Anda di halaman 1dari 164

ANALISIS REKONSILIASI FISKAL ATAS LAPORAN KEUANGAN

KOMERSIAL DALAM MENENTUKAN PAJAK PENGHASILAN (PPh)


TERUTANG
(Studi kasus pada PT. Indomix Perkasa Tahun Pajak 2010)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh:

Asep Safaat Hidayat


NIM : 107082003442

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

ANALISIS REKONSILIASI FISKAL ATAS LAPORAN KEUANGAN


KOMERSIAL DALAM MENENTUKAN PAJAK PENGHASILAN (PPh)
TERUTANG
(Studi Kasus pada PT. Indomix Perkasa Tahun Pajak 2010)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :
Asep Safaat Hidayat
NIM: 107082003442

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Yahya Hamja, Dr., MM Muhamad Yani, SE., MM


NIP. 19490602 197803 1 00 1

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013

2
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Selasa, 10 April 2012 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Asep Safaat Hidayat
2. NIM : 107082003442
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Analisis Rekonsiliasi Fiskal atas Laporan
Keuangan Komersial dalam Menentukan Pajak
Penghasilan (PPh) Terutang
(Studi Kasus pada PT. Indomix Perkasa Tahun
Pajak 2010)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang


bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 April 2012

1. Herni Ali HT, SE., MM (___________________)


NIDN.0422 1259 02 Ketua

2. Fitri Damayanti, SE., M.Si (___________________)


NIP.19810731 200604 2 003 Sekretaris

3. Yulianti, SE., M.Si (___________________)


NIP.19820318 201101 2 011 Penguji Ahli

3
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Kamis, 20 Juni 2013 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Asep Safaat Hidayat
2. NIM : 107082003442
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Analisis Rekonsiliasi Fiskal atas Laporan Keuangan
Komersial dalam Menentukan Pajak Penghasilan (PPh)
Terutang (Studi Kasus pada PT. Indomix Perkasa
Tahun Pajak 2010).
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut diatas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 20 Juni 2013


1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS (__________________)
NIP. 19570617 198503 1002 Ketua

2. Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak (__________________)


NIP. 19720516 200901 1 006 Sekretaris

3. Afif Sulfa, SE, M.Si, Ak (__________________)


Penguji Ahli

4. Yahya Hamja, Dr., MM (__________________)


NIP. 19490602 197803 1 00 1 Pembimbing I

5. Muhammad Yani, SE., MM (__________________)


Pembimbing II

4
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama Mahasiswa : Asep Safaat Hidayat
NIM : 107082003442
Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan ini, saya :


1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
tidak mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa ijin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan
telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk
dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, agar
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Tangerang Selatan, 20 Maret 2013

Asep Safaat Hidayat


107082003442

5
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI
Nama : Asep Safaat Hidayat
Tempat, tanggal lahir : Ciamis, 26 Juli 1989
Jenis kelamin : Laki-laki
Nama Ayah : Badrun
Nama Ibu : Rodiah
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Status perkawinanan : Belum Nikah
Alamat : Jl. Puskesmas Rt.02/06 No.11 Kec. Kelapa Gading
Jakarta Utara 14240
No. Telepon : (021) 4514901 / 08999876226
Email : star_forever1989@yahoo.co.id

II. PENDIDIKAN FORMAL


1995-2001 : SDN 04 Pagi Jakarta Utara
2001-2004 : SMPN 123 Jakarta Utara
2004-2007 : Madrasah Aliyah Sabilil Muttaqien, Kalipucang –
Ciamis
2007-2013 : Mahasiswa (S-1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta

6
v
ANALYSIS OF RECONCILIATION FISCAL TO THE COMMERCIAL
FINANCIAL STATEMENTS IN DETERMINING
INCOME TAX PAYABLE
(Case Study on PT. Indomix Perkasa for Fiscal Year 2010)

ABSTRACT

The Object of this study was PT. Indomix Perkasa, it produces for ready
mix concrete. The purpose of this study was to determine the value of income tax
payable by the company, with reconciling commercial financial statements to the
fiscal financial statements. By doing reconciliation, company did not need to
create two bookkeeping for different purposes. The company just made
corrections to items that were not in accordance with the provisions of the tax.
Positive correction would increase taxable income, a negative correction would
decrease taxable income.
This research, analyzed data with descriptive method. It describes the
financial statements of the phenomena that was happened by collecting data,
calculating income tax, fiscal correction in accordance with UU Number 36 Year
2008. Type of data which used are primary data and secondary data.
The result of study concluded that there are differences the value of profit
and loss according to the commercial and the fiscal. It occurs because the fiscal
correction on the costs and incomes in the commercial financial statements based
on tax regulations.

Keywords : Income Tax, Commercial Financial Statement, Fiscal Financial


Statement, Fiscal Correction.

7
vi
ANALISIS REKONSILIASI FISKAL ATAS LAPORAN KEUANGAN
KOMERSIAL DALAM MENENTUKAN PAJAK PENGHASILAN (PPh)
TERUTANG
(Studi Kasus pada PT. Indomix Perkasa Tahun Pajak 2010)

ABSTRAK

Objek penelitian ini adalah PT. Indomix Perkasa, sebuah perseroan yang
mempersiapkan permintaan atas adukan beton siap pakai.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan nilai pajak penghasilan
terutang perusahaan dengan melakukan rekonsiliasi laporan keuangan komersial
menjadi laporan keuangan fiskal. Dengan melakukan rekonsiliasi, perusahaan
tidak perlu membuat dua pembukuan untuk tujuan yang berbeda. Perusahaan
cukup melakukan koreksi terhadap pos-pos yang tidak sesuai dengan ketentuan
perpajakan. Koreksi positif akan menambah penghasilan kena pajak, sedang
koreksi negatif akan mengurangi penghasilan kena pajak.
Dalam penelitian yang dilakukan, penulis menganalisis data dengan
metode deskriptif yaitu dengan menggambarkan keadaan laporan keuangan atas
fenomena yang terjadi dengan melakukan pengumpulan data, menghitung PPh,
melakukan koreksi fiskal sesuai dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara laba-
rugi menurut komersial dengan laba-rugi menurut fiskal. Perbedaan ini terjadi
karena dilakukan koreksi fiskal terhadap biaya-biaya dan penghasilan dalam
laporan keuangan komersial berdasarkan peraturan perpajakan.

Kata Kunci : Pajak Penghasilan, Laporan Keuangan Komersial, Laporan


Keuangan Fiskal, Koreksi Fiskal.

8
vii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanyalah untuk Allah SWT. Tuhan Yang Maha
Mencintai, dengan pancaran cinta yang abadi. Yang selalu melimpahkan nikmat
dan karunia kepada hamba-Nya dengan adil dan sempurna. Shalawat dan salam
semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, beserta keluarga dan
para sahabatnya. Untaian rasa syukur penulis panjatkan karena dengan izin-Nya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis
Rekonsiliasi Fiskal atas Laporan Keuangan Komersial dalam Menentukan
Pajak Penghasilan (PPh) Terutang (Studi Kasus pada PT. Indomix Perkasa
Tahun Pajak 2010)” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi dapat terlaksana sesuai dengan yang
telah direncanakan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis bermaksud
menyampaikan rasa terima kasih yang setulusnya kepada :
1. Kedua orang tua yang tercinta Bapak Badrun dan Ibu Rodiah sebagai
penyemangat dalam hidupku yang tiada hentinya memberikan motivasi,
doa, dukungan, dan kasih sayang yang tak dapat terlukiskan, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Rasa syukur yang tiada
terhingga atas anugerah yang begitu indah karena aku terlahir dari orang
tua terbaik, dibesarkan di lingkungan terbaik dengan didikan yang terbaik..
Semoga bapak dan ibu diberikan kesehatan, kasih sayang serta
perlindungan dari Allah SWT.
2. Bapak Yahya Hamja, Dr., MM sebagai dosen pembimbing I yang
memberikan bimbingan mengenai pengembangan judul skripsi ini. Terima
kasih pak.
3. Bapak Muhammad Yani, SE., MM sebagai dosen pembimbing II yang
memberikan banyak masukan dalam pengembangan skripsi ini. Terima
kasih pak.

9
viii
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Rahmawati SE, M.M selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis.
6. Segenap jajaran pengajar atau dosen yang telah memberikan ilmu dan
motivasi bagi penulis yang sangat bermanfaat sebagai bekal menjalani
hidup ke depan.
7. Adik-adikku tersayang, Yuni dan Icha yang memberikanku semangat walaupun
kadang gemesin. Semoga kalian menjadi anak yang soleh dan berbakti kepada
orang tua.
8. Bibi Desi dan Ana, yang telah memberikan banyak bantuan dan doa
hingga selesainya skripsi ini dan dengan sabar mendengarkan banyak
permintaan maupun keluhan ku. ”Terima Kasih banyak yaa bii. ..”
9. Sahabat-sahabatku: Jumran, Ibnu, Andry, Al, Icha, Imam, dan Leegonk
yang banyak membantu dan membuat perkuliah di kampus menjadi rame
dan ngga ngebosenin. ”Thank’s yach bro and sis”, Semoga persahabatan ini tetap
terjaga walaupun suatu saat kita akan berpisah. U all are my inspiration.
10. Seluruh teman di kelas Akuntansi C dan kelas konsentrasi Pajak A
angkatan 2007, semoga Allah mempertemukan kita bersama kembali di
lain waktu.
11. Karyawan PT. Super Wahana Tehno: Bapak Wiewie yang telah
memberikanku kesempatan dan pengalaman bekerja dan Bapak Yadi yang
membimbingku dengan sabar. ”Terima kasih yaa pak”, teman-temanku: Olla,
Asep, Fitriana, Siesil, dan Nesty yang telah banyak membantuku, Thank’s
yach all, semoga kita dapat bertemu lagi.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua
pihak atas bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini sampai dengan selesai.

10

ix
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca
demi perbaikan penulisan kedepannya. Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan
kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis maupun pembaca.

Jakarta, 20 Maret 2013

Penulis

11
x
DAFTAR ISI

Keterangan Halaman

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ......................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .......................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................. iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... v

ABSTRACT .................................................................................................. vi

ABSTRAK ................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xx

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Penelitian ............................................................... 1

B. Perumusan Masalah ....................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5

12
xi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 7

A. Konsep Dasar Akuntansi ................................................................ 7

1. Definisi Akuntansi ................................................................... 7

2. Laporan Keuangan ................................................................... 8

3. Tujuan Laporan Keuangan ....................................................... 10

B. Konsep Dasar Perpajakan .............................................................. 12

1. Definisi Pajak ........................................................................... 12

2. Fungsi, Syarat, dan Tata Cara Pemungutan Pajak ................... 14

3. Pembukuan ............................................................................... 15

C. Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal ...... 19

1. Pengertian Laporan Keuangan Komersial dan Laporan

Keuangan Fiskal ....................................................................... 19

2. Persamaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal .......... 20

3. Perbedaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal ........... 20

4. Perbedaan Mengenai Konsep Penghasilan atau Pendapatan ... 23

5. Perbedaan Konsep Biaya dan Bukan Biaya ............................. 25

6. Perbedaan Konsep Penyusutan dan Nilai Persediaan .............. 32

a. Konsep Penyusutan ............................................................ 32

b. Konsep Nilai Persediaan .................................................... 34

7. Koreksi Fiskal .......................................................................... 35

a. Beda Tetap ......................................................................... 37

b. Beda Waktu ........................................................................ 38

13
xii
8. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial ke Laporan

Keuangan Fiskal ....................................................................... 38

D. Pajak Penghasilan (PPh) Badan ..................................................... 40

1. Komponen Perhitungan PPh Badan ......................................... 40

2. Penguran PPh Badan yang Terutang ......................................... 41

a. PPh Pasal 22 ....................................................................... 41

b. PPh Pasal 23 ....................................................................... 41

c. PPh Pasal 24 ....................................................................... 41

d. PPh Pasal 25 ....................................................................... 42

3. Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan ............................. 44

E. Penelitian Sebelumnya ................................................................... 45

F. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 49

A. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 49

B. Metode Penentuan Sampel ............................................................. 49

C. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 50

D. Metode Analisis Data ..................................................................... 50

E. Operasional Variabel Penelitian ...................................................... 52

1. Penghasilan Menurut Akuntansi dan Perpajakan ..................... 52

2. Beban Menurut Akuntansi dan Perpajakan .............................. 52

3. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal .................................... 53

14
xiii
4. Beda Tetap dan Beda Waktu .................................................... 53

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH ...................................................... 54

A. Gambaran Umum PT Indomix Perkasa ......................................... 54

1. Sejarah Singkat Perusahaan ..................................................... 54

2. Bidang Usaha Perusahaan ........................................................ 55

3. Struktur Organisasi Perusahaan ............................................... 56

a. Board of Director ................................................................ 57

b. Head of Operation .............................................................. 57

c. General Manager ................................................................ 58

d. Sales & Marketing Manager ............................................... 58

e. Head of Finance & Admin .................................................. 59

f. Secretary.............................................................................. 59

B. Laporan Keuangan PT Indomix Perkasa ....................................... 61

C. Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Tahun 2010 ................................ 64

D. Pajak Penghasilan PT Indomix Perkasa ......................................... 96

1. Perhitungan Penghasilan Netto Fiskal PT Indomix Perkasa

Tahun 2010 .............................................................................. 96

2. Pajak Penghasilan Terhutang PT Indomix Perkasa Tahun

2010 .......................................................................................... 98

a. PPh Pasal 22 ....................................................................... 98

b. PPh Pasal 23 ....................................................................... 99

15
xiv
c. PPh Pasal 25 ....................................................................... 100

E. Analisis dan Evaluasi Terhadap Rekonsiliasi Fiskal

PT Indomix Perkasa Tahun 2010 .................................................... 102

1. Evaluasi Perhitungan Penghasilan Netto Fiskal PT Indomix

Perkasa Tahun 2010 ................................................................. 118

2. Evaluasi Perhitungan PPh Kurang atau Lebih Bayar

PT Indomix Perkasa Tahun 2010 .............................................. 119

3. Ringkasan Evaluasi Terhadap Rekonsiliasi Fiskal

PT Indomix Perkasa Tahun 2010 ............................................. 120

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 121

A. Kesimpulan .................................................................................... 121

B. Implikasi ......................................................................................... 122

C. Saran ................................................................................................ 123

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 124

LAMPIRAN - LAMPIRAN ....................................................................... 126

16

xv
DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Perbedaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal ............ 22

2.2 Kelompok Harta Berwujud, Metode, serta Tarif Penyusutan ... 33

2.3 Kelompok Harta Tak Berwujud, Metode, serta

Tarif Amortisasi ....................................................................... 34

2.4 Tinjauan Penelitian Sebelumnya ............................................... 45

4.1 Neraca Tahun 2010 ................................................................... 61

4.2 Laporan Laba-Rugi dan Akumulasi Laba Tahun 2010 ............. 63

4.3 Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Tahun 2010 ........................... 64

4.4 Ringkasan Rekonsiliasi Penyusutan Asset

PT Indomix Perkasa Tahun 2010 ............................................. 66

4.5 Rekonsiliasi Penyusutan Land .................................................. 67

4.6 Rekonsiliasi Amortisasi Land Rights ........................................ 68

4.7 Rekonsiliasi Penyusutan Building ............................................. 69

4.8 Rekonsiliasi Penyusutan Aktiva Lainnya ................................. 70

4.9 Rekonsiliasi Penyusutan Machinery ......................................... 70

4.10 Rekonsiliasi Penyusutan Heavy Equipment & Vehicles ........... 71

4.11 Rekonsiliasi Penyusutan Office Equipment .............................. 72

4.12 Rekonsiliasi Penyusutan Tool & Equipment ............................. 72

17
xvi
4.13 Ringkasan Evaluasi Rekonsiliasi Penyusutan Asset

PT Indomix Perkasa Tahun 2010 ............................................. 73

4.14 Rekonsiliasi Penyisihan Imbalan Pasca Kerja Tahun 2010 ...... 74

4.15 Rekonsiliasi Penyusutan Aktiva Tetap yang Digunakan

Karyawan Tertentu Tahun 2010................................................ 75

4.16 Evaluasi Rekonsiliasi Penyusutan Aktiva Tetap yang

Digunakan Karyawan Tertentu Tahun 2010 ............................ 76

4.17 Rekonsiliasi Biaya Perbaikan dan Perawatan Tahun 2010 ....... 77

4.18 Rekonsiliasi Biaya Travelling, Transport, & Meal

Tahun 2010 .............................................................................. 79

4.19 Ringkasan Evaluasi Biaya Travel, Transport, & Meal

Tahun 2010 .............................................................................. 81

4.20 Rekonsiliasi Biaya Bahan Bakar Tahun 2010 ........................... 82

4.21 Rekonsiliasi Biaya Parkir dan Toll Tahun 2010 ....................... 83

4.22 Rekonsiliasi Biaya Restore & Rehab Tahun 2010 .................... 84

4.23 Ringkasan Rekonsiliasi Biaya Restore & Rehab ....................... 85

4.24 Rekonsiliasi Biaya Telephone Tahun 2010 ............................... 86

4.25 Evaluasi Rekonsiliasi Biaya Telephone ..................................... 87

4.26 Rekonsiliasi Biaya Staff Amenities Tahun 2010 ....................... 88

4.27 Evaluasi Rekonsiliasi Biaya Staff Amenities Tahun 2010 ......... 90

4.28 Rekonsiliasi Biaya Asuransi (GA) Tahun 2010 ........................ 91

4.29 Evaluasi Rekonsiliasi Biaya Asuransi (GA) Tahun 2010 ......... 93

4.30 Rekonsiliasi Motor Vehicles Expense (COGS) Tahun 2010 .... 94

18
xvii
4.31 Evaluasi Rekonsiliasi Motor Vehicles Expense (COGS)

Tahun 2010 .............................................................................. 96

4.32 Perhitungan PPh Pasal 22 PT Indomix Perkasa Tahun 2010 .... 98

4.33 Rekapitulasi SSP PPh Pasal 25 Tahun 2010 ............................. 100

4.34 Ringkasan Evaluasi Terhadap Rekonsiliasi Fiskal

PT Indomix Perkasa Tahun 2010 ............................................. 120

19
xviii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Siklus Akuntansi ....................................................................... 12

2.2 Perhitungan Penghasilan Kena Pajak ........................................ 43

2.3 Skema Kerangka Pemikiran ...................................................... 48

4.1 Struktur Organisasi PT Indomix Perkasa .................................. 60

20
xix
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Daftar Pertanyaan Wawancara ............................................ 127

2 SPT Tahunan Pajak Penghasilan PT Indomix Perkasa

Tahun 2010 .......................................................................... 129

3 Laporan Keuangan PT Indomix Perkasa Tahun 2010 ......... 136

21
xx
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kemandirian suatu bangsa, dapat diukur dari kemampuan bangsa untuk

melaksanakan dan membiayai pembangunan sendiri. Salah satu sumber

pembiayaan pembangunan berasal dari penerimaan pajak. Pajak merupakan

alat bagi pemerintah di dalam mencapai tujuan untuk mendapatkan

penerimaan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung dari

masyarakat, guna membiayai pengeluaran rutin serta pembangunan sosial dan

ekonomi masyarakat. Pajak secara bebas dapat dikatakan sebagai suatu

kewajiban warga Negara berupa pengabdian serta peran aktif warga Negara

dan anggota masyarakat untuk membiayai berbagai keperluan Negara yang

berupa pebangunan nasional yang pelaksanaannya diatur dalam undang-

undang dan peraturan-peraturan untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan

negara.

Saat ini ada 3 sistem yang diaplikasikan dalam pemungutan pajak yaitu

official assesment system, self assesment system, dan withholding tax system.

Untuk sistem pembayaran pajak penghasilan yang berlaku saat ini dilandasi

oleh sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan

tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan,

membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar, yang

disebut dengan self assessment system (Thomas Sumarsan, 2013:14). Untuk

melaksanakan kewajiban perpajakan berdasarkan self assessment system maka

22
1
diperlukan pedoman untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak, yang

salah satu caranya dapat diketahui melalui penyelenggaraan catatan yang

sistematis yang disebut dengan pembukuan. Hasil akhir dari suatu proses

pembukuan berupa laporan keungan yang terdiri dari neraca, laporan laba

rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan

keuangan (IAI, 2007:1.2).

Laporan keuangan disusun dengan tujuan menyediakan informasi yang

menyangkut keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu

perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam

pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukan apa

yang telah dilakukan manajemen atau sebagai bentuk pertanggungjawaban

manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Laporan

keuangan yang selanjutnya disebut sebagai laporan keuangan komersial pada

dasarnya disusun dengan berpedoman pada Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK). Laporan keuangan komersial ditunjukan untuk pihak

intern dan ekstern. Bagi pihak intern, laporan keuangan digunakan untuk

menilai hasil kinerja dalam suatu periode akuntansi, apakah selama periode

tersebut terjadi kenaikan atau penurunan aktivitas usaha yang tercermin dari

pendapatan (hasil usaha), yang selanjutnya akan menghasilkan kenaikan

(penurunan) laba usaha dari periode sebelumnya. Dengan mengadakan analisa

laporan keuangan dari perusahaan, manajemen akan mengetahui keadaan dan

perkembangan financial dari perusahaannya, dimana hasil analisa historis

tersebut sangat penting artinya bagi penyusunan rencana ataupun kebijakan

223
yang akan dilakukan di waktu yang akan datang. Sedangkan untuk pihak

eksternal, dalam hal ini khususnya adalah pemegang saham yang tidak terlibat

secara langsung dalam operasional perusahaan, laporan keuangan digunakan

untuk menilai kinerja manajemen perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan, terutama berapa besar deviden yang akan diterima serta untuk

memutuskan apakah manajemen perusahaan tetap dipertahankan. Disamping

hal tersebut, laporan keuangan sudah pasti akan digunakan untuk memutuskan

apakah diperlukan ekspansi usaha pada periode-periode selanjutnya.

