemerintah
Kabupaten
Wisata Religius
 Makam Mbah Tabek Merto
Obyek wisata : Kompleks makam kuno terletak di Dukuh Domasan, Desa Prawoto
Kecamatan Sukolilo. Makam ini diperkirakan telah ada sejak abad ke XVI pada masa
awal penyebaran agama Islam di Indonesia. Ditinjau dari bentuk makam, bentuk nisan
dan letak pemakaman, maka makam kuno ini dapat disejajarkan dengan usia makam yang
ada di Demak pada masa Kerajaan islam di Demak. Berdasarkan namanya, Tabek berasal
dari bahasa Arab dari kata tabi’a yang berarti yang mengikuti atau pengikut. Yang
dimaksud pengikut di sini adalah pengikut para penyebar agama islam pada masa itu,
yaitu para wali atau wali songo. Kompleks pemakaman kuno saat ini banyak dikunjungi
orang karena diyakini mempunyai hubungan dengan para wali.
 Makam Saridin / Syeh Jangkung
Objek Wisata : Makam Saridin atau terkenal dengan nama Syeh Jangkung konon
merupakan salah seorang murid Sunan Kalijaga (Wali Songo). Makam tersebut terletak di
Desa Landoh, Kecamatan Kayen. Jarak dari kota Pati kira-kira 17 Km kearah selatan
menuju Kabupaten Grobogan. Makam ini banyak dikunjungi orang setiap hari Jum’at
Kliwon dan Jum’at Legi. Upacara khol dilaksanakan setiap 1 tahun sekali yaitu pada
bulan Rajab tanggal 14-15 dalam rangka penggantian kelambu makam.
Rupa-rupa
 Makanan khas Pati adalah Nasi Gandhul, Soto Kemiri
 Kota Pati dikenal dengan sebutan Kota Pensiunan, karena kotanya sebagian dihuni oleh
para pesiunan atau purnawirawan yang lahir ato dibesarkan di kota ini, sedang para
pemudanya memilih mencari kerja di tempat lain atau merantau ke luar negeri sebagai
TKI/TKW, karena minimnya industri di kota ini.
 Saat ini (2006) terdapat dua pabrik kacang yang terkenal, yaitu: Dua Kelinci dan
Garudafood
 Pabrik gula di Kecamatan Trangkil (PG Trangkil)
 Dahulu terdapat kerupuk yang menggunakan bahan baku dari tanah disebut kerupuk
Ampo
 Krupuk daging juga merupakan salah satu makanan khasnya
 Usaha penggemukan Sapi menjadi usaha yang mulai dilirik oleh sebagian warga Pati.
Bahkan bukan hanya para petani saja yang menggelutinya.
Tujuan
1. Untuk memacu agar setiap wilayah Kabupaten Pati memiliki semangat untuk memajukan
dan membangun daerah yang seimbang dengan stabil keamanannya daerah/wilayah
sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang sesuai dengan jumlah penduduk,
sumber kekayaan alamdan letak geografisnya.
2. Meletakakan dasar dan tanggung jawab kepada masyarakat untuk melaksanakan
kemajuaan pembangunan di wilayahnya masing – masing.
3. Sebagai sarana Pemerintahan Daerah untuk lebih menanamkan kecintaan masyarakat
kepada daerah/wilayah

Anda mungkin juga menyukai