Anda di halaman 1dari 23

BAB

AKTIVA TETAP

A. AKTIVA TETAP BERWUJUD


1. Pengertian Aktiva Tetap
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai
atau dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun (IAI,1995 : PSAK No.16).
Aktiva tetap merupakan suatu bagian utama aktiva perusahaan, oleh sebab
itu harus diteliti pada waktu menyajikannya dalam laporan keuangan apalagi dalam
penentuan apakah suatu pengeluaran merupakan suatu aktiva atau beban dapat
berpengaruh signifikan pada hasil operasi yang dilaporkan perusahaan. Pada saat
pelaporan aktiva tetap dicatat sesuai dengan kelompoknya sendiri, seperti peralatan,
gedung, kendaraan, tanah, mesin, dll.
Karakteristik dari aktiva tetap adalah :
1. digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, aktiva tersebut dimiliki untuk
digunakan bukan untuk dijual kembali.
2. masa manfaat lebih dari 1 tahun
3. mempunyai nilai yang cukup material, atau nilai aktiva tersebut tinggi,
misalnya ;tanah, gedung, dll.

2. Perolehan Aktiva Tetap


Semua benda berwujud yang telah dimiliki oleh perusahaan dan telah
memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aktiva serta dapat dikelompokkan sebagai
aktiva tetap harus diukur berdasarkan harga perolehan dari aktiva tersebut.
Biaya perolehan merupakan segala biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan
suatu aktiva tetap, seperti biaya dari pembelian aktiva, biaya angkut aktiva, biaya
pemasangan atau ahli dalam bidang aktiva tersebut. (harga perolehan merupakan
semua biaya yang keluar untuk mendapatkan sebuah aktiva tetap).
Untuk memperoleh aktiva tetap yang akan digunakan dalam perusahaan
dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

1|Page Karyadi Hidayat


1). Pembelian Tunai
Perolehan aktiva dengan cara ini dicatat dengan mendebet aktiva tetap yang
dimaksud dan mengkredit kas sebesar harga perolehan, yang terdiri dari harga
aktiva ditambah dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan aktiva tetap
yang bersangkutan. Namun jika terdapat potongan maka akan mengurangi harga
perolehan, potongan dihitung dari harga faktur aktiva.
Misalnya dibeli sebuah peralatan dengan harga faktur (price list) Rp.15.000.000,-
potongan pembelian 5% dan biaya-biaya yang dikeluarkan antara lain :
 biaya pengiriman Rp.150.000,-
 biaya pemasangan Rp.350.000,-
 biaya percobaan Rp.250.000,-
jadi harga perolehan peralatan adalah 15.000.000 + 150.000 + 350.000 + 250.000 –
(5% x 15.000.000 ) = 15.000.000,- dan jurnal yang harus dibuat :
peralatan Rp.15.000.000,-
kas Rp.15.000.000,-

2). Pembelian Kredit (angsuran)


Jika aktiva tetap diperoleh dengan cara angsuran, biasanya akan dikenakan
bunga. Untuk menentukan jumlah bunga yang harus dibayar ada dua cara, yaitu :
a. Dalam angsuran tidak termasuk bunga
dalam cara ini, angsuran tiap periode yang harus dibayar belum termasuk bunga.
Bunga dihitung dari saldo utang angsuran.
Bunga = suku bunga x saldo utang x periode

Contoh soal :
PT Andela pada tanggal 1 januari 2000 membeli peralatan dengan cara angsuran
seharga Rp.35.000.000,- uang muka Rp.5.000.000,- dan sisanya dibayar setiap
awal tahun selama 3 tahun. Bunga 25% per tahun. Jurnal yang diperlukan PT
Andela adalah :

2|Page Karyadi Hidayat


a. Mencatat pembelian tanggal 1 januari 2000
peralatan Rp.35.000.000,-
kas Rp. 5.000.000,-
utang Rp.30.000.000,-
b. Mencatat pembayaran angsuran tanggal 1 januari 2001
utang Rp.10.000.000,-
biaya bunga Rp. 7.500.000,-
kas Rp.17.500.000,-
(bunga 25% x 30.000.000 = 7.500.000,-)
c. Mencatat pembayaran angsuran tanggal 1 januari 2002
utang Rp.10.000.000,-
biaya bunga Rp. 5.000.000,-
kas Rp.15.000.000,-
(bunga 25% x 20.000.000 = 5.000.000,-)
d. Mencatat pembayaran angsuran tanggal 1 januari 2003
utang Rp.10.000.000,-
biaya bunga Rp. 2.500.000,-
kas Rp.12.500.000,-
(bunga 25% x 10.000.000 = 2.500.000,-)

b. dalam angsuran sudah termasuk bunga


Jumlah angsuran yang dibayarkan tiap periode dalam cara ini sudah termasuk
bunga yang telah diperhitungkan terlebih dahulu. Pada waktu pembelian, bunga
dicatat pada perkiraan biaya bunga yang ditangguhkan (differed interest expense) di
debet. Sedangkan pada waktu pembayaran angsuran, biaya bunga yang
ditangguhkan tersebut dicatat di kredit. Bunga dihitung berdasarkan pokok utang.
Untuk menghitung pokok utang ditentukan dengan faktor anuity nilai sekarang, atau
sering disebut dengan present value anuity.
Bunga = suku bunga x pokok utang
Pokok pinjaman = angsuran x {1- 1 }
(1+i)n
i
Keterangan :
i = suku bunga per periode
n = jumlah periode
3|Page Karyadi Hidayat
Ilustrasi :
PT Lovers tanggal 1 januari 2000 membeli peralatan dengan cara mengangsur tiap
tahun sebesar Rp.11.868.000,- selama tiga tahun. Uang muka Rp.5.000.000,- bunga
20% per tahun. Jurnal yang diperlukan PT Lovers adalah:
a. Mencatat pembelian tanggal 1 januari 2000
peralatan Rp.30.000.000,-
beban bunga ditangguhkan Rp.10.604.000,-
kas Rp. 5.000.000,-
utang Rp. 35.604.000,-
perhitungan : n = 3 tahun
i = 20% per tahun