Berbeda dengan laporan keuangan komersial, laporan keuangan fiskal

adalah laporan keuangan yang disusun sesuai peraturan perpajakan dan

digunakan untuk keperluan perhitungan pajak (Erly Suandy, 2008:75).

Ketentuan perpajakan mempunyai kriteria tertentu tentang pengukuran dan

pengakuan terhadap unsur-unsur yang umumnya terdapat dalam laporan

keuangan. Ukuran itu, dapat saja kurang sejalan dengan prinsip akuntansi

(komersial). Contohnya: perbedaan dalam konsep penyusutan antara akuntansi

dengan peraturan perpajakan adalah dalam akuntansi (komersial) menentukan

umur aktiva berdasarkan taksiran umur ekonomis dan penggunaan metode

peyusutan dapat memilih salah satu, sesuai dengan PSAK No. 16 Tahun 2007

yaitu metode garis lurus, metode saldo menurun, dan metode jumlah unit.

Sedangkan dalam ketentuan perpajakan, aktiva dikelompokkan berdasarkan

jenis harta, masa manfaat, dan tarif yang ketentuannya diatur dengan

Peraturan Menteri Keuangan. Dalam hal metode penyusutan yang digunakan

dalam penyusunan laporan fiskal berdasarkan Undang-Undang Nomor 36

324
Tahun 2008 Pasal 11 tentang Pajak Penghasilan yaitu berdasarkan metode

garis lurus dan metode saldo menurun yang dilaksanakan secara konsisten.

Undang-undang pajak tidak mengatur secara khusus bentuk dari pelaporan

keuangan, hanya memberikan pembatasan untuk hal-hal tertentu, baik dalam

pengakuan penghasilan maupun biaya. Perusahaan dapat menyusun laporan

keuangan akuntansi (komersial) dan laporan keuangan fiskal secara terpisah

atau melakukan koreksi fiskal terhadap laporan keuangan komersial (Erly

Suandy, 2008:75).

Perbedaan antara laporan keuangan fiskal dengan laporan keuangan

komersial dikarenakan tujuan dan kegunaannya berbeda. Jika untuk

menyediakan laporan keuangan fiskal dan laporan komersial harus ditangani

oleh administrasi yang berbeda, maka biaya untuk menyediakan kedua laporan

keuangan tersebut menjadi sangat mahal. Maka perusahaan dapat melakukan

rekonsiliasi fiskal terhadap laporan keuangan komersial guna menentukan

besarnya pajak terutang sesuai dengan undang-undang perpajakan yang

berlaku.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan melakukan

penulisan dengan judul: “Analisis Rekonsiliasi Fiskal atas Laporan

Keuangan Komersial dalam Menentukan Pajak Penghasilan (PPh)

Terutang (Studi Kasus pada PT. Indomix Perkasa Tahun Pajak 2010)”.

425
B. Perumusan Masalah

Berdasarkan fenomena latar belakang diatas, maka permasalahan yang

dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah pendapatan atau beban yang dikoreksi pada laporan keuangan

komersial PT. Indomix Perkasa sudah sesuai dengan peraturan

perpajakan?

2. Berapa jumlah penghasilan kena pajak pada PT. Indomix Perkasa yang

sebagai dasar penentuan pajak terhutang tahun pajak 2010?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah:

1. Mengetahui semua pendapatan atau beban yang dikoreksi telah sesuai

dengan peraturan perpajakan.

2. Mengetahui jumlah pajak penghasilan PT. Indomix Perkasa tahun 2010

serta penyebab terjadinya kenaikan (penurunan) pajak.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi penulis, sebagai sarana pembelajaran untuk meningkatkan

kemampuan dibidang penelitian ilmiah dan melatih penulis untuk

mengungkapkan permasalahan tertentu secara sistematis, serta berusaha

memecahkan permasalahan tersebut secara sistematis sehingga dapat

menunjang perkembangan ilmu pengetahuan.

526
2. Bagi pihak perusahaan, penelitian ini diharapkan bermanfaat memberikan

pertimbangan atau masukan mengenai penyusunan koreksi fiskal yang

sesuai dengan peraturan perpajakan dalam menghitung besarnya jumlah

PPh terutang.

3. Bagi aparat pajak/fiskus, penelitian ini dapat memberikan gambaran

mengenai kepatuhan wajib pajak dan masukan-masukan guna

meningkatkan pendapatan pajak.

4. Bagi civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, hasil penelitian

ini dapat menjadi acuan referensi bagi beberapa penelitian dengan objek

peneliti yang sejenis.

627
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Akuntansi

1. Definisi Akuntansi

Ada beberapa definisi tentang ilmu akuntansi, antara lain:

Definisi yang diberikan oleh Accounting Principles Board Statement No. 4

(1970) menyatakan sebagai berikut,

“ Akuntansi adalah sebuah aktivitas jasa, dimana fungsinya


adalah memberikan informasi kuantitatif, terutama informasi
mengenai keuangan dan entitas ekonomi yang dimaksudkan akan
menjadi berguna dalam mengambil keputusan ekonomi (dalam
membuat pilihan diantara berbagai alternatif yang ada)”. (Hery,
2013:3)

Adapun definisi yang diberikan oleh American Accounting Association

(AAA) pada tahun 1966 adalah sebagai berikut,

“ Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, mengukur, dan


menyampaikan informasi ekonomi bagi para penggunanya dalam
mempertimbangkan berbagai alternatif yang ada dan membuat
kesimpulan”. (Hery, 2013:3)

Dalam kedua definisi tersebut dapat diketahui bahwa:

1. Fungsi (peran) akuntansi adalah menyediakan informasi kuantitatif,

terutama yang bersifat keuangan, tentang “entitas” ekonomi.

2. Informasi yang dihasilkan oleh akuntansi dimaksudkan agar berguna

sebagai input yang dipertimbangkan dalam mengambil keputusan

ekonomi yang rasional.

Dalam ilmu akuntansi terdapat sistem pencatatan dan dasar

akuntansi. Adanya sistem pencatatan disebabkan oleh salah satu tahap

7
28
dalam akuntansi, yaitu tahap pencatatan. Terdapat beberapa system

pencatatan, yaitu single entry, double entry, dan triple entry. Dasar

akuntansi digunakan untuk menentukan saat pencatatan suatu transaksi

ekonomi. Pada dasarnya, terdapat dua basis atau dasar akuntansi, yaitu

dasar kas dan dasar akrual. Dasar-dasar lain diantara keduanya merupakan

transisi.

2. Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu

perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk

menggambarkan kinerja perusahaan tersebut.

Menurut Hery (2013:7) menyatakan sebagai berikut,

“ Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang


dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data
keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan”.

Agar hasil suatu usaha dapat diketahui, setiap kurun waktu

(periode akuntansi) tertentu perusahaan perlu menyusun laporan keuangan.

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.

Sedangkan penyusunan laporan keuangan adalah tahap akhir dalam

akuntansi. Laporan keuangan harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:

relevan, dapat dimengerti, dapat diuji, dapat dibandingkan, dapat

dipercaya, lengkap, penyampaian tepat waktu, akurat, dan objektif.

Laporan keuangan suatu perusahaan merupakan interpretasi

kondisi keuangan suatu perusahaan selama periode tertentu, sehingga

fungsi laporan keuangan memegang peranan yang sangat penting dalam

829
pengambilan suatu keputusan, baik di tingkat manajemen maupun di

tingkat shareholder/investor terutama yang tidak terlibat secara langsung

dalam operasional perusahaan.

Laporan keuangan perusahaan menunjukkan kondisi keuangan

perusahaan secara keseluruhan. Dari laporan ini terbaca bagaimana

kondisi perusahaan yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan

kekuatan yang dimiliki. Keuntungan dengan membaca laporan keuangan

ini, pihak manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada serta

mempertahankan yang dimilikinya.

Laporan keuangan juga memiliki karakteristik kualitatif yang

merupakan cirri khas yang membuat informasi didalamnya dapat lebih

bermanfaat bagi tiap pemakainya dalam mengambil keputusan. Waluyo

(2008:21) menyebutkan terdapat empat karakteristik , yaitu:

1. Dapat dipahami

Laporan keuangan haruslah dapat dipahami oleh pengguna laporan,

sehingga dapat memberikan informasi mengenai aktivitas ekonomis

dan bisnis secara jelas.

2. Relevan

Informasi haruslah relevan agar memenuhi kebutuhan pengguna

laporan dalam proses pengambilan keputusan.

930
3. Materialitas

Menetapkan materialitas bergantung pada pos ataupun kesalahan yang

dinilai sehingga materialitas merupakan ambang batas agar informasi

mempunyai manfaat.

4. Keandalan

Informasi haruslah andal (reliable), artinya berkualitas dan tidak

menyesatkan.

Meskipun prinsip-prinsip pelaporan keuangan yang dirancang

untuk memberikan informasi yang relevan dan handal bagi pengguna

laporan keuangan, manajer dapat mempersiapkan laporan tersebut pada

beberapa kesempatan. Prinsip-prinsip pelaporan keuangan menekankan

konsistensi dari waktu ke waktu dalam sebuah perusahaan, tetapi mereka

mengizinkan fleksibilitas yang cukup dalam pemilihan metode dan

kebijaksanaan dalam estimasi, terutama ketika informasi tidak dianggap

"material", yaitu besarnya cukup untuk mempengaruhi pengguna laporan

(Lillian Mills dkk, 2002:8).

3. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut PSAK (2007) tujuan laporan keuangan adalah

memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan

arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna

laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga

menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan

sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

10
31
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan

menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi: asset,

laibilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan

kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya

sebagai pemilik, dan arus kas.

Laporan keuangan perusahaan didasarkan pada aturan-aturan dan

konvensi-konvensi akuntansi. Untuk mencapai konsistensi dan

komparabilitas, pertimbangan-pertimbangan subjektif diminimalkan, tetapi

penilaian suatu perusahaan didasarkan pada proyeksi atau prakiraan

kinerjanya di masa depan. Hal ini melibatkan pertimbangan-pertimbangan

yang subjektif. Jadi, laporan akuntansi tidak mencatat nilai ekonomis.

Sebaliknya, laporan-laporan itu memberikan informasi historis kuantitatif

dasar yang merupakan sekumpulan input yang penting yang digunakan

dalam menghitung nilai-nilai ekonomis.

11
32
Gambar 2.1
Siklus Akuntansi

Sumber: data diolah

B. Konsep Dasar Perpajakan

1. Definisi Pajak

Definisi tentang pajak telah banyak dikemukakan oleh para ahli

dalam literature-literatur. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya

tentang pengertian pajak, antara lain:

Definisi yang diberikan oleh Prof. Dr. H Rochmat Soemitro SH,

menyatakan sebagai berikut,

“ Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan


Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat
jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.(Thomas
Sumarsan, 2013:3)

12
33
Adapun definisi yang diberikan oleh P. J. A. Andriani adalah sebagai

berikut,

“ Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan)


yang terutama oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung
dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan”.(Gatot S.M Faisal, 2009:12)

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) adalah sebagai berikut,

“ Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang


oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat”.

Dari definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak

memiliki unsur-unsur, antara lain:

a. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-undang

serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.

b. Tanpa jasa timbal (kontraprestasi) di Negara yang secara langsung

dapat ditunjukkan.

c. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah

daerah.

d. Pajak dapat dipungut secara langsung atau tidak langsung.

e. Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi

pembiayaan-pembiayaan Negara.

13
34
2. Fungsi, Syarat, dan Tata Cara Pemungutan Pajak

Mardiasmo (2011:1-2) dalam buku Perpajakan: Edisi Revisi,

menuliskan bahwa ada dua fungsi pajak yaitu:

1. Fungsi Budgeter

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai

pengeluaran-pengeluarannya.

2. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan

pemerintah dibidang social dan ekonomi..

Mardiasmo (2011:2) menyebutkan agar pemungutan pajak tidak

menimbulkan hambatan atau perlawanan, pemungutan pajak harus

memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)

2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat Yuridis)

3. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis)

4. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansiil)

5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.

Mardiasmo (2011:6-7) juga menyebutkan, tata cara pemungutan

pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel sebagai berikut:

1. Stelsel Nyata (Riel Stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata),

sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak,

yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui.

14
35
2. Stelsel Anggapan (Fictieve Stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh

undang-undang.

3. Stelsel Campuran

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel

anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu

anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan

dengan keadaan yang sebenarnya. Bila besarnya pajak menurut

kenyataan lebih besar daripada pajak menurut anggapan, maka Wajib

Pajak harus menambah. Sebaliknya, jika lebih kecil kelebihannya

dapat diminta kembali.

3. Pembukuan

Pasal 13 Undang-Undang Pajak Perseroan Tahun 1995

menyatakan bahwa pihak pengurus perseroan, perhimpunan, maskapai,

lembaga, dan badan yang menjalankan perusahaan yang labanya

dikenakan pajak harus menyelanggarakan pembukuan di Indonesia dengan

cara sedemikian rupa, sehingga dari pembukuan tersebut dapat diketahui

laba yang dikenakan pajak.

Undang-undang pajak menggunakan istilah pembukuan, tetapi

dalam akuntansi komersial seperti dalam SAK tidak menggunakan istilah

pembukuan. Waluyo (2008:5) dalam buku Akuntansi Pajak, menuliskan

bahwa beberapa buku teks akuntansi mendifinisikan pembukuan adalah

kegiatan mengumpulkan, mencatat, dan menganalisis data transaksi

15
36
keuangan ke dalam buku atau catatan yang telah disiapkan, serta

pengendalian proses akuntansi melalui prinsip pengendalian internal,

pengukuran nilai transaksi ke dalam nilai moneter berdasarkan standar

akuntansi yang berlaku, dan penyajian hasil transaksi keuangan menjadi

informasi keuangan yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan.

Pengertian pembukuan sendiri sesuai dengan Pasal 1 angka 29

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 menyatakan bahwa pembukuan

adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk

mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,

kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan

dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan

keungan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode tahun pajak

tersebut.

Menurut Pasal 28 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa

kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007

mengatur penyelenggaraan pembukuan untuk keperluan perpajakan yaitu

dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau

pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia wajib

menyelenggarakan pembukuan.

16
37
2. Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan

pembukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tetapi wajib

melakukan pencatatan, adalah Wajib Pajak orang pribadi yang

melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan

menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma

Penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib Pajak orang pribadi yang

tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

3. Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan

memperhatikan iktikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan

usaha yang sebenarnya.

4. Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia

dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang

Rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing

yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.

5. Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan

stelsel akrual atau stelsel kas.

6. Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus

mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak.

7. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta,

kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan

pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.

17
38
8. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain

Rupiah dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin

Menteri Keuangan.

9. Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas data yang

dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto

dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah

pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak

dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final.

10. Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau

pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari

pembukuan yang dikelola secara elektronik atau secara program

aplikasi on-line wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di

Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib Pajak

orang pribadi, atau di tempat kedudukan Wajib Pajak badan.

11. Bentuk dan tata cara pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

18
39
C. Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal

1. Pengertian Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan

Fiskal

Laporan keuangan komersial adalah laporan keuangan yang

disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku umum,

yang bertujuan untuk menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat

bagi pengambilan keputusan bisnis dan ekonomi, khususnya informasi

tentang prospek arus kas, posisi keuangan, kinerja usaha dan aktivitas

pendanaan dan operasi.

Laporan keuangan fiskal adalah laporan keuangan yang disusun

sesuai peraturan perpajakan dan digunakan untuk keperluan perhitungan

pajak. Undang-Undang Pajak tidak mengatur secara khusus bentuk dari

laporan keuangan, hanya memberikan pembatasan untuk hal-hal tertentu,

baik dalam pengakuan penghasilan maupun biaya (Erly Suandy, 2008:75).

Akibat dari perbedaan pengakuan ini menyebabkan laba akuntansi dan

laba fiskal berbeda. Secara umum laporan keuangan disusun berdasarkan

Standar Akuntansi Keuangan (SAK), kecuali diatur secara khusus dalam

undang-undang.

Perusahaan dapat menyusun laporan keuangan akuntansi

(komersial) dan laporan keuangan fiscal secara terpisah atau melakukan

koreksi fiskal terhadap laporan keuangan akuntansi (komersial). Laporan

keuangan komersial yang direkonsiliasi dengan koreksi fiskal akan

19
40
menghasilkan laporan keuangan fiskal. Standar Akuntansi Keuangan

khusus PSAK Nomor 46 mengatur tentang Akuntansi Pajak Penghasilan.

2. Persamaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal

Menurut Erly Suandy (2008:35), persamaan akuntansi komersial

dan akuntansi fiskal adalah:

a. Aset/harta tetap yang memberikan manfaat lebih dari satu periode

tidak boleh langsung dibebankan pada tahun pengeluarannya tetapi

harus dikapitalisir dan disusutkan sesuai dengan masa manfaatnya.

b. Aset/harta yang dapat disusutkan adalah asset tetap, baik bangunan

maupun bukan bangunan.

c. Tanah pada prinsipnya tidak disusutkan, kecuali jika tanah tersebut

memiliki masa manfaat terbatas.

3. Perbedaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal

Pada umumnya, perusahaan yang bergerak di bidang bisnis akan

menyusun laporan keuangan yang berbeda antara laporan keuangan

komersial dengan laporan keuangan yang dilampirkan pada Surat

Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang disampaikan ke

Direktorat Jendral Pajak. Perbedaan tersebut tidaklah dimaksudkan untuk

tujuan-tujuan tertentu, seperti penyelundupan pajak, akan tetapi lebih

cenderung kepada penyesuaian dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan.

Standar akuntansi keuangan (komersial) dan undang-undang pajak

sering memberikan spesifik dan sering berbeda, aturan yang mana yang

20
41
digunakan untuk melaporkan penghasilan dan tujuan pajak, meskipun

kedua pendapatan dilaporkan berdasarkan pada transaksi dibawah

fundamental yang sama. Beberapa perbedaan laporan pajak dapat dilihat

secara mekanis karena mereka berhubungan dengan suatu perbedaan yang

jelas di dalam peraturan. Contoh materi laporan pajak yang berbeda

dihasilkan oleh perbedaan yang jelas di dalam aturan-aturan penyusutan,

opsi saham, dan konsolidasi (Lillian Mills dkk, 2002:3).

Salah satu alasan perbedaan akuntansi pajak dengan akuntansi

keuangan, antara lain karena: tujuan akuntansi keuangan adalah pemberian

informasi penting kepada para manajer, pemegang saham, pemberi kredit,

serta pihak-pihak yang berkepentingan lainnya dan merupakan tanggung

jawan para akuntan untuk melindungi pihak-pihak tersebut dari informasi

yang menyesatkan. Sebaliknya, tujuan utama system perpajakan (termasuk

akuntansi pajak) adalah pemungutan pajak yang adil dan merupakan

tanggung jawab Direktorat Jenderal Pajak untuk melindungi para

pembayar pajak dari tindakan semena-mena.

Sejalan dengan tujuan dan tanggung jawab tersebut di atas, prinsip

yang dianut oleh akuntansi keuangan adalah prinsip konservatif , sehingga

kemungkinan kesalahannya lebih cenderung kepada understatement

pelaporan penghasilan atas assetnya dibandingkan dengan pelaporan

overstatement. Disamping perbedaan acuan yang dianut dalam

penyusunan laporan keuangan untuk kepentingan perpajakan, dari sudut

pandang Direktorat Jenderal Pajak laporan keuangan yang understatement

21
42
tersebut tentunya tidak dapat dipakai sebagai dasar menetapkan pajak yang

terutang (Mohammad Zain, 2008:118-119).

Tabel 2.1
Perbedaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal
Akuntansi Komersial Akuntansi Fiskal
Masa manfaat: Masa manfaat:
a. Masa manfaat ditentukan asset a. Ditetapkan berdasarkan keputusan
berdasarkan taksiran umur ekonomis Menteri Keuangan
maupun umur teknis
b. Ditelaah ulang secara periodic b. Nilai residu tidak diperhitungkan
c. Nilai residu bias diperhitungkan

Harga perolehan: Harga Perolehan:


a. Untuk pembelian menggunakan a. Untuk transaksi yang tidak
harga sesungguhnya mempunyai hubungan istimewa
b. Untuk pertukaran asset tidak sejenis berdasarkan harga yang
menggunakan harga wajar sesungguhnya
c. Untuk pertukaran sejenis berdasarkan b. Untuk transaksi yang mempunyai
nilai buku asset yang dilepas hubungan istimewa berdasarkan
d. Aset sumbangan berdasarkan harga harga pasar
pasar c. Untuk transaksi tukar-menukar
adalah berdasarkan harga pasar
d. Dalam rangka likuidasi, peleburan,
pemekaran, pemecahan, atau
penggabungan adalah harga pasar
kecuali ditentukan lain oleh Menteri
Keuangan
e. Jika direvaluasi adalah sebesar nilai
revaluasi.

Bersambung ke halaman 23,,,

22
43
Akuntansi Komersial Akuntansi Fiskal
Metode penyusutan: Metode penyusutan:
a. Garis lurus a. Untuk asset tetap bangunan adalah
b. Jumlah angka tahun garis lurus
c. Saldo menurun/menurun ganda b. Untuk asset tetap bukan bangunan
d. Metode jam jasa Wajib Pajak dapat memilih garis
e. Unit produksi lurus atau saldo menurun ganda asal
f. Anuitas diterapkan secara taat asas
g. Sistem persediaan
Perusahaan dapat memilih salah satu
metode yang dianggap sesuai, namun
harus diterapkan secara konsisten dan
harus ditelaah secara periodik.

