Disusun Oleh:
PROGRAM DIPLOMA
TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN PERIKANAN
BUDIDAYA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
I. PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui jenis filter dan lama treatment
yang paling effektif pada teknik treatment fisika air melalui filtrasi, teknik
treatment kimia air melalui aerasi dan resirkulasi, dan teknik treatment logam
berat dengan filter fisik dan tumbuhan air.
II. METODOLOGI
3.1. Hasil
Pengukuran suhu
35
30
nilai suhu (0C)
25 batu bata
20
pasir malang
15
10 pasir silika
5 batu kerikil
0 karang jahe
0 1 2 3 4 5 6 7
hari pengukuran
Grafik 2. Data hasil pengamatan suhu pada pengukuran teknik penanganan fisika
air ( kekeruhan ) dengan filtrasi .
8
batu bata
nilai pH
6
pair malang
4
pasir silika
2 batu kerikil
0 karang jahe
0 1 2 3 4 5 6 7
hari pengukuran
Grafik 3. Data hasil pengamatan pH pada pengukuran teknik penanganan fisika air (
kekeruhan ) dengan filtrasi .
Pengukuran DO
12
10
nlai DO(ppm)
8 batu bata
6 pasir malang
4 pasir silika
2
batu kerikil
0
0 1 2 3 4 5 6 7 karang jahe
hari pengukuran
Grafik 4. Data hasil pengamatan DO pada pengukuran teknik penanganan fisika air (
kekeruhan ) dengan filtrasi .
Grafik 5. Data hasil pengamatan nitrat pada pengukuran teknik penangan kimia
air (tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik.
Pengukuran NO2
60
50
Nilai Nitrit (mg/l)
Zeolit
40
Pasir malang
30
Pasir malang
20
Batu kerikil
10
Karang jahe
0
0 3 5 7 Kontrol
Hari pengukuran
Grafik 6. Data hasil pengamatan nitrit pada pengukuran teknik penangan kimia air
(tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik.
Grafik 7. Data hasil pengamatan TAN pada pengukuran teknik penangan kimia air
(tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik.
Pengukuran SUHU
28
27
Zeolit
Nilai suhu (oC)
26
25 Pasir malang
24 Pasir silika
23
Batu kerikil
22
21 Karang jahe
1 2 3 4 5 6 7 8
Kontrol
Hari pengukuran
Grafik 8. Data hasil pengamatan suhu pada pengukuran teknik penangan kimia air
(tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik.
Pengukuran pH
10
8 Zeolit
Nilai pH
6 Pasir malang
4 Pasir silika
2 Batu kerikil
0 Karang jahe
1 2 3 4 5 6 7 8 Kontrol
Hari pengukuran
Grafik 9. Data hasil pengamatan pH pada pengukuran teknik penangan kimia air
(tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik.
Pengukuran DO
12
10
Nilai DO (ppm)
Zeolit
8
Pasir malang
6
Pasir silika
4
2 Batu kerikil
0 Karang jahe
1 2 3 4 5 6 7 8 Kontrol
Hari pengukuran
Grafik 10. Data hasil pengamatan DO pada pengukuran teknik penangan kimia air
(tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik.
Pengukuran Fe
1.2
1
Eceng gondok
Nilai Fe (mg/l)
0.8
Ludwigia
0.6
Lemna
0.4
Hydrilla
0.2
Kamboba
0
1 3 5 Kontrol
Hari Pengukuran
Grafik 11. Data hasil pengamatan Fe pada pengukuran teknik penangan logam
berat (fe) dengan tumbuhan air.
Pengukuran SUHU
27
Nilai suhu (0C)
26.5
Eceng gondok
26
25.5 Ludwigia
25
24.5 Lemna
24
Hydrilla
23.5
23 Kamboba
1 2 3 4 5
Kontrol
Hari Pengukuran
Grafik 12. Data hasil pengamatan Suhu pada pengukuran teknik penangan logam
berat (fe) dengan tumbuhan air.
Pengukuran pH
8
Ludwigia
7
Lemna
6.5
Hydrilla
6 Kamboba
1 2 3 4 5 6
Kontrol
Hari Pengukuran
Grafik 13. Data hasil pengamatan pH pada pengukuran teknik penangan logam
berat (fe) dengan tumbuhan air.
Pengukuran DO
10
Nilai DO (ppm)
8 Eceng gondok
6 Ludwigia
4 Lemna
2 Hydrilla
0 Kamboba
1 2 3 4 5
Kontrol
Hari Pengukuran
Grafik 14. Data hasil pengamatan DO pada pengukuran teknik penangan logam
berat (fe) dengan tumbuhan air.
Nitrogen di perairan terdapat dalam bentuk gas N2, NO2-, NO3-, NH3 dan
+
NH4 serta sejumlah N yang berikatan dalam organic kompleks (Haryadi, 2003).
Sumber nitrogen terbesar berasal dari udara, sekitar 80% dalam bentuk nitrogen
bebas yang masuk melalui system fiksasi biologis dalam kondisi aerobik. Menurut
Chester (1990), keberadaan nitrogen di perairan dapat berupa nitrogen anorganik
dan organik. Nitrogen anorganik terdiri atas ion nitrit (NO2-), ion nitrat (NO3-),
ammonia (NH3), ion ammonium (NH4+) danmolekul N2 yang larut dalam air,
sedangkan nitrogen organic berupa protein, asam amino dan urea akan mengendap
dalam air.
Amonia adalah senyawa kimia berupa gas dengan bau tajam yang khas.
