Anda di halaman 1dari 31

Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Selasa/24/10/2017

m.k Manajemen Kualitas Air dan Tanah Kelompok :2


Dosen :
Asisten dosen : Bhre Hagni Yuwono

TEKNIK PENANGANAN FISIKA AIR, KIMIA AIR, DAN


LOGAM BERAT DENGAN SISTEM FILTRASI

Disusun Oleh:

Fajar Malika Firdaus J3H216104


Yohana lowrensa J3H216108
Mariah Belina J3H216117
Faisal Akbar J3H216120
Adly Saepul Hikam J3H216124
Dipa Fernanda J3H216129

PROGRAM DIPLOMA
TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN PERIKANAN
BUDIDAYA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manajemen kualitas air merupakan salah satu indicator kesuksesan dalam
melakukan budidaya, hal ini dikarenakan air merupakan habitat dari ikan . oleh
karena itu kualitas air harus sesuai dengan kondisi optimum, yang diharapkan oleh
ikan agar ikan dapat tumbuh dengan baik ( Effendi 2003 ).
Air yang keruh sering ditemukan di berbagai sumber air, terutama ketika
musim hujan. Hal ini tentunya akan mengganggu aktivitas budidaya perikanan
khususnya untuk budidaya ikan air tawar. Untuk mendapatkan air dengan
parameter yang sesuai dengan kebutuhan ikan maka diperlukan berbagai treatmen
untuk mendapatkan air dengan kualitas yang baik dan sesuai dengan kebutuhan
komoditas budidaya. Dalam hal masalah kekeruhan, telah ditemukan beberapa
langkah treatmen untuk mendapat air dengan tingkat kekeruhan yang rendah,
diantaranya dengan teknik kogulasi, floakulasi, dan sedimentasi.
Lumpur dan partikel-partikel (bahan-bahan anorganik) akibat buangan
limbah atau banjir secara umum akan menyebabkan beberapa kerugian bagi
budidaya perikanan maupun terhadap ikan-ikan liar. Hal ini disebabkan karena
secara langsung lumpur dan partikel-partikel tersebut akan menyebabkan
kematian ikan, menurunkan laju pertumbuhannya atau menurunkan resistensinya
terhadap penyakit, menghambat perkembangan lanjut telur sehingga
menyebabkan gagal menetas, dan menghambat pertumbuhan larva, memodifikasi
gerakan alami dan migrasi ikan, dan menurunkan kelimpahan pakan alami
(terutama pakan hidup) bagi ikan (Alabaster dan Lyoyd 1980).
Padatan terlarut, partikel-partikel dan limpur yang masuk ke peraian alami
maupun buatan berasal dari kegiatan pembukaan lahan hutan atau pertanian,
buangan limbah pertambangan, industri, rumah tangga, dan perkotaan. Sebagian
partikel dapat segera didekomposisi, tetapi ada kemungkinan sebagian partikel
tersubt bersifat toksik bagi biota akuatik. Partikel-partikel dalam air dapat
mengganggu insang atau menyebabkan kerusakan insang sehingga merangsang
ikan untuk memproduksi mukus secara berlebihan. Pada kasus yang berat, ikan
dapat mengalami aneroksia (kekurangan oksigen) akibat insangnya tertutupi oleh
mukus dan partikel lumpur (Irianto 2005).
Lingkungan merupakan salah satu komponen yang paling penting dalam
kegiatan budi daya ikan. Oleh karenanya, kegiatan memanipulasi lingkungan budi
daya perlu dilakukan untuk mendapatkan output yang maksimal dari kegiatan
budi daya. Salah satu cara memanipulasi lingkungan adalah mengurangi limbah
N dari budi daya menggunakan berbagai macam substrat pada wadah budi daya.
Cara kerja substrat dalam mengurangi limbah N perairan adalah dengan menyerap
limbah N ke dalam pori – porinya atau bisa juga substrat tersebut mengeluarkan
zat yang dapat mereduksi limbah N.
Selain limbah N, substrat juga dapat mempengaruhi nilai kekeruhan perairan.
Kekeruhan yang tinggi dapat dengan cepat diturunkan nilainya dengan
penggunaan substrat. Kinerja berbagai jenis substrat terhadap penurunan nilai
kekeruhan pun perlu dilakukan pengujian, karena kenyataan di lapang akan
berbeda dengan teorinya yang menyatakan substrat terbaik adalah zeolit.
Beberapa jenis substrat yang dapat digunakan untuk menanggulangai limbah
N adalah batu zeolit, pasir silika, pasir malang dan batu split. Substrat – substrat
tersebut memiliki pori – pori yang dapat menangkap N ke dalamnya sehingga
kandungan N dalam air menurun. Kinerja dari berbagai jenis substrat pun berbeda
– beda, tergantung kerapatan dan besarnya lubang pori – pori. Secara umum,
substrat terbaik yang dapat digunakan adalah batu zeolit, tetapi pada kenyataannya
di lapang tidak selalu demikian. Oleh karenanya, pengujian berbagai jenis substrat
perlu di ketahui kinerjanya, sehingga didapatkan substrat dengan hasil kinerja
yang terbaik.
Tanah secara alami telah mengandung logam berat meskipun hanya sedikit.
Logam berat adalah unsur logam yang memiliki berat molekul yang tinggi.
Umumnya bersifat racun, baik bagi tanaman maupun hewan. Contonya Hg, Pb,
Ni, Cd, Cr. As dan masih banyak lagi ( Am. Geol. Inst, 1976).
Pencemaran yang terjadi pada tanah, air tanah, badan air, atau sungai, udara
dapat menyebabkan terganggunya ekosistem. Hal ini karena terputusnya rantai
dalam satu tatanan linkungan atau matinya organism yang menyebabkan
terganggunya ekosistem ( Soemarwoto, 1991).

1.2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui jenis filter dan lama treatment
yang paling effektif pada teknik treatment fisika air melalui filtrasi, teknik
treatment kimia air melalui aerasi dan resirkulasi, dan teknik treatment logam
berat dengan filter fisik dan tumbuhan air.

II. METODOLOGI

2.1. Waktu dan Tempat


Praktikum teknik penanganan fisika air (kekeruhan) dengan filtrasi ini
dilakukan selama 8 jam ( 480 menit ) pada hari selasa tanggal 26 september 2017
pukul 08:00 s/d 16:00, praktikum teknik penangan kimia air (tan, nitrit, dan nitrat)
dengan filter fisik dilakukan selama7 hari pada hari selasa tanggal 03 oktober 2017
s/d 10 oktober 2017pukul 08:00 s/d 12:00 ,dan praktikum teknik penangan logam
berat (fe) dengan tumbuhan air dilakukan selama7 hari pada hari selasa tanggal 10
oktober 2017 s/d 17 oktober 2017pukul 08:00 s/d 12:00 WIB di lab Basah IKN
IPB PSDKU Sukabumi .
2.2. Alat dan Bahan
2.2.1. Teknik Penanganan Fisika Air (Kekeruhan) dengan Filtrasi
Alat yang digunakan pada praktikum adalah 6 buah akuarium, turbidity
meter, thermometer laser, DO meter, dan pH meter. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah Filter (pasir malang, kerikil, batu bata, pasir silika, karang jahe,
dan kontrol ) dan air .
2.2.2. Teknik Penangan Kimia Air (TAN, NITRIT, dan NITRAT)
dengan Filter Fisik
Alat yang digunakan pada praktikum adalah 6 buah akuarium, sierra kit,
thermometer laser, DO meter, dan pH meter. Sedangkan bahan yang digunakan
adalah Filter (pasir malang, batu zeolite, batu bata, pasir silika, karang jahe, dan
kontrol )dan air .
2.2.3. Teknik Penangan Logam Berat (Fe) dengan Tumbuhan Air
Alat yang digunakan pada praktikum adalah 6 buah akuarium, sierra kit,
thermometer laser, DO meter, dan pH meter. Sedangkan bahan yang digunakan
adalah FeCl2 sebanyak 0.5 gram , air sebanyak 10 liter atau 20 cm dari tinggi
akuarium dan filter tanaman ( eceng gondok, lemna,hydrilla, ludwigia dan
kamboba) .

2.3. Prosedur Percobaan


2.3.1. Teknik Penanganan Fisika Air (Kekeruhan) dengan Filtrasi
Pertama-tama disiapkan akuarium dan perlengkapan untuk membuat double
bottom, kemudian rangkaikan sampai system double bottom berjalan dengan
benar. Filter yang digunakan di akuarium yaitu pasir malang, kerikil, batu bata,
pasir silika, dan karang jahe (sesuai tugas kelompoknya), dengan tebal filter 1/5
kedalaman akuarium. Lalu akuarium diisi dengan air keruh sampai volume 80%.
Disiapkan juga satu akuarium tanpa diberi treatment (sebagai control), dan diisi
dengan air keruh, diamkan (sedimentasi). Kemudian diambil air sampel sebanyak
50 ml setiap 1 jam sampai jam ke-7, lalu diukur kekeruhan semua sampel dengan
menggunakan turbidity meter untuk pengukuran kekeruhan , thermometer laser
untuk pengukuran suhu, DO meter untuk pengukuran DO dan pH meter untuk
pengukuran pH.
2.3.2. Teknik Penangan Kimia Air (TAN, NITRIT, dan NITRAT)
dengan Filter Fisik
Pertama-tama disiapkan akuarium dan perlengkapan untuk membuat double
bottom, kemudian rangkaikan sampai system double bottom berjalan dengan benar
.lalu dimasukan filter yang digunakan di akuarium yaitu pasir malang, kerikil, batu
bata serbuk, zeolit, arang aktif, dan pecahan karang (sesuai tugas kelompoknya).
tebal filter 1/5 kedalaman akuarium. Kemudian akuarium diisi dengan air budidaya
sampai volume 80% ,lalu disiapkan juga satu akuarium dan isi dengan air yang
sama sebagai control dan setiap akuarium diberiikan mas sebanyak 15 ekor per
akuarium . kemudian diambil air sampel sebanyak 100 ml setiap hari untuk
pengukuran suhu, DO dan pH, kemudian diambil air sampelsebanyak 100 ml setiap
hari ke 0, 3, 5, 7. dan diberi label setiap sampel untuk diukur parameter kimia pada
semua sampel sebagai berikut : TAN, Nitrit, danNitrat.
2.3.3. Teknik Penangan Logam Berat (Fe) dengan Tumbuhan Air
Pertama-tama disiapkan akuarium dan kemudian akuarium diisi dengan air,
dengan kedalaman 20 cm kemudian masukan Fe sebanyak 5 gram kedalam masing
– masing akuarium lalu filter yang digunakan di akuarium yaitu eceng gondok ,
hidryla. Lalu diambil air sampel sebanyak 50 ml pada hari ke 0, 3, 5, dan 7 .
kemudian ukur kadar Fe, suhu, DO dan pH.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

3.1.1. Teknik Penanganan Fisika Air (Kekeruhan) dengan Filtrasi


Pengukuran kekeruhan
50

nilai kekeruhan ( NTU)


40
Batu bata
30
pasir malang
20
pasir silika
10
batu kerikil
0
0 1 2 3 4 5 6 7 karang jahe
hari pengukuran

Grafik 1. Data hasil pengamatan kekeruhan pada pengukuran teknik penanganan


fisika air ( kekeruhan ) dengan filtrasi .

