TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Masyarakat
Masyarakat atau society berasal dari bahasa latin societas yang berarti
hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang
berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara
implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai
perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.
Dalam bahasa Inggris, kata masyarakat diterjemahkan menjadi dua pengertian,
yaitu society dan community.
Dengan lain perkataan, masyarakat sebagai community cukup memperhitungkan
dua variasi dari suatu yang berhubungan dengan kehidupan bersama (antar manusia)
dan lingkungan alam. Jadi, ciri dari community ditekankan pada kehidupan bersama
dengan bersandar pada lokalitas dan derajat hubungan sosial atau sentimen.
Sedangkan menurut Abdul Syani (1987) dalam Basrowi (2014) bahwa
masyarakat sebagai community dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama,
memandang community sebagai unsur statis, artinya community terbentuk dalam suatu
wadah atau tempat dengan batas-batas tertentu, maka ia menunjukkan bagian dari
kesatuan-kesatuan masyarakat sehingga ia dapat pula disebut sebagai masyarakat
setempat, misalnya kampung, dusun atau kota-kota kecil. Masyarakat setempat adalah
suatu wadah dan wilayah dari kehidupan sekelompok orang yang ditandai oleh adanya
hubungan sosial. Disamping itu, dilengkapi pula oleh adanya perasaan sosial, nilai-
nilai dan norma-norma yang timbul atas akibat dari adanya pergaulan hidup atau hidup
bersama manusia. Kedua, community dipandang sebagai unsur yang dinamis, artinya
menyangkut suatu prosesnya yang terbentuk melalui faktor psikologis dan hubungan
antarmanusia, maka didalamnya ada yang sifatnya fungsional. Dalam hal ini dapat
diambil contoh tentang masyarakat pegawai negeri sipil, masyarakat ekonomi,
masyarakat mahasiswa dan sebagainya.
Menurut Soetomo (2013) masyarakat adalah sekumpulan orang yang saling
berinteraksi secara kontinyu, sehingga terdapat relasi sosial yang terpola, terorganisasi.
Tinjauan Pustaka 4
Adapun dalam Basrowi (2014) dikemukakan beberapa pengertian masyarakat menurut
para ahli, sebagai berikut:
a. Ralph Linton (1936) mengemukakan, bahwa mayarakat adalah sekelompok
manusia yang telah cukup lama dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat
mengorganisasikan dirinya sebagai salah satu kesatuan sosial dengan batas-batas
tertentu.
b. John Lewis Gillin dan John Philip Gillin atau Gillin dan Gillin (1954)
mengatakan bahwa masyarakat itu adalah sekelompok manusia yang terbesar
yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama.
Masyarakat itu meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil.
Pengertian yang dikemukakan oleh Gillin dan Gillin menunjukkan bahwa
masyarakat itu meliputi kelompok manusia yang lebih kecil sampai dengan
kelompok manusia dalam suatu masyarakat yang sangat besar, seperti suatu
negara.
c. Steinmentz, seorang ahli sosiologi Belanda memberi batasan tentang
masyarakat sebagai kelompok manusia yang terbesar yang meliputi
pengelompokan-pengelompokan manusia yang lebih kecil yang mempunyai
hubungan erat dan teratur.
d. Melville J. Herskovits atau Herkovits (1955) mengatakan bahwa masyarakat
adalah kelompok individu yang diorganisasikan mengikuti satu cara hidup
tertentu. Pengertian ini menekankan adanya ikatan anggota kelompok untuk
mengikuti cara-cara hidup tertentu yang ada di dalam kelompok masyarakat.
e. Auguste Comte (1896) mengatakan bahwa masyarakat merupakan kelompok-
kelompok makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut
pola perkembangan yang tersendiri. Masyarakat dapat membentuk kepribadian
yang khas bagi manusi.
f. Pelly dan Menanti (1994) mengemukakan hakikat masyarakat sebagai
berikut:
1) Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang memiliki budaya sendiri
dan bertempat tinggal di daerah tertentu. Anggota masyarakat itu memiliki
rasa persatuan dan menganggap mereka memiliki identitas sendiri. Anggota-
anggota masyarakat tersebut memiliki pengalaman hidup bersama dalam
jangka waktu yang cukup lama. Oleh sebab itu, terdapat kerjasama dan
Tinjauan Pustaka 5
pelembagaan atas dasar norma dan nilai-nilai yang dipedomani anggota-
anggotanya.