Sumber ammonia pada wadah budidaya berasal dari limbah metabolism ikan dan
sisa pakan yang tidak dimakan. Dalam air ammonia berada dalam dua bentuk
yaitu ammonia tidak terionisasi (NH3) dan ammonia terionisasi (NH4+). Jumlah
total kedua bentuk amonia ini disebut dengan total amonia nitrogen atau TAN
(Ebelingat al. 2006). Keberdaan NH3 diperairan sangat dihindari karena bersifat
toksik. Stickey (2005) menyatakan bahwa NH3 dalam media budidaya harus lebih
rendah dari 0,8 mg/L. sedangkan Kadar amoniak yang baik bagi kehidupan ikan
air tawar kurang dari 1 ppm. Apabila kadar amoniak telah melebihi 1,5 ppm,
maka perairan tersebut telah terjadi pencemaran. Menurut baku mutu kualitas air
PP No. 82 Tahun 2001 (kelas II) bahwa batas maksimum amoniak untuk kegiatan
perikanan bagi ikan yang peka ≤ 0,02 mg/l.
Nitrit merupakan hasil metabolisme dari siklus nitrogen. Bentuk
pertengahan dari nitrifikasi dan denitrifikasi. Nitrit adalah komponen yang
mengandung nitrogen berikatan dengan dua atom oksigen. Diperairan alami
kandungan nitrit berada dalam jumlah yang sedikit, karena tidak stabil dengan
keberadaan oksigen. Kandungan nitrit yang tinggi dapat mengakibatkan
terganggunya proses pengikatan oksigen oleh hemoglobin darah, yang selanjutnya
membentuk met-hemoglobin yang tidak mampu mengika toksigen (Effendi 2003).
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan
merupakan nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat sangat
mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses
oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan
proses oksidasi ammonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang penting
dalam siklus nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob. Oksidasi ammonia
menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas, sedangkan oksidasi nitrit
menjadi nitrat dilakukan oleh bakteri Nitrobacter. Kedua jenis bakteri tersebut
merupakan bakteri kemotrofik, yaitu bakteri yang mendapatkan energidari proses
kimiawi. Masuknya nitrat kedalam badan sungai disebabkan manusia yang
membuang kotoran dalam air sungai dan kotoran banyak mengandung amonia.
Kemungkinan lain penyebab konsentrasi nitrat tinggi ialah pembusukan sisa
tanaman dan hewan, pembuangan industri, dan kotoran hewan. Nitrat
menyebabkan kualitas air menurun, menurunkan oksigen terlarut dan penurunan
populasi ikan.
Amonia (NH4), Nitrat (NO3-) dan nitrit (NO2-) adalah ion-ion anorganik
alami, yang merupakan bagian dari siklus nitrogen. Siklus NH3 diperairan terjadi
pada siklus atau daur nitrogen . Nitrogen hadir di lingkungan dalam berbagai
bentuk kimia termasuk nitrogen organik, amonium (NH4 +), nitrit (NO2-), nitrat
(NO3-), dan gas nitrogen (N2). Nitrogen organik dapat berupa organisme hidup,
atau humus, dan dalam produk antara dekomposisi bahan organik atau humus
dibangun. Proses siklus nitrogen mengubah nitrogen dari satu bentuk kimia lain.
Banyak proses yang dilakukan oleh mikroba baik untuk menghasilkan energi atau
menumpuk nitrogen dalam bentuk yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. .
Nitrogen merupakan unsur yang tidak reaktif (sulit bereaksi dengan unsur lain)
sehingga dalam penggunaan nitrogen pada makhluk hidup diperlukan berbagai
proses, yaitu : fiksasi nitrogen, , nitrifikasi, dan denitrifikasi . Fiksasi nitrogen
adalah proses alam, biologis atau abiotik yang mengubah nitrogen di udara
menjadi ammonia (NH3). Mikroorganisme yang mem-fiksasi nitrogen disebut
diazotrof. Mikroorganisme ini memiliki enzim nitrogenaze yang dapat
menggabungkan hidrogen dan nitrogen. Reaksi untuk fiksasi nitrogen biologis ini
dapat ditulis sebagai berikut : N2 + 8 H+ + 8 e− → 2 NH3 + H2 . Mikro
organisme yang melakukan fiksasi nitrogen antara lain : Cyanobacteria,
Azotobacteraceae, Rhizobia, Clostridium, dan Frankia. Selain itu ganggang hijau
biru juga dapat memfiksasi nitrogen. Beberapa tanaman yang lebih tinggi, dan
beberapa hewan (rayap), telah membentuk asosiasi (simbiosis) dengan diazotrof.
Selain dilakukan oleh mikroorganisme, fiksasi nitrogen juga terjadi pada proses
non-biologis, contohnya sambaran petir. Kemudian tahap nitrifikasi , Konversi
amonium menjadi nitrat dilakukan terutama oleh bakteri yang hidup di dalam
tanah dan bakteri nitrifikasi lainnya. Tahap utama nitrifikasi, bakteri
nitrifikasi seperti spesies Nitrosomonas mengoksidasi amonium (NH4 +) dan
mengubah amonia menjadi nitrit (NO2-). Spesies bakteri lain, seperti Nitrobacter,
bertanggung jawab untuk oksidasi nitrit menjadi dari nitrat (NO3-). Proses
konversi nitrit menjadi nitrat sangat penting karena nitrit merupakan racun bagi
kehidupan tanaman. Proses nitrifikasi dapat ditulis dengan reaksi berikut ini : (1)
NH3 + CO2 + 1.5 O2 + Nitrosomonas → NO2- + H2O + H+, (2) NO2- + CO2 + 0.5
O2 + Nitrobacter → NO3-, (3) NH3 + O2 → NO2− + 3H+ + 2e−,(4) NO2− + H2O →
NO3− + 2H+ + 2e. Selanjutnya proses denitrifikasi , Denitrifikasi adalah proses
reduksi nitrat untuk kembali menjadi gas nitrogen (N2), untuk menyelesaikan
siklus nitrogen. Proses ini dilakukan oleh spesies bakteri seperti Pseudomonas dan
Clostridium dalam kondisi anaerobik. Mereka menggunakan nitrat sebagai
akseptor elektron di tempat oksigen selama respirasi. Fakultatif anaerob bakteri ini
juga dapat hidup dalam kondisi aerobik. Denitrifikasi umumnya berlangsung
melalui beberapa kombinasi dari bentuk peralihan sebagai berikut:
NO3− → NO2− → NO + N2O → N2 (g) , sedangkan Proses denitrifikasi lengkap
dapat dinyatakan sebagai reaksi redoks: 2 NO3− + 10 e− + 12 H+ → N2 + 6 H2O.