Berdasarka Grafik 1. Data hasil pengamatan kekeruhan pada pengukuran


teknik penanganan fisika air ( kekeruhan ) dengan filtrasi, dapat diketahui bahwa
Nilai rata-rata kekeruhan yang dihasilkan pada seluruh treatment ( batu bata, pasir
malang, pasir silika, batu kerikil, karang jahe, dan kontrol ) sebesar 9.12 NTU. nilai
kekeruhan tertinggi terdapat pada treatment batu kerikil sebesar 44.42 NTU,
sedangkan nilai kekeruhan terendah terdapat pada treatment pasir malang dengan
nilai yang dihasilkan sebesar 0.4 NTU. Penurunan kekeruhan rata-rata yang
dihasilkan oleh seluruh treatment ( batu bata, pasir malang, pasir silika, batu kerikil,
karang jahe, dan kontrol ) adalah sebesar 5.15 %.

Pengukuran suhu
35
30
nilai suhu (0C)

25 batu bata
20
pasir malang
15
10 pasir silika
5 batu kerikil
0 karang jahe
0 1 2 3 4 5 6 7
hari pengukuran

Grafik 2. Data hasil pengamatan suhu pada pengukuran teknik penanganan fisika
air ( kekeruhan ) dengan filtrasi .

Berdasarka Grafik 2. Data hasil pengamatan suhu pada pengukuran teknik


penanganan fisika air ( kekeruhan ) dengan filtrasi, dapat diketahui bahwa Nilai
rata-rata suhu yang dihasilkan pada seluruh treatment ( batu bata, pasir malang,
pasir silika, batu kerikil, karang jahe, dan kontrol ) sebesar 25.29 oC. nilai suhu
tertinggi terdapat pada treatment batu kerikil sebesar 28.6 oC, sedangkan nilai suhu
terendah terdapat pada treatment karang jahe dengan nilai yang dihasilkan sebesar
22.3 oC.
Pengukuran pH
10

8
batu bata

nilai pH
6
pair malang
4
pasir silika
2 batu kerikil
0 karang jahe
0 1 2 3 4 5 6 7
hari pengukuran

Grafik 3. Data hasil pengamatan pH pada pengukuran teknik penanganan fisika air (
kekeruhan ) dengan filtrasi .

Berdasarka Grafik 3. Data hasil pengamatan pH pada pengukuran teknik


penanganan fisika air ( kekeruhan ) dengan filtrasi, dapat diketahui bahwa Nilai
rata-rata pH yang dihasilkan pada seluruh treatment ( batu bata, pasir malang, pasir
silika, batu kerikil, karang jahe, dan kontrol ) sebesar 7.15. nilai pH tertinggi
terdapat pada treatment karang jahe sebesar 8.79, sedangkan nilai pH terendah
terdapat pada treatment batu bata dengan nilai yang dihasilkan sebesar 4.5.

Pengukuran DO
12
10
nlai DO(ppm)

8 batu bata
6 pasir malang
4 pasir silika
2
batu kerikil
0
0 1 2 3 4 5 6 7 karang jahe

hari pengukuran

Grafik 4. Data hasil pengamatan DO pada pengukuran teknik penanganan fisika air (
kekeruhan ) dengan filtrasi .

Berdasarka Grafik 4. Data hasil pengamatan DO pada pengukuran teknik


penanganan fisika air ( kekeruhan ) dengan filtrasi, dapat diketahui bahwa Nilai
rata-rata DO yang dihasilkan pada seluruh treatment ( batu bata, pasir malang, pasir
silika, batu kerikil, karang jahe, dan kontrol ) sebesar 7.70 ppm. nilai DO tertinggi
terdapat pada treatment pasir malang sebesar 11.01 ppm, sedangkan nilai DO
terendah terdapat pada treatment pasir silika dengan nilai yang dihasilkan sebesar
1.81 ppm.
3.1.2. Teknik Penangan Kimia Air (TAN, NITRIT, dan NITRAT)
dengan Filter Fisik

Grafik 5. Data hasil pengamatan nitrat pada pengukuran teknik penangan kimia
air (tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik.

Berdasarka Grafik 5. Data hasil pengamatan nitrat pada pengukuran


teknik penangan kimia air (tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik., dapat diketahui
bahwa Nilai rata-rata NO3 yang dihasilkan pada seluruh treatment ( batu bata, pasir
malang, pasir silika, batu kerikil, karang jahe, dan kontrol ) sebesar 31.22 mg/l.
nilai NO3 tertinggi terdapat pada treatment pasir malang, pasir silika, dan batu
kerikil sebesar 100 mg/l, sedangkan nilai NO3 terendah terdapat pada treatment
zeolit dengan nilai yang dihasilkan sebesar 0.5 mg/l.

Pengukuran NO2
60
50
Nilai Nitrit (mg/l)

Zeolit
40
Pasir malang
30
Pasir malang
20
Batu kerikil
10
Karang jahe
0
0 3 5 7 Kontrol
Hari pengukuran

Grafik 6. Data hasil pengamatan nitrit pada pengukuran teknik penangan kimia air
(tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik.

Berdasarka Grafik 6. Data hasil pengamatan nitrat pada pengukuran


teknik penangan kimia air (tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik, dapat diketahui
bahwa Nilai rata-rata NO2 yang dihasilkan pada seluruh treatment ( batu bata, pasir
malang, pasir silika, batu kerikil, karang jahe, dan kontrol ) sebesar 8.39 mg/l. nilai
NO2 tertinggi terdapat pada treatment karang jahe sebesar 50 mg/l, sedangkan nilai
NO2 terendah terdapat pada treatment kontrol dengan nilai yang dihasilkan sebesar
0.5 mg/l.

Pengukuran Total Amonia Nitrogen


60

Nilai TAN ( mg/l ) 50


Zeolit
40
Pasir malang
30
Pasir silika
20
Batu kerikil
10
0 Karang jahe
0 3 5 7 Kontrol
Hari pengukuran

Grafik 7. Data hasil pengamatan TAN pada pengukuran teknik penangan kimia air
(tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik.

Berdasarka Grafik 7. Data hasil pengamatan TAN pada pengukuran teknik


penangan kimia air (tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik., dapat diketahui bahwa
Nilai rata-rata TAN yang dihasilkan pada seluruh treatment ( batu bata, pasir
malang, pasir silika, batu kerikil, karang jahe, dan kontrol ) sebesar 8.64 mg/l. nilai
TAN tertinggi terdapat pada treatment zeolit sebesar 50 mg/l, sedangkan nilai TAN
terendah terdapat pada treatment pasir silika dengan nilai yang dihasilkan sebesar 0
mg/l.

Pengukuran SUHU
28
27
Zeolit
Nilai suhu (oC)

26
25 Pasir malang
24 Pasir silika
23
Batu kerikil
22
21 Karang jahe
1 2 3 4 5 6 7 8
Kontrol
Hari pengukuran

Grafik 8. Data hasil pengamatan suhu pada pengukuran teknik penangan kimia air
(tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik.

Berdasarka Grafik 8. Data hasil pengamatan suhu pada pengukuran teknik


penangan kimia air (tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik., dapat diketahui
bahwa Nilai rata-rata suhu yang dihasilkan pada seluruh treatment ( batu bata,
pasir malang, pasir silika, batu kerikil, karang jahe, dan kontrol ) sebesar 25.35
oC. nilai suhu tertinggi terdapat pada treatment kontrol sebesar 27.3 oC,
sedangkan nilai suhu terendah terdapat pada treatment zeolit dengan nilai yang
dihasilkan sebesar 23.5 Oc

Pengukuran pH
10

8 Zeolit
Nilai pH
6 Pasir malang
4 Pasir silika

2 Batu kerikil

0 Karang jahe
1 2 3 4 5 6 7 8 Kontrol
Hari pengukuran

Grafik 9. Data hasil pengamatan pH pada pengukuran teknik penangan kimia air
(tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik.

Berdasarka Grafik 9. Data hasil pengamatan pH pada pengukuran teknik


penangan kimia air (tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik., dapat diketahui
bahwa Nilai rata-rata pH yang dihasilkan pada seluruh treatment ( batu bata, pasir
malang, pasir silika, batu kerikil, karang jahe, dan kontrol ) sebesar 7.80. nilai pH
tertinggi terdapat pada treatment zeolit sebesar 8.5, sedangkan nilai pH terendah
terdapat pada treatment batu kerikil dengan nilai yang dihasilkan sebesar 7.07.

Pengukuran DO
12
10
Nilai DO (ppm)

Zeolit
8
Pasir malang
6
Pasir silika
4
2 Batu kerikil
0 Karang jahe
1 2 3 4 5 6 7 8 Kontrol
Hari pengukuran

Grafik 10. Data hasil pengamatan DO pada pengukuran teknik penangan kimia air
(tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik.

Berdasarka Grafik 10. Data hasil pengamatan DO pada pengukuran teknik


penangan kimia air (tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik., dapat diketahui
bahwa Nilai rata-rata DO yang dihasilkan pada seluruh treatment ( batu bata, pasir
malang, pasir silika, batu kerikil, karang jahe, dan kontrol ) sebesar 8.06 ppm.
nilai DO tertinggi terdapat pada treatment pasir silika sebesar 11.1 ppm,
sedangkan nilai DO terendah terdapat pada treatment karang jahe dengan nilai
yang dihasilkan sebesar 6.24 ppm.