1
pokok utang = 11.868.000 x {1- }
(1+0,2)3
0,02
= 11.868.000 x 2,1065
= 25.000.000,- (dibulatkan)
bunga selama angsuran dihitung sebagai berikut :
jumlah angsuran 35.604.000
pokok utang (25.000.000)
bunga yang ditangguhkan 10.604.000
bunga yang ditangguhkan sebesar Rp.10.604.000,- akan dialokasikan dalam jangka
waktu 3 tahun dengan perhitungan sebagai berikut (dalam ribuan rupiah) :
Tahun angsuran Bunga Pokok angsuran Pokok utang
0 - - - 25.000
1 11.868 20% x 25.000 = 5.000 6.868 18.132
2 11.868 20% x 18.132 = 3.626,4 8.241,6 9.890,4
3 11.868 20% x 9.890,4 = 1.978,08 9.890,4 0

4|Page Karyadi Hidayat


b. Mencatat pembayaran angsuran tanggal 1 januari 2001
utang Rp.11.868.000,-
biaya bunga Rp. 5.000.000,-
kas Rp.11.868.000,-
beban bunga ditangguhkan Rp. 5.000.000,-
c. Mencatat pembayaran angsuran tanggal 1 januari 2002
utang Rp.11.868.000,-
biaya bunga Rp. 3.626.400,-
kas Rp.11.868.000,-
beban bunga ditangguhkan Rp. 3.626.400,-
d. Mencatat pembayaran angsuran tanggal 1 januari 2003
utang Rp.11.868.000,-
biaya bunga Rp. 1.978.080,-
kas Rp.11.868.000,-
beban bunga ditangguhkan Rp. 1.978.080,-

3). Pertukaran dengan Aktiva Lain


Dalam sistem pertukaran ini aktiva yang telah dimiliki oleh perusahaan dan telah
dipakai dalam aktivitas operasinya ditukar dengan aktiva yang baru. Biasanya
kekurangan dalam pertukaran dibayar dengan uang kas.
Dalam pertukaran akan mendapatkan laba atau rugi dari pertukaran yang
dihitung dengan cara nilai buku aktiva yang lama dengan nilai buku aktiva yang
bersangkutan (harga yang diterima). Nilai buku diperoleh dari harga perolehan aktiva
lama dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. Kas yang dibayarkan dihitung dari
harga aktiva yang baru dikurangi dengan nilai buku aktiva yang lama. Pertukaran ini
dapat dilakukan atas aktiva yang sejenis ataupun aktiva lain yang tidak sejenis.
a). Pertukaran aktiva tetap yang sejenis
pengertian dari pertukaran aktiva tetap dengan cara ini yaitu aktiva yang lama
ditukar dengan aktiva tetap yang baru yang sifat dan fungsinya tidak berbeda atau
sama. Misalnya peralatan dengan peralatan, mesin dengan mesin, dll.
Dan jika dalam pertukaran aktiva tetap tersebut mendapatkan laba dari pertukaran
maka laba tersebut tidak diakui (dicatat) namun akan langsung mengurangi harga
atau nilai aktiva tetap yang baru. Tetapi jika rugi, maka kerugian pertukaran tersebut
akan dicatat dalam perkiraan rugi pertukaran aktiva tetap di sisi debet.
5|Page Karyadi Hidayat
Ilustrasi :
PT Abdillah tanggal 1 juli 2003 memperoleh sebuah peralatan baru yang harganya
Rp.65.000.000,- dengan cara ditukar dengan peralatan yang lama. Peralatan lama
tsb dibeli pada tanggal 1 april 2001 dengan harga perolehan Rp.45.000.000,- dan
diperkirakan mempunyai masa manfaat 5 tahun dengan nilai sisa Rp.5.000.000,-
pada saat pertukaran peralatan yang lama dihargai Rp.30.000.000,- dan
kekurangannya dibayar dengan kas. PT Abdillah menggunakan metode garis lurus
untuk menghitung penyusutan aktiva tetapnya.
Berdasarkan data tersebut, jurnal yang dibutuhkan PT Abdillah untuk mencatat
pertukaran aktiva tetap itu adalah :
Peralatan baru Rp.62.000.000,- (*)
Akum. Penyusutan Rp.18.000.000,-
Kas Rp.35.000.000,-
Peralatan lama Rp.45.000.000,-

Perhitungan :
Harga perolehan peralatan lama 45.000.000,-
- penyusutan (garis lurus) :
- tahun 2000 (1 April – 31 des) = 6.000.000,-
- tahun 2001 (1 tahun) = 8.000.000,-
- tahun 2002 (1 jan – 1 juli) = 4.000.000,-
akumulasi penyusutan (18.000.000,-)
nilai buku 27.000.000,-
nilai peralatan lama yang disetujui (30.000.000,-)
laba pertukaran 3.000.000,-

*) Laba yang diperoleh akan mengurangi nilai peralatan yang baru menjadi
Rp.62.000.000,- karena (65.000.000 – 3.000.000) dan yang harus dibayar oleh kas
adalah sebesar Rp.35.000.000,- karena (65.000.000 – 30.000.000).

b). Pertukaran aktiva tetap tidak sejenis


Pengertian dari pertukaran aktiva tetap tidak sejenis ialah pertukaran aktiva tetap
yang lama ditukar dengan aktiva yang baru tetapi tidak sejenis, sifat dan fungsinya

6|Page Karyadi Hidayat


tidak sama dengan aktiva tetap yang lama. Misalnya : peralatan ditukar dengan
mesin, dll.
Dalam cara ini, laba atau rugi dari hasil pertukaran harus diakui (dicatat). Jika
laba akan dicatat dalam perkiraan laba pertukaran aktiva tetap di kredit, jika
menderita kerugian akibat pertukaran maka dicatat dalam perkiraan rugi pertukaran
aktiva tetap di debet.