Kelebihan kadar NO2 dapat dikurangi ataupun dihilangkan dengan cara :
Pemberian aerasi, Aerasi adalah suatu teknik memancarkan air ke udara agar air
terkena kontak dengan udara/oksigen. Semakin banyak permukaan air yang
terkena oksigen maka semakin baik. Kemudian dengan Proses presipitasi, Biasa
dilakukan untuk menghilangkan logam-logam berat, nutrien serta anorganik yang
terlarut dalam limbah cair. Caranya : pH limbah awal biasanya sekitar 8-9,
dinaikkan dengan menambahkan basa hingga mencapai 11 satuan pH, hingga
terbentuk endapan. Sebelum dilakukan percobaan sebaiknya dilakukan trial untuk
mendapat kan kondisi operasi yang optimal. Juga perlu dicarikan kombinasi zat
pengemban koagolasi, sehingga proses pengendapannya bisa lebih
sempurna hingga terjadi coo-presipitasi. Kemudian dengan Chlorinasi dengan
aerasi , Biasanya dilakukan penambahan Calsium Hypo Chloride disertai dengan
aerasi, disamping terjadi pergeseran keseimbangan amonia didalam limbah juga
terjadi proses desinfeksi. Calsium Hypo Chlloride adalah oksidator kuat yang
akan menghancurkan reduktor-reduktor dari zat-zat organik termasuk amoniak
dan nitrit juga akan membunuh bakteri-bakteri pathogen yang ada dalam air.
Pengunaan teknik ini harus hati-hati dan mengunakan alat PPE( Personal
Protective Equipment ) yang memadai, seperti respirator dan sarung tangan
polyetilene. Gas klor akan sangat berbahaya jika terhirup oleh pernafasan dan
akan merusak alveoli paru-paru. Lalu dengan Unit Lumpur Aktif dengan Sistem
Aerasi, Mengunakan mikroba yang telah terseleksi yang cocok dengan
kontaminan limbah yang ada, yang dikembangkan dari limbah itu sendiri. Diberi
aerasi mengunakan blower dan udara dialirkan melalui difusser agar distribusi
oksigen lebih lebih merata atau dengan mengunakan turbo jet aerator/surface
aerator/MTO2 ( poros baling-baling berputar yang menghasilkan gerakan
turbulensi yang pada akhirnya menghasilkan gelembung-gelembung halus yang
meningkatkan kadar oksigen terlarut di semua bagian kolam aerasi. , kandungan
oksigen terlarut minimal 2 ppm (kebutuhan minimal agar bakteri/mikroorganisme
bisa hidup). Prinsipnya : Dengan adanya udara (oksigen) bakteri aerobik akan
memakan zat-zat organik dalam air, selanjutnya bakteri tersebut berkembang
biak. Dan dengan Cara lain yaitu: penguapan, reaksi kimia dengan oksigen dan
penggantian air , bisa juga dengan pemakaian filter tanaman ( ganggang ,
kangkung , eceng gondok dll . ) atau filter buatan seperti biobold.
Kualitas air yang baik merupakan syarat utama untuk kelangsungan hidup
ikan. Upaya menjaga kualitas air dengan manajemen kualitas air melalui filter
fisik akan mempengaruhi secara langsung terhadap fungsi fisiologis yang ada di
dalam tubuh ikan. Beberapa jenis substrat yang dapat digunakan untuk
menanggulangai limbah N adalah zeolit, pasir malang, pasir silika, batu kerikil,
dan karang jahe. Substrat-substrat tersebut memiliki pori-pori yang dapat
menangkap N ke dalamnya sehingga kandungan N dalam air menurun. Kinerja
dari berbagai jenis substrat pun berbeda-beda, tergantung kerapatan dan besarnya
lubang pori-pori. Bahan fisik secara umum menyaring partikel-partikel kasar dan
lebih besar di dalam air .
TAN merupakan amonia yang terukur di perairan. Di perairan terdapat
amonia yang terionisasi dan amonia yang tidak terionisasi. Menurut Boyd (1982),
amonia bebas bersifat toksik sedangkan NH4 terionisasi tidak bersifat toksik.
Sumber amonia di suatu perairan adalah hasil pemecahan nitrogen organik (protein
dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air berasal dari
dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati) yang
dilakukan oleh mikroba dan jamur. Hasil pengukuran TAN menunjukan kandungan
TAN berdasarkan grafik 7. Data hasil pengamatan TAN pada pengukuran teknik
penangan kimia air (tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik., dapat diketahui bahwa
Nilai rata-rata TAN yang dihasilkan pada seluruh treatment ( batu bata, pasir
malang, pasir silika, batu kerikil, karang jahe, dan kontrol ) sebesar 8.64 mg/l. nilai
TAN tertinggi terdapat pada treatment zeolit sebesar 50 mg/l, sedangkan nilai TAN
terendah terdapat pada treatment pasir silika dengan nilai yang dihasilkan sebesar 0
mg/l. Menurut Tiews (1981) dalam Pillay (1993) toleransi maksimum ikan terhadap
konsentrasi amonia adalah 0.1 mg/l. Berdasarkan hasil yang didapat, menunjukkan
hanya pada perlakuan pasir silika yang memenuhi syarat jumlah maksimum
toleransi ikan terhadap TAN sehingga hasil tersebut sesuai dengan literatur.