3.1.3. Teknik Penangan Logam Berat (Fe) dengan Tumbuhan Air

Pengukuran Fe
1.2
1
Eceng gondok
Nilai Fe (mg/l)

0.8
Ludwigia
0.6
Lemna
0.4
Hydrilla
0.2
Kamboba
0
1 3 5 Kontrol

Hari Pengukuran

Grafik 11. Data hasil pengamatan Fe pada pengukuran teknik penangan logam
berat (fe) dengan tumbuhan air.

Berdasarka Grafik 11. Data hasil pengamatan Fe pada pengukuran teknik


penangan logam berat (fe) dengan tumbuhan air, dapat diketahui bahwa Nilai rata-
rata Fe yang dihasilkan pada seluruh treatment ( eceng gondok, ludwigia, lemna,
hidyrilla, kamboba, dan kontrol ) sebesar 0.46 mg/l. nilai Fe tertinggi terdapat
pada treatment kamboba sebesar 1 mg/l, sedangkan nilai Fe terendah terdapat
pada treatment ludwigia dengan nilai yang dihasilkan sebesar 0 mg/l.

Pengukuran SUHU
27
Nilai suhu (0C)

26.5
Eceng gondok
26
25.5 Ludwigia
25
24.5 Lemna
24
Hydrilla
23.5
23 Kamboba
1 2 3 4 5
Kontrol
Hari Pengukuran

Grafik 12. Data hasil pengamatan Suhu pada pengukuran teknik penangan logam
berat (fe) dengan tumbuhan air.

Berdasarka Grafik 12. Data hasil pengamatan suhu pada pengukuran


teknik penangan logam berat (fe) dengan tumbuhan air, dapat diketahui bahwa
Nilai rata-rata suhu yang dihasilkan pada seluruh treatment ( eceng gondok,
ludwigia, lemna, hidyrilla, kamboba, dan kontrol ) sebesar 25.28 oC. nilai suhu
tertinggi terdapat pada treatment ludwigia sebesar 26.5 oC, sedangkan nilai suhu
terendah terdapat pada treatment hydrilla dan kamboba dengan nilai yang
dihasilkan sebesar 24.4 oC

Pengukuran pH
8

7.5 Eceng gondok


Nilai pH

Ludwigia
7
Lemna
6.5
Hydrilla
6 Kamboba
1 2 3 4 5 6
Kontrol
Hari Pengukuran

Grafik 13. Data hasil pengamatan pH pada pengukuran teknik penangan logam
berat (fe) dengan tumbuhan air.

Berdasarka Grafik 13. Data hasil pengamatan suhu pada pengukuran


teknik penangan logam berat (fe) dengan tumbuhan air, dapat diketahui bahwa
Nilai rata-rata pH yang dihasilkan pada seluruh treatment ( eceng gondok,
ludwigia, lemna, hidyrilla, kamboba, dan kontrol ) sebesar 7.42. nilai pH tertinggi
terdapat pada treatment kamboba sebesar 7.91, sedangkan nilai pH terendah
terdapat pada treatment lemna dengan nilai yang dihasilkan sebesar 6.71.

Pengukuran DO
10
Nilai DO (ppm)

8 Eceng gondok
6 Ludwigia
4 Lemna
2 Hydrilla
0 Kamboba
1 2 3 4 5
Kontrol
Hari Pengukuran

Grafik 14. Data hasil pengamatan DO pada pengukuran teknik penangan logam
berat (fe) dengan tumbuhan air.

Berdasarka Grafik 14. Data hasil pengamatan DO pada pengukuran teknik


penangan logam berat (fe) dengan tumbuhan air, dapat diketahui bahwa Nilai rata-
rata DO yang dihasilkan pada seluruh treatment ( eceng gondok, ludwigia, lemna,
hidyrilla, kamboba, dan kontrol ) sebesar 6.71 ppm. nilai DO tertinggi terdapat
pada treatment hydrilla sebesar 7.66 ppm, sedangkan nilai DO terendah terdapat
pada treatment kontrol dengan nilai yang dihasilkan sebesar 6.71.
3.2. Pembahasan

3.2.1. Teknik Penanganan Fisika Air (Kekeruhan) dengan Filtrasi

Manajemen kualitas air merupakan kegiatan dalam penentuan


keberhasilan kegiatan budidaya perairan. Ada tiga parameter yang diperhatikan
dalam kegiatan ini, yaitu parameter fisik, kimia, dan biologi. Teknik penanganan
kualitas air secara fisika salah satunya dengan analisa kekeruhan pada suatu
perairan. Bahan fisik dapat digunakan dalam teknik manajemen kualitas air
dengan beberapa tahap yaitu penyaringan, pengendapan, dan filter (Effendi 2003).
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat
dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang
tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan
anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikro organism lain. Bahan
yang menyebabkan air menjadi keruh antara lain tanah liat, endapan (lumpur), zat
organik dan bukan organik yang terbagi dalam butir-butir halus, campuran warna
organik yang bisa dilarutkan, plankton, dan jasad renik (Rohmah, 2010).
Peningkatan nilai turbiditas atau kekeruhan pada perairan dangkal dan jernih
sebesar 25 NTU dapat mengurangi 13%-50% produktivitas primer. Peningkatan
turbiditas sebesar 5 NTU di danau dan sungai dapat mengurangi produktivitas
primer berturut-turut sebesar 75% dan 3%-13%. Kekeruhan yang tinggi dapat
mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya pernafasan dan daya
lihat organisme akuatik, serta dapat memghambat penetrasi cahaya ke dalam air.
Tingginya nilai kekeruhan juga dapat mempersulit usaha penyaringan dan
mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air (Effendi, 2003).
Ukuran kekeruhan yang terjadi menggunakan efek cahaya sebagai dasar
untuk mengukur keadaan air baku dengan skala NTU (nephelo metrix turbidity
unit) atau JTU (jackson turbidity unit) atau FTU (formazin turbidity unit),
Kekeruhan dinyatakan dalam satuan unit turbiditas yang setara dengan 1 mg/liter
SiO2. kekeruhan ini disebabkan oleh adanya benda tercampur atau benda koloid di
dalam air. Hal ini membuat perbedaan nyata dari segi estetika maupun dari segi
kualitas air itu sendiri. Kekeruhan merupakan keadaan mendung atau kekaburan
dari cairan yang disebabkan oleh partikel individu (padatan tersuspensi) yang
umumnya tidak terlihat dengan mata telanjang, mirip dengan asap di udara.
Pengukuran kekeruhan adalah tes kunci dari kualitas air (Endrah, 2010).
Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunnya sistem osmeregulasi
seperti pernafasan dan daya lihat organisme akuatik serta dapat menghambat
penetrasi cahaya ke dalam air. Menurut Koesoebiono (1979), pengaruh kekeruhan
yang utama adalah penurunan penetrasi cahaya secara mencolok, sehingga
aktivitas fotosintesis fitoplankton dan alga menurun, akibatnya produktivitas
perairan menjadi turun. Di samping itu Effendi (2003) menyatakan bahwa
tingginya nilai kekeruhan juga dapat menyulitkan usaha penyaringan dan
mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air. Kekeruhan dapat
diukur dengan menggunakan alat turbidimeter dan spektrofhotometer.
Turbidimeter adalah alat yang digunakan sebagai alat uji standar untuk
mengetahui tingkat kekeruhan air. Keberadaan alat ini sebenarnya sudah umum
dan mudah dicari. Namun, karena harganya relatif mahal menjadikan alat ini
hanya dimiliki oleh pihak – pihak tertentu. Untuk menguji apakah air yang kita
punya mempunyai standar atau tidak harus pergi ke laboratorium pengujian air
minum, hal ini menyebabkan kurang efektif dan efisien (Nuzula, 2013).
Pengukuran dengan menggunakan alat ini bersifat visual yaitu membandingkan
air sampel dengan air standar. Selain dengan menggunakan Jackson Candler
Turbidimeter, kekeruhan sering diukur dengan metode Nephelometric. Pada
metode ini, sumber cahaya dilewatkan pada sampel dan intensitas cahaya yang
dipantulkan oleh bahan-bahan penyebab kekeruhan diukur dengan menggunakan
suspensi polimer formazin sebagai larutan standar. Satuan yang diukur dengan
metode Nephelometric adalah NTU (Nephelometric Turbidity Unit) (Effendi,
2003). Dalam kegiatan usaha budidaya ikan sebaiknnya kekeruhan berkisar antara
2-30 NTU ( boyd, 1992 ).
Pada praktikum ini akan diukur parameter fisik air dari segi kekeruhan
dengan menggunakan bahan fisik, parameter lainnya yaitu suhu, pH, dan DO,
dengan menyiapkan enam buah akuarium ditambah pemberian substrat berupa
batu bata, pasir malang, pasir silika, batu kerikil, karang jahe, dan kontrol. Selama
7 hari kekeruhan air diukur didapatkan hasil berdasarkan grafik 1. Data hasil
pengamatan kekeruhan pada pengukuran teknik penanganan fisika air ( kekeruhan
) dengan filtrasi, dapat diketahui bahwa Nilai rata-rata kekeruhan yang dihasilkan
pada seluruh treatment ( batu bata, pasir malang, pasir silika, batu kerikil, karang
jahe, dan kontrol ) sebesar 9.12 NTU. nilai kekeruhan tertinggi terdapat pada
treatment batu kerikil sebesar 44.42 NTU nilai tersebut didapatkan pada
percobaan hari ke-1, dengan demikian tingkat kekeruhan yang tinggi disebabkan
karena pada treatment kualitas air menggunakan batu kerikil tidak dapat
mengatasi kekeruhan yang tinggi pada selang satu hari setelah terjadinya
kekeruhan, sedangkan nilai kekeruhan terendah terdapat pada treatment pasir
malang dengan nilai yang dihasilkan sebesar 0.4 NTU nilai tersebut didapatkan
pada percobaan hari ke-7, sehingga tingkat kekeruhan yang rendah disebabkan
karena pada treatment kualitas air menggunakan pasir malang dapat mengatasi
kekeruhan yang tinggi tetapi dalam selang waktu yang lama. Hasil tersebut tidak
sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa seharusnya manajemen kualitas
air dengan pengendapan bahan fisik pasir silika lebih bagus dibandingkan dengan
pasir malang dalam menurunkan tingkat kekeruhan, pasir silika merupakan hasil
dari pelapukan bebatuan yang mengandung mineral utama seperti kuarsa dan
feldspar. Kegunaan Pasir silika adalah untuk menghilangkan sifat fisik air, seperti
kekeruhan/air berlumpur dan menghilangkan bau pada air. Pada umumnya pasir
silika digunakan pada tahap awal sebagai saringan dalam pengolahan air kotor
menjadi air bersih. Pasir Silika banyak digunakan untuk menyaring lumpur, tanah
dan partikel besar /kecil dalam air dan biasa digunakan untuk penyaringan tahap
awal (pre-treatment). Pasir silika dapat berfungsi sebagai penghilang kandungan
besi (Fe) menghilangkan sedikit Mangan (Mn2+) dan warna kuning pada air tanah
atau sumber air lainnya. Fe dan Mn dalam air biasanya diturunkan dengan cara
aerasi air pada pH>7 sehingga kedua logam ini mengendap sebagai oksidanya.
Baik pasir silica banyak digunakan pada system penyaringan air secara
konvensional dan dapat memperbaiki kualitas fisik air seperti kekeruhan (Ghufran
et al 2007). penurunan kekeruhan oleh substrat pasir malang sendiri sebesar 9.48
% sedangkan penurunan kekeruhan rata-rata yang dihasilkan oleh seluruh
treatment ( batu bata, pasir malang, pasir silika, batu kerikil, karang jahe, dan
kontrol ) adalah sebesar 5.15 %.
Parameter lainnya seperti pH, suhu dan DO, diketahui berdasarkan grafik
2. Data hasil pengamatan suhu pada pengukuran teknik penanganan fisika air (
kekeruhan ) dengan filtrasi, dapat diketahui bahwa Nilai rata-rata suhu yang
dihasilkan pada seluruh treatment ( batu bata, pasir malang, pasir silika, batu
kerikil, karang jahe, dan kontrol ) sebesar 25.29 oC. nilai suhu tertinggi terdapat
pada treatment batu kerikil sebesar 28.6 oC, sedangkan nilai suhu terendah terdapat
pada treatment karang jahe dengan nilai yang dihasilkan sebesar 22.3 oC.
Berdasarkan Grafik 3. Data hasil pengamatan pH pada pengukuran teknik
penanganan fisika air ( kekeruhan ) dengan filtrasi, dapat diketahui bahwa Nilai
rata-rata pH yang dihasilkan pada seluruh treatment ( batu bata, pasir malang, pasir
silika, batu kerikil, karang jahe, dan kontrol ) sebesar 7.15. nilai pH tertinggi
terdapat pada treatment karang jahe sebesar 8.79, sedangkan nilai pH terendah
terdapat pada treatment batu bata dengan nilai yang dihasilkan sebesar 4.5, dan
berdasarka Grafik 4. Data hasil pengamatan DO pada pengukuran teknik
penanganan fisika air ( kekeruhan ) dengan filtrasi, dapat diketahui bahwa Nilai
rata-rata DO yang dihasilkan pada seluruh treatment ( batu bata, pasir malang, pasir
silika, batu kerikil, karang jahe, dan kontrol ) sebesar 7.70 ppm. nilai DO tertinggi
terdapat pada treatment pasir malang sebesar 11.01 ppm, sedangkan nilai DO
terendah terdapat pada treatment pasir silika dengan nilai yang dihasilkan sebesar
1.81 ppm.