Sistem penyusutan: Sistem penyusutan:

a. Penyusutan individual a. Penyusutan secara individual

b. Penyusutan gabungan/kelompok kecuali untuk peralatan kecil, boleh


secara golongan

Saat dimulainya penyusutan: Saat dimulainya penyusutan:


a. Saat perolehan a. Saat perolehan.
b. Saat penyelesaian b. Dengan izin Menteri Keuangan
dapat dilakukan pada tahun
penyelesaian atau tahun mulai
menghasilkan.
Sumber: Erly Suandy, 2008:35-36

4. Perbedaan Mengenai Konsep Penghasilan atau Pendapatan

Menurut konsep akuntansi, penghasilan (income) adalah

penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan

ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Penghasilan

meliputi pendapatan (revenues) dan keuntungan (gains). Pendapatan

adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dan

23
44
dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa

(fees), bunga, deviden, royalty, dan sewa (Erly Suandy, 2008:115-116).

Dari sisi fiskal, konsep penghasilan tidak jauh berbeda dengan

konsep akuntansi, yaitu: Segala tambahan kemampuan ekonomis yang

diterima/diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun

dari Luar Indonesia yang bisa dikonsumsi atau menambah kekayaan Wajib

Pajak dengan nama dan dalam bentuk apapun. Lebih lanjut fiskal

membedakan penghasilan tersebut menjadi tiga kelompok yang sesuai

dengan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak

Penghasilan, yaitu:

a. Penghasilan yang merupakan Objek Pajak Penghasilan

b. Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan Final

c. Penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak Penghasilan

Pengelompokan penghasilan tersebut akan berakibat adanya

perbedaan mengenai konsep penghasilan antara SAK dan Fiskal.

Penghasilan yang bukan objek pajak berarti atas penghasilan tersebut tidak

dikenakan pajak (tidak menambah laba fiskal), lebih jelasnya tentang

pengelompokan penghasilan tersebut diuraikan dalam UU PPh No. 36

Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1),(2), dan (3).

24
45
5. Perbedaan Konsep Biaya dan Bukan Biaya

Undang-Undang Pajak Penghasilan menganut pemajakan berbasis

neto (net basis of taxation) yang berarti pajak didasarkan pada penghasilan

bruto (gross income) dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran dan

pengurangan lainnya yang diperkenankan oleh undang-undang.

Secara komersial sebagaimana diatur dalam SAK bahwa dalam

laporan laba rugi biaya diakui apabila terjadi penurunan manfaat ekonomis

pada masa mendatang sehubungan dengan penurunan asset atau

peningkatan kewajiban yang dapat diukur dengan modal. Alternatif

lainnya, biaya juga diakui dengan mendasarkan pada analisis hubungan

antara biaya yang timbul dan penghasilan tertentu yang diperoleh

(Waluyo, 2008:222).

Untuk tujuan perpajakan, yaitu atas dasar penerimaan dan

pengaruh social ekonomi, tidak seluruh biaya dapat dikurangkan terhadap

penghasilan sehingga apabila dibandingkan, komponen biaya menurut

akuntansi komersial dapat dikoreksi yang mempengaruhi penghasilan.

Beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi

Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap dibagi dalam 2 golongan

yaitu:

1. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1

(satu) tahun. Beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1

(satu) tahun merupakan biaya pada tahun yang bersangkutan,

misalnya gaji, biaya administrasi dan bunga.

25
46
2. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu)

tahun. Pengeluran yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu)

tahun, pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau melalui

amortisasi.

Waluyo (2008:223) juga menyebutkan, pengeluaran-pengeluaran

yang dilakukan oleh wajib pajak dapat pula dibedakan menjadi:

1. Pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya (deductible

expenses)

Pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya adalah

pengeluaran yang mempunyai hubungan langsung dengan usaha atau

kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan

yang merupakan Objek Pajak yang pembebanannya dapat dilakukan

dalam tahun pengeluaran atau selama masa manfaat dari pengeluaran

tersebut.

2. Pengeluaran yang tidak dapat dibebankan sebgai biaya

(nondeductible expenses)

Pengeluaran yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto

atau tidak dapat dibebankan sebagai biaya adalah pengeluaran untuk

mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan

merupakan Objek Pajak.

Menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang

Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 menyatakan bahwa untuk

26
47
menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Dalam

Negeri dan Bentuk Usaha Tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto

dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan, termasuk:

a. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan

kegiatan usaha, antara lain:

1) Biaya pembelian bahan;

2) Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,

honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan

dalam bentuk uang;

3) Bunga, sewa, dan royalty;

4) Biaya perjalanan;

5) Biaya pengolahan limbah;

6) Premi asuransi;

7) Biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan;

8) Biaya administtrasi;

9) Pajak kecuali Pajak Penghasilan;

b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan

amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain

yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A

27
48
c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh

Menteri Keuangan

d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan

digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan,

menagih, dan memelihara penghasilan

e. Kerugian selisih kurs mata uang asing

f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di

Indonesia

g. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan

h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:

1) Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial

2) Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat

ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak, dan

3) Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri

atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau

adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/

pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan;

atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus;

atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah

dihapuskan untuk jumlah utang tertentu.

4) syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk

penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k.

28
49
i. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang

ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah

j. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang

dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan

Pemerintah

k. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur

dengan Peraturan Pemerintah

l. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan

Peraturan Pemerintah; dan

m. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya

diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Tidak setiap pengeluaran itu boleh dibebankan sebagai biaya sesuai

ketentuan perundang-undangan perpajakan. Pasal 9 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaiamana

telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2008 mengatur bahwa untuk menentukan besarnya Penghasilan

Kena Pajak bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap tidak

boleh dikurangkan yaitu:

a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti

dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi

kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi

b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi

pemegang saham, sekutu, atau anggota

29
50
c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:

1) Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha

lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi,

perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang

2) Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial

yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

3) Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan

4) Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan

5) Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan, dan

6) cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan

limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri,

yang ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan

d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi

dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang

pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut

dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan

e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang

diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan

makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau

imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan

yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

30
51
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang

saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai

imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan

g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b,

kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)

huruf i, huruf j, huruf k, huruf l, dan huruf m serta zakat yang diterima

oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau

disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya

wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima

oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh

pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan

Peraturan Pemerintah

h. Pajak penghasilan

i. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi

Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya

j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau

perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham

k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi

pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-

undangan di bidang perpajakan.

31
52
6. Perbedaan Konsep Penyusutan dan Nilai Persediaan

Perbedaan dalam konsep antara akuntansi dengan peraturan

perpajakan terutama menyangkut konsep penyusutan dan penilaian

persediaan barang dagangan.

a. Konsep Penyusutan

Perbedaan utama antara akuntansi dengan undang-undang

perpajakan adalah penentuan umur aktiva dan metode penyusutan yang

boleh digunakan. Akuntansi menentukan umur aktiva berdasarkan

umur sebenarnya walaupun penentuan umur tersebut tidak terlepas dari

tafsiran Judgement.

Menurut Johar Arifin (2009:132), metode menurut akuntansi

komersial mengacu pada PSAK No. 16 tentang Aset Tetap (Revisi

2007). Metode penyusutan komersial antara lain:

1) Metode garis lurus (Straight line method) yaitu, menghasilkan

pembebanan yang tetap selama umur manfaat asset jika dinilai

residunya tidak berubah.

2) Metode saldo menurun (Diminishing balance method) yaitu,

menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur manfaat

asset.

3) Metode jumlah unit (Sum of the unit method), yaitu menghasilkan

pembebanan berdasarkan pada penggunaan atau output yang

diharapkan dari suatu aset.

32
53
Ketentuan perpajakan hanya menetapkan dua metode penyusutan

yang harus dilaksanakan wajib pajak berdasarkan pasal 11 Undang-

Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yaitu

berdasarkan metode garis lurus dan metode saldo menurun yang

dilaksanakan secara konsisten, kemudian aktiva (harta berwujud)

dikelompokkan berdasarkan jenis harta dan masa manfaat sebagai

berikut:

Tabel 2.2
Kelompok Harta Berwujud, Metode, serta Tarif Penyusutan

Sumber : UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 11 ayat (6)

Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta tidak

berwujud dan pengeluaran lainnya yang mempunyai manfaat lebih dari

1 tahun dilakukan juga dengan memakai 2 metode yaitu: metode garis

lurus dan metode saldo menurun, dengan penglempokan sebagai

berikut:

33
54
Tabel 2.3
Kelompok Harta Tak Berwujud, Metode, serta Tarif Amortisasi

Sumber : UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 11A ayat (2)

Penentuan masa manfaat, jenis harta, metode, serta tariff

dimaksudkan untuk memberikan keseragaman bagi wajib pajak dalam

melakukan penyusutan maupun amortisasi.

b. Konsep Nilai Persediaan

Dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan Indonesia, persediaan

dan pemakaian persediaan untuk menghitung harga pokok dinilai

berdasarkan perolehan (cost) yang dilakukan dengan metode rata-rata

(average) atau dengan metode mendahulukan persediaan yang

diperoleh pertama yang dikenal dengan firs in first out (FIFO).

Penggunaan metode tersebut harus dilakukan secara konsisten.

Apabila kita meninjau secara akuntansi maka ada 3 jenis metode

yang dilakukan untuk menilai persediaan yang sesuai dengan SAK No.

14 Tahun 2007 yaitu dengan menggunakan rumus biaya masuk

pertama keluar pertama (MPKP atau FIFO), kemudian rata-rata

tertimbang (weigh average cost method) dan masuk terakhir keluar

pertama (MTKP atau LIFO). Kemudian untuk barang yang lazimnya

34
55
tidak dapat digantikan dengan barang lain (not ordinary

interchangeable) dan barang serta jasa yang dihasilkan dan dipisahkan

untuk proyek khusus harus diperhitungkan berdasarkan identifikasi

khusus terhadap biayanya masing-masing.

7. Koreksi Fiskal

Koreksi fiskal adalah proses penyesuaian atas laba komersial yang

berbeda dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan penghasilan netto

atau laba yang sesuai dengan ketentuan pajak. Perbedaan-perbedaan antara

akuntansi dan fiskal tersebut dapat dikelompokkan menjadi beda tetap atau

permanen dan beda waktu atau sementara.

Menurut Agus Setiawan dan Basri Musri (2006 : 421) menyatakan sebagai

berikut,

“ Rekonsiliasi fiskal adalah penyesuaian ketentuan menurut


pembukuan secara komersial atau akuntansi yang harus
disesuaikan menurut ketentuan perpajakan”.

Secara keseluruhan tujuan dari suatu akuntansi keuangan adalah

melakukan perbandingan yang tetap antara penghasilan dan pengeluaran

yang bersangkutan. Oleh karena itu, apabila terdapat perbedaan antara

jumlah penghasilan yang dihitung berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan dengan jumlah penghasilan yang dihitung

untuk keperluan akunting keuangan, maka menurut ketentuan yang

berlaku umum bahwa perhitungan pajak penghasilan pertama-tama

didasarkan pada penghasilan yang dibuat untuk tujuan akunting tersebut

(Einde Evana dan R. Weddie, 2008:102).

35
56
Koreksi fiskal secara akuntansi tidak memerlukan perlakuan jurnal

khusus, karena pada prinsipnya koreksi fiskal tidak mengubah besarnya

saldo pada rekening nominal atau rekening rill pada neraca ataupun

laporan rugi laba.

Siti Resmi (2009:397) dalam buku Perpajakan: Teori dan Kasus,

menuliskan bahwa teknik rekonsiliasi fiskal dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

1. Jika suatu penghasilan diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui

menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan mengurangkan

sejumlah penghasilan tersebut dari penghasilan menurut akuntansi,

yang berarti mengurangi laba menurut akuntansi.

2. Jika suatu penghasilan tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui

menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan menambahkan

sejumlah penghasilan tersebut pada penghasilan menurut

akuntansi, yang berarti menambah laba menurut akuntansi.

3. Jika suatu biaya/pengeluaran diakui menurut akuntansi tetapi tidak

diakui sebagai pengurang penghasilan bruto menurut fiscal,

rekonsiliasi dilakukan dengan mengurangkan sejumlah

biaya/pengeluaran tersebut dari biaya menurut akuntansi, yang

berarti menambah laba menurut akuntansi.

4. Jika suatu biaya/pengeluaran tidak diakui menurut akuntansi tetapi

diakui sebagai pengurang penghasilan bruto menurut fiscal,

rekonsiliasi dilakukan dengan menambahkan sejumlah

36
57
biaya/pengeluaran tersebut pada biaya menurut akuntansi, yang

berarti mengurangi laba menurut akuntansi.

Koreksi fiskal terjadi karena adanya perbedaan pengakuan secara

komersial dan secara fiskal. Perbedaan tersebut dapat berupa:

a. Beda Tetap

Beda tetap terjadi karena adanya perbedaan pengakuan terhadap

beban dan pendapatan antara pelaporan komersial dan fiskal.

Menurut Erly Suandy (2008:79) menyebutkan bahwa:

“ Perbedaan tetap/permanent (permanent differences) adalah


perbedaan yang terjadi karena peraturan perpajakan menghitung
laba fiskal berbeda dengan perhitungan laba menurut SAK tanpa
ada koreksi di kemudian hari”.

Perbedaan tersebut disebabkan adanya pendapatan dan beban

tertentu yang diakui pada Surat Pemberitahuan (SPT) tetapi tidak

diakui pada laporan keuangan, demikian pula sebaliknya. Hal ini

mengakibatkan laba fiskal berbeda dengan laba komersial. Koreksi

fiskal terkait dengan beda tetap akan berakhir (terminated) pada tahun

buku yang bersangkutan dan tidak membawa dampak pada tahun-

tahun berikutnya (Setiadi Alim, 2010:26).

Beda permanen dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu positif dan

negatif. Beda permanen positif terjadi apabila terdapat laba komersial

yang tidak diakui oleh ketentuan perpajakan. Sementara beda

permanen negatif terjadi apabila terdapat pengeluaran sebagai beban

laba komersial yang tidak diakui oleh ketentuan perpajakan.

37
58
b. Beda Waktu

Beda waktu merupakan perbedaan yang bersifat sementara

karena adanya ketidaksamaan waktu pengakuan penghasilan dan

beban antara peraturan perpajakan dengan Standar Akuntansi

Keuangan. Beda waktu terjadi karena adanya perbedaan waktu dan

metode pengakuan penghasilan dan beban tertentu menurut akuntansi

dengan ketentuan perpajakan. Perbedaan waktu ini mengakibatkan

terjadinya pergeseran pengakuan antara satu tahun pajak ke tahun

pajak lainnya. Perbedaan waktu dapat dikelompokkan menjadi dua

yaitu positif dan negatif. Perbedaan waktu positif terjadi apabila

pengakuan beban menurut SAK lebih lambat dari pengakuan beban

menurut ketentuan perpajakan (Erly Suandy, 2008:79).

8. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial ke Laporan Keuangan

Fiskal

Ketentuan perpajakan mempunyai kriteria tertentu tentang

pengukuran dan pengakuan terhadap unsur-unsur yang umumnya terdapat

dalam laporan keuangan. Ukuran tersebut dapat saja kurang sejalan

dengan prinsip akuntansi (komersial). Solusi antara penerapan standar

akuntansi keuangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan adalah dengan dilakukan suatu rekonsiliasi.

38
59
Mohammad Zain (2008:222) dalam buku Manajemen Perpajakan,

menuliskan bahwa untuk menyusun rekonsiliasi antara laporan keuangan

komersial dengan laporan keuangan fiskal, urutan penyusunannya dapat

dilakukan sebagai berikut:

a. Buat terlebih dahulu daftar penyusunan fiskal sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan.

b. Penyusutan fiskal tersebut kemudian dialokasikan sesuai dengan

pengalokasian yang dilakukan oleh perusahaan.

c. Susun rekonsiliasi harga pokok produksi.

d. Susun rekonsiliasi biaya operasional.

e. Susun rekonsiliasi pendapatan/beban lain-lain.

f. Susun rekonsiliasi laba rugi, yang dihimpun dan jumlah-jumlah akhir

masing-masing rekonsiliasi sebelumnya.

Mohammad Zain juga menyatakan bahwa banyaknya rekonsiliasi yang

harus disusun disesuaikan dengan tipe perusahaan dan laporan keuangan

perusahaan yang bersangkutan.

39
60
D. Pajak Penghasilan (PPh) Badan

1. Komponen Perhitungan PPh Badan

Dalam menghitung PPh Badan, diperlukan minimal 7 (tujuh)

komponen yang sangat penting, yaitu:

1. Penghasilan yang menjadi objek pajak

Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008,

yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan, yang dapat dipakai

untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang

bersangkutan, dengan nama dan dalam berntuk apapun.

2. Penghasilan yang dikecualikan sebagai Objek Pajak. Pengecualian ini

diatur dalam Pasal 4 ayat (3) Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008.

3. Penghasilan yang pajaknya dikenakan secara final, yaitu penghasilan

yang pajaknya telah final/selesai sesuai dengan Pasal 4 ayat (2)

Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008.

4. Biaya yang boleh dikurangi dari penghasilan bruto sesuai dengan

Pasal 6 Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008.

5. Biaya yang tidak boleh dikurangi dari penghasilan bruto sesuai dengan

Pasal 9 Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008.

6. Biaya yang boleh dibiayakan sebesar 50% berdasarkan Keputusan

Dirjen Pajak Nomor KEP-220/PJ/2002 tanggal 18 April 2002.

7. Biaya yang menggunakan daftar nominatif sesuai dengan surat edaran

Dirjen Pajak No. SE-27/PJ.22/1986.

40
61
2. Pengurang PPh Badan yang Terutang

a. PPh Pasal 22

Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah salah satu bentuk pemotongan

dan pemungutan Pajak Penghasilan yang dilakukan oleh

Bendaharawan Pemerintah Pusat/Daerah, instansi atau lembaga

pemerintah dan lembaga-lembaga lainnya, berkenaan dengan

pembayaran atas penyerahan barang, dan kegiatan di bidang impor

atau kegiatan usaha dibidang lain.

b. PPh Pasal 23

Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas

penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan

penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal 21 (Thomas

Sumarsan, 2013:295).

c. PPh Pasal 24

Pajak Penghasilan Pasal 24 atau Objek Pajak Luar Negeri yang

dapat dikreditkan adalah penghasilan dari luar negeri, baik sehubungan

dengan pekerjaan, jasa, kegiatan maupun penghasilan dari modal

(Thomas Sumarsan, 2013:214).

Konsep Umum:

1) Pajak yang telah dibayar di luar negeri dapat dikreditkan.

2) Syarat untuk dapat mengkreditkan pajak yang telah dibayar di luar

negeri:

41
62
(a) Menyampaikan laporan keuangan dari penghasilan yang

berasal dari luar ngeri

(b) Menyampaikan fotocoy Surat Pemberitahuan Pajak yang

disampaikan di luar negeri.

(c) Menyampaikan dokumen pembayaran pajak luar negeri.

3) Kerugian dari usaha yang berasal dari luar negeri tidak diakui

sebagai kerugian

4) Mekanisme pengkreditan di Indonesia menggunakan metode

Ordinary Credit Method.

d. PPh Pasal 25

Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah angsuran Pajak Penghasilan

yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan dalam

tahun pajak berjalan.(Waluyo, 2008:255)

Konsep Umum:

1. Angsuran pajak penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh

Wajib Pajak setiap bulan dalam tahun pajak berjalan.

2. Besarnya angsuran pajak dihitung dengan rumus:

Pajak penghasilan terutang menurut SPT tahun lalu dikurangi

dengan pajak penghasilan yang telah dipotong dan atau serta

pajak penghasilan yang di bayar atau terutang di luar negeri yang

boleh dikreditkan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 21,

22, 23, dan 24, kemudian dibagi dengan 12 atau banyaknya bulan

dalam tahun pajak.

42
63
Gambar 2.2
Perhitungan Penghasilan Kena Pajak

Sumber: data diolah

43
64
3. Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan

Menurut Pasal 17 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali

diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

menyatakan bahwa tarif pajak untuk Wajib Pajak badan dalam negeri dan

bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen),

berlaku untuk tahun 2008 dan 2009. Sedangkan untuk tahun 2010 dan

selanjutnya tarif yang berlaku ialah 25% (dua puluh lima persen). Dalam

Pasal 31E ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan Tahun 2008 apabila

wajib pajak dalam negeri memiliki peredaran bruto sampai dengan Rp

50.000.000.000 (lima puluh miliar rupiah) maka mendapatkan fasilitas

berupa pengurangan tarif sebesar 50% dari tariff normal.