Ilustrasi :
PT Abdillah tanggal 1 juli 2003 memperoleh sebuah mesin yang harganya
Rp.65.000.000,- dengan cara ditukar dengan peralatan. Peralatan tersebut dibeli
tanggal 1 april 2001 dengan harga perolehan Rp.45.000.000,- dan diperkirakan
mempunyai masa manfaat 5 tahun dengan nilai sisa Rp.5.000.000,- pada saat
pertukaran peralatan yang lama dihargai Rp.30.000.000,- dan kekurangannya
dibayar dengan kas. PT Abdillah menggunakan metode garis lurus untuk
menghitung penyusutan aktiva tetapnya.
Berdasarkan data di atas, jurnal yang dibutuhkan PT Abdillah untuk mencatat
pertukaran aktiva tetap itu adalah :
Mesin Rp.65.000.000,-
Akumulasi penyusutan Rp.18.000.000,-
Kas Rp.35.000.000,-
Peralatan Rp.45.000.000,-
Laba pertukaran aktiva Rp. 3.000.000,-
Perhitungan :
Harga perolehan peralatan 45.000.000,-
Penyusutan (garis lurus) :
- tahun 2001 (1 april-31 des) = 6.000.000,-
- tahun 2002 (1 tahun) = 8.000.000,-
- tahun 2003 (1 jan-1 juli) = 4.000.000,-
akumulasi penyusutan (18.000.000,-)

nilai buku 27.000.000,-


nilai peralatan lama yang disetujui (30.000.000,-)
laba pertukaran 3.000.000,-

7|Page Karyadi Hidayat


laba yang diperoleh sebesar 3.000.000,- akan dicatat tersendiri (diakui). Yang harus
dibayar dengan kas adalah Rp.35.000.000,- (65.000.000 – 30.000.000).

4). Diperoleh dari Hadiah / Donasi


pencatatan aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah / donasi, dapat dilakukan
menyimpang dari prinsip harga perolehan. Jika dalam perolehan aktiva tersebut
dikeluarkan biaya-biaya, maka tidak akan menambah harga perolehan aktiva tetap,
tetapi akan mengurangi jumlah modal dari hadiah. Dan harga perolehan aktiva tetap
yang diterima sebagai hadiah dicatat sebesar harga pasarnya.
Ilustrasi :
PT Inayah memperoleh hadiah sebuah kendaraan (mobil) dari relasinya, harga
pasar kendaraan tersebut diketahui sebesar 55.000.000,- . jurnal yang diperlukan PT
Inayah untuk mencatat hadiah yang diterima adalah :
Kendaraan Rp.55.000.000,-
Modal (hadiah) Rp.55.000.000,-

Namun apabila dalam penerimaan hadiah tersebut PT Inayah mengeluarkan biaya


sebesar Rp.4.500.000,- maka biaya tersebut tidak menambah harga perolehan
aktiva tetap namun akan mengurangi modal (hadiah/donasi).
Jurnalnya adalah :
Kendaraan Rp.55.000.000,-
Modal (hadiah) Rp.50.500.000,-
Kas Rp. 4.500.000,-

5). Aktiva tetap diperoleh dari produksi sendiri


Dalam proses ini perhitungan dari harga perolehan sebuah aktiva tetap yang
telah dihasilkan sendiri ialah, semua biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
suatu aktiva tetap, misalnya biaya bahan baku, biaya tenaga kerja serta biaya-biaya
lainnya, yang dijumlahkan dan hasil penjualan biaya itulah yang menjadi harga
perolehan sebuah aktiva tetap.

6). Ditukar dengan surat-surat berharga


dalam proses ini aktiva tetap diperoleh dengan cara ditukar dengan surat-surat
berharga seperti saham atau obligasi milik perusahaan. Harga perolehan aktiva
8|Page Karyadi Hidayat
tetap dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi yang digunakan sebagai
penukar. Selisih antara harga pasar dengan nilai nominalnya dicatat sabagai agio
atau disagio.
Jika harga pasar atau obligasi tersebut tidak diketahui, harga perolehan aktiva
tetap ditentukan sebesar harga pasar aktiva tersebut. Apabila harga pasar saham
atau obligasi dan aktiva tetap juga tidak diketahui, maka harga perolehan aktiva
tetap ditentukan oleh keputusan pimpinan perusahaan. Saham yang ditukar dicatat
dalam perkiraan modal saham sedangkan obligasi akan dicatat dalam perkiraan
hutang obligasi sebesar nilai nominalnya.