3.2.2. Teknik Penangan Kimia Air (TAN, NITRIT, dan NITRAT)


dengan Filter Fisik

Nitrogen di perairan terdapat dalam bentuk gas N2, NO2-, NO3-, NH3 dan
+
NH4 serta sejumlah N yang berikatan dalam organic kompleks (Haryadi, 2003).
Sumber nitrogen terbesar berasal dari udara, sekitar 80% dalam bentuk nitrogen
bebas yang masuk melalui system fiksasi biologis dalam kondisi aerobik. Menurut
Chester (1990), keberadaan nitrogen di perairan dapat berupa nitrogen anorganik
dan organik. Nitrogen anorganik terdiri atas ion nitrit (NO2-), ion nitrat (NO3-),
ammonia (NH3), ion ammonium (NH4+) danmolekul N2 yang larut dalam air,
sedangkan nitrogen organic berupa protein, asam amino dan urea akan mengendap
dalam air.
Amonia adalah senyawa kimia berupa gas dengan bau tajam yang khas.
Sumber ammonia pada wadah budidaya berasal dari limbah metabolism ikan dan
sisa pakan yang tidak dimakan. Dalam air ammonia berada dalam dua bentuk
yaitu ammonia tidak terionisasi (NH3) dan ammonia terionisasi (NH4+). Jumlah
total kedua bentuk amonia ini disebut dengan total amonia nitrogen atau TAN
(Ebelingat al. 2006). Keberdaan NH3 diperairan sangat dihindari karena bersifat
toksik. Stickey (2005) menyatakan bahwa NH3 dalam media budidaya harus lebih
rendah dari 0,8 mg/L. sedangkan Kadar amoniak yang baik bagi kehidupan ikan
air tawar kurang dari 1 ppm. Apabila kadar amoniak telah melebihi 1,5 ppm,
maka perairan tersebut telah terjadi pencemaran. Menurut baku mutu kualitas air
PP No. 82 Tahun 2001 (kelas II) bahwa batas maksimum amoniak untuk kegiatan
perikanan bagi ikan yang peka ≤ 0,02 mg/l.
Nitrit merupakan hasil metabolisme dari siklus nitrogen. Bentuk
pertengahan dari nitrifikasi dan denitrifikasi. Nitrit adalah komponen yang
mengandung nitrogen berikatan dengan dua atom oksigen. Diperairan alami
kandungan nitrit berada dalam jumlah yang sedikit, karena tidak stabil dengan
keberadaan oksigen. Kandungan nitrit yang tinggi dapat mengakibatkan
terganggunya proses pengikatan oksigen oleh hemoglobin darah, yang selanjutnya
membentuk met-hemoglobin yang tidak mampu mengika toksigen (Effendi 2003).
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan
merupakan nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat sangat
mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses
oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan
proses oksidasi ammonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang penting
dalam siklus nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob. Oksidasi ammonia
menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas, sedangkan oksidasi nitrit
menjadi nitrat dilakukan oleh bakteri Nitrobacter. Kedua jenis bakteri tersebut
merupakan bakteri kemotrofik, yaitu bakteri yang mendapatkan energidari proses
kimiawi. Masuknya nitrat kedalam badan sungai disebabkan manusia yang
membuang kotoran dalam air sungai dan kotoran banyak mengandung amonia.
Kemungkinan lain penyebab konsentrasi nitrat tinggi ialah pembusukan sisa
tanaman dan hewan, pembuangan industri, dan kotoran hewan. Nitrat
menyebabkan kualitas air menurun, menurunkan oksigen terlarut dan penurunan
populasi ikan.
Amonia (NH4), Nitrat (NO3-) dan nitrit (NO2-) adalah ion-ion anorganik
alami, yang merupakan bagian dari siklus nitrogen. Siklus NH3 diperairan terjadi
pada siklus atau daur nitrogen . Nitrogen hadir di lingkungan dalam berbagai
bentuk kimia termasuk nitrogen organik, amonium (NH4 +), nitrit (NO2-), nitrat
(NO3-), dan gas nitrogen (N2). Nitrogen organik dapat berupa organisme hidup,
atau humus, dan dalam produk antara dekomposisi bahan organik atau humus
dibangun. Proses siklus nitrogen mengubah nitrogen dari satu bentuk kimia lain.
Banyak proses yang dilakukan oleh mikroba baik untuk menghasilkan energi atau
menumpuk nitrogen dalam bentuk yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. .
Nitrogen merupakan unsur yang tidak reaktif (sulit bereaksi dengan unsur lain)
sehingga dalam penggunaan nitrogen pada makhluk hidup diperlukan berbagai
proses, yaitu : fiksasi nitrogen, , nitrifikasi, dan denitrifikasi . Fiksasi nitrogen
adalah proses alam, biologis atau abiotik yang mengubah nitrogen di udara
menjadi ammonia (NH3). Mikroorganisme yang mem-fiksasi nitrogen disebut
diazotrof. Mikroorganisme ini memiliki enzim nitrogenaze yang dapat
menggabungkan hidrogen dan nitrogen. Reaksi untuk fiksasi nitrogen biologis ini
dapat ditulis sebagai berikut : N2 + 8 H+ + 8 e− → 2 NH3 + H2 . Mikro
organisme yang melakukan fiksasi nitrogen antara lain : Cyanobacteria,
Azotobacteraceae, Rhizobia, Clostridium, dan Frankia. Selain itu ganggang hijau
biru juga dapat memfiksasi nitrogen. Beberapa tanaman yang lebih tinggi, dan
beberapa hewan (rayap), telah membentuk asosiasi (simbiosis) dengan diazotrof.
Selain dilakukan oleh mikroorganisme, fiksasi nitrogen juga terjadi pada proses
non-biologis, contohnya sambaran petir. Kemudian tahap nitrifikasi , Konversi
amonium menjadi nitrat dilakukan terutama oleh bakteri yang hidup di dalam
tanah dan bakteri nitrifikasi lainnya. Tahap utama nitrifikasi, bakteri
nitrifikasi seperti spesies Nitrosomonas mengoksidasi amonium (NH4 +) dan
mengubah amonia menjadi nitrit (NO2-). Spesies bakteri lain, seperti Nitrobacter,
bertanggung jawab untuk oksidasi nitrit menjadi dari nitrat (NO3-). Proses
konversi nitrit menjadi nitrat sangat penting karena nitrit merupakan racun bagi
kehidupan tanaman. Proses nitrifikasi dapat ditulis dengan reaksi berikut ini : (1)
NH3 + CO2 + 1.5 O2 + Nitrosomonas → NO2- + H2O + H+, (2) NO2- + CO2 + 0.5
O2 + Nitrobacter → NO3-, (3) NH3 + O2 → NO2− + 3H+ + 2e−,(4) NO2− + H2O →
NO3− + 2H+ + 2e. Selanjutnya proses denitrifikasi , Denitrifikasi adalah proses
reduksi nitrat untuk kembali menjadi gas nitrogen (N2), untuk menyelesaikan
siklus nitrogen. Proses ini dilakukan oleh spesies bakteri seperti Pseudomonas dan
Clostridium dalam kondisi anaerobik. Mereka menggunakan nitrat sebagai
akseptor elektron di tempat oksigen selama respirasi. Fakultatif anaerob bakteri ini
juga dapat hidup dalam kondisi aerobik. Denitrifikasi umumnya berlangsung
melalui beberapa kombinasi dari bentuk peralihan sebagai berikut:
NO3− → NO2− → NO + N2O → N2 (g) , sedangkan Proses denitrifikasi lengkap
dapat dinyatakan sebagai reaksi redoks: 2 NO3− + 10 e− + 12 H+ → N2 + 6 H2O.
Kelebihan kadar NO2 dapat dikurangi ataupun dihilangkan dengan cara :
Pemberian aerasi, Aerasi adalah suatu teknik memancarkan air ke udara agar air
terkena kontak dengan udara/oksigen. Semakin banyak permukaan air yang
terkena oksigen maka semakin baik. Kemudian dengan Proses presipitasi, Biasa
dilakukan untuk menghilangkan logam-logam berat, nutrien serta anorganik yang
terlarut dalam limbah cair. Caranya : pH limbah awal biasanya sekitar 8-9,
dinaikkan dengan menambahkan basa hingga mencapai 11 satuan pH, hingga
terbentuk endapan. Sebelum dilakukan percobaan sebaiknya dilakukan trial untuk
mendapat kan kondisi operasi yang optimal. Juga perlu dicarikan kombinasi zat
pengemban koagolasi, sehingga proses pengendapannya bisa lebih
sempurna hingga terjadi coo-presipitasi. Kemudian dengan Chlorinasi dengan
aerasi , Biasanya dilakukan penambahan Calsium Hypo Chloride disertai dengan