44
65
E. Penelitian Sebelumnya

Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan koreksi fiskal

dan Pajak Penghasilan (PPh) Badan dapat dilihat didalam table berikut ini:

Tabel 2.4
Tinjauan Penelitian Sebelumnya
Nama Rumusan Metode
Judul Hasil Penelitian
Peneliti Masalah Penelitian
Aston L. Analisa Apa yang Penelitian Perbedaan tersebut
Situmorang Rekonsiliasi menyebabkan deskriptif disebabkan adanya
Laporan laba komersial sebagian biaya yang
Keuangan dalam laporan diakui oleh ketentuan
Komersial komersial jauh perpajakan tetapi tidak
dengan lebih besar diakui oleh ketentuan
Laporan dibandingkan akuntansi. Adapun akun
Keuangan dengan laba biaya-biaya yang
Fiskal dalam komersial menyebabkan
perbedaan laba
Perhitungan dalam laporan
komersial dan laba
Pajak fiskal?
fiskal adalah biaya
Penghasilan perjalanan, perbaikan
Terhutang dan pemeliharaan, biaya
(PPh) pada seragam, biaya
PT. Alamjaya representasi, dan
Wirasentosa sumbangan yang tidak
(Tahun Pajak ada hubungan langsung
2006) dengan kegiatan
operasional perusahaan.
Besar Penghasilan kena
pajak menurut laporan
laba rugi fiskal adalah
sebesar
Rp4.396.917.623
sedangkan riilnya
sebesar
Rp1.260.246.560
perbedaan tersebut
menyebabkan besar
pajak penghasilan
terutang riil yang
dibayarkan lebih rendah
dibandingkan dengan
besar pajak penghasilan
terutang menurut
laporan laba rugi fiskal
peruhaan.
Bersambung ke halaman 46,,,

45
66
Nama Rumusan Metode
Judul Hasil Penelitian
Peneliti Masalah Penelitian
Dewi Rekonsiliasi Apa perbedaan Penelitian Perbedaan laporan
Yuniarti Fiskal atas pendapatan dan deskriptif komersial dan laporan
Laporan biaya menurut fiskal terdapat pada pos-
(2008) pos sebagai berikut:
Keuangan Undang-undang
Komersial Perpajakan  Sumbangan/hadiah
Tahun 2000  Keanggotaan
untuk
dengan SAK?  Biaya seragam
Menentukan
Bagaimana  Biaya non operasioanl
Pajak lainnya
Penghasilan rekonsiliasi
fiskal atas  Selisih pembebanan
(Studi pada penghapusan aktiva
laporan
Laporan produktif
komersialnya?
Keuangan Berapa jumlah  Bunga tabungan
2007 PT. pajak Perbedaan tersebut
BPR penghasilan menyebabkan jumlah
Nusamba tahun 2007 PT. laba menurut perhitungan
Ngunut komersial sebesar
BPR Nusamba
Tulungagung Rp843.127.403
Ngunut
) sedangkan laba menurut
Tulungagung? perhitungan fiskal
sebesar
Rp895.131.426,62 yang
berarti terdapat selisih
sebesar Rp52.004.023,62
Dengan koreksi fiskal ini,
dapat diketahui nilai
pajak penghasilan tahun
2007 sebesar
Rp251.582.085.
Mindo S. Analisis Apa penyebab Penelitian Pengakuan pendapatan
Sianipar Perhitungan terjadinya deskriptif yang dilakukan telah
(2008) Pajak perbedaan sesuai dengan prinsip
Penghasilan antara laba akuntansi maupun
Badan Pasal komersial Undang-Undang Pajak
25 dengan laba No.17 Tahun 2000,
Berdasarkan fiskal? metode penyusutan
Laba Bagaimana cara yang diterapkan
Komersial melakukan perusahaan sesuai
koreksi fiskal dengan UU Pajak No.17
dengan Laba
untuk membuat Tahun 2000, dan
Fiskal pada
laporan perbedaan antara laba
PT. keuangan komersial dan laba
Indograha fiskal? fiskal disebabkan oleh
Nusa Sarana Bagaimana perbedaan tariff
Medan menentukan penyusutan menurut
besarnya pajak akuntansi komersial
penghasilan dengan akuntansi fiskal
terhutang sesuai serta adanya perbedaan
undang-undang pengakuan biaya.
perpajakan?
Bersambung ke halaman 47,,,

46
67
Nama Rumusan Metode
Judul Hasil Penelitian
Peneliti Masalah Penelitian
Gindo M. Rekonsiliasi Bagaimanakah Penelitian Secara umum perusahaan
Sigalingging Laporan pengaruh deskriptif telah melakukan koreksi
(2010) Keuangan koreksi fiskal fiskal dengan baik.
Untuk dalam Pengelompokan terhadap
Menghitung biaya dan pendapatan yang
menghitung
PPh akan dikoreksi
PPh badan memudahkan koreksi pada
Terhutang yang terutang?
pada PT. akhir tahun, sehingga tidak
perlu lagi dihitung mana
Jamsostek
biaya yang dapat
(Persero)
dikurangkan atau yang
Cabang tidak bisa dikurangkan
Medan
Abda Analisis Bagaimana Penelitian Untuk kepentingan pajak,
Darminta Koreksi koreksi fiskal deskriptif perusahaan membuat
Siregar Fiskal untuk di PT koreksi fiskal atas
(2011) Menghitung Perkebunan perhitungan laba rugi
Besarnya PPh sesuai dengan UU
Nusantara III
Terutang pada perpajakan untuk
(Persero) menghasilkan penghasilan
PT Medan?
Perkebunan kena pajak yang menjadi
Apakah dasar dalam menghitung
Nusantara III ketepatan besarnya pajak yang
(Persero)
koreksi fiskal terutang perusahaan.
Medan
sudah sesuai Perusahaan menemukan
dengan perbedaan temporer dan
peraturan perbedaan tetap dalam hal
pajak yang pengakuan penghasilan
dan beban antara Standar
berlaku?
Akuntansi Keuangan dan
undang-undang
perpajakan.
Sumber: data diolah

47
68
F. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian di atas, gambaran menyeluruh tentang rekonsiliasi

fiskal atas laporan keuangan komersial dalam menentukan pajak penghasilan

terutang yang merupakan kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Gambar 2.3
Skema Kerangka Pemikiran

48
69
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup mengenai rekonsiliasi laporan

keuangan komersial ke laporan keuangan fiskal guna menghitung besarnya

PPh badan yang terhutang menurut peraturan yang berlaku masa pajak tahun

2010. Peraturan yang digunakan dalam penelitian ini adalah SAK 2007, UU

PPh No. 36 Tahun 2008, UU KUP No. 28 Tahun 2007, dan peraturan-

peraturan lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

Adapun tempat penelitian dilakukan di PT. Indomix Perkasa yang

berlokasi di Jl. Mayor Oking Citeureup Bogor. Dan waktu penelitian dimulai

pada bulan Oktober 2011 sampai dengan selesai.

B. Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan dalam penentuan sampel pada penelitian ini

adalah dengan teknik pengambilan sampel non-probabilitas, yaitu

pengambilan sampel mudah (convenience sampling). Sampel dipilih karena

faktor kondisi, seperti keberadaan sampel pada tempat dan waktu yang tepat.

Atau dengan kata lain, responden adalah orang yang kebetulan ditemukan

dilapangan ataupun mudah untuk ditemui atau dijangkau (Danang Sunyoto,

2013:76).

49 70
C. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer (Primary Data)

Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data

primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab

pertanyaan penelitian. Data primer dapat berupa opini subyek (orang)

secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda

(fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian.

2. Data Sekunder (Secondary Data)

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

dengan tidak langsung (melalui media perantara). Data tersebut dapat

berupa literature research, yaitu data-data yang diambil dari literature

berupa buku, jurnal-jurnal, peraturan perundang-undangan, peraturan

pemerintah dan referensi yang terkait dengan judul penelitian.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif dengan studi kasus.

Penelitian deskriptif diartikan sebagai suatu penelitian yang berusaha

mendeskripsikan suatu fenomena/peristiwa secara sistematis sesuai dengan

apa adanya. Penelitian deskriptif dilakukan untuk memperoleh informasi

mengenai keadaan saat ini. Dalam penelitian semacam itu, peneliti mencoba

menentukan sifat situasi sebagaimana adanya pada waktu penelitian

dilakukan.(Nyoman Dantes, 2012:51)

50
71
Analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data dari perusahaan berupa laporan keuangan komersial

yang meliputi neraca, laporan laba rugi, rekonsiliasi fiskal, daftar aktiva

tetap serta data lain yang diperlukan.

2. Mengevaluasi tiap-tiap akun laporan keuangan komersial khususnya

laporan laba rugi yang terdiri dari penjualan, harga pokok penjualan,

beban penjualan, beban umum dan administrasi, pendapatan dan beban

lain-lain berdasarkan data yang sudah dikumpulkan penulis dari

perusahaan.

3. Melihat kesesuaian tiap-tiap akun laporan laba rugi dengan ketentuan

perpajakan yang berlaku untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan

koreksi fiskal dan menentukan besarnya koreksi jika ternyata dilakukan

koreksi fiskal

4. Mengevaluasi daftar aktiva tetap perusahaan berikut penyusutan aktiva

tetap secara komersial.

5. Melakukan perhitungan penyusutan aktiva tetap secara fiskal berdasarkan

ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku untuk menentukan besarnya

koreksi fiskal atas biaya penyusutan aktiva tetap.

6. Menyusun rekonsiliasi fiskal atas koreksi fiskal beda tetap dan beda waktu

yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang

berlaku.

7. Menghitung laba kena pajak dan menentukan jumlah Pajak Penghasilan

yang harus dibayar perusahaan pada tahun 2010.

51
72
8. Mengidentifikasi penyebab kenaikan (penurunan) jumlah pajak terhutang

tahun 2010.

E. Operasional Variabel Penelitian

1. Penghasilan Menurut Akuntansi dan Perpajakan

a. Penghasilan menurut Akuntansi

Penghasilan (income) adalah penambahan aset atau penurunan

kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal

dari kontribusi penanaman modal. Penghasilan meliputi pendapatan

(revenues) dan keuntungan (gains).

b. Penghasilan menurut Perpajakan

Penghasilan adalah segala tambahan kemampuan ekonomis yang

diterima/diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal dari Indonesia

maupun dari Luar Indonesia yang bisa dikonsumsi atau menambah

kekayaan Wajib Pajak dengan nama dan dalam bentuk apapun.

2. Beban Menurut Akuntansi dan Perpajakan

a. Beban menurut Akuntansi

Beban adalah penurunan manfaat ekonomis pada masa mendatang

sehubungan dengan penurunan asset atau peningkatan kewajiban yang

dapat diukur dengan modal.

b. Beban menurut Perpajakan

Beban adalah pengeluaran biaya yang dapat dikurangkan dari

penghasilan untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak atau

laba kena pajak.

52
73
3. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal

Rekonsiliasi laporan keungan fiskal adalah penyesuaian ketentuan

menurut pembukuan secara komersial atau akuntansi yang harus

disesuaikan menurut ketentuan perpajakan

4. Beda Tetap dan Beda Waktu

a. Beda tetap adalah perbedaan yang terjadi karena peraturan perpajakan

menghitung laba fiskal berbeda dengan perhitungan laba menurut SAK

tanpa ada koreksi di kemudian hari.

b. Beda waktu adalah perbedaan yang bersifat sementara karena adanya

ketidaksamaan waktu pengakuan penghasilan dan beban antara

peraturan perpajakan dengan Standar Akuntansi Keuangan.

53
74
BAB IV

PEMBAHASAN MASALAH

A. Gambaran Umum PT Indomix Perkasa

1. Sejarah Singkat Perusahaan

Pada awal tahun 1992 PT. Indomix Perkasa telah didirikan sebagai

anak perusahaan dari PT. Indocement Tunggal Prakarsa (ITP) yang

mempersiapkan permintaan atas adukan beton siap pakai baik untuk

proyek bersama maupun pihak lainnya.

Sebenarnya PT. Indomix Perkasa mulai mempersiapkan mengenai

beton sejak tahun 1977 dimulai dengan pengembangan proyek semen Fase

III PT. ITP, yang dilengkapi dengan penyelesaian Fase VIII. PT Indomix

mengembangkan produksinya dari mulai 125 Kg/cm2 sampai dengan 600

Kg/cm2, baik untuk kontraktor asing maupun kontraktor local, seperti :

Balfour Beaty Sakti, Jatim Mustika, John Holand, Murinda

Kontruksitama, Total Bangun Persada, Waskita Karya, Kawasaki Heavy

Industries Ltd, dan lainnya dengan total volume 1,500,000 m3.

Semakin lama PT. Indomix semakin berpengalaman dalam industri

dan selalu siap dengan berbagai macam kelas dari beton maupun jenisnya

seperti slipforms, silo semen, tiang pancang, tiang beton untuk gedung

bertingkat, bendungan, terminal truck container, precast untuk jalan

flyover dan lain-lain.

PT. Indomix Perkasa telah mengembangkan wilayahnya sampai ke

Pulau Wetar di Maluku untuk melayani proyek tambang emas Henry

75
54
Walker, Ujung Pandang untuk mensuplai proyek pabrik tepung terigu

dengan kontraktor PT. Ting Tai Kontruksi Indonesia yang pertama di

Surabaya, dan pada saai ini proyek yang masih ditanggani adalah proyek

Fase X PT. Indocement Tunggal Prakarsa di Cirebon dengan kontraktor

utama Sumitomo – Sumicon Construction Joint Operation, kemudian

setelah selesai dilanjutkan dengan pembangunan proyek Fase XI PT.

Indocement di Citeureup, Bogor dengan kontraktor utama Kawasaki

Heavy Ltd. Batching Plant PT. Indomix Perkasa saat ini berada di

Cirebon, Bandung, Tanjung Priok, Citeureup, Landmark, Semarang, Setia

Budi, Surabaya, Gresik, Pasuruan, dan Ujung Pandang.

Berbekal pengalaman dan kemampuan untuk mensuplai

bermacam-macam kelas beton siap pakai, PT Indomix Perkasa berharap

dapat meyakinkan para customer bahwa PT. Indomix dapat memenuhi

permintaan dengan servis yang memuaskan.

2. Bidang Usaha Perusahaan

Adapun aktivitas perusahaan yang dilakukan dapat diperinci sebagai

berikut :

1. Perusahaan membeli material berupa pasir, split, semen, dari

supplier lalu dijual kepada kontraktor seperti PT. Wijaya Karya,

Pembangunan Perumahan atau kepada pihak lain yang

membutuhkan.

55
76
2. Perusahaan menyediakan barang sesuai pesanan dari pelanggan

dan perusahaan harus memenuhi mutu beton yang ada di dalam

Purchase Order (PO) para pelanggan, baik ukuran, slump, mutu,

strength, dan harus sesuai dengan tes kubus beton.

Dalam melakukan aktivitasnya tersebut PT. Indomix Perkasa menjual

barangnya kepada kontraktor bangunan berupa PT atau CV, perorangan,

semua jenis usaha yang membutuhkan beton ataupun tiang pancang.

Adapun jenis barang yang dibeli oleh PT. Indomix Perkasa dalam

melakukan aktivitasnya antara lain : spare part kendaraan, truck loader,

mixer truck, pasir, split atau batu kerikil beton, semen, obat-obatan seperti

: air kimia (HCL), sikamet VZ, pozzolite, daratard concrete pump atau

pompa, BBM (solar, oli dan bensin).

3. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi merupakan kerangka dan susunan perwujudan

pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian, atau

posisi-posisi, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas,

wewenang, dan tanggungjawab yang berbeda dalam suatu organisasi.

Struktur organisasi PT. Indomix Perkasa berbentuk bagan dengan type

organisasi lini yang menghubungkan langsung secara vertical antara atasan

dengan bawahan, dari pemimpin tertinggi sampai dengan jabatan-jabatan

yang terendah yang masing-masing dihubungkan dengan garis wewenang

atau komando. Tugas dan tanggungjawab setiap jabatan disesuaikan

dengan tingkatan dalam struktur organisasi perusahaan.

56
77
a. Board of Director

Board of Director merupakan jajaran direksi yang berada di kantor

pusat (head office). Board of Director membagi tugasnya pada Head

of Operations, Sales & Marketting Manager, Head of Finance &

Admin. Adapun tugas Board of Director adalah :

1. Mengadakan hubungan kerja sama dengan pihak luar baik pihak

pemerintah maupun pihak swasta,

2. Mengambil keputusan dan tindakan yang tepat demi kepentingan

kelangsungan jalannya perusahaan sehingga segala aktivitas

organisasi menuju tujuan utama perusahaan,

3. Memilih, menetapkan, mengawasi tugas dari karyawan dan kepala

bagian (manajer),

4. Menyampaikan laporan kepada pemegang saham atas kinerja

perusahaan.

b. Head of Operations

Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang berhubungan

dengan operasional dan control terhadap pelaksanaan proyek induk.

Tugas dan wewenang Head of Operations adalah :

1. Memimpin semua kegiatan dan perencanaan mengenai aktivitas

produksi dan distribusi,

2. Persiapan perencanaan dan design pekerjaan yang akan

dilaksanakan, penyusunan rencana kerja dan pelaksanaannya,

57
78
3. Memberikan keputusan untuk menyelesaikan soal prinsipil dalam

bidangnya,

4. Membuat laporan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan.

c. General Manager

General Manager juga berfungsi sebagai wakil dari pihak pemilik

untuk memimpin, bertanggung jawab terhadap kebijakan operasional,

dan mengawasi operasional harian perusahaan. Dalam menjalankan

tugas-tugasnya General Manager membentuk beberapa divisi

manajemen yaitu Control Operational Planning & Coordination

Manager, Maintenance Manager, Transport Manager, Production

Manager, Technical Manager, dan Instrumentasi Computer System

Manager.

d. Sales & Marketting Manager

Adapun tugas dan wewenang Sales & Marketting Manager adalah :

1. Mengadakan hubungan dengan pihak pengguna jasa.

2. Menyetujui kontrak pengguna jasa dengan pihak pengguna.

3. Merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi kegiatan

perusahaan dalam bidang pemasaran produk.

4. Menyusun rencana dalam meningkatkan pemasaran dan penjualan.

58
79
e. Head of Finance & Admin

Tugas dan tanggungjawabnya adalah bertanggungjawab dalam hal

penerimaan dan pengeluaran uang, membantu pengendalian dalam

melaksanakan perencanaan dan monitoring pelaksanaan pekerjaan

yang diperlukan proyek, dan mengelola tugas-tugas perencanaan teknis

dan material. Dalam menjalankan tugas-tugasnya Head of Finance &

Admin membentuk beberapa divisi manajemen yaitu CC Manager, AR

Manager, Accounting & Controling Manager, Treasury Manager, HR

& GA Manager, dan Purchasing Manager.

f. Secretary

Adapun tugas dan wewenang Secretary adalah

1. Sumber dan filter informasi bagi pimpinan.

2. Perantara bagi pimpinan dan pihak-pihak yang ingin berhubungan

dengan pimpinan.

3. Mediator pimpinan dengan bawahan.

4. Penyusunan jadwal, persiapan dan penyelenggaraan rapat

perusahaan.

5. Menyusun laporan kegiatan tahunan.

59
80
Gambar 4.1
STRUKTUR ORGANISASI PT INDOMIX PERKASA

60
81
B. Laporan Keuangan PT Indomix Perkasa

PT Indomix Perkasa merupakan wajib pajak yang menyelenggarakan

pembukuan berdasarkan standar akuntansi keuangan untuk memenuhi

kebutuhan informasi pemilik, manajemen, karyawan, dan yang memiliki

kepentingan. Adapun laporan keuangan khususnya Neraca dan Laba-Rugi

dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.1
Neraca Tahun 2010
PT INDOMIX PERKASA
NERACA
PER : 31 DESEMBER 2010

Keterangan Rupiah
AKTIVA

Aktiva Lancar :
Kas dan Bank 2,870,313,841
Piutang :
- Hubungan Istimewa 16,150,783,075
- Pihak Ketiga – net 13,266,339,463
Persediaan 1,338,330,265
Aktiva Lancar Lainnya 1,160,788,969
Jumlah Aktiva Lancar 34,786,555,613

Aktiva Tidak Lancar :


Aktiva Tetap-nilai buku 3,433,215,945
Pajak Ditangguhkan 1,080,737,412
Investasi saham penyertaan 18,113,917,233
Aktiva tidak lancer lainnya 1,144,930,483
Jumlah Aktiva Tidak Lancar 23,772,801,073

TOTAL AKTIVA 58,559,356,686

8261
KEWAJIBAN DAN MODAL SAHAM

Kewajiban Jangka Pendek :


Hutang :
- Hubungan Istimewa 1,466,755,782
- Pihak Ketiga – net 2,061,611,564
Hutang lainnya 107,205,600
Biaya yang masih harus dibayar 826,154,766
Hutang Pajak 98,661,752
Uang muka diterima 448,460,755
Finance Lease -
Jumlah Kewajiban Lancar 5,008,850,219

Kewajiban Jangka Panjang


Penyisihan jasa karyawan 3,296,253,859
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang 3,296,253,859

Modal Saham :
Modal Disetor 107,046,000,000
Keuntungan / Kerugian dari Surat berharga (67,532,421,474)
Akumulasi Laba 10,740,674,082
Jumlah Modal Saham 50,254,252,608

TOTAL KEWAJIBAN DAN MODAL 58,559,356,686


SAHAM
Sumber : PT Indomix Perkasa Tahun 2010

62
83
Tabel 4.2
Laporan Laba-Rugi dan Akumulasi Laba Tahun 2010
PT INDOMIX PERKASA
LAPORAN LABA RUGI
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2010

Keterangan ( Dalam Rupiah )

Penjualan 72,214,654,901
Harga Pokok Penjualan 82,081,242,292
Laba Kotor (9,866,587,397)

Biaya Operasi 8,495,549,538


Laba / (Rugi) Operasi (18,362,136,935)

Pendapatan / (Biaya) Lain-lain 3,558,914,044


Laba / (Rugi) Sebelum Pajak (14,803,222,891)

Pajak Penghasilan -

Laba (Rugi) Setelah Pajak (14,803,222,891)

Akumulasi Awal Tahun 25,543,896,973

Akumulasi Laba 10,740,674,082


Sumber : PT Indomix Perkasa Tahun 2010

63
84
C. Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Tahun 2010

Rekonsiliasi merupakan usaha menyesuaikan perbedaan yang terdapat

dalam laporan keuangan komersial (yang disusun berdasarkan Standar

Akuntansi Keuangan) dengan perbedaan yang terdapat dalam laporan

keuangan fiskal (yang disusun berdasarkan Peraturan Perpajakan).