Ilustrasi :
PT An-Nisa memperoleh sebuah peralatan dengan cara ditukar dengan 5.000
lembar saham biasa, nilai nominal saham Rp.15.000,- perlembar. Pada saat
pertukaran harga pasar saham diketahui Rp.16.500,- per lembar.
Jurnal yang perlu dibuat adalah :
peralatan Rp.82.500.000,-
modal saham biasa Rp.75.000.000,-
agio saham biasa Rp. 7.500.000,-

jika dalam pertukaran tersebut PT An-Nisa menambah uang kas, maka harga
perolehan aktiva adalah harga pasar saham ditambah dengan uang kas yang
dikeluarkan. Misalnya, dari soal di atas PT An-Nisa menambah uang tunai dalam
pertukaran tersebut sebesar 2.500.000,- jadi jurnalnya adalah :
peralatan Rp.85.000.000,-
modal saham biasa Rp.75.000.000,-
agio saham biasa Rp. 7.500.000,-
kas Rp. 2.500.000,-

9|Page Karyadi Hidayat


3. Penyusutan Aktiva Tetap (Depreciation)
Setiap akhir periode akuntansi aktiva tetap harus dinilai kembali untuk
mengetahui nilai yang masih terkandung dalam aktiva tetap yang bersangkutan dan
akan dilaporkan dalam laporan keuangan. Dalam standar akuntansi keuangan
(PSAK No.16) disebutkan bahwa aktiva tetap disajikan berdasarkan nilai perolehan
aktiva tersebut dikurangi dengan akumulasi penyusutan aktiva tetap.
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.16) yang dimaksud dengan
penyusutan adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu
aktiva sepanjang masa manfaat. Jumlah yang dapat disusutkan (depreciable
amount) adalah biaya perolehan suatu aktiva atau jumlah lain yang disubstitusikan
untuk biaya perolehan dalam laporan keuangan, dikurangi dengan nilai sisanya.
Penyusutan yang terjadi dalam suatu periode hanya akan menjadi beban pada
periode yang bersangkutan. Adapun metode-metode yang dapat dipakai untuk
melakukan perhitungan beban penyusutan adalah :

a). Metode Garis Lurus (Straight Line Method)


beban penyusutan dengan menggunakan metode ini maka setiap periode akan
sama, karena sesuai dengan metodenya garis lurus, sehingga dari awal pembelian
hingga habis umur ekonomisnya nilai beban akan sama, dan metode garis lurus
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Harga perolehan – nilai sisa
Beban penyusutan per periode =
Umur ekonomis
Contoh : harga perolehan sebuah kendaraan Rp.32.000.000,- umur ekonomis
kendaraan ditaksir 5 tahun dan nilai sisa ditaksir Rp.8.000.000,-
Hitunglah : beban penyusutan setiap tahun dan tarif penyusutan tiap
tahun.
Jawab :
Besarnya beban penyusutan setiap tahun = 32.000.000 – 8.000.000
5
= Rp.4.800.000,-
4.800.000,-
tarif penyusutan setiap tahun = x 100% = 20%
32.000.000 – 8.000.000

10 | P a g e Karyadi Hidayat
b). Metode Saldo Menurun
dalam metode ini beban penyusutannya tidak sama besar, semakin lama maka
semakin berkurang atau semakin kecil (menurun). Dengan anggapan bahwa
semakin tua aktiva tetap yang bersangkutan kapasitasnya semakin menurun.
Metode saldo menurun ini terdiri dari dua cara yaitu :
1. Metode jumlah angka tahun (sum of the years digits method)
2. metode tarif tetap atas nilai buku (double dechlining balance method)

1). Metode jumlah angka tahun (sum of the years digits method)
beban penyusutan yang dihasilkan dalam periode ini juga tidak sama besar per
periodenya, perhitungan beban penyusutannya di dasarkan pada angka-angka
tahun. Beban penyusutan per tahun dihitung dengan cara jumlah angka tahun
dikalikan dengan harga perolehan yang telah dikurangi dengan nilai sisa. Angka
tahun diperoleh dengan cara menjumlahkan masa manfaat aktiva tetap yang
bersangkutan. Dan perhitungannya dapat dirumuskan sebagai berikut :

Jumlah angka tahun = 1+2+3+4+n (sesuai dengan masa manfaatnya)

Beban penyusutan pertahun = angka tahun x (harga perolehan –nilai sisa)

Contoh :
Sebuah kendaraan dengan harga perolehan Rp.32.000.000,- umur ekonomis 5
tahun dan nilai residu ditaksir Rp.8.000.000,- maka penyusutan periodik dengan
menggunakan metode jumlah angka tahun seperti berikut ini :
Angka Tarif Harga B.Peny. Akum.
Nilai buku
tahun penyusutan perolehan periodik penyusutan
5
1 32.000.000 8.000.000 8.000.000 24.000.000
15
4
2 32.000.000 6.400.000 14.400.000 17.600.000
15
3
3 32.000.000 4.800.000 19.200.000 12.800.000
15
2
4 32.000.000 3.200.000 22.400.000 9.600.000
15
1
5 32.000.000 1.600.000 24.000.000 8.000.000
15
24.000.000

11 | P a g e Karyadi Hidayat
Penjelasan :
a). Tarif penyusutan : pembilang menggunakan angka tahun dimulai tahun yang
terakhir/terbesar, ke tahun terkecil.
Penyebut adalah jumlah angka-angka tahun (1+2+3+4+5) = 15
Jumlah angka tahun dapat pula dihitung dengan rumus n (1+n)
= 5 (1+5) =15 2