aerasi, disamping terjadi pergeseran keseimbangan amonia didalam limbah juga
terjadi proses desinfeksi. Calsium Hypo Chlloride adalah oksidator kuat yang
akan menghancurkan reduktor-reduktor dari zat-zat organik termasuk amoniak
dan nitrit juga akan membunuh bakteri-bakteri pathogen yang ada dalam air.
Pengunaan teknik ini harus hati-hati dan mengunakan alat PPE( Personal
Protective Equipment ) yang memadai, seperti respirator dan sarung tangan
polyetilene. Gas klor akan sangat berbahaya jika terhirup oleh pernafasan dan
akan merusak alveoli paru-paru. Lalu dengan Unit Lumpur Aktif dengan Sistem
Aerasi, Mengunakan mikroba yang telah terseleksi yang cocok dengan
kontaminan limbah yang ada, yang dikembangkan dari limbah itu sendiri. Diberi
aerasi mengunakan blower dan udara dialirkan melalui difusser agar distribusi
oksigen lebih lebih merata atau dengan mengunakan turbo jet aerator/surface
aerator/MTO2 ( poros baling-baling berputar yang menghasilkan gerakan
turbulensi yang pada akhirnya menghasilkan gelembung-gelembung halus yang
meningkatkan kadar oksigen terlarut di semua bagian kolam aerasi. , kandungan
oksigen terlarut minimal 2 ppm (kebutuhan minimal agar bakteri/mikroorganisme
bisa hidup). Prinsipnya : Dengan adanya udara (oksigen) bakteri aerobik akan
memakan zat-zat organik dalam air, selanjutnya bakteri tersebut berkembang
biak. Dan dengan Cara lain yaitu: penguapan, reaksi kimia dengan oksigen dan
penggantian air , bisa juga dengan pemakaian filter tanaman ( ganggang ,
kangkung , eceng gondok dll . ) atau filter buatan seperti biobold.
Kualitas air yang baik merupakan syarat utama untuk kelangsungan hidup
ikan. Upaya menjaga kualitas air dengan manajemen kualitas air melalui filter
fisik akan mempengaruhi secara langsung terhadap fungsi fisiologis yang ada di
dalam tubuh ikan. Beberapa jenis substrat yang dapat digunakan untuk
menanggulangai limbah N adalah zeolit, pasir malang, pasir silika, batu kerikil,
dan karang jahe. Substrat-substrat tersebut memiliki pori-pori yang dapat
menangkap N ke dalamnya sehingga kandungan N dalam air menurun. Kinerja
dari berbagai jenis substrat pun berbeda-beda, tergantung kerapatan dan besarnya
lubang pori-pori. Bahan fisik secara umum menyaring partikel-partikel kasar dan
lebih besar di dalam air .
TAN merupakan amonia yang terukur di perairan. Di perairan terdapat
amonia yang terionisasi dan amonia yang tidak terionisasi. Menurut Boyd (1982),
amonia bebas bersifat toksik sedangkan NH4 terionisasi tidak bersifat toksik.
Sumber amonia di suatu perairan adalah hasil pemecahan nitrogen organik (protein
dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air berasal dari
dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati) yang
dilakukan oleh mikroba dan jamur. Hasil pengukuran TAN menunjukan kandungan
TAN berdasarkan grafik 7. Data hasil pengamatan TAN pada pengukuran teknik
penangan kimia air (tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik., dapat diketahui bahwa
Nilai rata-rata TAN yang dihasilkan pada seluruh treatment ( batu bata, pasir
malang, pasir silika, batu kerikil, karang jahe, dan kontrol ) sebesar 8.64 mg/l. nilai
TAN tertinggi terdapat pada treatment zeolit sebesar 50 mg/l, sedangkan nilai TAN
terendah terdapat pada treatment pasir silika dengan nilai yang dihasilkan sebesar 0
mg/l. Menurut Tiews (1981) dalam Pillay (1993) toleransi maksimum ikan terhadap
konsentrasi amonia adalah 0.1 mg/l. Berdasarkan hasil yang didapat, menunjukkan
hanya pada perlakuan pasir silika yang memenuhi syarat jumlah maksimum
toleransi ikan terhadap TAN sehingga hasil tersebut sesuai dengan literatur.
Pengukuran nitrat dan nitrit berdasarkan grafik 5 dan grafik 6. Data hasil
pengamatan nitrat pada pengukuran teknik penangan kimia air (tan, nitrit, dan
nitrat) dengan filter fisik, dapat diketahui bahwa Nilai rata-rata NO3 yang
dihasilkan pada seluruh treatment ( batu bata, pasir malang, pasir silika, batu
kerikil, karang jahe, dan kontrol ) sebesar 31.22 mg/l. nilai NO3 tertinggi terdapat
pada treatment pasir malang, pasir silika, dan batu kerikil sebesar 100 mg/l, dan
nilai NO3 terendah terdapat pada treatment zeolit dengan nilai yang dihasilkan
sebesar 0.5 mg/l, sedangkan nilai rata-rata NO2 yang dihasilkan pada seluruh
treatment ( batu bata, pasir malang, pasir silika, batu kerikil, karang jahe, dan
kontrol ) sebesar 8.39 mg/l. nilai NO2 tertinggi terdapat pada treatment karang jahe
sebesar 50 mg/l, sedangkan nilai NO2 terendah terdapat pada treatment kontrol
dengan nilai yang dihasilkan sebesar 0.5 mg/l. Berdasarkan hasil tersebut dapat
dikatakan bahwa total pengukuran TAN, nitrat dan nitrit treatment yang paling baik
dan efektif dari semua substrat yang digunakan terhadap pengukuran teknik
penangan kimia air (tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik adalah pasir silika.
Parameter lainnya seperti pH, suhu dan DO, diketahui Berdasarkan Grafik
8. Data hasil pengamatan suhu pada pengukuran teknik penangan kimia air (tan,
nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik., dapat diketahui bahwa Nilai rata-rata suhu
yang dihasilkan pada seluruh treatment ( batu bata, pasir malang, pasir silika, batu
kerikil, karang jahe, dan kontrol ) sebesar 25.35 oC. nilai suhu tertinggi terdapat
pada treatment kontrol sebesar 27.3 oC, sedangkan nilai suhu terendah terdapat
pada treatment zeolit dengan nilai yang dihasilkan sebesar 23.5 Oc. Berdasarkan
grafik 9. Data hasil pengamatan pH pada pengukuran teknik penangan kimia air
(tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik., dapat diketahui bahwa Nilai rata-rata pH
yang dihasilkan pada seluruh treatment ( batu bata, pasir malang, pasir silika, batu
kerikil, karang jahe, dan kontrol ) sebesar 7.80. nilai pH tertinggi terdapat pada
treatment zeolit sebesar 8.5, sedangkan nilai pH terendah terdapat pada treatment
batu kerikil dengan nilai yang dihasilkan sebesar 7.07, dan berdasarka grafik 10.
Data hasil pengamatan DO pada pengukuran teknik penangan kimia air (tan,
nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik., dapat diketahui bahwa Nilai rata-rata DO
yang dihasilkan pada seluruh treatment ( batu bata, pasir malang, pasir silika, batu
kerikil, karang jahe, dan kontrol ) sebesar 8.06 ppm. nilai DO tertinggi terdapat
pada treatment pasir silika sebesar 11.1 ppm, sedangkan nilai DO terendah
terdapat pada treatment karang jahe dengan nilai yang dihasilkan sebesar 6.24
ppm.
SR atau Survival Rate merupakan ukuran kelangsungan hidup ikan.
Berdasarkan data yang diperoleh, menunjukkan tingkat kelangsungan hidup ikan
mas sangat tinggi yaitu 100%. Hal ini disebabkan oleh parameter kualitas air
seperti DO, suhu, pH, nitrat, nitrit dan TAN berada dalam kondisi optimal
sehingga berpengaruh sangat signifikan terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan
mas. Nitrat, nitrit dan TAN diukur untuk membantu dalam kelangsungan hidup
ikan percobaan, yakni ikan mas (Cyprinus carpio). Selama 7 hari ikan dipelihara
dengan pemberian pakan metode sekenyang-kenyangnya (adlibitum) dengan
frekuensi pemberian pakan sebanyak 1 kali dalam sehari dan pengukuran
parameter yang dilakukan sebanyak 1 kali.