2) Masyarakat merupakan wadah sosialisasi dan transmisi nilai dan norma
dari generasi ke generasi. Dengan demikian, masyarakat adalah satu
wujud dari kesatuan hidup sosial manusia.
Ada beberapa ciri-ciri masyarakat yang dikemukakan oleh para ahli dalam
Basrowi (2014) diantaranya:
a. Soerjono Soekanto (1986) menyatakan, bahwa sebagai suatu pergaulan
hidup atau suatu bentuk kehidupan bersama manusia, maka masyarakat itu
mempunyai ciri-ciri pokok, yaitu sebagai berikut:
1) Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tak ada ukuran yang
mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah
manusia yang harus ada. Akan tetapi, secara teoretis angka minimumnya
ada dua orang yang hidup bersama.
2) Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia
tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati, seperti kursi, meja, dan
sebagainya, karena berkumpulnya manusia akan timbul manusia-manusia
baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti
mempunyai keinginan-keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan atau
perasaan-perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbullah sistem
Tinjauan Pustaka 6
komunikasi dan timbullah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar
manusia dalam kelompok tersebut.
3) Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.
4) Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan
bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok
merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya.
b. Talcott Parsons (1968) merumuskan kriteria bagi adanya masyarakat:
1) Suatu sistem sosial
2) Melebihi masa hidup individu normal
3) Merekrut anggota secara reproduksi biologis
4) Melakukan sosialisasi terhadap generasi berikutnya
c. Abu Ahmadi (1985) menyatakan, bahwa masyarakat harus mempunyai
ciri-ciri:
1) Harus ada pengumpulan manusia dan harus banyak, bukan
pengumpulan binatang.
2) Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama di suatu daerah tertentu
3) Adanya aturan-aturan atau undang-undang yang mengatur mereka
untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama
d. Abdul Syani (2003) menyebutkan, masyarakat ditandai oleh ciri-ciri:
1) Adanya interaksi.
2) Ikatan pola tingkah laku yang khas di dalam semua aspek kehidupan
yang bersifat mantap.
3) Adanya rasa identitas terhadap kelompok, dimana individu yang bersangkutan
menjadi anggota kelompoknya
Menurut Syani (2002) dalam Basrowi (2014), ada beberapa unsur yang
terkandung dalam istilah masyarakat, antara lain sebagai berikut:
a. Sejumlah manusia yang hidup bersama dalam waktu yang relatif lama;
didalamnya manusia dapat saling mengerti dan merasa serta mempunyai harapan-
harapan sebagai akibat dari hidup bersama itu. Terdapat sistem komunikasi dan
peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia dalam masyarakat
tersebut.
b. Manusia yang hidup bersama itu merupakan suatu kesatuan.
c. Manusia yang hidup bersama itu merupakan suatu sistem hidup bersama yaitu
Tinjauan Pustaka 7
hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan, oleh karenanya setiap anggotanya
masyarakat merasa dirinya masing- masing terikat dengan kelompoknya.
Tinjauan Pustaka 8
didalam mendesain dan merancang bentuk pemberdayaan itu sendiri. Untuk mencapai
tujuan ini, faktor peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan formal dan
nonformal perlu mendapat prioritas. Dengan demikian akan dicapai satu hasil
pemberdayaan masyarakat dalam bentuk masyarakat yang mandiri, berswadaya,
mampu mengadopsi inovasi, dan memiliki pola pikir yang kosmopolitan.
Ketika kegiatan pemberdayaan masyarakat belum berhasil meningkatkan
pendapatan dan membuka lapangan kerja baru seperti yang diharapkan, maka yang
paling penting dikaji adalah menemukan apa dan di mana akar permasalahannya.
Pengetahuan tentang akar permasalahan ini, membantu untuk merumuskan suatu
strategi pemecahan masalah yang lebih tepat dan efektif. Merumuskan suatu pola
pemberdayaan masyarakat lapisan bawah yang tergolong miskin adalah pekerjaan
rumit. Rumit, karena karakteristik yang mereka miliki berbeda.