2
b). Beban penyusutan = tarif penyusutan (harga perolehan – nilai sisa)
c). Harga perolehan – nilai sisa = 32.000.000 – 8.000.000 = 24.000.000,-

contoh 2 :
sebuah mesin dibeli pada bulan juni’01 dengan harga Rp.24.000.000,- mulai
dioperasikan bulan juli’01 umur ekonomisnya ditaksir 6 tahun dengan nilai residu
Rp.3.000.000,- buatlah jurnal penyesuaian atas mesin tersebut pada tanggal 31 des
’01 dan 31 des ’02.
Jawab :
Penyusutan tahun 1 = 6/21 (24.000.000 – 3.000.000) = Rp.6.000.000,-
Penyusutan tahun 2001 = 6 bulan = 6/12 x 6.000.000 = Rp.3.000.000,-
Penyusutan tahun 2 = 5/21 (24.000.000 – 3.000.000) = Rp.5.000.000,-
Penyusutan tahun 2002 = 6 bulan = 6/12 x 6.000.000 = Rp.3.000.000,-
6 bulan = 6/12 x 5.000.000 = Rp.2.500.000,-
Rp.5.500.000,-

2). Metode tarif tetap atas nilai buku (double dechlining balance method)
tarif penyusutan dalam metode ini sama dengan dua kali besarnya tarif
penyusutan metode garis lurus.
Beban penyusutan = tarif penyusutan x nilai buku (HP-Akum.Penyusutan)
Contoh :
Harga perolehan sebuah kendaraan Rp.32.000.000,- umur ekonomisnya ditaksir 5
tahun. Tarif penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus = 20%/tahun dari
jumlah yang disusutkan. Tarif penyusutan dengan metode ini = 2 x 20% = 40% dari
nilai buku pada awal periode.

12 | P a g e Karyadi Hidayat
Tarif
Thn B.Peny. Periodik Akum.Peny. Nilai Buku
peny.
0 - - - 32.000.000
1 40% 40% x 32.000.000 = 12.800.000 12.800.000 19.200.000
2 40% 40% x 19.200.000 = 7.680.000 20.480.000 11.520.000
3 40% 40% x 11.520.000 = 4.608.000 25.088.000 6.912.000
4 40% 40% x 6.912.000 = 2.764.800 27.852.800 4.147.200
5 40% 40% x 4.147.000 = 1.658.880 29.511.680 2.488.320

c). Metode Satuan Hasil Produksi


menurut metode ini, besarnya pernyataan setiap periode ditentukan menurut
hasil produksi dan jam kerja.
1). Metode hasil produksi (productive output method)
dalam metode ini umur ekonomis suatu aktiva ditaksir dalam jumlah unit
produksi, dan beban penyusutannya dihitung dengan dasar satuan hasil produksi.
Rumus penyusutan per unit produksi :

Harga perolehan – nilai sisa


Taksiran produksi selama umur ekonomis

Rumus beban penyusutan tiap tahun :

= jumlah produksi sesungguhnya x tarif penyusutan pada unit produksi

Atau

= jumlah produksi sesungguhnya selama 1 tahun x (tarif penyusutan)


taksiran produksi selama umur ekonomis

Contoh :
Sebuah mesin dibeli dengan harga Rp.23.000.000,- nilai residu ditaksir
Rp.3.000.000,- taksiran produksi selama umur ekonomis 4.000.000 unit produksi.
Selama tahun ’03 produksi yang dihasilkan 600.000 unit dan tahun ’04 800.000 unit.
Hitunglah beban penyusutan tahun ’03 dan ’04.
Jawab :
Tarif penyusutan per unit (satuan) =Rp.23.000.000 – Rp.3.000.000 = Rp.5,-
4.000.000
beban penyusutan : tahun ’03 = 600.000 x Rp.5,- = Rp.3.000.000,-
tahun ’04 = 800.000 x Rp.5,- = Rp.4.000.000,-

13 | P a g e Karyadi Hidayat
2). Metode Jam Kerja (service house method)
dalam metode ini umur ekonomis suatu aktiva ditaksir dalam jumlah jam kerja.
Tarif penyusutan untuk setiap jam kerja dihitung dengan rumus :

Harga perolehan – nilai sisa


Jam kerja selama umur ekonomis

Beban Penyusutan = jam kerja sesungguhnya x tarif per jam


Atau
= jam sesungguhnya x (HP – NS)
taksiran jam kerja

Contoh :
Sebuah mesin dengan harga perolehan Rp.23.000.000,- nilai residu ditaksir
Rp.3.000.000,- taksiran jam kerja selama umur ekonomis 10.000 jam. Selama tahun
2004 mesin tersebut dipakai selama 1.800 jam.
Maka besarnya penyusutan dihitung sebagai berikut :
Tarif penyusutan per jam kerja = Rp.23.000.000 – Rp.3.000.000 = Rp.2.000,-
10.000
beban penyusutan tahun 2004 = 1800 x Rp.2.000 = Rp.3.600.000,-

4. Penarikan Aktiva Tetap (Retirement)


dalam perusahaan tidak selamanya aktiva yang dimiliki akan bertahan, namun
adakalanya aktiva tersebut ditarik sebagai upaya penghapusan nilai aktiva tetap dari
buku perusahaan. Penarikan kembali aktiva tetap ini dapat terjadi karena aktiva
tersebut dijual, perombakan dan faktor lainnya.
Jika nilai buku aktiva tetap yang ditarik lebih besar daripada kas atau nilai aktiva
yang diterima, maka selisihnya dicatat sebagai rugi penarikan aktiva. Sebaliknya,
jika nilai buku aktiva tetap yang ditarik lebih kecil daripada kas atau nilai aktiva yang
diterima, maka selisihnya dicatat sebagai laba penarikan aktiva. Laba dan rugi dari
proses ini dicatat dalam laporan laba rugi sebagai pendapatan atau biaya lain-lain
(other income/expense).