3.2.3. Teknik Penangan Logam Berat (Fe) dengan Tumbuhan Air

Besi (Fe) adalah logam berwarna putih keperakan, liat dan dapat
dibentuk. Fe di dalam susunan unsur berkala termasuk logam golongan VIII,
dengan berat atom 55,85g.mol-1, nomor atom 26, berat jenis 7.86g.cm-3 dan
umumnya mempunyai valensi 2 dan 3 (selain 1, 4, 6). Besi (Fe) adalah logam
yang dihasilkan dari bijih besi, dan jarang dijumpai dalam keadaan bebas, untuk
mendapatkan unsur besi, campuran lain harus dipisahkan melalui penguraian
kimia. Besi digunakan dalam proses produksi besi baja, yang bukan hanya unsur
besi saja tetapi dalam bentuk alloy (campuran beberapa logam dan bukan logam,
terutama karbon). (Eaton Et.al, 2005; Rumapea, 2009 dan Parulian, 2009).
Kandungan Fe di bumi sekitar 6.22 %, di tanah sekitar 0.5 – 4.3%, di
sungai sekitar 0.7 mg/l, di air tanah sekitar 0.1 – 10 mg/l, air laut sekitar 1 – 3
ppb, pada air minum tidak lebih dari 200 ppb. Pada air permukaan biasanya
kandungan zat besi relatif rendah yakni jarang melebihi 1 mg/L sedangkan
konsentrasi besi pada air tanah bervariasi mulai dan 0,01 mg/l sampai dengan + 25
mg/l. Di alam biasanya banyak terdapat di dalam bijih besi hematite, magnetite,
taconite, limonite, goethite, siderite dan pyrite (FeS), sedangkan di dalam air
umumnya dalam bentuk terlarut sebagai senyawa garam ferri (Fe3+) atau garam
ferro (Fe2+); tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter < 1 mm) atau lebih besar
seperti, Fe(OH)3; dan tergabung dengan zat organik atau zat padat yang anorganik
(seperti tanah liat dan partikel halus terdispersi). Senyawa ferro dalam air yang
sering dijumpai adalah FeO, FeSO4, FeSO4.7 H2O, FeCO3, Fe(OH)2,
FeCl2 sedangkan senyawa ferri yang sering dijumpai yaitu FePO4, Fe2O3, FeCl3,
Fe(OH)3. (Eaton Et.al, 2005; Said, 2003; Perpamsi, 2002; Alaerts,1987
dan www.lenntech.com).
Penggunaan logan berat dalam kehidupan sehari-hari baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mencemari lingkungan . logam-logam
berat diketahui terkumpul di dalam tubuh suatu organisme dan tetap tinggal dalam
tubuh dalam jangka waktu yang lama sebagai racun yang terakumulasi .
kandungan Fe diperairan dapat direduksi menggunakan filter fisik da juga biologi
filter biologi sering dimanfaatkan untuk mereduksi logam berat diperairan yaitu
dengan cara menyerap kandungan logam berat tersebut melalui serabut – serabut
yang dimiliki oleh tumbuhan air. Prosedur analisa logam berat besi dapat
dilakukan dengan metode spektrofotometri.
Akumulasi (tingkat penyerapan) logam berat pada tanaman di perngaruhi
oleh banyak faktor antara lain karakteristik fisika, kimia, dan media pertumbuhan
yang digunakan. Faktor-faktor tersebut meliputi: pH, kapasitas tukar ion,
kejenuhan basa, pertukaran kation, dan lain-lain (Tan, 1982; Sam, 2000).
Tanah yang telah tercemar logam berat dapat ditanggulangi secara fisik
melalui pencucian dan penggunaan bahan organik (Sukmana, at el, 1986). Prinsip
dari metode ini adalah dengan penghilangan logam berat dengan pencucian atau
dengan membuat logam berat itu tidak aktif dengan bahan organik. Pencucian
dilakukan dengan memasukkan air irigasi yang tidak tercemar logam berat ke
tanah yang sedang diolah, kemudian membuang air tersebut melalui saluran
drinase.
Selain penanggulangan pencemaran logam berat secara fisik ada juga
penanggulangan pencemaran logam berat secara kimia. Ada dua metode yang
dapat digunakan dalam penaggulangan secara kimia ini, yaitu dengan metode
pengapuran. Cara kimia yang bisa digunakan adalah dengan metode pengapuran.
Sebagian dari unsure logam berat terutama Pb dapat larut ditanah atau tersedia
bagi tanaman dalam keadaan tanah masam, sehingga dapat menyebabkan tanaman
menyerap Pb secara berlebihan dan bersifat racun bagi tanaman itu sendiri.
Dengan pengapuran tanah tidak akan terlalu masam sehingga logam berat seperti
Pb tidak akan berada ditanah dalam bentuk tersedia bagi tanaman (Tan, 1991).
Dalam keadaan basa terjadi penambahan muatan negatif jadi, peningkatan pH
tanah umumnya akan meningkatkan muatan negatif sehingga kemapuan koloid
tanah dalam menjerap kation akan meningkat (Priyono, 2005).
Selain cara kimia dan fisik ada pula cara biologi yang dapat digunakan
sebagai alternative cara penaggulangan pencemaran logam berat di tanah.
Penanggulangan pencemaran logam berat secara biologi di bagi dua yaitu metode
Fitoremediasi ( menggunakan tumbuhan untuk menyerap logam berat) dan
metode Bioremediasi (menggunakan mikrobia).
Metode Fitoremediasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan tumbuhan
yang dapat menyerap logam berat di tanah. Salah satu tumbuhan yang dapat
menyerap logam berat adalah Eceng Gondok (Eichormia crassipes). Walaupun
dalam petanian Eceng Gondok dikenal sebagi gulma namun tumbuhan ini dapat
menyerap logam berat dan resisten terhadap toksisitas logam berat tersebut.
Tumbuhan eceng gondok yang hidup di atas air dapat menyerap logam berat Pb
sebanyak 5,167 ppm atau 96,4 % dan logam berat Fe turun sebanyak 3,177 ppm
atau 65,45 % dalam kurun waktu tujuh hari (Hasim, 2005). Selain eceng gondok,
pemanfaatan tumbuhan yang dapat menyerap logam berat ditanah adalah
ludwigia, lemna sp, Hydrilla, kamboba, dan lain-lain.
Ludwigia repens adalah tanaman akuarium yang indah, secara alami hidup
dilingkungan tepi sungai dan lahan basah di seluruh Amerika Utara. Awalnya
ditemukan pada 1700-an di daerah selatan Amerika Serikat dan Meksiko, dan
kemudian Hindia Barat, Ludwigia repens sekarang dapat ditemukan di Asia
Tenggara dan Jepang. Ludwigia repens telah menjadi tanaman air umum untuk
akuarium ditanam karena persyaratan mudah tumbuh. Tata letak paling umum
sebagai pengisi midground ataupun ditempatkan untuk background , tanaman ini
berwarna hijau sampai hijau keunguan di bagian atas daun dan merah di bagian
bawah daun. Karakteristik Pertumbuhan Ludwigia repens dapat tumbuh hingga
ketinggian maksimum 15-20 inchi (38-50 cm), dan jika dibiarkan tanpa
pemangkasan merayap di sepanjang permukaan air.Tanaman air ini menunjukkan
warna yang terbaik pada kondisi cahaya tinggi, danmemiliki tingkat pertumbuhan
moderat dalam kondisi pencahayaan 2 watt per galon di mana ia dapat tumbuh
hingga setengah inci dalam satu hari. Dalam kondisi pencahayaan yang lebih
tinggi, Ludwigia repens dapat tumbuh lebih cepat dan daunnya akan menampilkan
warna merah yang kaya di kedua sisi daunnya.Ketika tumbuh subur, daun
Ludwigia repens akan tegak ke arah sumber pencahayaan dan cabang batang baru
akan tumbuh dari batang utama. Selain tumbuh batang baru, Ludwigia repens juga
memiliki akar yang dapat muncul sepanjang ruas batang itu. Akar ini disebut akar
udara dan dapat dipangkas untuk memperbaiki penampilan tanaman. Ludwigia
repens mudah diperbanyak dengan memotong di separuh bagian batang utama dan
tanam kembali bagian atas. Bagian bawah batang kemudian dapat dibuang atau
dibiarkan di tempat untuk menumbuhkan batang baru dan merangsang
pertumbuhan ke samping. Warna merah halus daun Ludwigia repens dapat
dijadikan fokus yang menarik di bagian midground aquarium di tengah tengah
tanaman serba hijau lainnya. Untuk membuat penampilan lebat penuh dengan
Ludwigia repens, biarkan kemungkinan batang tumbuh setidaknya 3 per 4 dari
tinggi akuarium Anda. Setelah tiba saat pemangkasan, potong separuh tinggi
batang tepat di atas daun. Cobalah membuat efek berlapis dengan menempatkan
latar belakang Ludwigia repens lebih tinggi dan lebat, sementara bagian yang
lebih depan dipangkas dengan sedikit lebih pendek. Ini akan membantu
kedalaman visual untuk pengelompokan tanaman.
Pada umumnya metode yang digunakan untuk menghilangkan besi dan
mangan adalah metode fisika, kimia, biologi maupun kombinasi dari masing –
masing metode tersebut. Metode fisika dapat dilakukan dengan cara filtrasi,
aerasi, presipitasi, elektrolitik, pertukaran ion (ion exchange), adsorpsi dan
sebagainya. Metode kimia dapat dilakukan dengan pembubuhan senyawa khlor,
permanganat, kapur – soda, ozon, polyphosphat, koagulan, flokulan, dan
sebagainya. Metode biologi dapat dilakukan dengan cara menggunakan
mikroorganisme autotropis tertentu seperti bakteri besi yang mampu
mengoksidasi senyawa besi dan mangan. (Oktiawan, dkk., 2007; Said, 2003;
Perpamsi, 2002; Qasim, Et.al., 2000; Said, dkk., 1999; dan Bruce Seelig, 1992).
Metode terakhir yang dapat digunakan dalam menaggulangi pencemaran
logam berat di tanah adalah dengan metode Bioremediasi. Metode Bioremediasi
memanfaatkan mikrobia sebagai perantara reaksi kimia dan proses fisika yang
berlangsung secara metabolic. Proses ini mengubahn bahan kimia yang
mengandung logam berat dalam danah menjadi tidak berbahaya (Sklandany dan
Metting, 1993). Mikroorganisme merupakan bioremediatorn yang ampuh untuk
memindahkan atau menghilangkan logam-logam berat melalui mekanisme
serapan ( transport) aktif maupun pasif (Volesky dan Holand,1995). Keberhasilan
dari cara ini ditentukan oleh beberapa factor, antara lain; Heterogenitas unsur
pencemar, Kesentrasi senyawa yang mengandung logam berat, Toksisitas logam
berat tersebut dan Kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan mikrobia (Simp et al,
1990). Adapun bakteri yang bisa digunakan untuk metode ini adalah bakteri
Pseidomonas yang dapat mengguanakan senyawa yang mengandung logam berat
tersebut sebagai makanannya melalui mekanisme oksidasireduksi. Bakteri lain
yang dapat digunakan antara lain Bacillus, Thiobacillus dan bakteri penghambat
N.
Pengukuran Fe pada praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui
Berdasarkan grafik 11. Data hasil pengamatan Fe pada pengukuran teknik
penangan logam berat (fe) dengan tumbuhan air, diketahui bahwa Nilai rata-rata
Fe yang dihasilkan pada seluruh treatment ( eceng gondok, ludwigia, lemna,
hidyrilla, kamboba, dan kontrol ) sebesar 0.46 mg/l. nilai Fe tertinggi terdapat
pada treatment kamboba sebesar 1 mg/l, sedangkan nilai Fe terendah terdapat
pada treatment ludwigia dengan nilai yang dihasilkan sebesar 0 mg/l. Artinya
tumbuhan ludwegia paling efektif dalam menghilangkan kadar logam berat Fe
diperairan dengan waktu tempuh sampai kadar Fe menjadi 0 mg/l membutuhkan
waktu sekitar 7 hari pada percobaan.
Parameter lainnya seperti pH, suhu dan DO, diketahui Berdasarkan Grafik
12. Data hasil pengamatan suhu pada pengukuran teknik penangan logam berat
(fe) dengan tumbuhan air, dapat diketahui bahwa Nilai rata-rata suhu yang
dihasilkan pada seluruh treatment ( eceng gondok, ludwigia, lemna, hidyrilla,
kamboba, dan kontrol ) sebesar 25.28 oC. nilai suhu tertinggi terdapat pada
treatment ludwigia sebesar 26.5 oC, sedangkan nilai suhu terendah terdapat pada
treatment hydrilla dan kamboba dengan nilai yang dihasilkan sebesar 24.4 0c.
Berdasarkan Grafik 13. Data hasil pengamatan suhu pada pengukuran teknik
penangan logam berat (fe) dengan tumbuhan air, dapat diketahui bahwa Nilai rata-
rata pH yang dihasilkan pada seluruh treatment ( eceng gondok, ludwigia, lemna,
hidyrilla, kamboba, dan kontrol ) sebesar 7.42. nilai pH tertinggi terdapat pada
treatment kamboba sebesar 7.91, sedangkan nilai pH terendah terdapat pada
treatment lemna dengan nilai yang dihasilkan sebesar 6.71, dan berdasarkan
Grafik 14. Data hasil pengamatan DO pada pengukuran teknik penangan logam
berat (fe) dengan tumbuhan air, dapat diketahui bahwa Nilai rata-rata DO yang
dihasilkan pada seluruh treatment ( eceng gondok, ludwigia, lemna, hidyrilla,
kamboba, dan kontrol ) sebesar 6.71 ppm. nilai DO tertinggi terdapat pada
treatment hydrilla sebesar 7.66 ppm, sedangkan nilai DO terendah terdapat pada
treatment kontrol dengan nilai yang dihasilkan sebesar 6.71.