Pengukuran nitrat dan nitrit berdasarkan grafik 5 dan grafik 6. Data hasil
pengamatan nitrat pada pengukuran teknik penangan kimia air (tan, nitrit, dan
nitrat) dengan filter fisik, dapat diketahui bahwa Nilai rata-rata NO3 yang
dihasilkan pada seluruh treatment ( batu bata, pasir malang, pasir silika, batu
kerikil, karang jahe, dan kontrol ) sebesar 31.22 mg/l. nilai NO3 tertinggi terdapat
pada treatment pasir malang, pasir silika, dan batu kerikil sebesar 100 mg/l, dan
nilai NO3 terendah terdapat pada treatment zeolit dengan nilai yang dihasilkan
sebesar 0.5 mg/l, sedangkan nilai rata-rata NO2 yang dihasilkan pada seluruh
treatment ( batu bata, pasir malang, pasir silika, batu kerikil, karang jahe, dan
kontrol ) sebesar 8.39 mg/l. nilai NO2 tertinggi terdapat pada treatment karang jahe
sebesar 50 mg/l, sedangkan nilai NO2 terendah terdapat pada treatment kontrol
dengan nilai yang dihasilkan sebesar 0.5 mg/l. Berdasarkan hasil tersebut dapat
dikatakan bahwa total pengukuran TAN, nitrat dan nitrit treatment yang paling baik
dan efektif dari semua substrat yang digunakan terhadap pengukuran teknik
penangan kimia air (tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik adalah pasir silika.
Parameter lainnya seperti pH, suhu dan DO, diketahui Berdasarkan Grafik
8. Data hasil pengamatan suhu pada pengukuran teknik penangan kimia air (tan,
nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik., dapat diketahui bahwa Nilai rata-rata suhu
yang dihasilkan pada seluruh treatment ( batu bata, pasir malang, pasir silika, batu
kerikil, karang jahe, dan kontrol ) sebesar 25.35 oC. nilai suhu tertinggi terdapat
pada treatment kontrol sebesar 27.3 oC, sedangkan nilai suhu terendah terdapat
pada treatment zeolit dengan nilai yang dihasilkan sebesar 23.5 Oc. Berdasarkan
grafik 9. Data hasil pengamatan pH pada pengukuran teknik penangan kimia air
(tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik., dapat diketahui bahwa Nilai rata-rata pH
yang dihasilkan pada seluruh treatment ( batu bata, pasir malang, pasir silika, batu
kerikil, karang jahe, dan kontrol ) sebesar 7.80. nilai pH tertinggi terdapat pada
treatment zeolit sebesar 8.5, sedangkan nilai pH terendah terdapat pada treatment
batu kerikil dengan nilai yang dihasilkan sebesar 7.07, dan berdasarka grafik 10.
Data hasil pengamatan DO pada pengukuran teknik penangan kimia air (tan,
nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik., dapat diketahui bahwa Nilai rata-rata DO
yang dihasilkan pada seluruh treatment ( batu bata, pasir malang, pasir silika, batu
kerikil, karang jahe, dan kontrol ) sebesar 8.06 ppm. nilai DO tertinggi terdapat
pada treatment pasir silika sebesar 11.1 ppm, sedangkan nilai DO terendah
terdapat pada treatment karang jahe dengan nilai yang dihasilkan sebesar 6.24
ppm.
SR atau Survival Rate merupakan ukuran kelangsungan hidup ikan.
Berdasarkan data yang diperoleh, menunjukkan tingkat kelangsungan hidup ikan
mas sangat tinggi yaitu 100%. Hal ini disebabkan oleh parameter kualitas air
seperti DO, suhu, pH, nitrat, nitrit dan TAN berada dalam kondisi optimal
sehingga berpengaruh sangat signifikan terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan
mas. Nitrat, nitrit dan TAN diukur untuk membantu dalam kelangsungan hidup
ikan percobaan, yakni ikan mas (Cyprinus carpio). Selama 7 hari ikan dipelihara
dengan pemberian pakan metode sekenyang-kenyangnya (adlibitum) dengan
frekuensi pemberian pakan sebanyak 1 kali dalam sehari dan pengukuran
parameter yang dilakukan sebanyak 1 kali.
Besi (Fe) adalah logam berwarna putih keperakan, liat dan dapat
dibentuk. Fe di dalam susunan unsur berkala termasuk logam golongan VIII,
dengan berat atom 55,85g.mol-1, nomor atom 26, berat jenis 7.86g.cm-3 dan
umumnya mempunyai valensi 2 dan 3 (selain 1, 4, 6). Besi (Fe) adalah logam
yang dihasilkan dari bijih besi, dan jarang dijumpai dalam keadaan bebas, untuk
mendapatkan unsur besi, campuran lain harus dipisahkan melalui penguraian
kimia. Besi digunakan dalam proses produksi besi baja, yang bukan hanya unsur
besi saja tetapi dalam bentuk alloy (campuran beberapa logam dan bukan logam,
terutama karbon). (Eaton Et.al, 2005; Rumapea, 2009 dan Parulian, 2009).
Kandungan Fe di bumi sekitar 6.22 %, di tanah sekitar 0.5 – 4.3%, di
sungai sekitar 0.7 mg/l, di air tanah sekitar 0.1 – 10 mg/l, air laut sekitar 1 – 3
ppb, pada air minum tidak lebih dari 200 ppb. Pada air permukaan biasanya
kandungan zat besi relatif rendah yakni jarang melebihi 1 mg/L sedangkan
konsentrasi besi pada air tanah bervariasi mulai dan 0,01 mg/l sampai dengan + 25
mg/l. Di alam biasanya banyak terdapat di dalam bijih besi hematite, magnetite,
taconite, limonite, goethite, siderite dan pyrite (FeS), sedangkan di dalam air
umumnya dalam bentuk terlarut sebagai senyawa garam ferri (Fe3+) atau garam
ferro (Fe2+); tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter < 1 mm) atau lebih besar
seperti, Fe(OH)3; dan tergabung dengan zat organik atau zat padat yang anorganik
(seperti tanah liat dan partikel halus terdispersi). Senyawa ferro dalam air yang
sering dijumpai adalah FeO, FeSO4, FeSO4.7 H2O, FeCO3, Fe(OH)2,
FeCl2 sedangkan senyawa ferri yang sering dijumpai yaitu FePO4, Fe2O3, FeCl3,
Fe(OH)3. (Eaton Et.al, 2005; Said, 2003; Perpamsi, 2002; Alaerts,1987
dan www.lenntech.com).