14 | P a g e Karyadi Hidayat
Ilustrasi :
PT At Tiener’s pada tanggal 5 juli 2004 menarik sebuah peralatan yang dibeli pada
tanggal 1 oktober 2001 dengan harga Rp.42.500.000,- ditaksir mempunyai masa
manfaat 20 tahun dengan nilai sisa Rp.2.500.000,- (penyusutan menggunakan
metode garis lurus). Jurnal yang perlu dibuat untuk mencatat penarikan aktiva tetap
tersebut adalah :

a). Mencatat penyusutan tahun 2004


biaya penyusutan Rp.1.000.000,-
akumulasi penyusutan Rp.1.000.000,-
perhitungan :
42.500.000 – 2.500.000
Penyusutan per tahun = = 2.000.000,-
20
Penyusutan tahun 2004 1 januari s.d. 5 juli = 6 bulan
6/12 x 2.000.000 = Rp.1.000.000,-

b). Mencatat penarikan aktiva 5 juli 2004


rugi penarikan aktiva Rp.37.000.000,-
akumulasi penyusutan Rp. 5.500.000,-
peralatan Rp.42.500.000,-
perhitungan :
harga perolehan Rp.42.500.000,-
penyusutan 1 okt 2001 s.d 5 juli 2004
tahun 2001 (3 bulan) = 3/12 x 2.000.000,- = Rp. 500.000
tahun 2002 = Rp.2.000.000
tahun 2003 = Rp.2.000.000
tahun 2004 (6 bulan) = Rp.1.000.000
akumulasi penyusutan (Rp. 5.500.000,-)
rugi penarikan Rp.37.000.000,-

15 | P a g e Karyadi Hidayat
Penarikan peralatan tersebut dapat juga dilakukan dengan cara dijual, misalnya
dari ilustrasi di atas, peralatan tersebut dijual dengan harga Rp.37.500.000,- maka
jurnal yang perlu dibuat adalah :
kas Rp.37.500.000,-
akumulasi penyusutan Rp. 5.500.000,-
laba penarikan aktiva Rp. 500.000,-
peralatan Rp.42.500.000,-

perhitungan :
harga perolehan Rp.42.500.000,-
akumulasi penyusutan (Rp. 5.500.000,-)
nilai buku Rp.37.000.000,-
harga jual (Rp.37.500.000,-)
laba penarikan Rp. 500.000,-

jika peralatan tersebut dijual dengan harga Rp.35.000.000,- (dibawah nilai buku),
maka jurnal yang perlu dibuat adalah :
kas Rp.35.000.000,-
akumulasi penyusutan Rp. 5.500.000,-
rugi penarikan aktiva Rp. 2.000.000,-
peralatan Rp.42.500.000,-
perhitungan :
harga perolehan Rp.42.500.000,-
akumulasi penyusutan (Rp. 5.500.000,-)
nilai buku Rp.37.000.000,-
nilai jual (Rp.35.000.000,-)
rugi penarikan Rp. 2.000.000,-

5. Penilaian Kembali (Reevaluation)


Walaupun penilaian kembali/revaluasi pada umumnya tidak diperkenankan,
namun terkadang adakalanya suatu perusahaan menilai kembali aktiva tetap yang
dipakainya. Dan dalam melaksanakan revaluasi (penilaian kembali) ada beberapa
pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu :

16 | P a g e Karyadi Hidayat
a. pendekatan data pasar (market data approach)
merupakan suatu metode penilaian dimana perkiraan nilai pasar didasarkan atas
nilai yang terjadi pada saat transaksi aktiva yang sejenis saat itu.
b. pendekatan biaya (cost approach)
merupakan suatu metode di mana nilai aktiva diperoleh dari biaya reproduksi
baru dikurangi dengan penyusutan.
c. pendekatan pendapatan (income approach)
adalah suatu metode penilaian di mana keuntungan bersih di analisis guna
mendapatkan besarnya jumlah investasi dalam menghasilkan besarnya jumlah
investasi dalam menghasilkan keuntungan tersebut.

1). Penentuan Nilai Aktiva Tetap


untuk menentukan nilai suatu aktiva tetap, perlu diketahui nilai penyusutan dari
aktiva tetap yang bersangkutan. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai penyusutan
adalah :
a. keusangan fisik (Phsycal obsolescence)
ialah suatu pengurangan nilai aktiva karena lapuk, usang, retak, berkarat, atau
berkurangnya suatu komponen utama aktiva.
b. keusangan fungsional (functional obsolescence)
ialah penurunan nilai aktiva akibat ketidakmampuan daya tampung bangunan
karena kurangnya perencanaan.
c. keusangan ekonomi (economic obsolescence)
ialah penurunan nilai aktiva karena adanya perubahan-perubahan dari luar
terhadap property atau pengaruh lingkungan dan masyarakat, seperti tidak
sesuainya penggunaan serta penempatan lokasi berdasarkan adanya peraturan
pemerintah daerah setempat.

2). Revisi taksiran masa manfaat aktiva tetap


Dalam hal tertentu masa manfaat suatu aktiva tetap dapat berubah (diubah),
sehingga dapat mempengaruhi penyusutan, ada dua kemungkinan yang dapat
terjadi terhadap masa manfaat aktiva.
Perubahan taksiran masa manfaat dari suatu aktiva tetap dapat terjadi apabila
dalam penentuan taksiran masa manfaat aktiva yang bersangkutan keliru, sehingga
akan mengakibatkan kesalahan dalam penentuan biaya penyusutan (terlalu besar
17 | P a g e Karyadi Hidayat
ataupun terlalu kecil). Masa manfaat aktiva dapat terlalu lama atau terlalu pendek
dari taksiran semula, hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain : perawatan dari aktiva bersangkutan, pengaruh alam, dll. Dan untuk
menanggulanginya dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu :
a. nilai buku yang ada disusutkan selama sisa masa manfaat menurut taksiran yang
baru
b. perkiraan akumulasi penyusutan disesuaikan berdasarkan perhitungan masa
manfaat yang baru.

