Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan unggulan di
Indonesia yang memberikan pendapatan terbesar dalam bidang industri produk
utamanya adalah cruide palm oil (CPO). Budidaya kelapa sawit ini tersebar
hampir di seluruh provinsi di Indonesia, baik dari segi peningkatan luas lahan
kelapa sawit maupun segi peningkatan jumlah pabrik pengolahan kelapa sawit.
Minyak sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng yang banyak
dipakai di seluruh dunia, sehingga terus menerus mampu menjaga stabilitas harga
minyak sawit. Komoditas ini pun mampu pula menciptakan penyediaan lapangan
kerja yang luas dan meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat.
Pada mulanya, strategi dari hasil sampingan minyal kelapa sawit adalah
limbah cairnya yang harus diolah terlebih dahulu. Sehingga pengelolaan
lingkungan didasarkan pada pendekatan kapasitas daya dukung (carrying
capacity approach). Keterbatasan daya dukung lingkungan secara alami dalam
menetralisir pencemaran membuat strategi pengelolaan pencemaran berkembang
ke arah pendekatan mengolah limbah yang terbentuk (end of pipe treatment).
Limbah cair yang dihasilkan harus mengikuti standard yang sudah
ditetapkan dan tidak dapat dibuang/diaplikasikan secara langsung karena akan
berdampak pada pencemaran lingkungan. Parameter yang menjadi salah satu
indikator kontrol untuk pembuangan limbah cair adalah angka biological oxygen
demand (BOD). Angka BOD berarti angka yang menunjukkan kebutuhan
oksigen. Jika air limbah mengandung BOD tinggi dibuang ke sungai maka
oksigen yang ada di sungai tersebut akan terhisap material organik tersebut
sehingga makhluk hidup lainnya akan kekurangan oksigen. Sedangkan angka
chemical oxygen deman (COD) adalah angka yang menunjukkan suatu ukuran
apakah dapat secara kimiawi dioksidasi. Fungsi dari pengolahan limbah (effluent
treatment) adalah untuk menetralisir parameter limbah yang masih terkandung
dalam cairan limbah sebelum diaplikasikan (land aplication).

1
Sehingga penulis berfikir bahwa metode yang tepat dalam hal
menurunkan kadar COD dan BOD adalah dengan menggunakan stabilitas pond
dimana dalam pengolahan air limbah pada industri minyak kelapa wasit tersebut
dapat dikalsifikasikan dengan sistem fakultatif (aerob-anaerob). Pengolahan
limbah dimaksudkan untuk menurunkan tingkat cemaran yang terdapat dalam
limbah sehingga aman untuk dibuang ke lingkungan.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah-masalah dalam
penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut.
a. Perlunya pengembangan teknologi yang baru dalam meningkatkan kualitas
pengolahan limbah cair
b. Stabilitas Pond merupakan metode yang dapat digunakan dalam penurunan
kadar cod dan bod pada limbah cair industri minyak kelpa sawit
c. Perlunya acuan standar sebagai parameter sebelum terjadi potensi bahaya
lingkungan yang ditimbulkan oleh keberadaan cod dan bod di atas batas
ambang.

1.3 Rumusan Masalah


Dalam penelitian ini penulis mencoba merumuskan persoalan dalam
bentuk pertnyaan:
a. Apakah penurunan COD dan BOD menggunakan stabilitas pond berpengaruh
terhadap aktifitas mikroba?
b. Bagaimanakah pengaruh sistem fakultatif terhadap penguraian bahan
organik?
c. Bagaimanakah pengaruh kandungan bakteri terhadap penurunan COD dan
BOD pada limbah cair industri minyak kelapa sawit?

1.4 Tujuan Masalah


Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui penurunan kadar COD dan BOD limbah cair industri minyak kelapa
Sawit Menggunakan Stabilitas Pond dengan sistem fakultatif yang ada di PT.

2
Perkebunan Nusantara VI Unit PKS Bunut. Yang berawal dari sumber penghasil
limbah cair hingga sampai pada pengolahan dan pemanfaatan terhadap jenis
karakteristik limbah cair itu sendiri.