Penggunaan logan berat dalam kehidupan sehari-hari baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mencemari lingkungan . logam-logam
berat diketahui terkumpul di dalam tubuh suatu organisme dan tetap tinggal dalam
tubuh dalam jangka waktu yang lama sebagai racun yang terakumulasi .
kandungan Fe diperairan dapat direduksi menggunakan filter fisik da juga biologi
filter biologi sering dimanfaatkan untuk mereduksi logam berat diperairan yaitu
dengan cara menyerap kandungan logam berat tersebut melalui serabut – serabut
yang dimiliki oleh tumbuhan air. Prosedur analisa logam berat besi dapat
dilakukan dengan metode spektrofotometri.
Akumulasi (tingkat penyerapan) logam berat pada tanaman di perngaruhi
oleh banyak faktor antara lain karakteristik fisika, kimia, dan media pertumbuhan
yang digunakan. Faktor-faktor tersebut meliputi: pH, kapasitas tukar ion,
kejenuhan basa, pertukaran kation, dan lain-lain (Tan, 1982; Sam, 2000).
Tanah yang telah tercemar logam berat dapat ditanggulangi secara fisik
melalui pencucian dan penggunaan bahan organik (Sukmana, at el, 1986). Prinsip
dari metode ini adalah dengan penghilangan logam berat dengan pencucian atau
dengan membuat logam berat itu tidak aktif dengan bahan organik. Pencucian
dilakukan dengan memasukkan air irigasi yang tidak tercemar logam berat ke
tanah yang sedang diolah, kemudian membuang air tersebut melalui saluran
drinase.
Selain penanggulangan pencemaran logam berat secara fisik ada juga
penanggulangan pencemaran logam berat secara kimia. Ada dua metode yang
dapat digunakan dalam penaggulangan secara kimia ini, yaitu dengan metode
pengapuran. Cara kimia yang bisa digunakan adalah dengan metode pengapuran.
Sebagian dari unsure logam berat terutama Pb dapat larut ditanah atau tersedia
bagi tanaman dalam keadaan tanah masam, sehingga dapat menyebabkan tanaman
menyerap Pb secara berlebihan dan bersifat racun bagi tanaman itu sendiri.
Dengan pengapuran tanah tidak akan terlalu masam sehingga logam berat seperti
Pb tidak akan berada ditanah dalam bentuk tersedia bagi tanaman (Tan, 1991).
Dalam keadaan basa terjadi penambahan muatan negatif jadi, peningkatan pH
tanah umumnya akan meningkatkan muatan negatif sehingga kemapuan koloid
tanah dalam menjerap kation akan meningkat (Priyono, 2005).
Selain cara kimia dan fisik ada pula cara biologi yang dapat digunakan
sebagai alternative cara penaggulangan pencemaran logam berat di tanah.
Penanggulangan pencemaran logam berat secara biologi di bagi dua yaitu metode
Fitoremediasi ( menggunakan tumbuhan untuk menyerap logam berat) dan
metode Bioremediasi (menggunakan mikrobia).
Metode Fitoremediasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan tumbuhan
yang dapat menyerap logam berat di tanah. Salah satu tumbuhan yang dapat
menyerap logam berat adalah Eceng Gondok (Eichormia crassipes). Walaupun
dalam petanian Eceng Gondok dikenal sebagi gulma namun tumbuhan ini dapat
menyerap logam berat dan resisten terhadap toksisitas logam berat tersebut.
Tumbuhan eceng gondok yang hidup di atas air dapat menyerap logam berat Pb
sebanyak 5,167 ppm atau 96,4 % dan logam berat Fe turun sebanyak 3,177 ppm
atau 65,45 % dalam kurun waktu tujuh hari (Hasim, 2005). Selain eceng gondok,
pemanfaatan tumbuhan yang dapat menyerap logam berat ditanah adalah
ludwigia, lemna sp, Hydrilla, kamboba, dan lain-lain.
Ludwigia repens adalah tanaman akuarium yang indah, secara alami hidup
dilingkungan tepi sungai dan lahan basah di seluruh Amerika Utara. Awalnya
ditemukan pada 1700-an di daerah selatan Amerika Serikat dan Meksiko, dan
kemudian Hindia Barat, Ludwigia repens sekarang dapat ditemukan di Asia
Tenggara dan Jepang. Ludwigia repens telah menjadi tanaman air umum untuk
akuarium ditanam karena persyaratan mudah tumbuh. Tata letak paling umum
sebagai pengisi midground ataupun ditempatkan untuk background , tanaman ini
berwarna hijau sampai hijau keunguan di bagian atas daun dan merah di bagian
bawah daun. Karakteristik Pertumbuhan Ludwigia repens dapat tumbuh hingga
ketinggian maksimum 15-20 inchi (38-50 cm), dan jika dibiarkan tanpa
pemangkasan merayap di sepanjang permukaan air.Tanaman air ini menunjukkan
warna yang terbaik pada kondisi cahaya tinggi, danmemiliki tingkat pertumbuhan
moderat dalam kondisi pencahayaan 2 watt per galon di mana ia dapat tumbuh
hingga setengah inci dalam satu hari. Dalam kondisi pencahayaan yang lebih
tinggi, Ludwigia repens dapat tumbuh lebih cepat dan daunnya akan menampilkan
warna merah yang kaya di kedua sisi daunnya.Ketika tumbuh subur, daun
Ludwigia repens akan tegak ke arah sumber pencahayaan dan cabang batang baru
akan tumbuh dari batang utama. Selain tumbuh batang baru, Ludwigia repens juga
memiliki akar yang dapat muncul sepanjang ruas batang itu. Akar ini disebut akar
udara dan dapat dipangkas untuk memperbaiki penampilan tanaman. Ludwigia
repens mudah diperbanyak dengan memotong di separuh bagian batang utama dan
tanam kembali bagian atas. Bagian bawah batang kemudian dapat dibuang atau
dibiarkan di tempat untuk menumbuhkan batang baru dan merangsang
pertumbuhan ke samping. Warna merah halus daun Ludwigia repens dapat
dijadikan fokus yang menarik di bagian midground aquarium di tengah tengah
tanaman serba hijau lainnya. Untuk membuat penampilan lebat penuh dengan
Ludwigia repens, biarkan kemungkinan batang tumbuh setidaknya 3 per 4 dari
tinggi akuarium Anda. Setelah tiba saat pemangkasan, potong separuh tinggi
batang tepat di atas daun. Cobalah membuat efek berlapis dengan menempatkan
latar belakang Ludwigia repens lebih tinggi dan lebat, sementara bagian yang
lebih depan dipangkas dengan sedikit lebih pendek. Ini akan membantu
kedalaman visual untuk pengelompokan tanaman.