Ilustrasi :
Peralatan yang dibeli dengan harga Rp.42.500.000,- dan masa manfaatnya
ditaksir 20 tahun. Namun pada akhir tahun ke-15 ternyata menurut taksiran masa
manfaat aktiva tetap yang baru menunjukkan bahwa aktiva tetap tersebut masih
dapat dipakai 10 tahun lagi. Jurnal yang diperlukan adalah :
Cara (a).
biaya penyusutan Rp.1.062.500,-
akumulasi penyusutan Rp.1.062.500,-
perhitungan :
Harga perolehan Rp.42.500.000,-
Akum. Penyusutan (15/20 x 42.500.000) = (Rp.31.875.000,-)
Nilai buku Rp.10.625.000,-
Kemudian nilai buku tersebut dialokasikan berdasarkan taksiran masa manfaat yang
baru, yaitu : (Rp.10.625.000 : 10 tahun = Rp.1.062.500,-)

Cara (b).
a). Mencatat selisih penyusutan
akumulasi penyusutan Rp.6.375.000,-
laba ditahan Rp.6.375.000,-

b). Mencatat penyusutan akhir tahun ke-6 (42.500.000 : 25thn = 1.700.000)


biaya penyusutan Rp.1.700.000,-
akumulasi penyusutan Rp.1.700.000,-

18 | P a g e Karyadi Hidayat
Perhitungan :
Akum. Penyusutan menurut taksiran lama (20 tahun)
(15/20 x 42.500.000,-) = Rp.31.875.000,-
Akum. Penyusutan menurut taksiran baru (25 tahun)
(15/25 x 42.500.000,-) = (Rp.25.500.000,-)
Penurunan nilai penyusutan Rp. 6.375.000,-
* Aktiva tetap yang telah disusutkan sepenuhnya tetapi masih dapat digunakan
dalam kegiatan produksi.
Dalam suatu perusahaan sering terjadi suatu aktiva tetap telah disusutkan
sepenuhnya (full depreciated) tetapi masih dapat digunakan dalam kegiatan operasi
perusahaan. Namun demikian biaya perawatannya seringkali lebih besar daripada
biaya perawatan aktiva yang baru. Jika hal ini terjadi, maka biaya yang dikeluarkan
tersebut tidak boleh menambah harga perolehan aktiva yang bersangkutan, dan
akumulasi penyusutannya juga tidak boleh disesuaikan.

Ilustrasi :
Peralatan yang dibeli dengan harga Rp.50.000.000,- dan masa manfaatnya
ditaksir 20 tahun. Setelah dipakai 18 tahun dikeluarkan biaya perbaikan
Rp.3.500.000,- dan tidak menambah masa manfaat. Jurnal yang diperlukan adalah :
a). Mencatat biaya perbaikan
peralatan Rp.3.500.000,-
kas Rp.3.500.000,-
b). Mencatat biaya penyusutan
biaya penyusutan Rp.4.250.000,-
kas Rp.4.250.000,-

Perhitungan :
Penyusutan lama (50.000.000 : 20) = Rp.2.500.000,-
Perbaikan (3.500.000 : 2) = Rp.1.750.000,-
Jumlah = Rp.4.250.000,-

19 | P a g e Karyadi Hidayat
Jika perbaikan tersebut akan menambah masa manfaat aktiva, misalkan 5 tahun,
maka jumlahnya adalah sebagai berikut :
Akumulasi penyusutan Rp.3.500.000,-
Kas Rp.3.500.000,-
Maka biaya penyusutan yang baru adalah :
Harga perolehan Rp.50.000.000,-
Akum. Penyusutan Rp.45.000.000,-
Perbaikan (Rp. 3.500.000,-) (Rp.41.500.000,-)
Nilai buku yang baru Rp. 8.500.000,-
Biaya penyusutan = 8.500.000 : 5 = Rp.1.700.000,-