Tabel 4.3
Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Tahun 2010
PT INDOMIX PERKASA
REKONSILIASI LAPORAN LABA RUGI
Yang Berakhir 31 Desember 2010
(dalam rupiah)

Koreksi Fiscal Urutan


Saldo
Keterangan Koreksi Saldo Fiskal
Komersial Fiskal
Positif Negatif
PEREDARAN USAHA
Penjualan Conrete 72,214,654,901 72,214,654,901

HARGA POKOK PENJUALAN


Direct Material :
Cement 42,220,313,567 42,220,313,567
Fly Ash 235,196,756 235,196,756
Crushed Rock 10,028,155,918 10,028,155,918
Screening 8,467,900 8,467,900
B-Sand 14,907,222,819 14,907,222,819
M-Sand 646,420,800 646,420,800
Additives 1,725,401,343 1,725,401,343

Direct Labor 3,849,006,980 40,919,060 (2a) 3,808,087,920

Cartages :
Fuel 398,317,290 398,317,290
Expenses Sparepart, Tyres 287,703,962 287,703,962
MV - Fuel, parking & tolls 14,003,500 14,003,500
Rent, taxes, trafic fine & Insurance 235,121,414 235,121,414
Other 4,905,800 4,905,800
External Cartage 3,551,135,573 3,551,135,573

Manufacturing Overhead :
Expenses Sparepart, Tyres 894,446,899 18,316,507 (12b) 876,130,392
Travel - Transport & meal 56,458,529 2,315,000 (3b) 54,143,529
MV - Fuel, parking & tolls 53,553,719 53,553,719

64
85
Third Party Laboratory 1,624,867,949 1,624,867,949
Handling & Transportation 8,400,000 8,400,000
General 458,525 458,525
Restore & rehab provided 358,178,400 100,822,400 (7b) 257,356,000
Health, safety, security, staff amenities 326,621,400 2,140,200 (9b) 324,481,200
Postage, printing, stationary & kurir 122,589,954 122,589,954
Rent, taxes, trafic fine & Insurance,
Consumable 94,546,409 94,546,409
3rd party production cost 0
Fuel Genset, Loader 312,001,047 312,001,047
Light, power, elect, water, telephone 117,745,844 9,311,880 (8b) 108,433,964
82,081,242,297 81,907,417,250

BIAYA USAHA LAINNYA :


Biaya Pegawai 7,057,865,294 934,869,943 (2a) 6,122,995,351
Biaya Perbaikan & Perawatan 52,259,484 2,560,350 (2b) 49,699,134
Travelling - transport & meal 118,726,260 7,606,914 (3b) 111,119,346
(4b),(5b),
MV - Fuel, parking, & tolls 205,201,812 77,198,750 128,003,062
&(6b)
Restore & rehab provided 42,900,725 14,770,500 (7b) 28,130,225
Health, safety, security, staff amenities 72,191,932 27,058,257 (9b) 45,133,675
Training, seminar, subscription 2,200,000 2,200,000
Electricity, telephone and water 45,539,080 21,587,809 (8b) 23,951,271
Legal & Profesional fees 105,150,000 105,150,000
Postages, printing, stationary & kurir 126,608,150 126,608,150
Rental, taxes, traffic line & insurance 34,147,798 6,284,717 (10b) 27,863,081
Biaya Penghapusan Piutang (708,487,201) 708,487,201 (3a) 0
Biaya Penyusutan & amortisasi 748,215,423 79,023,377 (1a)&(1b) 669,192,046
Site Preparation 591,089,481 591,089,481
General 1,941,300 1,941,300
8,495,549,538 8,033,076,122

JUMLAH PENGHASILAN DARI USAHA (18,362,136,934) (17,725,838,471)

PENGHASILAN DARI LUAR USAHA


Gain/ Loss on disposal of assets 240,332,983 240,332,983
Interest income 65,393,154 65,393,154 (11b) 0
Surchage Income 5,933,804,839 5,933,804,839
6,239,530,976 6,174,137,822
BIAYA DARI LUAR USAHA
Management Fee 1,000,000,000 1,000,000,000
Biaya Bank, SKBDN 95,897,823 95,897,823
Selisih Kurs 56,856,105 56,856,105
Others - net 1,527,863,004 1,527,863,004
2,680,616,932 2,680,616,932

JUMLAH PENGHASILAN DARI LUAR


USAHA 3,558,914,044 3,493,520,890

65
86
JUMLAH PENGHASILAN KOMERSIAL
(14,803,222,890) 1,344,785,664 773,880,355 (14,232,317,581)

Pajak Penghasilan Tahun 2010


25% x Rp _ (Nihil)

Sumber : PT Indomix Perkasa Tahun 2010

Di dalam rekonsiliasi Laporan Laba Rugi terdapat beda waktu berupa :

1a. Koreksi positif sebesar Rp 102.773.381 atas beban penyusutan aktiva

tetap yang disebabkan adanya perbedaan dalam hal penerapan umur

ekonomis aktiva tetap dan penerapan harga perolehan yang digunakan,

perbedaan perhitungan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.4
Ringkasan Rekonsiliasi Penyusutan Asset PT Indomix Perkasa Tahun 2010

Sumber : data diolah

Dari tabel 4.4 dijelaskan bahwa jumlah penyusutan aktiva tahun 2010

menurut laporan keuangan komersial adalah sebesar Rp 748.215.421,

sedangkan jumlah penyusutan menurut undang-undang perpajakan atau

fiskal yang dapat diakui sebagai biaya adalah sebesar Rp 645.442.040

66
87
sehingga terjadi selisih perbedaan yang harus dikoreksi dalam laporan

keuangan komersial yaitu sebesar Rp 102.773.381.

Analisis Penulis :

1) Land
Tabel 4.5
Rekonsiliasi Penyusutan Land
Penyusutan
Nilai
Aktiva Umur Tarif Koreksi
Perolehan Komersial Fiskal
Ekonomis (%) Fiskal

Land - Jati padang 66,580,000 ~ - - - -


Land - Waskita
Karya 198,936,000 ~ - - - -

Jumlah 265,516,000 - - -
Sumber : data diolah

Tanah umumnya memiliki masa manfaaat yang tidak

terbatas dan tidak dianggap sebagai suatu aktiva yang dapat

disusutkan. Demikian pula dengan ketentuan fiskal, tanah termasuk

aktiva yang tidak dapat disusutkan. Hal ini sesuai dengan Pasal 11

ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak

Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 yang selanjutnya

disebut Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008.

67
88
2) Land Rights
Tabel 4.6
Rekonsiliasi Amortisasi Land Rights
Amortisasi
Aktiva Nilai Perolehan Umur Tarif Koreksi
Komersial Fiskal
Ekonomis (%) Fiskal
Land Rights -
Ciater 114,432,400 22 5,201,473 5 5,721,620 (520,147)

Jumlah 114,432,400 5,201,473 5,721,620 (520,147)


Sumber : data diolah

Land Rights – Ciater merupakan harta tak berwujud berupa

hak pakai dan hak guna usaha pada suatu tanah yang dimiliki

perusahaan. Harta ini diamortisasi karena hak atas penggunaan

tanah tersebut memiliki jangka waktu pakai dan pihak manajemen

memiliki kepastian bahwa perpanjangan atau pembaharuan hak

tidak diperoleh setelah habis masa pakainya sesuai dengan PSAK

47 Paragraf 17 tentang Akuntansi Tanah.

Berdasarkan ketentuan fiskal Land Rights digolongkan

sebagai harta tak berwujud kelompok 4 yang memiliki masa

manfaat 20 tahun dan diamortisasi secara garis lurus dengan tariff

sebesar 5% . Dari perhitungan table 4.6, menunjukan koreksi

negatif sebesar Rp 520.147 karena nilai penyusutan fiskal lebih

besar dari penyusutan komersial.

68
89
3) Building
Tabel 4.7
Rekonsiliasi Penyusutan Building
Penyusutan
Nilai
Aktiva Umur Tarif Koreksi
Perolehan Komersial Fiskal
Ekonomis (%) Fiskal
10
Office 22,196,726 - 5 - -
10
Workshop 37,066,990 - 5 - -
8
Welfare Building 9,862,493 - 5 - -
30
Storage Open (Ground) 76,013,881 2,533,796 5 3,800,694 (1,266,898)
Mess + Kantor +
10
Workshop 22,821,400 - 5 - -

Jumlah 167,961,490 2,533,796 3,800,694 (1,266,898)


Sumber : data diolah

Office, Workshop, dan Welfire Building tidak disusutkan

dalam laporan komersial karena nilai bukunya sudah habis namun

aktiva tersebut masih ada. Perusahaan mengakui adanya

penyusutan aktiva Storage Open sebesar Rp 2.533.796, namun

berdasarkan ketetuan fiskal penyusutan yang dapat diakui adalah

sebesar Rp 3.800.694 menggunakan metode garis lurus. Sehingga

menyebabkan koreksi fiskal negatif sebesar Rp 1.266.898. Hal ini

sesuai dengan Pasal 11 ayat (1) Undang-undang PPh No. 36 Tahun

2008.

69
90
4) Aktiva Lainnya
Tabel 4.8
Rekonsiliasi Penyusutan Aktiva Lainnya
Penyusutan
Nilai
Aktiva Umur Tarif Koreksi
Perolehan Komersial Fiskal
Ekonomis (%) Fiskal
Rumah Tinggal Jati
20
Padang 32,283,858 1,614,193 5 - 1,614,193
Rumah Tinggal Jati
20
Padang 46,529,950 2,326,498 5 - 2,326,498

Jumlah 78,813,808 3,940,691 - 3,940,691


Sumber : data diolah

Rumah tinggal merupakan aktiva hasil dari sitaan yang

dimiliki perusahaan. Menurut ketentuan fiskal aktiva yang dapat

disusutkan adalah mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun dan

digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan serta hal-hal lain yang diatur dalam peraturan

perpajakan. Oleh karena itu penulis menyimpulkan untuk

melakukan koreksi fiskal positif terhadap aktiva rumah tinggal

sebesar Rp 3.940.691.

5) Machinery

Tabel 4.9
Rekonsiliasi Penyusutan Machinery
Penyusutan
Nilai Koreksi
Aktiva Tarif Tarif
Perolehan Komersial Gol Fiskal Fiskal
(%) (%)
UE 25
Machinery 1 60,355,001 7,872,567 1 7,873,168 (601)
UE 12,5
Machinery 2 5,953,682,140 270,112,554 2 226,871,712 43,240,842

Jumlah 6,014,037,141 277,985,122 234,744,880 43,240,241


Sumber : data diolah *UE : Umur Ekonomis

70
91
Terdapat perbedaan antara penyusutan komersial dan

penyusutan fiskal, dimana menurut komersial penyusutan aktiva

machinery sebesar Rp 277.985.122 sedangkan fiskal hanya

mengakui sebesar Rp 234.744.880 sehingga menyebabkan koreksi

fiskal positif sebesar Rp 43.240.241. Hal ini disebabkan adanya

perbedaan dalam hal perhitungan penyusutan tersebut, dimana

menurut komersial aktiva tetap disusutkan sepanjang masa manfaat

atau umur ekonomis. Berbeda dengan fiskal bahwa aktiva

disusutkan berdasarkan penggolongan jenis harta sesuai dengan

Pasal 11 ayat (6) Undang-undang PPh No. 36 Tahun 2008.

6) Heavy Equipment & Vehicles

Tabel 4.10
Rekonsiliasi Penyusutan Heavy Equipment & Vehicles
Penyusutan
Heavy Nilai Koreksi
Tarif Tarif
Equipment Perolehan Komersial Gol Fiskal Fiskal
(%) (%)
UE 25
Aktiva 1 137,198,110 5,762,500 1 - 5,762,500
UE 12,5
Aktiva 2 18,195,208,674 359,795,712 2 278,713,887 81,081,825

Jumlah 18,332,406,784 365,558,212 278,713,887 86,844,325


Sumber : data diolah *UE: Umur Ekonomis

Terdapat perbedaan antara penyusutan komersial dan

penyusutan fiskal, dimana menurut komersial penyusutan aktiva

Heavy Equipment & Vehicles sebesar Rp 365.558.212 sedangkan

fiskal hanya mengakui adanya penyusutan sebesar Rp

278.713.887, sehingga menyebabkan koreksi fiskal positif sebesar

Rp 86.844.325.

71
92
7) Office Equipment

Tabel 4.11
Rekonsiliasi Penyusutan Office Equipment

Penyusutan
Office Nilai Koreksi
Equipment Perolehan Tarif Tarif Fiskal
Komersial Gol Fiskal
(%) (%)
UE 25
Aktiva 1 1,018,134,379 57,931,446 1 57,517,744 413,702
UE 12,5
Aktiva 2 106,990,000 22,686,248 2 12,082,083 10,604,165

Jumlah 1,125,124,379 80,617,694 69,599,827 11,017,867


Sumber : data diolah *UE: Umur Ekonomis

Terdapat perbedaan antara penyusutan komersial dan

penyusutan fiskal, dimana menurut komersial penyusutan aktiva

Office Equipment sebesar Rp 80.617.694 sedangkan fiskal hanya

mengakui sebesar Rp 69.599.827, sehingga menyebabkan koreksi

fiskal positif sebesar Rp 11.017.867.

8) Tools & Equipment

Tabel 4.12
Rekonsiliasi Penyusutan Tool & Equipment

Penyusutan
Tools & Nilai Koreksi
Equipment Perolehan Tarif Tarif Fiskal
Komersial Gol Fiskal
(%) (%)
UE 1 25
Aktiva 1 300,554,052 4,097,180 9,737,500 (5,640,320)
UE 2 12,5
Aktiva 2 106,441,000 8,281,250 11,018,000 (2,736,750)

Jumlah 406,995,052 12,378,430 20,755,500 (8,377,070)


Sumber : diolah oleh penulis *UE: Umur Ekonomis

Terdapat perbedaan antara penyusutan komersial dan

penyusutan fiskal, dimana menurut komersial penyusutan aktiva

Tools & Equipment sebesar Rp 12.378.430 sedangkan fiskal hanya

72
93
mengakui sebesar Rp 20.755.500, sehingga menyebabkan koreksi

fiskal negatif sebesar Rp 8.377.070.

Tabel 4.13
Ringkasan Evaluasi Rekonsiliasi Penyusutan Asset PT Indomix
Perkasa Tahun 2010
Penyusutan/Amortisasi Koreksi
Aktiva Nilai Perolehan
Komersial Fiskal Fiskal

Land 265,516,000 - - -

Land Rights 114,432,400 5,201,473 5,721,620 (520,147)

Building 167,961,490 2,533,796 3,800,694 (1,266,898)

Aktiva Lainnya 78,813,808 3,940,691 - 3,940,691

Machinery 6,014,037,141 277,985,122 234,744,880 43,240,242


Heavy Equipment &
Vehicles 18,332,406,784 365,558,212 278,713,887 86,844,325

Office Equipment 1,125,124,379 80,617,694 69,599,827 11,017,867

Tools & Equipment 406,995,052 12,378,430 20,755,500 (8,377,070)

Jumlah 26,505,287,054 748,215,418 613,336,408 134,879,010


Sumber : data diolah

2a. Koreksi positif sebesar Rp 975.789.000 atas imbalan pasca kerja

berdasarkan cadangan menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan.

PSAK No. 24 Tahun 2004 menyangkut Akuntansi Imbalan Kerja

mensyaratkan tentang penggunaan metode perhitungan aktuaria.

Perusahaan menunjuk PT Mercer Indonesia, aktuaris independent, untuk

menghitung taksiran kewajiban atas imbalan pasca-kerja dan kewajiban

atas uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian

73
94
hak bagi karyawan tetapnya untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31

Desember 2010.

Tabel 4.14
Rekonsiliasi Penyisihan Imbalan Pasca Kerja Tahun 2010

Sumber : data diolah

Koreksi fiskal sebesar Rp 975.789.000 terjadi akibat perusahaan

membuat cadangan atau penyisihan imbalan pasca kerja. Menurut

ketentuan fiskal pembentukan dana cadangan tidak diakui kecuali yang

telah disebutkan dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c Undang-Undang PPh

No. 6 Tahun 2008.

3a. Koreksi negatif sebesar Rp 708.487.201 terjadi akibat kelebihan realisasi

penghapusan piutang tak tertagih tahun 2010 sebesar Rp 818.487.201

Opening balance Rp 2.292.968.994


Allowance for Debt Exp 2010 Rp 110.000.000
Ending Balance Rp 2.402.968.994
Allowance for Doubtful Accounts 31 December 2010 Rp 1.584.481.793
Realization of removal receivables 2010 Rp (818.487.201)

74
95
Di dalam rekonsiliasi Laporan Laba Rugi terdapat beda tetap berupa :

1b. Koreksi negatif sebesar Rp 23.750.000 atas beban penyusutan aktiva

tetap milik perusahaan yang digunakan atau boleh dibawa pulang oleh

pegawai sehingga ketentuan penyusutannya menurut fiskal hanya diakui

sebesar 50% dari total penyusutan fiskal yang berlaku berdasarkan

Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-220/PJ./2002 tanggal 18 April

2002.

Tabel 4.15
Rekonsiliasi Penyusutan Aktiva Tetap yang Digunakan Karyawan
Tertentu Tahun 2010

Sumber : data diolah

Menurut penulis beban penyusutan aktiva tetap milik perusahaan yang

digunakan atau dibawa pulang pegawai seharusnya dikoreksi positif dan

terdapat beberapa aktiva tetap yang belum terhitung. Berikut ini

merupakan perhitungan penyusutan aktiva tetap yang digunakan

karyawan tertentu menurut penulis :

75
96
Tabel 4.16
Evaluasi Rekonsiliasi Penyusutan Aktiva Tetap yang Digunakan
Karyawan Tertentu Tahun 2010

Penyusutan
Nilai
Aktiva Category Tarif
Perolehan
Gol (%) Fiskal

Hyundai Trajet B8962EN 80,000,000 Hev-Veh 2 12,5 10,000,000

Suzuki APV Coklat (B8084L) 100,000,000 Hev-Veh 2 12,5 12,500,000

Suzuki APV Coklat (B80855L) 100,000,000 Hev-Veh 2 12,5 12,500,000

Suzuki APV Coklat (B8086L) 100,000,000 Hev-Veh 2 12,5 12,500,000

Laptop for P' S 10,970,000 Off Eqp 1 25 2,742,500

Laptop for P' D H 12,357,055 Off Eqp 1 25 3,089,264

CAMERA SAMSUNG SMO 72569 1,530,000 Off Eqp 1 25 382,500

Notebook u/Pak "H" 9,140,000 Off Eqp 1 25 2,285,000


Lidojaya, 120, 1 Unit Digital
Camera 1,650,000 Off Eqp 1 25 412,500
Lidojaya, 120, 1 Unit Digital
Camera 1,650,000 Off Eqp 1 25 412,500
Sepeda Motor Grinsing
9,600,000 Hev-Mtr 1 25 2,400,000
Sepeda Motor Kawasaki Kaze
13,600,000 Hev-Mtr 1 25 3,400,000
Sepeda Motor Supra Fit for
Bandung 10,050,000 Hev-Mtr 1 25 2,512,500

Jumlah 450,547,055 65,136,764


Sumber : data diolah

Dari perhitungan tabel 4.16 dijelaskan bahwa jumlah penyusutan fiskal

aktiva tetap yang digunakan karyawan tertentu karena jabatannya

sebesar Rp 65.136.764, menurut peraturan perpajakan yang dapat diakui

hanya sebesar 50% dari total penyusutan fiskal yang berlaku, sehingga

harus dikoreksi fiskal positif sebesar Rp 32.568.382.

76
97
2b. Koreksi positif sebesar Rp 2.560.350 atas biaya perbaikan dan perawatan

kendaraan perusahaan yang diberikan sebagai fasilitas untuk digunakan

pegawai tertentu karena jabatannya, sehingga ketentuan menurut fiskal

hanya diakui sebesar 50% dari total biaya Rp 5.120.699. Hal ini

berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-220/PJ/2002 tanggal

18 April 2002.

Tabel 4.17
Rekonsiliasi Biaya Perbaikan dan Perawatan Tahun 2010
Komersial Fiskal Koreksi Fiskal

Januari 5,751,350 5,736,350 15,000

Februari 3,526,150 3,526,150 -

Maret 5,048,500 5,048,500 -

April 4,451,100 4,413,600 37,500

Mei 6,168,000 6,168,000 -

Juni 8,608,500 8,523,500 85,000

Juli 3,655,314 2,897,907 757,407

Agustus 4,689,600 4,557,100 132,500

September 4,903,885 4,509,885 394,000

Oktober 1,130,025 820,012 310,013

November 1,307,000 1,307,000 -

Desember 3,020,060 2,191,130 828,930

Jumlah 52,259,484 49,699,134 2,560,350


Sumber : data diolah

77
98
Analisis Penulis :

Biaya perbaikan dan perawatan merupakan biaya yang dikeluarkan

perusahaan tekait perbaikan dan perawatan kendaraan dan equipment

kantor. Berikut ini adalah elemen-elemen dari biaya perbaikan dan

perawatan :

Biaya Perbaikan & Perawatan


3525 Exp - Fixed Plant & Equipment 25,570,300
3550 Exp - S Part Loader 50,500
3565 Exp - Mobile Plant Trucks 256,000
3570 Exp - S Part Genset 1,938,400
3575 Exp - Motor Vehicles 20,834,784
3580 Exp - Office & Comp Equipmen 3,609,500
52,259,484
Menurut ketentuan fiskal semua biaya yang berkaitan dengan

kegiatan usaha dapat dibebankan sebagai biaya fiskal kecuali hal-hal lain

yang diatur dalam peraturan perpajakan. Fixed plant, sparepart loader,

mobile plant trucks, sparepart genset, motor vehicle, dan office

equipment merupakan biaya yang berkaitan dan digunakan dalam

kegiatan usaha dan dapat diakui sebagai biaya fiskal, namun terdapat

biaya motor vehicles yang harus dikoreksi fiskal sebesar Rp 2.560.350

atas biaya perbaikan dan perawatan kendaraan perusahaan yang dibawa

pulang oleh pegawai tertentu karena jabatannya.