Pada umumnya metode yang digunakan untuk menghilangkan besi dan
mangan adalah metode fisika, kimia, biologi maupun kombinasi dari masing –
masing metode tersebut. Metode fisika dapat dilakukan dengan cara filtrasi,
aerasi, presipitasi, elektrolitik, pertukaran ion (ion exchange), adsorpsi dan
sebagainya. Metode kimia dapat dilakukan dengan pembubuhan senyawa khlor,
permanganat, kapur – soda, ozon, polyphosphat, koagulan, flokulan, dan
sebagainya. Metode biologi dapat dilakukan dengan cara menggunakan
mikroorganisme autotropis tertentu seperti bakteri besi yang mampu
mengoksidasi senyawa besi dan mangan. (Oktiawan, dkk., 2007; Said, 2003;
Perpamsi, 2002; Qasim, Et.al., 2000; Said, dkk., 1999; dan Bruce Seelig, 1992).
Metode terakhir yang dapat digunakan dalam menaggulangi pencemaran
logam berat di tanah adalah dengan metode Bioremediasi. Metode Bioremediasi
memanfaatkan mikrobia sebagai perantara reaksi kimia dan proses fisika yang
berlangsung secara metabolic. Proses ini mengubahn bahan kimia yang
mengandung logam berat dalam danah menjadi tidak berbahaya (Sklandany dan
Metting, 1993). Mikroorganisme merupakan bioremediatorn yang ampuh untuk
memindahkan atau menghilangkan logam-logam berat melalui mekanisme
serapan ( transport) aktif maupun pasif (Volesky dan Holand,1995). Keberhasilan
dari cara ini ditentukan oleh beberapa factor, antara lain; Heterogenitas unsur
pencemar, Kesentrasi senyawa yang mengandung logam berat, Toksisitas logam
berat tersebut dan Kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan mikrobia (Simp et al,
1990). Adapun bakteri yang bisa digunakan untuk metode ini adalah bakteri
Pseidomonas yang dapat mengguanakan senyawa yang mengandung logam berat
tersebut sebagai makanannya melalui mekanisme oksidasireduksi. Bakteri lain
yang dapat digunakan antara lain Bacillus, Thiobacillus dan bakteri penghambat
N.
Pengukuran Fe pada praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui
Berdasarkan grafik 11. Data hasil pengamatan Fe pada pengukuran teknik
penangan logam berat (fe) dengan tumbuhan air, diketahui bahwa Nilai rata-rata
Fe yang dihasilkan pada seluruh treatment ( eceng gondok, ludwigia, lemna,
hidyrilla, kamboba, dan kontrol ) sebesar 0.46 mg/l. nilai Fe tertinggi terdapat
pada treatment kamboba sebesar 1 mg/l, sedangkan nilai Fe terendah terdapat
pada treatment ludwigia dengan nilai yang dihasilkan sebesar 0 mg/l. Artinya
tumbuhan ludwegia paling efektif dalam menghilangkan kadar logam berat Fe
diperairan dengan waktu tempuh sampai kadar Fe menjadi 0 mg/l membutuhkan
waktu sekitar 7 hari pada percobaan.
Parameter lainnya seperti pH, suhu dan DO, diketahui Berdasarkan Grafik
12. Data hasil pengamatan suhu pada pengukuran teknik penangan logam berat
(fe) dengan tumbuhan air, dapat diketahui bahwa Nilai rata-rata suhu yang
dihasilkan pada seluruh treatment ( eceng gondok, ludwigia, lemna, hidyrilla,
kamboba, dan kontrol ) sebesar 25.28 oC. nilai suhu tertinggi terdapat pada
treatment ludwigia sebesar 26.5 oC, sedangkan nilai suhu terendah terdapat pada
treatment hydrilla dan kamboba dengan nilai yang dihasilkan sebesar 24.4 0c.
Berdasarkan Grafik 13. Data hasil pengamatan suhu pada pengukuran teknik
penangan logam berat (fe) dengan tumbuhan air, dapat diketahui bahwa Nilai rata-
rata pH yang dihasilkan pada seluruh treatment ( eceng gondok, ludwigia, lemna,
hidyrilla, kamboba, dan kontrol ) sebesar 7.42. nilai pH tertinggi terdapat pada
treatment kamboba sebesar 7.91, sedangkan nilai pH terendah terdapat pada
treatment lemna dengan nilai yang dihasilkan sebesar 6.71, dan berdasarkan
Grafik 14. Data hasil pengamatan DO pada pengukuran teknik penangan logam
berat (fe) dengan tumbuhan air, dapat diketahui bahwa Nilai rata-rata DO yang
dihasilkan pada seluruh treatment ( eceng gondok, ludwigia, lemna, hidyrilla,
kamboba, dan kontrol ) sebesar 6.71 ppm. nilai DO tertinggi terdapat pada
treatment hydrilla sebesar 7.66 ppm, sedangkan nilai DO terendah terdapat pada
treatment kontrol dengan nilai yang dihasilkan sebesar 6.71.