Dan setiap perbedaan menuntut pola pemberdayaan yang berbeda. Semua
kekuatan, kelemahan, dan permasalahan yang ada perlu diidentifikasi dengan
cermat, terutama yang berhubungan dengan pola pikir mereka yang sangat
lokalit, terbelakang, statis tradisional, sulit berubah, lambat mengadopsi inovasi,
serta tidak berdaya untuk hidup mandiri. Masalah timbul akibat rendahnya tingkat
pendidikan. Keadaan seperti ini terjadi karena rendahnya perhatian pemerintah
terhadap pentingnya peranan pendidikan dalam pembangunan bangsa dan negara.
Core idea dari implementasi otonomi daerah adalah tumbuhnya partisipasi aktif
masyarakat untuk membangun dirinya sendiri, sedangkan peran pemerintah hanya
sebagai fasilitator dan mitra kerja masyarakat.
pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan, sebagai proses pemberdayaan
adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan
kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami
masalah kemiskinan. Sebagai tujuan maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan
atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat
yang berdaya, memiliki kekuasaan atau memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun social (Edi
Suharto 2005). Sedangkan pemberdayaan menurut Islam ialah sistem tindakan
nyata yang menawarkan alternatif model pemecahan masalah ummat dalam
bidang sosial, ekonomi dan lingkungan dalam perspektif Islam (Agus Ahmad 2001).
Tinjauan Pustaka 9
2.4 Tujuan pengembangan masyarakat.
Tinjauan Pustaka 11
2.6 Pembangunan Ketenagalistrikan
Namun tidak hanya dampak positif yang timbul dari pembangunan PLTU,
dampak negatifnya juga timbul seiring pembangunan PLTU, diantaranya adalah:
1. Pencemaran Udara
Dalam proses produksi listrik dari pada PLTU batubara terdapat proses
pembakaran batubara. Seperti halnya bahan bakar fosil lainnya, dalam proses
pembakaran batubara selain dihasilkan pelepasan energi berupa panas juga dihasilkan
abu dan asap. Debu dan asap ini merupakan polutan yang dihasilkan dari PLTU
batubara. Berikut polutan utama yang dihasilkan oleh PLTU batubara (Burhanuddin,
2012):
1. SOx merupakan emisi gas buang yang dikenal sebagai sumber gangguan paru-paru
dan dapat menyebabkan berbagai penyakit pernafasan.
2. NOx merupakan emisi gas buang yang sekaligus dikeluarkan oleh PLTU batubara
bersama dengan gas SOx, keduanya merupakan penyebab terjadinya hujan asam
yang terjadi di banyak negara maju dan berkembang, terutama yang
menggantungkan produksi listriknya dari PLTU batubara. Hujan asam dapat
memberikan dampak buruk bagi industri peternakan dan pertanian.
3. COx merupakan emisi gas buang yang dapat membentuk lapisan pada atmosfer
yang dapat menyelubungi permukaan bumi sehingga dapat menimbulkan efek
Tinjauan Pustaka 13
rumah kaca (green-house effect), hal ini dapat berpengaruh pada perubahan iklim
globl.
4. Fly ash (abu terbang)
2. Kerusakan Ekosistem
Kerusakan yang diakibatkan oleh pencemaran udara yang berasal dari PLTU
akan merusak biota lautan dan pantai yang dekat dengan PLTU. Kerusakan berawal dari
kerusakan terumbu karang langka yang menjadi tempat berkembang-biaknya ikan dan
biota laut lainnya. Rusaknya terumbu karang dipastikan akan menyebabkan
berkurangnya populasi ikan dan biota laut lainnya di wilayah tersebut. Akibatnya,
penghasilan para nelayan sekitar pun akan menurun. PLTU menggunakan sumber
energi yang berasal dari fosil batubara yang berada di daerah lain. Hal ini memerlukan
sarana seperti dermaga dan transportasi. Dalam pembangunan PLTU memerlukan batu
dan tanah. Batu dan tanah yang diperuntukan untuk pembangunan dermaga itu diambil
dari pegunungan atau dataran tinggi. Hal itu sangat merusak alam dan rawan akan
bencana longsor (Burhanuddin, 2012).