3b. Koreksi positif sebesar Rp 9.921.914 atas biaya perjalanan dinas dan

transportasi karyawan perusahaan. Koreksi tersebut dikenakan karena

biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk kepentingan pribadi

karyawan.

78
99
Tabel 4.18
Rekonsiliasi Biaya Travelling, Transport, & Meal Tahun 2010
Koreksi Fiskal
Komersial Fiskal
COGS GA

Januari 17,641,012 17,393,512 - 247,500

Februari 21,731,116 20,516,702 - 1,214,414

Maret 59,351,580 59,101,580 - 250,000

April 11,628,300 11,052,800 - 575,500

Mei 9,716,631 9,016,631 - 700,000

Juni 13,240,200 12,550,200 - 690,000

Juli 4,466,550 3,896,550 - 570,000

Agustus 9,628,700 8,913,700 715,000 -

September 4,087,000 1,607,500 700,000 1,779,500

Oktober 9,113,700 7,113,700 900,000 1,100,000

November 9,129,500 9,129,500 - -

Desember 5,450,500 4,970,500 - 480,000

Jumlah 175,184,789 165,262,875 2,315,000 7,606,914


Sumber : data diolah

Analisis Penulis :

Travelling, transport, & meal merupakan biaya pegawai yang

ditanggung perusahaan sehubungan dengan dinas di luar kantor atau

disebut juga biaya perjalanan dinas. Biaya perjalanan dinas umumnya

terdiri dari tiga biaya yaitu biaya transportasi, biaya akomodasi, dan

uang saku. Berikut ini adalah elemen dari biaya travelling, transport, &

meal :

79
100
Travelling - transport & meal GA COGS

3705 Travel - Transport 30,617,328 46,980,000

3710 Travel - Accomodation 81,316,682 6,963,531

3715 Travel - Meals 6,792,250 2,514,998

118,726,260 56,458,529

Travel – transport merupakan komponen pengeluaran untuk

membiayai transportasi untuk sampai ke tempat tujuan. Unsur

transportasi ini dapat diberikan dalam bentuk uang maupun dalam

bentuk tiket. Travel – accommodation merupakan komponen

pengeluaran untuk membiayai penginapan selama karyawan melakukan

perjalanan dinas dan biayanya diberikan dalam bentuk uang ataupun

voucher. Biaya yang ketiga adalah travel - meals merupakan

penggantian uang makan selama perjalanan dinas yang direimburst

karyawan.

Menurut narasumber perusahaan memberikan biaya perjalanan

dinas secara reimbursement. Apabila diberikan secara reimbursement

maka perusahaan dapat membebankan biaya perjalanan dinas sebagai

biaya fiskal dengan syarat tidak ada mark up, disertai dengan bukti asli,

dan diusahakan atas nama perusahaan. Berikut ini adalah ringkasan hasil

analisis penulis terhadap rekonsiliasi biaya travel, transport, & meal :

80
101
Tabel 4.19
Ringkasan Evaluasi Biaya Travel, Transport, & Meal Tahun 2010
Deductible Expense Koreksi Fiskal
Komersial
COGS GA COGS GA

Travel - Transport 77,597,328 45,380,000 19,528,000 1,600,000 11,089,328

Travel - Accomodation 88,280,213 6,963,531 81,316,682 - -

Travel - Meals 9,307,248 2,514,998 6,673,750 - 118,500

Jumlah 175,184,789 54,858,529 107,518,432 1,600,000 11,207,828


Sumber : data diolah

Berdasarkan analisis penulis terdapat koreksi fiskal terhadap biaya

travel - transport sebesar Rp 12.689.328, merupakan biaya untuk

kepentingan dari pegawai tersebut dan tidak berhubungan dengan

aktivitas perusahaan dalam menghasilkan pendapatan, sehingga harus

dikoreksi positif. Menurut ketentuan fiskal biaya untuk kepentingan

pribadi tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sesuai dengan

Pasal 9 ayat (1) huruf b Undang-undang PPh No. 36 Tahun 2008. Biaya

meals perjalanan dinas sebesar Rp 118,500 harus dikoreksi karena tidak

didukung oleh bukti-bukti bahwa biaya tersebut benar-benar

dikeluarkan.

4b. Koreksi positif sebesar Rp 51.903.400 atas biaya bahan bakar kendaraan

bermotor yang diberikan perusahaan sebagai fasilitas untuk digunakan

pegawai tertentu karena jabatannya, sehingga menurut ketentuan fiskal

hanya diakui sebesar 50% dari jumlah biaya bahan bakar yang

dibebankan.

81
102
Tabel 4.20
Rekonsiliasi Biaya Bahan Bakar Tahun 2010

Sumber : data diolah

Menurut analisis penulis koreksi fiskal terhadap biaya Motor

Vehicles – Fuel sudah benar dan sesuai dengan Keputusan Dirjen Pajak

Nomor KEP-220/PJ/2002 tanggal 18 April 2002.

5b. Koreksi positif sebesar Rp 16.559.850 atas biaya parkir dan toll yang

dikeluarkan perusahaan sehubungan dengan biaya kendaraan yang

diberikan sebagai fasilitas pegawai tertentu karena jabatannya, sehingga

menurut ketentuan fiskal hanya diakui sebesar 50% dari jumlah biaya

parkir dan toll yang dibebankan.

82
103
Tabel 4.21
Rekonsiliasi Biaya Parkir dan Toll Tahun 2010

Sumber : data diolah

Menurut analisis penulis terdapat kekeliruan perhitungan pada

biaya koreksi fiskal bulan November sebesar Rp 383.000 yang belum

dikoreksi 50%. Sehingga biaya yang seharusnya dikoreksi untuk bulan

November adalah sebesar Rp 191.500 dan total keseluruhan biaya parkir

dan toll yang dikoreksi fiskal adalah sebesar Rp 16.368.350.

6b. Koreksi positif sebesar Rp 8.735.500 atas biaya registrasi kendaraan

bermotor. Menurut penulis biaya registrasi kendaraan seharusnya tidak

dilakukan koreksi positif dikarenakan biaya tersebut sehubungan dengan

mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan sesuai dengan

Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008.

83
104
7b. Koreksi positif sebesar Rp 115.592.900 atas biaya sumbangan dan

koordinasi yang tidak berhubungan dengan biaya untuk mendapatkan,

menagih, dan memelihara penghasilan, sehingga biaya tersebut harus

dikoreksi seluruhnya dari laporan keuangan komersial.

Tabel 4.22
Rekonsiliasi Biaya Restore & Rehab Tahun 2010

Sumber : data diolah

Berdasarkan penjelasan tabel 4.22 menunjukan bahwa di dalam

laporan komersial mengakui adanya biaya restore & rehab sebesar Rp

401.079.125, namun yang dapat dibebankan sebagai biaya fiskal

(deductible expense) adalah sebesar Rp 285.486.225. Selisih dari biaya

tersebut menyebabkan koreksi fiskal positif sebesar Rp 115.592.900.

Analisis Penulis :

Biaya restore & rehab provided merupakan biaya donasi

(koordinasi) dan retribusi yang digunakan untuk kelancaran operasional

plant dalam pengiriman ready mix atau beton ke proyek-proyek yang

84
105
dituju dengan memberikan meal atau retribusi kepada aparat, penjabat,

dan anggota tertentu. Menurut ketentuan fiskal biaya sumbangan dan

koordinasi merupakan biaya yang tidak dapat dibebankan sebagai biaya

fiskal kecuali hal-hal lain yang diatur dalam peraturan perpajakan.

Berikut ini merupakan hasil perhitungan rekonsiliasi biaya restore &

rehab menurut penulis :

Tabel 4.23
Ringkasan Evaluasi Rekonsiliasi Biaya Restore & Rehab

Komersial Fiskal Koreksi Fiskal

COGS 358,178,400 240,243,000 117,935,400

GA 42,900,725 36,649,725 6,251,000

Jumlah 401,079,125 276,892,725 124,186,400

Sumber : data diolah

Menurut analisis penulis, biaya restore & rehab yang seharusnya

dikoreksi positif adalah sebesar Rp 124.186.400, dengan rincian Rp

124.020.400 merupakan biaya sumbangan dan koordinasi, dan biaya

entertaint sebesar Rp 166.000 yang tidak memiliki daftar nominatifnya.

Dalam surat edaran Dirjen Pajak No. SE-27/PJ.22/1986, yang berkaitan

dengan biaya entertainment representasi dan jamuan tamu, wajib pajak

harus membuktikan bahwa biaya-biaya tersebut benar-benar

berhubungan dengan kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan

memelihara penghasilan perusahaan.

Biaya fiskal yang dapat dibebankan sebesar Rp 276.892.725,

merupakan biaya terkait gaji/upah pegawai harian. Gaji ataupun upah

85
106
adalah obyek PPh Pasal 21 dan merupakan pengurang penghasilan bruto

sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-Undang PPh No. 36

Tahun 2008.

8b. Koreksi positif sebesar Rp 30.899.689 atas biaya telephone berikut

pengisian ulang pulsa, perbaikan telepon seluler dan layanan internet

yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu

karena jabatan atau pekerjaannya.

Tabel 4.24
Rekonsiliasi Biaya Telephone Tahun 2010

Sumber : data diolah

Analisis Penulis :

Biaya telephone merupakan elemen dari biaya electricity,

telephone, & water. Biaya ini pada dasarnya merupakan biaya overhead

yang secara tidak langsung berhubungan dengan kegiatan usaha dan

dapat diakui sebagai biaya fiskal, namun peraturan perpajakan mengatur

86
107
lain terhadap biaya telephone yang boleh diakui menurut fiskal . Berikut

ini merupakan elemen dari biaya electricity, telephone, & water :

COGS GA

3850 Telephone 111,493,132 45,539,080


Light and Power -
3905 Electricity 5,480,812 -

3925 Water 771,900 -

Jumlah 117,745,844 45,539,080

Tabel 4.25
Evaluasi Rekonsiliasi Biaya Telephone

Sumber : data diolah

Terdapat biaya telephone (manufacturing) sebesar Rp

18.725.796 termasuk pengisian ulang pulsa, perbaikan telepon seluler

dan layanan internet yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk

pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, sehingga menurut

ketentuan fiskal hanya dapat diakui sebesar 50% dari jumlah biaya

87
108
berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan. Oleh karena itu

harus dikoreksi positif atas biaya telephone sebesar Rp 9.362.898. Dan

juga biaya telephone (general administration) sebesar Rp 43.073.581

yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu

karena jabatan atau pekerjaannya, sehingga harus dikoreksi positif atas

biaya telephone tersebut sebesar Rp 21.536.791. Hal ini berdasarkan

Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-220/PJ/2002 tanggal 18 April

2002.

9b. Koreksi positif sebesar Rp 29.198.457 atas biaya penggantian

sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk

natura dan kenikamatan termasuk makanan dan minuman untuk office,

biaya makan siang pegawai, dan minuman untuk tamu.

Tabel 4.26
Rekonsiliasi Biaya Staff Amenities Tahun 2010

Sumber : data diolah

88
109
Analisis Penulis :

Staff Amenities merupakan elemen dari biaya health, safety,

security, dan staff amenities. Berikut ini adalah elemen-elemen dari

biaya health, safety, security, dan staff amenities :

COGS GA

3870 Staff Amenities 243,791,600 70,776,432

3875 Securities 54,000,000 -

3880 Health and Safety 28,829,800 1,415,500

Jumlah 326,621,400 72,191,932

Dari elemen biaya diatas dapat dijelaskan bahwa Securities

adalah biaya keamanan yang dibayarkan perusahaan sehubungan

penggunaan tenaga kerja dari outsourcing. Health & safety adalah biaya

yang dikeluarkan perusahaan sehubungan dengan pembelian perangkat

keamanan dan persediaan obat-obatan bagi karyawannya. Kedua biaya

tersebut dapat dibebankan sebagai biaya fiskal dikarenakan keamanan,

kesehatan, dan keselamatan pegawai adalah keharusan dalam

pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena

sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya sesuai dengan penjelasan

Pasal 9 ayat (1) huruf e Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008.

Staff amenities adalah biaya natura yang diberikan perusahaan

kepada karyawannya sehubungan dengan pekerjaan baik dalam

penggantian sejumlah uang maupun kenikmatan konsumsi barang,

seperti; uang makan siang, uang makan lembur, dan jamuan tamu.

89
110
Menurut ketentuan fiskal bahwa penggantian atau imbalan sehubungan

dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan

kenikamatan tidak boleh dikurangkan dari besarnya penghasilan kena

pajak kecuali hal-hal lain yang diatur dalam peraturan perpajakan.

Berikut ini adalah tabel hasil analisis rekonsiliasi biaya staff amenities

menurut penulis :

Tabel 4.27
Evaluasi Rekonsiliasi Biaya Staff Amenities Tahun 2010

Sumber : data diolah

Berdasarkan perhitungan tabel 4.27 bahwa biaya staff amenities

yang seharusnya dikoreksi fiskal adalah sebesar Rp 301.499.932, karena

biaya tersebut merupakan biaya natura, meals, jamuan tamu, dan uang

makan bagi karyawan. Uang makan merupakan tambahan penghasilan

bagi karyawan namun berdasarkan hasil wawancara, uang makan

90
111
tersebut tidak dilaporkan sebagai obyek PPh Pasal 21 sehingga penulis

menyimpulkan biaya tersebut harus dikoreksi positif dari staff amenities.

Dari tabel 4.27 juga menyebutkan biaya staff amenities yang

dapat dibebankan sebagai biaya fiskal (deductible expense) adalah

sebesar Rp 13.068.100. Biaya ini merupakan pembelian air minum bagi

karyawan. Menurut narasumber, air minum tersebut disediakan untuk

seluruh karyawannya oleh karena itu penulis menyimpulkan biaya ini

dapat dibebankan sebagai biaya fiskal sebagaimana yang telah

disebutkan dalam penjelasan Pasal 9 ayat (1) huruf e Undang-Undang

PPh No. 36 Tahun 2008 bahwa pemberian atau penyediaan makanan dan

atau minuman bagi seluruh pegawai yang berkaitan dengan pelaksanaan

pekerjaan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

10b. Koreksi positif sebesar Rp 6.284.717 atas biaya asuransi sehubungan

dengan biaya kendaraan yang diberikan sebagai fasilitas pegawai

tertentu oleh perusahaan karena jabatannya.

Tabel 4.28
Rekonsiliasi Biaya Asuransi (GA) Tahun 2010

Sumber : data diolah

91
112
Analisis Penulis :

Biaya asuransi merupakan elemen dari biaya rent, taxes, traffic line

& insurance. Berikut ini adalah elemen dari biaya-biaya tersebut:

COGS GA
4215 Rental - Machinery, etc 51,388,886 -
4221 Loader Rental 28,406,250 -
4225 Taxes, Duties & Levies 6,543,350 21,641,178
4230 Registration & Road Tax - -
4235 Traffic Fine & Facilitations - -
4245 Insurance - Other 8,207,923 12,506,620

Jumlah 94,546,409 34,147,798

Rental – Machinery & Loader merupakan biaya terkait aktiva yang

disewa perusahaan dari pihak lain. Sedangkan Isurance - Other

merupakan biaya terkait asuransi kendaraan yang digunakan perusahaan.

Taxes, Duties & Levies merupakan biaya terkait pajak, perijinan untuk

pengambilan air bawah tanah, dan perijinan bangunan atas asset

perusahaan seperti ; PBB, ijin domisili perusahaan, dan perpanjangan

IMTA untuk tenaga asing

Biaya-biaya tersebut dapat diakui sebagai biaya fiskal karena

berhubungan dengan mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan kecuali biaya asuransi (general administration) yang diatur

lain dalam peraturan perpajakan. Berikut ini adalah hasil analisis penulis

terhadap rekonsiliasi biaya asuransi :

92
113
Tabel 4.29
Evaluasi Rekonsiliasi Biaya Asuransi (GA) Tahun 2010

Sumber : data diolah

Berdasarkan tabel 4.29 laporan komersial mengakui adanya biaya

asuransi (general administration) sebesar Rp 12.506.620, namun

menurut fiskal terdapat biaya asuransi sebesar Rp 6.557.704 yang harus

dikoreksi karena biaya tersebut berhubungan dengan kendaraan

perusahaan yang dibawa pulang oleh pegawai tertentu karena jabatannya

sehingga hanya dapat diakui sebesar 50% dari jumlah biaya yang

dibebankan sesuai dengan Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-

220/PJ/2002 tanggal 18 April 2002. Hal ini menyebabkan koreksi fiskal

positif atas biaya asuransi sebesar Rp 3.278.852.

11b. Koreksi negatif sebesar Rp 65.393.154 atas penghasilan bunga karena

sudah dikenakan PPh Final. Hal ini berdasarkan Pasal 4 ayat (2)

Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008.

93
114
12b. Koreksi positif sebesar Rp 18.316.507 atas biaya kendaraan bermotor

(manufacturing overhead) yang diberikan sebagai fasilitas untuk

digunakan pegawai tertentu karena jabatannya.

Tabel 4.30
Rekonsiliasi Motor Vehicles Expense (COGS) Tahun 2010

Sumber : data diolah

Analisis Penulis :

Motor vehicles expenses merupakan elemen dari biaya sparepart &

tyres. Sparepart & tyres expenses dikeluarkan perusahaan berkaitan

dengan pemeliharaan dan perbaikan kendaraan plant yang berhubungan

dalam aktivitas produksi beton dan pengiriman bahan baku material.

Berikut ini adalah elemen-elemen dari biaya sparepart & tyres :

94
115
Manufacturing Overhead
3505 Exp - Batching Plant/Sparepart 120,857,888.58
3524 Exp - Plant & Equip/Service 106,910,000.00
3525 Exp - Fixed Plant & Equipment 145,474,528.70
3549 Exp - Loader/Service 40,833,333.00
3550 Exp - S Part Loader 159,458,641.96
3551 Exp - Oil Loader 148,460,067.28
3560 Exp - Mobile Plant Mixers 2,902,240.00
3561 Exp - Oil Mixers 1,219,810.40
3565 Exp - Mobile Plant Trucks 5,156,666.67
3569 Exp - Vehicles Other/Service 400,000.00
3570 Exp - S Part Genset 62,512,320.64
3571 Exp - M P Oli Genset 48,091,124.47
3575 Exp - Motor Vehicles 36,380,377.48
3580 Exp - Office & Comp Equipmen 4,857,400.00
3581 Inventaries 1,902,500.00
3585 Exp - Testing Equipment 170,000.00
3595 Exp - Tools 8,770,000.00
Repair & Maintenance
3605 Exp - Tyres 90,000.00
Jumlah 894,446,899.18

Semua biaya yang timbul yang menyebabkan penurunan manfaat

ekonomi dan ekuitas perusaahan dapat disebut biaya dalam akuntansi

komersial sedangkan tidak demikian menurut ketentuan perpajakan,

biaya yang tidak berkaitan dalam menghasilkan, menjaga, dan

memelihara penghasilan tidak diakui biayanya dan biaya-biaya lain yang

diatur dalam peraturan perpajakan.

Biaya-biaya sparepart & tyres dapat diakui menurut fiskal karena

berkaitan dalam aktivitas produksi perusahaan, namun terdapat elemen

exp – motor vehicle yang diatur lain oleh peraturan perpajakan. Didalam

exp – motor vehicle terdapat biaya perbaikan dan pembelian sparepart

kendaraan yang dibawa pulang oleh karyawan tertentu karena

jabatannya sebesar Rp 18.316.507, sehingga menurut ketentuan fiskal

95
116
hanya dapat diakui sebesar 50% dari jumlah biaya yaitu sebesar Rp

9.158.253. Hal ini berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-

220/PJ/2002 tanggal 18 April 2002.