IV. SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
Pada percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulakan bahwa jenis filter
yang paling efektif pada perlakuan teknik penanganan fisika air ( kekeruhan )
dengan filtrasi adalah pasir malang, lama treatment paling efektif untuk
menurunkan kekeruhan adalah pada hari ke-7 dengan rata-rata menurunkan kadar
kekeruhan sebesar 5.84 NTU per hari dan penurunan kekeruhan sebanyak 9.48 %.
Jenis filter yang paling efektif pada perlakuan pengukuran teknik penangan kimia
air (tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik adalah pasir silika , lama treatment
paling efektif untuk mengatasi kadar TAN, nitri, dan nitrat yang berlebihan
diperairan adalah pada hari ke-5 hingga hari ke-7 . Jenis filter yang paling efektif
pada perlakuan Teknik Penangan Logam Berat (Fe) dengan Tumbuhan Air adalah
tumbuhan ludwegia , lama treatment paling efektif untuk menurunkan kadar Fe
hingga mencapai 0 mg/l ( bening ) adalah selama 5 hari atau pada hari ke5
percobaan.

4.2 Saran

Sebaiknya ketika dilakukan percobaan dipastikan terlebih dahulu alat-alat


yang digunakan sebagai media pengukuran seperti turbiditymeter, pH meter, DO
meter, dikalibrasi agar hasil pengukuran yang didapatkan lebih pasti. Untuk
pengamatan keseluruhan percobaan sebaiknnya dilakukan lebih lama lagi agar
dapat mengetahui secara tepat hasilnya , sebaiknya pada percobaan teknik
penanganan logam berat Fe dengan tumbuhan air, tumbuhan yang digunakan lebih
beragam agar lebih mengetahui tumbuhan apa saja yang lebih baik dan dapat
digunakan untuk menurunkan kadar Fe diperairan .

DAFTAR PUSTAKA

BOYD, C.E. 1979. Water quality in warmwater fish ponds. (4th printing, 1988).
Auburn University Agricultural Experiment Station, Auburn, Alabama. p
230.
Boyd, C.E. 1982. Water Quality in Warm Water Fish Pond. Alabama, USA :
Auburn University Agricultural Experimenta Satation
BOYD, C.E. 1990. Water quality in ponds for aquaculture. Alabama Agricultural
Experiment Station, Auburn University, Alabama. 482 p
Effendi, H., 2003, Telah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan, Kanisius, Yogyakarta.
Effendi, H., 2003. Telaah Kuslitas Air : Bagi Pengelolaan Sumber Daya
Lingkungan perairan Penerbit Kanisius- Jakarta.
Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yograkarta.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Hal : 21-
23, 185
Hadi, A. 2007. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Penerbit
http://adesuherman09.student.ipb.ac.id/files/2011/12/Jurnal-BOD-indonesia.pdf
Jenie, B. S. L. dan W. P. Rahayu. 1990. Penanganan Limbah Industri Pangan.
Kanisius. Yogyakarta.
Kida. K. dkk., 1999, Efficient Removal of Organic Matter and NH from Pot Ale
by a Combination of Methane Fermentation and Biological Denitrification
and Nitrification Process. Journal of Process Engineering.
Pemerintah Republik Indonesia (2001) Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001
Tentang
Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air, Jakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Tentang Pengelolaan Kualitas Air
Dan Pengendalian Penecemaran Air.
PT. Gramedia. Jakarta. Hal : 7-10.
Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. UI Press. Jakarta.
WARDOYO, S.T.H. 1978. Kriteria Kualitas Air Untuk Keperluan Pertanian dan
Perikanan. Dalam : Prosiding Seminar Pengendalian Pencemaran Air.
(eds eds Dirjen Pengairan Dep. PU.), hal 293-300.

LAMPIRAN

Data kualitas air

Teknik Penanganan Fisika Air (Kekeruhan) dengan Filtrasi

Tabel 1. Berikut ini merupakan lampiran data hasil pengamatan kekeruhan pada
pengukuran teknik penanganan fisika air ( kekeruhan ) dengan filtrasi
KEKERUHAN
HARI
TREATMENT RATA-RATA penurunan kekeruhan(%)
0 1 2 3 4 5 6 7
Batu Bata 1.95 6.32 4.73 3.56 1.27 1.51 3.17 2.75 3.16 3.57
Pasir Malang 1.95 9.88 8.73 7.02 8.79 8.78 1.18 0.4 5.84 9.48
PasirSilika 1.95 2.93 8.47 6.14 17.9 15.97 15.11 16.96 10.68 -14.03
BatuKerikil 1.95 44.42 19.83 17.38 10.94 3.48 0.61 2.61 12.65 41.81
KarangJahe 1.95 9.83 19.83 13.34 19.34 7.86 9.14 24.9 13.27 -15.07

Tabel 2. Berikut ini merupakan lampiran data hasil pengamatan suhu pada
pengukuran teknik penanganan fisika air ( kekeruhan ) dengan filtrasi
SUHU
HARI
TREATMENT RATA-RATA
0 1 2 3 4 5 6 7
Batu Bata 27.8 27 22.8 23.5 26 22.6 23.2 23.6 24.56
Pasir Malang 28 27 24.6 25.3 25.9 25.8 22.6 24.3 25.44
PasirSilika 28.1 27 24.9 24.9 26.1 22.7 23.2 26.1 25.38
BatuKerikil 27.6 27.3 24.6 28.6 26 23.7 24 24.3 25.76
KarangJahe 27.6 26.9 25.3 26.3 25.3 24.4 22.3 24.4 25.31

Tabel 3. Berikut ini merupakan lampiran data hasil pengamatan pH pada


pengukuran teknik penanganan fisika air ( kekeruhan ) dengan filtrasi
pH
HARI
TREATMENT RATA-RATA
0 1 2 3 4 5 6 7
Batu Bata 4.94 4.67 4.53 4.57 4.5 4.52 4.75 4.75 4.65
Pasir Malang 7.73 7.78 7.43 7.84 7.7 7.87 7.87 7.91 7.77
PasirSilika 7.26 7.8 7.42 7.8 7.71 7.62 8.06 7.65 7.67
BatuKerikil 7.64 7.74 7.64 7.91 7.46 7.93 8.05 8.18 7.82
KarangJahe 7.64 7.75 7.84 7.26 7.99 8.23 7.27 8.79 7.85