4.1 Simpulan
Pada percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulakan bahwa jenis filter
yang paling efektif pada perlakuan teknik penanganan fisika air ( kekeruhan )
dengan filtrasi adalah pasir malang, lama treatment paling efektif untuk
menurunkan kekeruhan adalah pada hari ke-7 dengan rata-rata menurunkan kadar
kekeruhan sebesar 5.84 NTU per hari dan penurunan kekeruhan sebanyak 9.48 %.
Jenis filter yang paling efektif pada perlakuan pengukuran teknik penangan kimia
air (tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik adalah pasir silika , lama treatment
paling efektif untuk mengatasi kadar TAN, nitri, dan nitrat yang berlebihan
diperairan adalah pada hari ke-5 hingga hari ke-7 . Jenis filter yang paling efektif
pada perlakuan Teknik Penangan Logam Berat (Fe) dengan Tumbuhan Air adalah
tumbuhan ludwegia , lama treatment paling efektif untuk menurunkan kadar Fe
hingga mencapai 0 mg/l ( bening ) adalah selama 5 hari atau pada hari ke5
percobaan.
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BOYD, C.E. 1979. Water quality in warmwater fish ponds. (4th printing, 1988).
Auburn University Agricultural Experiment Station, Auburn, Alabama. p
230.
Boyd, C.E. 1982. Water Quality in Warm Water Fish Pond. Alabama, USA :
Auburn University Agricultural Experimenta Satation
BOYD, C.E. 1990. Water quality in ponds for aquaculture. Alabama Agricultural
Experiment Station, Auburn University, Alabama. 482 p
Effendi, H., 2003, Telah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan, Kanisius, Yogyakarta.
Effendi, H., 2003. Telaah Kuslitas Air : Bagi Pengelolaan Sumber Daya
Lingkungan perairan Penerbit Kanisius- Jakarta.
Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yograkarta.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Hal : 21-
23, 185
Hadi, A. 2007. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Penerbit
http://adesuherman09.student.ipb.ac.id/files/2011/12/Jurnal-BOD-indonesia.pdf
Jenie, B. S. L. dan W. P. Rahayu. 1990. Penanganan Limbah Industri Pangan.
Kanisius. Yogyakarta.
Kida. K. dkk., 1999, Efficient Removal of Organic Matter and NH from Pot Ale
by a Combination of Methane Fermentation and Biological Denitrification
and Nitrification Process. Journal of Process Engineering.
Pemerintah Republik Indonesia (2001) Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001
Tentang
Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air, Jakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Tentang Pengelolaan Kualitas Air
Dan Pengendalian Penecemaran Air.
PT. Gramedia. Jakarta. Hal : 7-10.
Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. UI Press. Jakarta.
WARDOYO, S.T.H. 1978. Kriteria Kualitas Air Untuk Keperluan Pertanian dan
Perikanan. Dalam : Prosiding Seminar Pengendalian Pencemaran Air.
(eds eds Dirjen Pengairan Dep. PU.), hal 293-300.
LAMPIRAN
Tabel 1. Berikut ini merupakan lampiran data hasil pengamatan kekeruhan pada
pengukuran teknik penanganan fisika air ( kekeruhan ) dengan filtrasi
KEKERUHAN
HARI
TREATMENT RATA-RATA penurunan kekeruhan(%)
0 1 2 3 4 5 6 7
Batu Bata 1.95 6.32 4.73 3.56 1.27 1.51 3.17 2.75 3.16 3.57
Pasir Malang 1.95 9.88 8.73 7.02 8.79 8.78 1.18 0.4 5.84 9.48
PasirSilika 1.95 2.93 8.47 6.14 17.9 15.97 15.11 16.96 10.68 -14.03
BatuKerikil 1.95 44.42 19.83 17.38 10.94 3.48 0.61 2.61 12.65 41.81
KarangJahe 1.95 9.83 19.83 13.34 19.34 7.86 9.14 24.9 13.27 -15.07
Tabel 2. Berikut ini merupakan lampiran data hasil pengamatan suhu pada
pengukuran teknik penanganan fisika air ( kekeruhan ) dengan filtrasi
SUHU
HARI
TREATMENT RATA-RATA
0 1 2 3 4 5 6 7
Batu Bata 27.8 27 22.8 23.5 26 22.6 23.2 23.6 24.56
Pasir Malang 28 27 24.6 25.3 25.9 25.8 22.6 24.3 25.44
PasirSilika 28.1 27 24.9 24.9 26.1 22.7 23.2 26.1 25.38
BatuKerikil 27.6 27.3 24.6 28.6 26 23.7 24 24.3 25.76
KarangJahe 27.6 26.9 25.3 26.3 25.3 24.4 22.3 24.4 25.31
Teknik Penangan Kimia Air (TAN, NITRIT, dan NITRAT) dengan Filter Fisik
Tabel 5. Berikut ini merupakan lampiran data hasil pengamatan nitrat pada
pengukuran teknik penangan kimia air (tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik.