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian yang penulis lakukan ini mudah-mudahan dapat bermanfaat
bagi penulis sendiri, maupun bagi para pembaca atau pihak lain yang
berkepentingan:
a. Mengetahui kinerja stabilitas pond dalam penurunan kadar COD dan
BOD dari segi kualitas maupun kuantitas pada hasil akhirnya.
b. Dapat memberikan evaluasi dan masukan untuk mengembangkan
pengelolaan limbah cair khususnya dalam hal menurunkan kadar COD
dan BOD.
c. Diharapkan berguna bagi perkembangan ilmu keteknikan dalam hal
lingkungan, sehingga dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk
mengetahui tingkat keterampilan mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu
yang didapat selama bangku kuliah serta ikut memajukan pembangunan
dalam bidang pendidikan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sumber Limbah Cair


Limbah Cair Kelapa Sawit Limbah cair kelapa sawit berasal dari
kondensat, stasiun klarifikasi dan hidrocyclon atau yang lebih dikenal dengan
istilah Palm Oil Mill Effluent (POME) merupakan sisa buangan yang tidak
bersifat toksik (tidak beracun), tetapi memiliki daya pencemaran yang tinggi
karena kandungan organiknya dengan nilai BOD berkisar 18.000- 48.000 mg/L
dan nilai COD berkisar 45.000-65.000 mg/L (Nasution, 2004).
Komposisi kimia limbah cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) dan
komposisi asam amino limbah cair segar disajikan pada tabel berikut:

Tabel 2.6 Komposisi Kimia Limbah Cair PMKS


Komponen % Berat Kering
Ekstrak dengan ether 31.60
Protein (N x 6,25) 8.20
Serat 11.90
Ekstrak tanpa N 34.20
Abu 14.10
P 0.24
K 0.99
Ca 0.97
Mg 0.30
Na 0.08
Energi (kkal / 100 gr) 454.00
Sumber : Naibaho (1996)

Pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit perlu diperhatikan pula beban
pencemaran yang ditimbulkan bila tidak dilaksanakan dengan baik. Setiap ton
tandan buah segar yang diolah menghasilkan limbah cair sekitar 50%
dibandingkan dengan total limbah lainnya, sedangkan tandan kosong sebanyak

4
23% (Sutarta et al, 2000). Lubis dan Tobing (1989) mengatakan bahwa setiap 1
ton CPO menghasilkan limbah cair sebanyak 5 ton dengan BOD 20.000 – 60.000
mg/l. Mutu limbah cair yang dapat dialirkan ke sungai adalah: BOD 3.500 hingga
3.000 mg/liter, Minyak dan lemak ≤ 600 mg/liter, dan pH ≥ 6.

Tabel 2.7 Komposisi Asam Amino Limbah Cair Segar PMKS


Asam Amino %
Lisine 0.98
Histidine 2.02
Arginine 0.74
Aspartot asam 8.37
Threoine 3.37
Serine 8.19
Glutamit asam 13.19
Piroline 3.80
Glycine 1.96
Alanine 5.67
Valine 4.05
Methionine 0.14
Isoleusine 3.10
Leusine 8.79
Tyrosine 2.06
Phanylalarine 3.48
Sumber : Naibaho (1996)

Limbah cair PMKS umumnya bersuhu tinggi, berwarna kecoklatan,


mengandung padatan terlarut dan tersuspensi berupa koloid dan residu minyak
dengan kandungan biological oxygen demand (BOD) yang tinggi. Bila larutan
tersebut langsung dibuang ke perairan sangat berpotensi mencemari
lingkungan, sehingga harus dioleh terlebih dahulu sebelum dibuang.
Parameter yang menggambarkan karakteristik limbah terdiri dari sifat
fisik, kimia, dan biologi. Karakteristik limbah berdasarkan sifat fisik meliputi

5
suhu, kekeruhan, bau, dan rasa, berdasarkan sifak kimia meliputi kandungan
bahan organik, protein, BOD, chemical oxygen demand (COD), sedangkan
berdasakan sifat biologi meliputi kandungan bakteri patogen dalam air limbah.

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup ada 6


(enam) parameter utama yang dijadikan acuan baku mutu limbah meliputi :
a. Tingkat keasaman (pH), ditetapkannya parameter pH bertujuan agar
mikroorganisme dan biota yang terdapat pada penerima tidak terganggu,
bahkan diharapkan dengan pH yang alkalis dapat menaikkan pH badan
penerima.
b. BOD, kebutuhan oksigen hayati yang diperlukan untuk merombak bahan
organik. Semakin tinggi nilai BOD air limbah, maka daya saingnya
dengan mikroorganisme atau biota yang terdapat pada badan penerima
akan semakin tinggi.
c. COD, kelarutan oksigen kimiawi adalah oksigen yang diperlukan untuk
d. merombak bahan organik dan anorganik, oleh sebab itu nilai COD lebih
besar dari BOD.
e. Total suspended solid (TSS), menggambarkan padatan melayang dalam
cairan limbah. Pengaruh TSS lebih nyata pada kehidupan biota
dibandingkan dengan total solid. Semakin tinggi TSS, maka bahan organik
membutuhkan oksigen untuk perombakan yang lebih tinggi.
f. Kandungan total nitrogen, semakin tinggi kandungan total nitrogen dalam
cairan limbah, maka akan menyebabkan keracunan pada biota.
g. Kandungan oil and grease, dapat mempengaruhi aktifitas mikroba dan
merupakan pelapis permukaan cairan limbah sehingga menghambat proses
oksidasi pada saat kondisi aerobik.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup secara khusus telah


menerbitkan 2 (dua) Keputusan Menteri yang menyangkut pemanfaatan air
limbah PMKS yaitu Kepmen LH Nomor 28 Tahun 2003 tentang Pedoman
Teknis Pengkajian dan Pemanfaatan Air Limbah Industri Minyak Kelapa
Sawit pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit dan Kepmen LH Nomor 29