Jika kita tinggal di daerah metropolitan, kita mungkin terbiasa dengan asap
perkotaan asap berwarna kuning gelap atau kecoklatan yang membentuk gumpalan
udara yang mengambang di daerah daerah berpenduduk pada hari musim panas. Asap
sebagian besar terdiri dari lapisan bawah ozon (O3), tetapi juga banyak
mengandung unsur-unsur kimia lainnya, termasuk karbon monoksida (CO), unsur
partikel seperti debu, senyawa volatil organik (VOCs) seperti benzene, butana, dan
hidrokarbon lainnya. Lapisan bawah ozon yang berbahaya jangan disamakan dengan
lapisan ozon yang berguna di stratosfer untuk melindungi bumi dari sinar ultraviolet
matahari yang berbahaya. Ozon di bagian permukaan tanah merupakan polutan dengan
beberapa pengaruh yang merugikan kesehatan. Meskipun lapisan bawah asap dan
ozon terbentuk di daerah perkotaan dengan lalu lintas yang padat atau daerah industri,
namun angin yang bertiup dapat membawanya beberapa ratus mil ke kota lain. Ini
menunjukkan bahwa polusi tidak mengenal batas, dan merupakan masalah global.
Polutan yang berbahaya lainnya pada asap adalah karbon monoksida, yang
tidak berwarna, tidak berbau, dan merupakan gas yang beracun. Karbon monoksida
Tinjauan Pustaka 14
sebagian besar berasal dari kendaraan bermotor, dan dapat mencapai tingkat yang
berbahaya di daerah dengan lalu lintas sangat padat. Karbon monoksida menghalangi
organ-organ tubuh untuk mendapatkan oksigen dengan cara mengikat sel darah merah
yang seharusnya membawa oksigen. Pada jumlah yang kecil, karbon monoksida dapat
menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen yang dikirim ke otak, organ dan otot
lainnya, memperlambat reaksi dan reflek, dan bersifat merusak. Itu menimbulkan
ancaman yang serius bagi orang yang berpenyakit jantung yang disebab kondisi sistem
peredarahan darah dan janin, karena oksigen sangat dibutuhkan untuk perkembangan
otak. Pada jumlah yang besar, dapat berakibat fatal, sebagaimana dibuktikan dengan
banyaknya kematian yang disebabkan oleh mobil yang dipanaskan di dalam garasi dan
kebocoran gas buangan ke dalam mobil. Asap juga mengandung unsur partikel
yang tersuspensi seperti debu yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor dan industri.
Partikel seperti itu dapat menyebabkan iritasi pada mata dan paru-paru karena dapat
membawa senyawa, seperti asam dan logam (Burhanuddin, 2012).
4. Hujan Asam
Bahan bakar fosil adalah campuran dari berbagai macam bahan kimia,
termasuk belerang (sulfur) dalam jumlah kecil. Sulfur pada bahan bakar bereaksi
dengan oksigen membentuk sulfur dioksida (SO2), yang merupakan polutan udara.
Sumber utama SO2 adalah pembangkit tenaga listrik yang membakar batubara dengan
kandungan sulfur tinggi. Di Amerika Serikat dilakukan The Clean Air Act tahun 1970
telah membatasi emisi SO2 dengan tegas yang mengharuskan pembangkit
pembangkit untuk menggunakan Scrubber, untuk mengubah menjadi batubara
dengan kandungan sulfur rendah, atau mengubah menjadi gas batubara dan
memperbaiki sulfur kembali. Kendaraan bermotor juga merupakan salah satu sumber
SO2 karena bensin dan solar juga mengandung sulfur dengan jumlah kecil. Letusan
gunung merapi dan air mata panas juga melepaskan sulfur dioksida (ditandai dengan
bau seperti bau telur busuk). Sulfur oksida dan nitrat oksida bereaksi dengan uap air dan
bahan kimia lainnya di lapisan atas atmosfer di hadapan sinar matahari untuk
membentuk asam sulfat dan asam nitrat.
Asam yang terbentuk biasanya terlarut dalam tetesan air yang jatuh ke
dalam awan atau kabut. Tetesan sarat asam ini, seperti pada jus lemon, turun dari udara
ke tanah bersama hujan atau salju, hal ini dikenal sebagai hujan asam. Tanah mampu
Tinjauan Pustaka 15
menetralkan asam tertentu, tetapi jumlah besar yang dihasilkan oleh pembangkit listrik
yang menggunakan batubara murah dengan kandungan sulfur tinggi telah melampaui
batas kemampuan tanah, dan sebagai hasilnya banyak danau dan sungai di daerah-
daerah industry (Burhanuddin, 2012).
Tinjauan Pustaka 16
Tinjauan Pustaka 17
Tinjauan Pustaka 18