Tabel 4.31
Evaluasi Rekonsiliasi Motor Vehicles Expense (COGS) Tahun 2010

Sumber : data diolah

D. Pajak Penghasilan PT Indomix Perkasa

1. Perhitungan Penghasilan Netto Fiskal PT Indomix Perkasa Tahun

2010

Dalam menghitung pajak penghasilan badan perlu diketahui dahulu

penghasilan netto fiskal. Penghasilan netto fiskal merupakan hasil dari

laba komersial yang telah dilakukan koreksi fiskal berdasarkan undang-

undang perpajakan dan nantinya akan menjadi dasar dalam menghitung

96
117
pajak penghasilan badan terhutang. Dari pembahasan diatas, maka

penghasilan netto fiskal dapat dihitung sebagai berikut :

PENGHASILAN NETTO KOMERSIAL


Peredaran Usaha Rp 72.214.654.901
Harga Pokok Penjualan Rp (82.081.242.297)
Biaya Usaha Lainnya Rp (8.495.549.538)
Penghasilan Netto dari Usaha Rp (18.362.136.934)
Penghasilan dari Luar Usaha Rp 6.239.530.976
Biaya dari Luar Usaha Rp (2.680.616.932)
Jumlah Penghasilan Netto Komersial Rp (14.803.222.890)

KOREKSI FISKAL
Koreksi Positif :
Biaya penyusutan aktiva tetap Rp 102.773.381
Imbalan pasca kerja Rp 975.789.000
Biaya perbaikan dan perawatan Rp 2.560.350
Biaya traveling & transport Rp 9.921.914
Biaya bahan bakar Rp 51.903.400
Biaya parkir dan toll Rp 16.559.850
Biaya registrasi kendaraan Rp 8.735.500
Biaya sumbangan dan koordinasi Rp 115.592.900
Biaya telephone Rp 30.899.689
Staff amenities Rp 29.198.457
Biaya asuransi Rp 6.284.717
Biaya kendaraan bermotor Rp 18.316.507
Jumlah Koreksi Positif Rp 1.368.535.665

Koreksi Negatif :
Biaya penghapusan piutang Rp 708.487.201
Biaya penyusutan Rp 23.750.000
Pendapatan bunga Rp 65.393.154
Jumlah Koreksi Negatif Rp (797.630.355)

Jumlah Penghasilan Netto Fiskal Rp (14.232.317.580)

97
118
2. Pajak Penghasilan Terhutang PT Indomix Perkasa Tahun 2010

Karena pada tahun pajak 2010 PT Indomix Perkasa mengalami

kerugian maka tidak dikenai pajak terhutang atau nihil. Dari kerugian

yang di derita perusahaan pada tahun 2010 tersebut nantinya dapat

dikompensasikan di tahun berikutnya maksimal 5 tahun.

a. PPh Pasal 22

PPh pasal 22 yang menjadi kredit pajak bagi perusahaan berasal

dari pembelian bahan baku semen dari PT Indocement Tunggal

Prakarsa untuk tahun 2010 sebesar Rp 45.172.444.068 dan

pembelian solar dari PT Pertamina sebesar Rp 323.501.666. Atas

objek pasal 22 tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 154/PMK.03/2010 tanggal 31 Agustus 2010 bahwa badan

usaha industri semen dikenakan pajak sebesar 0,25% dari dasar

pengenaan pajak pertambahan nilai dan atas penjualan solar dari

Pertamina kepada Non SPBU dikenakan pajak sebesar 0,3% dari

penjualan. Perhitungan PPh Pasal 22 PT Indomix Perkasa tahun

pajak 2010 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.32
Perhitungan PPh Pasal 22 PT Indomix Tahun 2010
Keterangan Jumlah Transaksi (Rp) Tarif PPh 22 PPh 22 yang dipotong
0.30%
Pembelian solar dari Pertamina 323,501,666 970,505
Pembelian semen dari PT
0.25%
Indocement 45,172,444,068 112,931,110
Jumlah PPh 22 Yang Dipotong
113,901,615
Sumber : data diolah

98
119
b. PPh Pasal 23

PPh pasal 23 yang menjadi kredit pajak bagi perusahaan berasal

dari pendapatan sewa kendaraan dan penghasilan lain atas

penggunaan harta yang disewakan PT Indomix Perkasa kepada PT

Pionir Beton Industri selama tahun 2010 sebesar Rp 7.517.875.059.

Berdasarkan Pasal 23 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan bahwa sewa dan penghasilan

lain sehubungan dengan penggunaan harta dikenakan pajak sebesar

2% (dua persen). Perhitungan PPh pasal 23 untuk tahun 2010 adalah

sebagai berikut :

Rp 7.517.875.059 x 2% = Rp 150.357.501

99
120
c. PPh Pasal 25

Tabel 4.33
Rekapitulasi SSP PPh Pasal 25 Tahun 2010

Surat Setoran Pajak


Bulan
Tgl setor tgl lapor Rp.-

JANUARI 10-Jun-10 19-Feb-10 22,916,616

FEBRUARI Kompesasi LB 2008 19-Mar-10 22,916,616

MARET 9-Apr-10 20-Apr-10 22,916,616

APRIL 10-May-10 21-May-07 49,633,047

MEI 9-Jun-10 21-Jun-10 49,633,047

JUNI 9-Jul-10 19-Jul-10 49,633,047

JULI 10-Aug-10 20-Aug-10 49,633,047

AGUSTUS 7-Sep-10 20-Sep-10 49,633,047

SEPTEMBER 8-Oct-10 18-Oct-10 49,633,047

OKTOBER 10-Nov-10 18-Nov-10 49,633,047

NOPEMBER 10-Nov-10 20-Dec-10 49,633,047

DESEMBER 10-Jan-10 20-Jan-10 49,633,047

Jumlah 465,814,224

Sumber : PT Indomix Perkasa Tahun 2010,

Berdasarkan tabel 4.33 diatas terdapat kesalahan perhitungan

jumlah PPh Pasal 25 yang disetor dikarenakan tidak ikut

terhitungnya angsuran PPh Pasal 25 masa Desember sehingga

100
121
menyebabkan jumlah PPh Pasal 25 Bulanan Tahun 2010 kurang

sebesar Rp 49.633.047.

Setelah semua komponen kredit pajak perusahaan tahun 2010

diperoleh, maka dapat dihitung PPh kurang bayar (PPh Pasal 29) atau PPh

lebih bayar (PPh Pasal 28A) yang dikenakan terhadap PT Indomix

Perkasa. Berikut merupakan perhitungan PPh kurang atau lebih bayar PT

Indomix Perkasa tahun 2010 :

Penghasilan Netto Fiskal Rp (14.232.317.580)


Penghasilan Kena Pajak Rp (Nihil)
PPh Terutang Rp (Nihil)
Kredit Pajak :
PPh Pasal 22 Rp 113.901.615
PPh Pasal 23 Rp 150.357.501
PPh Pasal 25 Bulanan Rp 465.814.224
Jumlah Kredit Pajak Rp 730.073.340
PPh Lebih Bayar (PPh Ps.28A) Rp 730.073.340

Dari perhitungan diatas menyatakan bahwa perusahaan memiliki

pajak lebih bayar sebesar Rp 730.073.340 yang nantinya dapat

mengajukan restitusi atas kelebihan pembayaran pajak tersebut.

101
122
E. Analisis dan Evaluasi Terhadap Rekonsiliasi Fiskal PT Indomix Perkasa

Tahun 2010

Dari hasil koreksi fiskal yang dilakukan oleh perusahaan untuk tahun

pajak 2010, masih terdapat banyak kesalahan perhitungan dan kekeliruan

terhadap biaya-biaya yang seharusnya dikoreksi fiskal oleh perusahaan.

Penulis mencoba untuk menganlisis mengenai komponen-komponen dalam

laporan rekonsiliasi fiskal tersebut dan melakukan evaluasi untuk mengetahui

semua biaya-biaya dan penghasilan telah dilakukan koreksi dengan benar

sesuai dengan ketentuan perpajakan :

1. Peredaran Usaha

Penghasilan menurut komersial meliputi pendapatan (revenues)

dan keuntungan (gains) yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak

berasal dari kontribusi penanaman modal. Dalam hal ini penghasilan

utama perusahaan berasal dari penjualan adukan beton siap pakai, baik

secara tunai maupun kredit. Berikut dibawah ini adalah penjualan ready

mix concrete selama tahun 2010 :

- Concrete sales (credit) Rp 86.589.292.616


- Uninvoiced concrete sales Rp (15.656.079.560)
- Concrete sales (cash) Rp 1.281.441.845
Jumlah Penjualan Ready Mix Concrete Rp 72.214.654.901
2. Harga Pokok Penjualan

Merupakan komponen vital dalam perhitungan pajak, karena tinggi

rendahnya pajak penghasilan sangat dipengaruhi oleh Harga Pokok Penjualan

(HPP). Untuk nilai penjualan yang sama, jika semakin tinggi HPP nya, maka

semakin rendah labanya, dan tentu pajaknyapun semakin rendah. Fiskal

102
123
mengakui adanya biaya bersamaan dengan penghasilan yang dihasilkan sesuai

dengan prinsip matching cost against revenue. Maka menurut penulis terdapat

biaya HPP yang seharusnya dikoreksi positif sebesar Rp 4.606.861.519

karena sejalan dengan penghasilan yang belum diakui sebesar Rp

15.656.079.560 atau 5,6126%.

a. Direct Material

Direct material merupakan bahan baku yang digunakan

perusahaan dalam proses produksi beton. Perusahaan menggunakan

bahan baku antara lain ; cement, fly ash, crushed rock, screening, sand,

dan additives (bahan tambahan seperti air kimia (HCL), sikamet VZ,

dan pozzolite).

Direct material merupakan biaya yang dapat dibiayakan menurut

fiskal atau deductible expense. Karena biaya ini berhubungan langsung

dalam menghasilkan pendapatan. Hal ini sesuai dengan Pasal 6 ayat

(1) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

b. Direct Labor

Direct labor merupakan biaya tenaga kerja langsung yang

dikeluarkan perusahaan dalam melakukan proses produksi beton. Di

bawah ini adalah komponen biaya direct labor tahun 2010 :

103
124
Direct Labor :
Wages & salaries – Normal Rp 2.081.484.179
Wages & salaries – Bonus Rp 246.644.669
Wages & salaries – Overtime Rp 1.373.452.312
Wages & salaries – Prov Gratuity & Other Com Rp 47.990.156
Wages & salaries – Allowance Rp 2.550.000
Wages & salaries – On Cost Medical Rp 283.945
Wages & salaries – On Cost Payroll Taxes Rp 12.271.459
Wages & salaries – On Cost Pen/Soc Sec Rp 84.330.260
Jumlah Rp 3.849.006.980

Menurut akuntansi komersial semua pengeluaran yang timbul

akibat aktivitas perusahaan merupakan biaya, namun dalam ketentuan

fiskal tidak semua biaya tersebut dapat diakui biayanya kecuali biaya

yang berhubungan dengan mendapatkan, menjaga, dan memelihara

penghasilan.

Wages & salaries – normal merupakan gaji pokok karyawan dan

menurut ketentuan fiskal gaji pokok dapat menjadi pengurang

penghasilan bruto.

Wages & salaries – bonus merupakan tambahan penghasilan

diluar gaji pokok. Berdasarkan hasil wawancara perusahaan

membentuk bonus dengan mengaccrue biaya bonus, maka penulis

berkesimpulan untuk melakukan koreksi biaya bonus seluruhnya

sebesar Rp 246.644.669.

Wages & salaries – overtime diberikan kepada karyawan yang

bekerja di luar jam kerja, atau pada hari libur. Menurut penulis

overtime dapat menjadi pengurang penghasilan bruto karena

104
125
merupakan penghasilan tambahan bagi karyawan dan merupakan

Objek PPh Pasal 21.

Wages & salaries - Prov Gratuity & Other Com merupakan

pembentukan penyisihan terkait imbalan pasca kerja bagi karyawan. Dari

biaya tersebut diantaranya sebesar Rp 40.919.060 merupakan biaya

provision for gratuity dan biaya reclaim provision for gratuity sebesar

Rp 7.071.096. Menurut penulis biaya provision for gratuity sebesar

Rp 40.919.060 harus dikoreksi seluruhnya karena berdasarkan

ketentuan fiskal biaya pembentukan penyisihan tidak dapat diakui

sampai benar-benar biaya tersebut dikeluarkan.

Wages & salaries – allowance merupakan tunjangan lain-lain yang

diberikan kepada karyawan tertentu seperti membiayai sewa kost

bulanan karyawan. Menurut penulis biaya ini boleh dibebankan

sebagai pengurang penghasilan bruto karena merupakan tambahan

penghasilan bagi karyawan dan merupakan Obyek PPh Pasal 21.

Wages & salaries – On Cost Medical merupakan biaya pengobatan

karyawan yang direimburst dan ditanggung perusahaan. Biaya ini

dapat dikurangkan dari penghasilan bruto karena menjadi tambahan

penghasilan bagi karyawan dan merupakan Objek PPh Pasal 21.

Wages & salaries – On Cost Payroll Taxes merupakan tunjangan

PPh 21 yang diberikan kepada karyawan. Biaya ini dapat dikurangkan

dari penghasilan bruto karena menjadi tambahan penghasilan bagi

karyawan dan merupakan Objek PPh Pasal 21.

105
126
Wages & salaries – On Cost Pen/Soc Sec merupakan tunjangan

asuransi kecelakaan dan iuran JHT yang ditanggung perusahaan. Biaya

ini dapat dikurangkan dari penghasilan bruto karena menjadi tambahan

penghasilan bagi karyawan dan merupakan Objek PPh Pasal 21.

c. Cartage

Biaya cartage dikeluarkan sehubungan dengan biaya kendaraan

yang digunakan dalam pengiriman material dan produksi. Biaya-biaya

ini meliputi perbaikan, bahan bakar, asuransi, sparepart, dan biaya

lainnya yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan

kendaraan tersebut.

Menurut ketentuan perpajakan semua biaya cartage dapat

dibiayakan dikarenakan biaya tersebut berhubungan dengan aktivitas

perusahaan dalam menghasilkan pendapatan. Hal ini sesuai dengan

Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak

Penghasilan.

d. Manufacturing Overhead

1) Expenses Sparepart , Tyres

Sudah dibahas pada halaman 94-96.

2) Travel – Transport & Meal

Sudah dibahas pada halaman 78-81.

106
127
3) MV- Fuel, Parking & Tolls

MV – fuel, parking & tolls merupakan biaya kendaraan

bermotor yang timbul sehubungan dengan penggunaannya dalam

aktivitas pabrik dan semua biaya tersebut dapat dibiayakan

menurut fiskal karena secara langsung maupun tidak langsung

digunakan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan.

4) Third Party Laboratory

Third party laboratory merupakan biaya yang dikeluarkan

sehubungan dengan penelitian yang dilakukan di Indonesia kepada

pihak ketiga (PT. Bhumi Prasasti). Menurut ketentuan fiskal biaya

penelitian dapat diakui sebagai biaya sesuai dengan Pasal 6 ayat

(1) huruf f Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak

Penghasilan.

5) Handling & Transportation

Biaya ini timbul sehubungan dengan ongkos angkut kendaraan

untuk menghandle pengiriman barang karena waktu yang

mendesak dan tidak ada pilihan alternative kendaraan yang dapat

digunakan perusahaan. Berikut ini General Ladger untuk transaksi

handling & transportation :

Account No. Cost 3680 - Handling & Keterangan Debit Kredit


: Ctr Transportation
RENCIT, 061-JO.010, Ong.Angkut
21/01/2010 130 APIN-103-1 Loader CLG 842 7,500,000 0
APIN-219 RETATEC, M52379, 52363,
31/01/2010 131 GLAD-10001013-26 Ongkos Angkut AC 900,000 0
Net Change 8,400,000 Transaction 8,400,000 0
Sumber : General Ladger, PT Indomix Perkasa Tahun 2010

107
128
Biaya handling & transportation dapat dibiayakan menurut

fiskal karena biaya tersebut berkaitan dengan asset perusahaan

dalam menghasilkan, menjaga, dan memelihara penghasilan.

6) General

General merupakan biaya umum lainnya untuk keperluan

pabrik yang tidak secara langsung berhubungan dengan aktivitas

perusahaan namun hanya bersifat sebagai fasilitas penunjang.

Contohnya ; batu baterai untuk security. Biaya general dapat

dibiayakan menurut fiskal jika perusahaan dapat melengkapi bukti-

bukti dan dokumen transaksi pendukung yang menyatakan biaya

ini benar-benar dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan penjelasan Pasal

9 ayat (1) huruf e Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang

Pajak Penghasilan.

7) Restore & Rehab Provided

Sudah dibahas pada halaman 84-86.

8) Health, Sefety, Security, Staff Amenities

Sudah dibahas pada halaman 88-91.

9) Postage, Printing, Stationary & Kurir

Merupakan biaya pembelian ATK pabrik dan biaya jasa

pengiriman dokumen untuk operasional perusahaan. Seluruh biaya

ini dapat dibebankan secara fiskal karena berkaitan secara tidak

langsung dengan kegiatan usaha.

108
129
10) Rent, Taxes, Traffic line & Insurance, Consumable

Sudah dibahas pada halaman 91-93.

11) Fuel Genset, Loader

Merupakan biaya bahan bakar yang dikeluarkan perusahaan

sehubungan digunakannya genset dan loader dalam proses

produksi. Biaya bahan bakar ini dapat dibebankan sebagai biaya

fiskal dikarenakan berhubungan secara tidak langsung dalam

mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.

12) Light, Power, Elect, Water, Telephone

Sudah dibahas pada halaman 86-88.

3. Biaya Usaha Lainnya

a. Biaya Pegawai

Biaya ini terkait gaji para staff kantor dan selain biaya tenaga kerja

produksi maupun manufacturing. Berikut ini elemen-elemen dari biaya

pegawai :

3405 W & S - Normal 3,505,499,752


3410 W & S - Bonuses 422,539,457
3415 W & S - Overtime 1,655,301,308
3417 Prov. for Gratuity & Other Com 927,798,844
3420 W & S - Allow 248,780,470
3422 Wages & Salaries - Con & Temp 3,437,825
3440 On Costs - Medical 6,771,500
3445 On Costs - Payroll Taxes 157,686,005
3450 On Costs - Pen/Soc Sec 130,050,133
Jumlah 7,057,865,294

109
130
Wages & salaries – Normal merupakan gaji pokok karyawan dan

menurut ketentuan fiskal gaji pokok dapat menjadi pengurang

penghasilan bruto.

Wages & salaries – Bonus merupakan tambahan penghasilan

diluar gaji pokok. Berdasarkan hasil wawancara perusahaan

membentuk bonus dengan mengaccrue biaya bonus, maka penulis

berkesimpulan untuk melakukan koreksi biaya bonus seluruhnya

sebesar Rp 422.539.457.

Wages & salaries – Overtime diberikan kepada karyawan yang

bekerja di luar jam kerja, atau pada hari libur. Menurut penulis

overtime dapat menjadi pengurang penghasilan bruto karena

merupakan penghasilan tambahan bagi karyawan dan merupakan

Objek PPh Pasal 21.

Wages & salaries - Prov Gratuity & Other Com merupakan

pembentukan penyisihan terkait imbalan pasca kerja bagi karyawan. Dari

biaya tersebut diantaranya merupakan biaya provision for gratuity sebesar

Rp 934.869.940 dan biaya reclaim provision for gratuity sebesar (Rp

7.071.096). Menurut penulis biaya provision for gratuity sebesar Rp

934.869.940 harus dikoreksi seluruhnya karena berdasarkan ketentuan

fiskal biaya pembentukan penyisihan tidak dapat diakui sampai benar-

benar biaya tersebut dikeluarkan.

Wages & salaries – Allow merupakan tunjangan lain-lain yang

diberikan kepada karyawan tertentu seperti membiayai sewa kost

110
131
bulanan karyawan dan terdapat honorarium aktuaris (PT Mercer

Indonesia) sebesar Rp 203.226.380. Menurut penulis biaya ini boleh

dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto karena merupakan

tambahan penghasilan bagi karyawan dan merupakan Obyek PPh

Pasal 21.

Wages & salaries – Con & Temp merupakan upah yang

dibayarkan kepada pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas. Biaya

ini dapat dikurangkan dari penghasilan bruto karena menjadi tambahan

penghasilan bagi pegawai dan merupakan Obyek PPh Pasal 21.

Wages & salaries – On Cost Medical merupakan biaya pengobatan

karyawan yang direimburst dan ditanggung perusahaan. Biaya ini

dapat dikurangkan dari penghasilan bruto karena menjadi tambahan

penghasilan bagi karyawan dan merupakan Obyek PPh Pasal 21.

Wages & salaries – On Cost Payroll Taxes merupakan tunjangan

PPh 21 yang diberikan kepada karyawan. Biaya ini dapat dikurangkan

dari penghasilan bruto karena menjadi tambahan penghasilan bagi

karyawan dan merupakan Obyek PPh Pasal 21.

Wages & salaries – On Cost Pen/Soc Sec merupakan tunjangan

asuransi kecelakaan dan iuran JHT yang ditanggung perusahaan. Biaya

ini dapat dikurangkan dari penghasilan bruto karena menjadi tambahan

penghasilan bagi karyawan dan merupakan Obyek PPh Pasal 21.

b. Biaya Perbaikan & Perawatan

Sudah dibahas pada halaman 77-78.

111
132
c. Travelling – Transport & Meal

Sudah dibahas pada halaman 78-81.

d. MV – Fuel, Parking, & Tolls

Merupakan biaya kendaraan bermotor yang timbul sehubungan

dengan penggunaannya dalam aktivitas perusahaan dan semua biaya

tersebut secara umum dapat dibiayakan menurut fiskal apabila

digunakan dalam kegiatan usaha untuk menghasilkan pendapatan.

Berikut ini adalah elemen biaya MV – Fuel, parking, & tolls :

MV - Fuel, parking, & tolls


3720 MV - Fuel 149,719,404
3725 MV - Car Rental 442,708
3730 MV - Carpark Rental 300,000
3735 Motor Vehicles - Registration 18,003,900
3750 MV - Parking & Tolls 36,735,800
Jumlah 205,201,812

Fuel, Car Rental, Carpark Rental, Registration, Parking, & Tolls

merupakan biaya yang dapat menjadi pengurang penghasilan bruto

karena secara langsung maupun tidak langsung digunakan perusahaan

untuk menghasilkan pendapatan, namun pada biaya tersebut terdapat

biaya yang diatur lain dalam peraturan perpajakan yang telah penulis

bahas sebelumnya pada halaman 81-82.

e. Restore & Rehab Provided

Sudah dibahas pada halaman 84-86.

f. Health, Safety, Security, Staff Amenities

Sudah dibahas pada halaman 88-91.