Tabel 4. Berikut ini merupakan lampiran data hasil pengamatan DO pada


pengukuran teknik penanganan fisika air ( kekeruhan ) dengan filtrasi
DO
HARI
TREATMENT RATA-RATA
0 1 2 3 4 5 6 7
Batu Bata 7.57 8.04 8.28 8.71 9 8.83 8.45 6.95 8.23
Pasir Malang 7.73 10.98 7.5 8.55 8.18 8.18 7.62 11.01 8.72
PasirSilika 7.75 9.13 3.62 4.25 4.81 1.81 5.9 4.81 5.26
BatuKerikil 7.73 8.96 7.78 6.92 7.33 7.26 8.32 8.1 7.80
KarangJahe 7.73 9.34 8.58 8.6 7.89 6.34 9.53 9.98 8.50

Teknik Penangan Kimia Air (TAN, NITRIT, dan NITRAT) dengan Filter Fisik

Tabel 5. Berikut ini merupakan lampiran data hasil pengamatan nitrat pada
pengukuran teknik penangan kimia air (tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik.
NO3 (mg/l)
HARI
TREATMENT
0 3 5 7 SR (%)
Zeolit 2.5 0.5 0.5 0.5 100
Pasir Malang 2.5 50 100 50 100
PasirSilika 2.5 5 100 3 100
BatuKerikil 2.5 50 100 50 100
KarangJahe 2.5 50 50 50 100
Kontrol 2.5 25 25 25 100

Tabel 6. Berikut ini merupakan lampiran data hasil pengamatan nitrit pada
pengukuran teknik penangan kimia air (tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik
NO2 (mg/l)
HARI
TREATMENT
0 3 5 7 SR (%)
Zeolit 2.5 1 1 1 100
Pasir Malang 2.5 1 1 5 100
PasirSilika 2.5 5 5 2 100
BatuKerikil 2.5 5 5 2 100
KarangJahe 2.5 50 50 50 100
Kontrol 2.5 0.5 1 1 100

Tabel 7. Berikut ini merupakan lampiran data hasil pengamatan TAN pada
pengukuran teknik penangan kimia air (tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik
TAN (mg/l)
HARI
TREATMENT
0 3 5 7 SR (%)
Zeolit 2.5 50 50 50 100
Pasir Malang 2.5 0.5 0.5 0.5 100
PasirSilika 2.5 5 5 0 100
BatuKerikil 2.5 3 0.5 0.5 100
KarangJahe 2.5 5 5 5 100
Kontrol 2.5 2 5 5 100

Tabel 8. Berikut ini merupakan lampiran data hasil pengamatan suhu pada
pengukuran teknik penangan kimia air (tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik
SUHU
HARI
TREATMENT RATA-RATA
0 1 2 3 4 5 6 7
Zeolit 25.5 23.9 26 26.6 25.5 25.5 24 23.5 25.06
Pasir Malang 25 25.9 24.9 26 26 25.5 25.4 25.5 25.53
PasirSilika 25.2 24.3 25.4 25.4 25.4 25.4 25.7 24 25.10
BatuKerikil 25.5 26.3 26.2 26.1 25.4 25.3 24.5 23.9 25.40
KarangJahe 25.2 26.1 25.2 25.2 25.2 24.5 24.4 25.7 25.19
Kontrol 25.3 26.8 26.5 27.3 26.2 25.1 24.9 24.7 25.85

Tabel 9. Berikut ini merupakan lampiran data hasil pengamatan pH pada


pengukuran teknik penangan kimia air (tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik
pH
HARI
TREATMENT RATA-RATA
0 1 2 3 4 5 6 7
Zeolit 7.9 8.3 8.5 7.75 8.07 7.9 8.11 7.85 8.05
Pasir Malang 7.94 7.4 7.67 7.8 7.78 7.75 7.9 7.4 7.71
PasirSilika 7.91 8.2 7.86 7.75 7.67 7.6 7.63 7.69 7.79
BatuKerikil 7.87 7.84 7.71 7.55 7.32 7.24 7.85 7.07 7.56
KarangJahe 7.99 7.95 7.63 7.82 7.84 7.85 7.97 7.99 7.88
Kontrol 7.87 8 7.89 7.78 7.26 7.87 7.92 8 7.82

Tabel 10. Berikut ini merupakan lampiran data hasil pengamatan DO pada
pengukuran teknik penangan kimia air (tan, nitrit, dan nitrat) dengan filter fisik
DO
HARI
TREATMENT RATA-RATA
0 1 2 3 4 5 6 7
Zeolit 9.77 9.8 7.44 9.34 9.3 7.09 7.22 7.26 8.40
Pasir Malang 9.52 8.7 6.9 8.1 7.8 7.78 7.7 8.6 8.14
PasirSilika 11.1 9.88 7.86 7.56 9.56 8.87 7.18 7.24 8.66
BatuKerikil 7.65 6.76 6.7 7.43 7.35 7.03 7.37 7.02 7.16
KarangJahe 10.34 10.75 8.28 9.98 9.35 7.24 6.24 7.43 8.70
Kontrol 7.65 6.6 7.14 8.87 7.31 6.57 7.14 7.34 7.33

Teknik Penangan Logam Berat (Fe) dengan Tumbuhan Air

Tabel 11. Berikut ini merupakan lampiran data hasil pengamatan logam berat (fe)
dengan tumbuhan air
Fe
Hari ke
Treatment
1 3 5 Rata-rata
Eceng
0.5 0.5 0.1 0.37
gondok
Ludwigia 0.5 0.5 0 0.33
Lemna 0.5 0.5 0.5 0.50
Hydrila 0.5 0.5 0.25 0.42
Kamboba 0.5 0.5 1 0.67
kontrol 0.5 0.5 0.5 0.50

Tabel 12. Berikut ini merupakan lampiran data hasil pengamatan suhu pada
pengamatan logam berat (fe) dengan tumbuhan air.
SUHU
Treatment Hari ke
1 2 3 4 5 Rata-rata
Eceng
24.9 25 25.5 26 25.3 25.34
gondok
Ludwigia 25 24.5 26.5 24.7 25 25.14
Lemna 24.9 25.7 25.1 25.3 24.9 25.18
Hydrila 25.7 25.3 26.1 24.7 24.4 25.24
Kamboba 25.2 24.9 25.6 24.7 24.4 24.96
kontrol 25.8 25.6 26 26.2 25.6 25.84

Tabel 13. Berikut ini merupakan lampiran data hasil pengamatan pH pada
pengamatan logam berat (fe) dengan tumbuhan air
pH
Treatment Hari ke
1 2 3 4 5 Rata-rata
Eceng
6.93 7.03 7.06 7.78 7.6 7.28
gondok
Ludwigia 7.3 7.26 7.79 7.49 7.35 7.438
Lemna 6.71 7.27 7.34 7.53 7.57 7.284
Hydrila 7.67 7.74 7.69 7.52 7.28 7.58
Kamboba 6.78 7.35 6.93 7.91 7.39 7.272
kontrol 7.56 7.78 7.79 7.81 7.48 7.684

Tabel 14. Berikut ini merupakan lampiran data hasil pengamatan DO pada
pengamatan logam berat (fe) dengan tumbuhan air

DO
Treatment Hari ke
1 2 3 4 5 Rata-rata
Eceng
6.31 7.23 6.35 5.65 7.35 6.578
gondok
Ludwigia 6.41 7.31 6.93 7.56 7.5 7.142

Lemna 6.86 5.88 6.98 5.39 7.16 6.454


Hydrila 6.4 6.92 6.97 7.3 7.66 7.05
Kamboba 7.1 6.86 7.35 6.99 7.57 7.174
kontrol 5.69 5.41 5.34 5.7 7.39 5.906

Dokumentasi photo

Pengeringan bahan substrat Penyusunan wadah percobaan double battom pada pengukuran
yang digunakan pada praktikum ke-3 ( kekeruhan )dan ke-4 ( TAN,nitrit, nitrat).
pengukuran kekeruhan

Pengisian akuarium dengan Penimbangan substrat Pengambilan sampel hari ke-


substrat pasir malang dan air kekeruhan 0 untuk diukur kadar
kekeruhanya
Pengukuran pH Pengukuran DO hari
Pengukuran kekeruhan Pengukuran suhu hari ke-4 ke-4 praktikum
hari ke-4 hari ke-4 praktikum praktikum kekeruhan
kekeruhan kekeruhan

Peninmbangan FeCL3 Pencampuran FeCL3 dengan air

FeCl3 dimasukan kedalam air percobaan Pengukuran pH pada


pengamatan Fe

Beberapa prosedur pengukuran teknik kualitas air dengan bahan kimia pada percobaan TAN, nitrit
dan nitrat.
Beberapa sampel yang digunakan dalam Perubahan warna sampel air yang telah diuji
pengukuran TAN, Nitrit dan Nitrat dengan kit sierra.

Penentuan kadar TAN, nitrit dan Nitrat pada kertas uji.

Profil tanaman :
Nama ilmiah: Ludwigia repens
Nama umum: Ludwigia repens
Tingkat kesulitan: Mudah
Persyaratan CO2: Rendah
Persyaratan pencahayaan: Sedang
Tata letak tanaman : Midground
Kecepatan tumbuh : Sedang
Keluarga: onagraceae
Genus: Ludwigia
Negara Asal: Asia Tenggara
Tipe tanaman : Stem
Kesadahan : Medium (GH = 9-13 dH)
Tanaman ludwigia yang digunakan sebagai
treatment pengukuran Fe
L OGBOOK KEGIATAN

Pembagian tugas :

Pembuatan cover : adly saepul hikam


Pendahuluan dan Tujuan : adly saepul hikam
Metode penelitian : faisal akbar
Hasil : yohana lowrensia
Pembahasan : mariah belina
Kesimpulan dan saran : fajar firdaus malika
Daftar Pustaka : dipa fernanda
Lampiran : mariah belina
Print out : faisal akbar
Editor : fajar firdaus malika
Pencari bahan/sumber laporan : dipa fernanda
Penganalisis akhir : faisal akbar
Sumber fhoto : dipa fernanda

Anda mungkin juga menyukai