6
Tahun 2003 tentang Tata Cara Perizinan Pemanfaatan Air Limbah Industri
Minyak Kelapa Sawit pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit (Soerjani,
2007).
Karakteristik limbah yang dihasilkan PMKS dan baku mutu limbah
disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.8 Karaktersitik Limbah PMKS dan Baku Mutu Limbah


Baku Mutu Limbah
Parameter Limbah PMKS *)
**)
Ph 4,10 6–9
BOD (g/L) 212,80 110
COD (g/L) 347,20 250
TSS (g/L) 211,70 100
Kandungan Nitrogen Total (g/L) 41 20
Oil and grease (g/L) 31 30
*) Amaru (2008)
**) Kepmen LH Nomor 51/MEN LH/10/1995

Berdasarkan data di atas, ternyata semua parameter limbah cair PMKS


berada diatas ambang batas baku mutu limbah. Jika tida dilakukan pencegahan
dan pengolahan limbah, maka akan berdampak negatif terhadap lingkungan
seperti pencemaran air yang mengganggu bahkan meracuni bota perairan,
menimbulkan bau, dan menghasilkan gas methan dan CO2 yang merupakan
emisi gas penyebab efek rumah kaca yang berbahaya bagi lingkungan.
Secara konvensional pengolahan limbah cair PMKS dilakukan secara
biologis dengan menggunakan stabilitas pond, yaitu limbah cair diproses
dalam kolam aerobik dan anerobik dengan memanfaatkan mikrobia sebagai
perombak BOD dan COD.

Sistem Stabilitas Pond


Berkaitan dengan pengolahan limbah cair terdapat beberapa penelitian
yang dilakukan untuk menurunkan kadar limbah agar memenuhi baku mutu

7
lingkungan yang disyaratkan. Proses pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit
(LPKS) terdiri dari perlakuan awal dan pengendalian lanjutan. Perlakuan awal
meliputi segregasi aliran, pengurangan minyak di tangki pengutipan minyak (fat-
pit), penurunan suhu limbah dari 70-80°C menjadi 40-45°C melalui menara atau
bak pendingin. Setelah segregasi aliran limbah pada PKS kapasitas olah 60 ton
TBS/jam, volume air limbah yang diolah berkurang menjadi 700-750 m3/hari.

Proses biologis dapat mengurangi konsentrasi BOD limbah hingga 90%.


Dekomposisi anaerobik meliputi penguraian bahan organik majemuk menjadi
senyawa asam-asam organik dan selanjutnya diurai menjadi gas-gas dan air.
Selanjutnya air limbah dialirkan ke dalam kolam pengasaman dengan waktu
penahanan hidrolis (WPH) selama 5 hari. Air limbah di dalam kolam ini
mengalami asidifkasi yaitu terjadinya kenaikan konsentrasi asam-asam mudah
menguap (volatile fatty acid = FTA), sehingga air limbah yang mengandung
bahan organik lebih mudah mengalami biodegradasi dalam suasana anaerobik.
Sebelum diolah di unit pengolahan limbah (UPL) anaerobik, limbah dinetralkan
terlebih dahulu dengan menambahkan kapur tohor hingga mencapai pH antara
7,0-7,5. Pengendalian lanjutan dapat dilakukan dengran proses biologis yang
direkomendasi seperti berikut.

Jika kolam sudah penuh, dan alirannya secara gravitasi, pemakaian energi
menjadi berkurang namun biaya operasi dan pemeliharaan secara periodik masih
diperlukan jika biaya pembebasan lahan tidak termasuk dalam pembangunan
UPL tersebut, maka biaya investasi dengan cara ini sebanding dengan alternatif
pertama. Proses fakultatif kurang mantap dalam penurunan kualitas air limbah,
terutama pada panen puncak dan kondisi fluktuasi, dan hal ini merupakan salah
satu kerugian yang ditimbulkan oleh sistem tersebut.