NO3 (mg/l)
HARI
TREATMENT
0 3 5 7 SR (%)
Zeolit 2.5 0.5 0.5 0.5 100
Pasir Malang 2.5 50 100 50 100
PasirSilika 2.5 5 100 3 100
BatuKerikil 2.5 50 100 50 100
KarangJahe 2.5 50 50 50 100
Kontrol 2.5 25 25 25 100
Tabel 6. Berikut ini merupakan lampiran data hasil pengamatan nitrit pada
pengukuran teknik penangan kimia air (tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik
NO2 (mg/l)
HARI
TREATMENT
0 3 5 7 SR (%)
Zeolit 2.5 1 1 1 100
Pasir Malang 2.5 1 1 5 100
PasirSilika 2.5 5 5 2 100
BatuKerikil 2.5 5 5 2 100
KarangJahe 2.5 50 50 50 100
Kontrol 2.5 0.5 1 1 100
Tabel 7. Berikut ini merupakan lampiran data hasil pengamatan TAN pada
pengukuran teknik penangan kimia air (tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik
TAN (mg/l)
HARI
TREATMENT
0 3 5 7 SR (%)
Zeolit 2.5 50 50 50 100
Pasir Malang 2.5 0.5 0.5 0.5 100
PasirSilika 2.5 5 5 0 100
BatuKerikil 2.5 3 0.5 0.5 100
KarangJahe 2.5 5 5 5 100
Kontrol 2.5 2 5 5 100
Tabel 8. Berikut ini merupakan lampiran data hasil pengamatan suhu pada
pengukuran teknik penangan kimia air (tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik
SUHU
HARI
TREATMENT RATA-RATA
0 1 2 3 4 5 6 7
Zeolit 25.5 23.9 26 26.6 25.5 25.5 24 23.5 25.06
Pasir Malang 25 25.9 24.9 26 26 25.5 25.4 25.5 25.53
PasirSilika 25.2 24.3 25.4 25.4 25.4 25.4 25.7 24 25.10
BatuKerikil 25.5 26.3 26.2 26.1 25.4 25.3 24.5 23.9 25.40
KarangJahe 25.2 26.1 25.2 25.2 25.2 24.5 24.4 25.7 25.19
Kontrol 25.3 26.8 26.5 27.3 26.2 25.1 24.9 24.7 25.85
Tabel 10. Berikut ini merupakan lampiran data hasil pengamatan DO pada
pengukuran teknik penangan kimia air (tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik
DO
HARI
TREATMENT RATA-RATA
0 1 2 3 4 5 6 7
Zeolit 9.77 9.8 7.44 9.34 9.3 7.09 7.22 7.26 8.40
Pasir Malang 9.52 8.7 6.9 8.1 7.8 7.78 7.7 8.6 8.14
PasirSilika 11.1 9.88 7.86 7.56 9.56 8.87 7.18 7.24 8.66
BatuKerikil 7.65 6.76 6.7 7.43 7.35 7.03 7.37 7.02 7.16
KarangJahe 10.34 10.75 8.28 9.98 9.35 7.24 6.24 7.43 8.70
Kontrol 7.65 6.6 7.14 8.87 7.31 6.57 7.14 7.34 7.33
Tabel 11. Berikut ini merupakan lampiran data hasil pengamatan logam berat (fe)
dengan tumbuhan air
Fe
Hari ke
Treatment
1 3 5 Rata-rata
Eceng
0.5 0.5 0.1 0.37
gondok
Ludwigia 0.5 0.5 0 0.33
Lemna 0.5 0.5 0.5 0.50
Hydrila 0.5 0.5 0.25 0.42
Kamboba 0.5 0.5 1 0.67
kontrol 0.5 0.5 0.5 0.50
Tabel 12. Berikut ini merupakan lampiran data hasil pengamatan suhu pada
pengamatan logam berat (fe) dengan tumbuhan air.
SUHU
Treatment Hari ke
1 2 3 4 5 Rata-rata
Eceng
24.9 25 25.5 26 25.3 25.34
gondok
Ludwigia 25 24.5 26.5 24.7 25 25.14
Lemna 24.9 25.7 25.1 25.3 24.9 25.18
Hydrila 25.7 25.3 26.1 24.7 24.4 25.24
Kamboba 25.2 24.9 25.6 24.7 24.4 24.96
kontrol 25.8 25.6 26 26.2 25.6 25.84
Tabel 13. Berikut ini merupakan lampiran data hasil pengamatan pH pada
pengamatan logam berat (fe) dengan tumbuhan air
pH
Treatment Hari ke
1 2 3 4 5 Rata-rata
Eceng
6.93 7.03 7.06 7.78 7.6 7.28
gondok
Ludwigia 7.3 7.26 7.79 7.49 7.35 7.438
Lemna 6.71 7.27 7.34 7.53 7.57 7.284
Hydrila 7.67 7.74 7.69 7.52 7.28 7.58
Kamboba 6.78 7.35 6.93 7.91 7.39 7.272
kontrol 7.56 7.78 7.79 7.81 7.48 7.684
Tabel 14. Berikut ini merupakan lampiran data hasil pengamatan DO pada
pengamatan logam berat (fe) dengan tumbuhan air
DO
Treatment Hari ke
1 2 3 4 5 Rata-rata
Eceng
6.31 7.23 6.35 5.65 7.35 6.578
gondok
Ludwigia 6.41 7.31 6.93 7.56 7.5 7.142
Dokumentasi photo
Pengeringan bahan substrat Penyusunan wadah percobaan double battom pada pengukuran
yang digunakan pada praktikum ke-3 ( kekeruhan )dan ke-4 ( TAN,nitrit, nitrat).
pengukuran kekeruhan
Beberapa prosedur pengukuran teknik kualitas air dengan bahan kimia pada percobaan TAN, nitrit
dan nitrat.
Beberapa sampel yang digunakan dalam Perubahan warna sampel air yang telah diuji
pengukuran TAN, Nitrit dan Nitrat dengan kit sierra.
Profil tanaman :
Nama ilmiah: Ludwigia repens
Nama umum: Ludwigia repens
Tingkat kesulitan: Mudah
Persyaratan CO2: Rendah
Persyaratan pencahayaan: Sedang
Tata letak tanaman : Midground
Kecepatan tumbuh : Sedang
Keluarga: onagraceae
Genus: Ludwigia
Negara Asal: Asia Tenggara
Tipe tanaman : Stem
Kesadahan : Medium (GH = 9-13 dH)
Tanaman ludwigia yang digunakan sebagai
treatment pengukuran Fe
L OGBOOK KEGIATAN
Pembagian tugas :