B. AKTIVA TETAP TIDAK BERWUJUD


1. Pengertian aktiva tetap tak berwujud (intangible assets)
aktiva tetap tak berwujud (intangible assets) adalah aktiva tak lancar (noncurrent
assets) dan tak berbentuk yang memberikan hak keekonomian dan hukum kepada
pemiliknya dan dalam laporan keuangan tidak dicakup secara terpisah dalam
klasifikasi aktiva yang lain. Salah satu karakteristik dari aktiva tetap tak berwujud
yang paling penting adalah tingkat ketidak pastian mengenai nilai dan masa
manfaatnya dikemudian hari. Nilai aktiva tetap tak berwujud berkisar antara nihil
sampai dengan jumlah besar. Aktiva tetap tak berwujud antara lain dapat berbentuk
hak paten, hak cipta, franchise, merk dagang, goodwill (IAI, 1995 : PSAK No.16).
Aktiva tetap tak berwujud dibedakan menurut sifat kekhususannya, masa
manfaatnya, hubungannya dengan kegiatan usaha, dan penghapusannya. Dasar
penggolongan aktiva tetap tak berwujud ialah sebagai berikut :
a. kemampuan untuk diidentifikasikan : dapat atau tidak dapat diidentifikasikan
secara khusus.
b. Cara perolehan : diperoleh secara individu, kelompok, gabungan badan
usaha atau dikembangkan sendiri.
c. Masa manfaat yang diharapkan : tergantung pada batasan yang diatur oleh
hukum/perjanjian, faktor keekonomian atau manusia, atau pada jangka waktu
yang tidak terbatas atau tidak dapat ditentukan di masa depan.
d. Kemampuan untuk dipisahkan dari keseluruhan perusahaan : hak yang dapat
dialihkan tanpa bukti pemilikan, dapat dijual atau tidak dapat dipisahkan dari
perusahaan atau dari bagian pokoknya.
20 | P a g e Karyadi Hidayat
2. Jenis-jenis aktiva tetap tak berwujud
Ada beberapa jenis penggolongan aktiva tetap tidak berwujud yang dimiliki oleh
perusahaan, antara lain :
a. Hak paten (patent)
Ialah hak khusus yang diberikan pemerintah kepada perusahaan atau
seseorang atas penemuan-penemuan baru, dapat berbentuk produk, sistem,
pola atau formula-formula lainnya. Sebatas perbandingan di Amerika hak
paten mempunyai manfaat selama 17 tahun.
b. Hak cipta (copyright)
Ialah hak khusus yang diberikan kepada perusahaan atau seseorang oleh
pemerintah atas hasil karyanya berupa lagu, karya tulis, film, dll. Undang-
undang hak cipta di indonesia di undangkan sejak tahun 1990.
c. Merk dagang (trademark)
Ialah hak khusus yang diberikan oleh pemerintah kepada perusahaan atas
cap label maupun tanda-tanda lain atas produknya. Hak ini diberikan selama
perusahaan menggunakannya. Untuk menentukan masa manfaat hak ini
lebih banyak ditentukan oleh perusahaan yang bersangkutan. Di indonesia
hak ini diberlakukan dengan UU. No.19 tahun 1992 tentang ketentuan pokok
mengenai merek.
d. Hak kontrak (leasehold)
Ialah hak yang diperoleh dari kontrak penggunaan aktiva tertentu selama
periode tertentu. Masalah ini merupakan hal yang baru di indonesia dan
memiliki permasalahan yang komplek, maka dalam akuntansi akan dibahas
tersendiri topik leasing.
e. Franchise
Ialah hak yang diberikan kepada perusahaan atau seseorang untuk
melakukan kegiatan usaha, seperti memasarkan suatu produk dan jasa
dengan memakai merk perusahaan lain di suatu daerah tertentu dan dalam
waktu yang telah ditentukan.
f. Goodwill
Ialah kelebihan atau keistimewaan tertentu yang dimiliki oleh suatu
perusahaan. Kelebihan ini dapat berupa produk, letak yang strategis, adanya
dukungan pemerintah, kemampuan/reputasi, manajemen, dan lain-lain.
g. Biaya organisasi (organization cost)
21 | P a g e Karyadi Hidayat
Ialah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk tujuan memberikan keuntungan
kepada perusahaan selama perusahaan itu berdiri, misalnya biaya akte
notaris, biaya pendaftaran di departemen kehakiman, biaya promosi, biaya
pendaftaran saham, emisi, perizinan, surat-surat dan lain-lain.

Aktiva tidak berwujud tersebut harus disusutkan sesuai dengan masa manfaat
penggunaannya, penyusutannya disebut amortisasi. Apabila tidak terdapat batas
waktu yang jelas tentang masa manfaatnya, maka dapat ditaksir dengan melihat
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
1. peraturan-peraturan atau perjanjian-perjanjian
2. kebiasaan bisnis yang sehat
3. batas waktu yang diberikan untuk pembaharuan kembali
4. akibat kompetisi atau faktor-faktor ekonomi lainnya yang mempengaruhi umur
aktiva tak berwujud tersebut
5. dan lain-lain

3. Perolehan aktiva tetap tak berwujud


Aktiva tetap tak berwujud dapat diperoleh dengan berbagai cara, membeli dari
pihak luar atau dikembangkan sendiri oleh perusahaan. Biaya yang terjadi
sehubungan dengan kegiatan pengembangan sendiri aktiva tak berwujud dicatat
sebagai beban usaha, kecuali aktiva tak berwujud tersebut dapat diidentifikasikan
secara spesifik.
Untuk mencatat harga perolehan aktiva tak berwujud, Ikatan Akuntansi Indonesia
dalam PSAK No.19,1995. telah membuat pernyataan sebagai berikut:
1. aktiva tak berwujud yang diperoleh secara satuan harus dicatat sebesar
harga perolehan pada tanggal perolehannya.
2. harga perolehan tersebut dinilai berdasarkan jumlah pembayaran yang
dilakukan, nilai wajar dari aktiva lain yang diperoleh, nilai tunai dari kewajiban
yang ada atau nilai wajar dari aktiva yang diterima untuk saham yang
dikeluarkan.
3. aktiva tak berwujud yang diperoleh secara kelompok atau sebagai bagian dari
perusahaan yang diakuisisi, harus dicatat sebesar harga perolehan pada
tanggal perolehannya.

22 | P a g e Karyadi Hidayat
4. penilaian atas harga perolehan tergantung pada apakah aktiva tak berwujud
tersebut dapat diidentifikasikan secara khusus atau tidak
5. harga perolehan aktiva tak berwujud yang dapat diidentifikasikan adalah
merupakan bagian dari jumlah harga perolehan sekelompok aktiva dari
perusahaan yang diakuisisi.
6. Harga Perolehan aktiva tak berwujud yang dapat diidentifikasi tidak boleh
masuk goodwill.

23 | P a g e Karyadi Hidayat

Anda mungkin juga menyukai