Pengamatan lainnya yang menimbuikan kerugian adalah luas areal yang


diperlukan untuk UPL. Oleh karenanya dianjurkan proses fakultatif digunakan
hanya untuk mengolah limbah pabrik kelapa sawit saja.

8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dan observasi langsung ke lapangan bertujuan untuk
mendapatkan data yang diperlukan dan kemudian dilakukan analisa. Data
yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diambil secara langsung pada saat
penelitian, atau data yang dihasilkan dari suatu observasi. Data primer yang
digunakan pada penelitian ini yaitu:
 Observasi ke bagian pengolahan limbah untuk mengetahui
kondisi dan permasalahan yang ada di unit pengolah limbah
kelapa sawit.
 Mengamati tiap alur proses penguraian limbah cair pada sistem
fakultatif pada kolam aerob dan anaerob
 Wawancara dengan petugas instalasi unit pengolahan limbah untuk
menanyakan permasalahan yang ada.

2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diambil secara tidak langsung,
data sekunder berfungsi sebagai pelengkap dan penunjang di dalam
penelitian atau data yang sudah didokumentasikan oleh orang lain.
Adapun data sekunder yang digunakan pada penelitian ini yaitu:
 Data kualitas limbah cair
 Gambar detail unit-unit pengolahan limbah industri minyak kelapa
sawit
 Kapasitas instalasi dan kapasitas produksi
 Jumlah wilayah pengolahan limbah cair
 Kondisi geologi, geografis, topografi, hidrologi, klimatologi dan
lain-lain perusahaan.

9
3. Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan penulis dengan membaca buku-buku, laporan-
laporan penelitian, dan sumber-sumber lain yang berhubungan dengan
masalah pengolahan penurunan kadar cod dan bod limbah cair.

4. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen-dokumen terkendali
maupun tidak terkendali yang ada di perusahaan serta catatancatatan
perusahaan yang berhubungan dengan masalah pengolahan limbah cair.

3.2 Analisis Data


Analisa data yang digunakan termasuk analisa deskriptif atau
penggambaran proses pengolahan limbah cair terhadap angka penurunan kadar
cod dan bod di unit pengolahan air limbah perusahaan. Kemudian data yang
diperoleh dianalisa apakah telah sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup No. Kep-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Industri dan Surat Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia
No.B-2079/MENLH/04/2004 tentang Penetapan Baku Mutu Air Limbah Bagi
Kompleks Industri Pupuk.

3.3 Interpretasi Data


Setelah mengetahui penurunan kadar COD dan BOD pada industri
minyak kelapa sawit dengan meggunakan stabilitas pond dengan sistem fakultatif
yang ada di PT. Perkebunan Nusantara VI Unit PKS Bunut diharapkan dapat
menjadi bukti evaluasi terhadap besaran nilai apakah nantinya telah atau belum
memenuhi kriteria baku mutu yang telah ditetapkan sebagai penghasil limbah cair
termaksud dalam indutri penghasil minyak mentah. Selain itu juga dapat menjadi
masukan atas pertimbangan terhadap apa yang perlu untuk di optimalkan
sehingga kadar cod dan bod dengan stabilitas pond tetap berada pada ambang
batas yang normal dan aman bagi lingkungan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Loebis, B. Dan Tobing, P.L., 1989. Potensi Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit. Buletin
Perkebunan, 20: 49 – 56.
Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2003. Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 28 Tahun 2003 Tentang Pedoman Teknis Pengkajian
Pemanfaatan Air Limbah Dari Industri Minyak Sawit Pada Tanah Di
Perkebunan Kelapa Sawit. Jakarta
Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2003. Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 29 Tahun 2003 Tentang Pedoman Syarat Dan Tata Cara
Perizinan Pemanfaatan Air Limbah Industri Minyak Sawit Pada Tanah Di
Perkebunan Kelapa Sawit. Jakarta
Naibaho, Ponten M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit, Medan : Pusat
Penelitian Kelapa Sawit.
Nasution D Y. 2004. Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Yang Berasal
Dari kolam Akhir (Final Pond) Dengan Proses Koagulasi Melalui
Elektrolisis. Jurnal Sains Kimia Vol 8. No.2. 38-40.
Soerjani, 2007, Lingkungan Hidup (The Living Environment) Pendidikan,
Pengelolaan Lingkungan dan Kelangsungan Pembangunan (Education,
Environmental Management And Sustainable Development), Institut
Pendidikan dan Pengembangan Lingkungan : Jakarta.
Sutarta, E.S., Winarna, P.L Tobing, dan Sufianto, 2001. Aplikasi Limbah Cair
Pabrik Kelapa Sawit Pada Perkebunan Kelapa Sawit. Dalam
Darmosarkoro, et al (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit Edisi 1.
2007. PPKS, Medan.

11

Anda mungkin juga menyukai