112
133
g. Training, Seminar, Subscription

Merupakan investasi pengembangan sumber daya manusia yang

dilakukan perusahaan dengan mengikutkan karyawan ke dalam suatu

pelatihan atau seminar.

Account Cost 3855 - Training & Keterangan


Debit Kredit
No. : Ctr Seminars
Desi M, Workshop SPT PPH Badan
3/3/2010 601 CDHO-8-94 di PPA UI (2org) 2,200,000 0
Net Change 2,200,000 Transaction 2,200,000 0
Sumber : General Ladger, PT Indomix Perkasa 2010

Biaya pelatihan karyawan dapat dijadikan pengurang penghasilan

bruto (deductible expense) dan harus melampirkan bukti-bukti tekait

biaya tersebut. Hal ini sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) hurug g Undang-

undang PPh No. 36 Tahun 2008.

h. Electricity, Telephone, & Water

Sudah dibahas pada halaman 86-88.

i. Legal & Profesional Fees

Merupakan biaya terkait jasa untuk konsultasi dan audit. Biaya

tersebut dapat dibebankan sebagai biaya fiskal dan digolongkan

sebagai honorarium atas imbalan jasa yang diberikan kepada tenaga

ahli. Hal ini sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-Undang

Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

j. Postages, Printing, Stationary, & Kurir

Merupakan biaya pembelian materai, ATK kantor, dan biaya jasa

pengiriman dokumen untuk operasional perusahaan. Seluruh biaya ini

113
134
dapat dibebankan secara fiskal karena berkaitan secara tidak langsung

dengan kegiatan usaha.

k. Rental, Taxes, Traffic Line, & Insurance

Sudah dibahas pada halaman 91-93.

l. Biaya Penghapusan Piutang

Sama dengan koreksi perusahaan pada halaman 74.

m. Biaya Penyusutan & Amortisasi

Sudah dibahas pada halaman 66-73.

n. Site Preparation

Merupakan biaya-biaya terkait pembangunan batching plant yang

belum beroprasi atau belum menghasilkan produksi. Biaya ini dapat

dimasukan juga sebagai biaya pengembangan usaha oleh karena itu

menurut penulis dapat dibiayakan sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) huruf

f Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008.

o. General

Merupakan biaya umum lainnya untuk keperluan office yang tidak

secara langsung berhubungan dengan aktivitas perusahaan namun

hanya bersifat sebagai penunjang fasilitas kantor atau disebut juga

sebagai biaya rumah tangga. Contohnya ; batu baterai untuk security,

tisu, wipol, dan pencuci piring untuk office.

Account Cost 3825 -


Keterangan Debit Kredit
No. : Ctr General
Tissu, Wipol, Pencuci Piring, dll u/
3/3/2010 601 CDHO-8-60 office 1,982,300 0
Net Change 1,982,300 Transaction 1,982,300
Sumber : General Ladger, PT Indomix Perkasa Tahun 2010

114
135
Biaya general dapat dibiayakan menurut fiskal jika perusahaan

dapat melengkapi bukti-bukti dan dokumen transaksi pendukung yang

menyatakan biaya ini benar-benar dikeluarkan.

4. Panghasilan dari Luar Usaha

a. Gain/Loss on Disposal of Assets

Merupakan pendapatan atau kerugian dari hasil penjualan asset

perusahaan. Pada dasarnya, perusahaan tidak bermaksud dan

merencanakan untuk menjual asetnya, karena asset dibeli dimaksudkan

untuk dipergunakan selama umur ekonomisnya untuk menjaga

kelangsungan usaha. Laba/rugi atas penjualan asset adalah obyek

pajak PPh Badan, sehingga dalam laporan fiskal akan bernilai positif

jika untung, dan bernilai negatif jika rugi dan dimasukan sebagai

pendapatan lain-lain.

b. Interest Income

Merupakan penghasilan dari luar usaha berupa bunga. Penghasilan

ini diakui menurut laporan komersial namun telah dikenakan pajak

final sehingga tidak termasuk sebagai obyek pajak PPh Badan. Maka

penghasilan bunga sebesar Rp 65.393.154 harus dikoreksi negatif

seluruhnya. Hal ini sesuai dengan Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang

PPh No. 36 Tahun 2008.

115
136
c. Surchage Income

Merupakan penghasilan yang diperoleh dari tenaga kerja (tenaga

lapangan) yang dipekerjakan atau yang digunakan oleh perusahaan

lain dalam satu afiliasi (PT. Pionir Beton).

5. Biaya dari Luar Usaha

a. Management Fee

Merupakan biaya manajemen yang dikeluarkan perusahaan terkait

pemakaian tenaga kerja dari perusahaan lain dalam satu afiliasi (PT.

Pionir Beton). Biaya ini dapat dibebankan sebagai biaya fiskal karena

berkaitan dengan kegiatan usaha dalam memperoleh penghasilan.

b. Biaya Bank, SKBDN

Merupakan biaya sehubungan dengan penggunaan jasa perbankan.

Biaya ini dapat dibebankan sebagai biaya fiskal karena berhubungan

dengan kegiatan usaha dalam mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan.

c. Selisih Kurs

Kerugian ini terjadi karena adanya fluktuasi yang terjadi sehari-

hari atau oleh adanya kebijakan pemerintah di bidang moneter.

Kerugian yang terjadi akibat selisih kurs dapat diakui sebagai

pengurang penghasilan pajak tahunan sepanjang wajib pajak

menggunakan system pembukuan, berdasarkan bukti dan berkaitan

dengan usahanya. Hal ini sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) huruf e

Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008.

116
137
d. Others –Net

Merupakan biaya terkait selisih kurang atau lebih dari akun lainnya

saat tercatatnya atau merupakan adjust dari transaksi-transaksi yang

kurang atau lebih dicatat. Misalnya: kelebihan catat pembelian

material dari supplier, maka kelebihan catat tersebut perusahaan

memasukannya sebagai biaya lainnya. Biaya lainnya dapat dibiayakan

sebagai pengurang penghasilan bruto apabila biaya tersebut berkaitan

dengan kegiatan usaha dan didukung oleh bukti-bukti transaksi

tersebut.

117
138
1. Evaluasi Perhitungan Penghasilan Netto Fiskal PT Indomix Perkasa

Tahun 2010

PENGHASILAN NETTO KOMERSIAL


Peredaran Usaha Rp 72.214.654.901
Harga Pokok Penjualan Rp (82.081.242.297)
Biaya Usaha Lainnya Rp (8.495.549.538)
Penghasilan Netto dari Usaha Rp (18.362.136.934)
Penghasilan dari Luar Usaha Rp 6.239.530.976
Biaya dari Luar Usaha Rp (2.680.616.932)
Jumlah Penghasilan Netto Komersial Rp (14.803.222.890)

KOREKSI FISKAL
Koreksi Positif :
Imbalan pasca kerja Rp 975.789.000
Exp – Motor Vehicles Rp 9.158.253
Travel, transport, & meal Rp 12.807.828
Restore & rehab provided Rp 124.186.400
Staff amenities Rp 301.499.932
Telephone Rp 30.899.689
Biaya perbaikan & perawatan Rp 2.560.350
Fuel, parking, & toll Rp 68.271.750
Harga Pokok Penjualan Rp 4.606.861.519
Biaya asuransi Rp 3.278.852
Bonus Rp 669.184.126
Penyusutan aktiva tetap Rp 167.447.392
Jumlah Koreksi Positif Rp 6.971.945.091

Koreksi Negatif :
Biaya penghapusan piutang Rp 708.487.201
Pendapatan bunga Rp 65.393.154
Jumlah Koreksi Negatif Rp (773.880.355)

Jumlah Penghasilan Netto Fiskal Rp (8.605.158.154)

118
139
2. Evaluasi Perhitungan PPh Kurang atau Lebih Bayar PT Indomix

Perkasa Tahun 2010

Penghasilan Netto Fiskal Rp (8.605.158.154)


Penghasilan Kena Pajak Rp (Nihil)
PPh Terutang Rp (Nihil)

Kredit Pajak :
PPh Pasal 22 Rp 113.901.615
PPh Pasal 23 Rp 150.357.501
PPh Pasal 25 Bulanan Rp 515.447.271
Jumlah Kredit Pajak Rp 779.706.387

PPh Lebih Bayar (PPh Ps. 28A) Rp 779.706.387

119
140
3. Ringkasan Evaluasi Terhadap Rekonsiliasi Fiskal PT Indomix

Perkasa Tahun 2010

Tabel 4.34
Ringkasan Evaluasi Terhadap Rekonsiliasi Fiskal PT Indomix Perkasa
Tahun 2010

Selisih
Keterangan Menurut WP Menurut Penulis
Evaluasi

Penghasilan Netto Komersial (14,803,222,890) (14,803,222,890)

Jumlah Koreksi Positif 1,368,535,665 6,971,945,091 5,603,409,426

Jumlah Koreksi Negatif (797,630,355) (773,880,355) 23,750,000

Penghasilan Netto Fiskal (14,232,317,580) (8,605,158,154) 5,627,159,426

PPh Badan Terutang - -


Kredit Pajak :

PPh Pasal 22 113,901,615 113,901,615

PPh Pasal 23 150,357,501 150,357,501

PPh Pasal 25 Bulanan 465,814,224 515,447,271 49,633,047

Jumlah Kredit Pajak 730,073,340 779,706,387 49,633,047


Sumber : data diolah

120
141
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi yang dilakukan oleh penulis terhadap

laporan rekonsiliasi fiskal PT Indomix Perkasa, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Rekonsiliasi laporan laba rugi yang disusun oleh perusahaan masih tedapat

kesalahan koreksi fiskal untuk biaya-biaya yang seharusnya dikoreksi dan

perhitungan dari biaya yang dikoreksi tersebut.

2. Perbedaan yang ada pada Laporan Keuangan Komersial dan Laporan

Keuangan Fiskal PT Indomix Perkasa tahun 2010 terdapat pada pos-pos

berikut ini:

 Biaya penyusutan aktiva tetap

 Imbalan pasca kerja

 Pembentukan cadangan piutang tak tertagih

 Biaya perbaikan dan perawatan

 Penghasilan bunga

 Biaya asuransi

 Biaya telephone

 Biaya traveling & transport

 Biaya bahan bakar, parkir, dan toll

 Biaya sumbangan dan koordinasi

 Staff aminities

142
121
Perbedaan ini terjadi karena dilakukan koreksi fiskal terhadap biaya-biaya

dan penghasilan dalam laporan keuangan komersial tersebut.

3. Dari hasil analisis penulis ditemukan jumlah koreksi positif terlalu rendah

sebesar Rp 5.603.409.426, dan juga koreksi negatif terlalu tinggi sebesar Rp

23.750.000.

4. Perusahaan memiliki pajak yang lebih dibayar, yaitu PPh Pasal 22, PPh

Pasal 23, dan PPh Pasal 25 Bulanan. Sehingga perusahaan berhak

mendapatkan restitusi atas kelebihan pembayaran pajak tersebut.

B. Implikasi

1. Bagi Perusahaan

Adanya penelitian ini bisa memberikan masukan agar jumlah pajak

penghasilan terutang yang dilaporkan dalam SPT telah sesuai dengan

peraturan perpajakan yang berlaku, sehingga perusahaan dapat terhindar

dari kerugian akibat sanksi maupun kesalahan-kesalahan koreksi fiskal.

Perusahaan dapat melakukan penghematan pajak terutama mengurangi

pengeluaran-pengeluaran yang sifatnya pemberian atau sumbangan

kepada pihak ketiga yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan

perusahaan.

122
143
2. Bagi Fiskus

Penelitian ini diharapkan memberikan kemudahan dan

pertimbangan bagi fiskus dalam melakukan pemeriksaan Wajib Pajak.

Meminimalisir terjadinya kerugian negara akibat kesalahan dalam

melakukan koreksi fiskal terhadap biaya dan pendapatan. Menambah

pemahaman fiskus dalam mengantisipasi terjadinya kecurangan pajak.

C. Saran

1. Rekonsiliasi fiskal merupakan sarana yang paling tepat digunakan

perusahaan dalam menentukan jumlah pajak penghasilan terutang dan dapat

diterapkan bagi setiap wajib pajak yang menyelenggarakan pembukuan.

2. Bagi pihak lainnya yang akan melakukan penelitian sejenis, sebaiknya

untuk memperhatikan ketersediaan akses data. Karena data yang digunakan

umumnya bersifat rahasia dan tidak ditujukan untuk khalayak ramai,

khususnya pada perusahaan tertutup.

123
144
DAFTAR PUSTAKA

Alim, Setiadi. Deferred Tax Asset and Defferred Tax Liability: Studi
Eksistensinya Ditinjau dari Sudut Teori Akuntansi. Jurnal Bisnis Perspektif
(BIP’s) Vol 2 No.1, Januari 2010.

Andriyanto, R.Weddie, Einde Evana. Perbedaan Laporan Keuangan Komersial


dengan Laporan Keuangan Fiskal, Jurnal Akuntansi Keuangan &
Perpajakan Vol. 1 No 2, Maret 2008.

Arifin, Johar. 2009. Akuntansi Pajak dengan Microsoft Excel. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.

Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Darminta Siregar, Abda, 2011. Analisis Koreksi Fiskal untuk Menghitung


Besarnya PPh Terutang pada PT. Perkebunan Nusantara III. Medan:
Universitas Sumatera Utara

Faisal, Gatot S.M, 2009. How To Be A Smarter Taxpayer? Bagaimana Menjadi


Wajib Pajak yang Lebih Cerdas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.

Hery. 2013. Teori Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Lembaga Penerbit


Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standard Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba


Empat.

L. Situmorang, Aston. Analisa Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial dengan


Laporan Keuangan Fiskal dalam Perhitungan Pajak Penghasilan
Terhutang (PPh) pada PT. Alamjaya Wirasentosa (Tahun Pajak 2006).
Medan: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IBBI.

Mardiasmo. 2011. Perpajakan, Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Mills, Lillian et al. 2002. Trends in Book-Tax Income and Balance Sheet
Differences. Tucson: University of Arizona.

Resmi, Siti. 2009. Perpajakan: Teori dan Kasus, Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.

Setiawan, Agus, Musri Basri. 2006. Perpajakan Umum. Edisi Revisi, Cetakan
Kedua. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

124
145
Sianipar, Mindo S. 2008. Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan Badan Pasal
25 Berdasarkan Laba Komersial dengan Laba Fiskal pada PT. Indograha
Nusa Sarana Medan. Medan: Universitas Sumatra Utara.

Sigalingging, Gindo M. 2010. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Untuk Menghitung


PPh Terhutang pada PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan. Medan:
Universitas Sumatera Utara.

Suandy, Erly. 2008. Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat.

Suherlan, Heri. 2007. Sanding UU Pajak Penghasilan 2008. Jakarta: Kanwil DJP
Jakarta Pusat

Suherlan, Heri. 2007. Sandingan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Tahun 2000 dan Tahun 2007. Jakarta: Kanwil DJP Jakarta Pusat.

Sumarsan, Thomas. 2013. Perpajakan Indonesia: Edisi 3, Pedoman Perpajakan


yang lengkap Berdasarkan Undang-undang Terbaru. Jakarta: PT Indeks.

Sunyoto, Danang. 2013. Metode dan Instrumen Penelitian (Untuk Ekonomi dan
Bisnis). Cetakan Pertama. Jakarta: CAPS (Center for Academic Publishing
Service)

Waluyo. 2008. Akuntansi Pajak. Jakarta: Salemba Empat.

Yuniarti, Dewi. 2008. Rekonsiliasi Fiskal atas Laporan Keuangan Komersial


untuk Menentukan Pajak Penghasilan (Studi pada Laporan Keuangan
Tahun 2007 PT. BPR Nusamba Ngunut Tulungagung). Malang: Universitas
Brawijaya.

Zain, Mohammad. 2008. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.

125
146
LAMPIRAN - LAMPIRAN

126
147
LAMPIRAN 1
Daftar Pertanyaan Wawancara

127
148
Daftar Pertanyaan Wawancara

1. Mengapa akun biaya penghapusan piutang pada laporan komersial memiliki

saldo negatif?

2. Bagaimana mekanisme perusahaan dalam membiayai perjalanan dinas

karyawannya? Apakah secara lumpsum atau reimbursement? Apakah uang

saku yang diterima nantinya dilaporkan sebagai tambahan penghasilan bagi

karyawan tersebut?

3. Apakah uang makan dan meals pada staff amenities dilaporkan sebagai

tambahan penghasilan bagi karyawan? Adakah biaya natura yang disediakan

untuk seluruh karyawan perusahaan?

4. Apakah semua komponen dalam elemen biaya gaji merupakan tambahan

penghasilan bagi karyawan dan dilaporkan sebagai Objek PPh Pasal 21? Di

dalam biaya gaji terdapat komponen elemen bonus, bagaimana system

pembentukan biaya bonus tersebut? Secara actual atau akrual?

128
149
LAMPIRAN 2
SPT Tahunan Pajak Penhasilan
PT Indomix Perkasa Tahun 2010

129
150
130
151
131
152
132
153
133
154
134
155
135
156
LAMPIRAN 3
Laporan Keuangan
PT Indomix Perkasa Tahun 2010

136
157
137
158
138
159
139
160
PT.INDOMIX PERKASA
NPWP No. : 01.583.076.3-062.000

PENJELASAN LAPORAN RUGI - LABA


Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2010

Rupiah

11 Penjualan : 72,214,654,901
Merupakan penjualan ready mix concrete tunai dan kredit.
1105 Concrete Sales (Credit) 86,589,292,616
1106 Uninvoiced Concrete Sales (15,656,079,560)
1120 Concrete Sales (Cash) 1,281,441,845

12 Harga Pokok Penjualan : 82,081,242,298


HPP Direct Material 69,771,179,103
HPP Direct Labor 3,849,006,980
HPP Cartage 4,491,187,540
HPP Manufacturing Overhead 3,969,868,675

13 Biaya Operasi : 8,495,549,538


Biaya Pegawai
3405 W & S - Normal 3,505,499,752
3410 W & S - Bonuses 422,539,457
3415 W & S - Overtime 1,655,301,308
3417 Prov. for Gratuity & Other Com 927,798,844
3420 W & S - Allow 248,780,470
3422 Wages & Salaries - Con & Temp 3,437,825
3440 On Costs - Medical 6,771,500
3445 On Costs - Payroll Taxes 157,686,005
3450 On Costs - Pen/Soc Sec 130,050,133
7,057,865,294

Biaya Perbaikan & Perawatan


3525 Exp - Fixed Plant & Equipment 25,570,300
3550 Exp - S Part Loader 50,500
3565 Exp - Mobile Plant Trucks 256,000
3570 Exp - S Part Genset 1,938,400
3575 Exp - Motor Vehicles 20,834,784
3580 Exp - Office & Comp Equipmen 3,609,500
52,259,484

140
161
Travelling - transport & meal
3705 Travel - Transport 30,617,328
3710 Travel - Accomodation 81,316,682
3715 Travel - Meals 6,792,250
118,726,260

MV - Fuel, parking, & tolls


3720 MV - Fuel 149,719,404
3725 MV - Car Rental 442,708
3730 MV - Carpark Rental 300,000
3735 Motor Vehicles - Registration 18,003,900
3750 MV - Parking & Tolls 36,735,800
205,201,812

Restore & rehab provided


3835 Restore & Rehab Provided For 42,900,725
42,900,725

Health, safety, security, staff amenities


3870 Staff Amenities 70,776,432
3880 Health and Safety 1,415,500
72,191,932

Training and seminar


3855 Training and seminar 2,200,000
2,200,000

Electricity, telephone and water


3850 Telephone 45,539,080
45,539,080

Legal & Profesional fees


4020 Audit Fees - Other Auditors 89,400,000
4060 Legal & Prof - Mgt Consulting 15,750,000
105,150,000

Postages, printing & stationary


4105 Postage 101,379,200
4110 Printing 8,497,250
4115 Stationery 13,620,100
4120 Couriers 3,111,600
126,608,150
Rental, taxes, traffic line & insurance
4225 Taxes, Duties & Levies 21,641,178
4245 Insurance - Other 12,506,620
34,147,798

141
162
Biaya Penghapusan Piutang
4505 Bad Debt Exp - Trade DR's (708,487,201)
(708,487,201)

Site Preparation
3840 Site Preparation 591,089,481
591,089,481

Biaya Penyusutan
4305 Dep - Land Right 7,163,849
4310 Dep - Buildings 8,828,652
4320 Dep - Machinery And Equip 280,228,151
4330 Dep - Furniture And Fixtures 75,303,249
4355 Dep - Mobile Plant - Pumps 3,143,420
4375 Dep - Vehicles 347,737,734
4380 Dep - Tools & Equipment 25,810,367
748,215,423

General
3825 General 1,941,300
1,941,300

14 Pendapatan / (Biaya) Lain-lain : 3,558,914,044


Gain/ Loss on disposal of assets
2505 Profit On Disposal 240,332,983
240,332,983

Interest income
2325 Int Rec - Jasa Giro & PPh 65,393,154
65,393,154

Surchage Expense / Income


2125 Surchage Exp / (Income) 5,933,804,839
5,933,804,839

Bank Charges
3810 Bank Charges (95,897,823)
(95,897,823)

Gain/ Loss on Foreign Exchange


2325 Int Rec - Jasa Giro & PPh (445,962,875)
2405 Ext FX Gain Realised 389,106,770
(56,856,105)

142
163
Management Fee
2115 Management Fee (1,000,000,000)
(1,000,000,000)

Others - net
2115 Others - net (1,527,863,004)
(1,527,863,004)

143
164

Anda mungkin juga menyukai