Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Masyarakat

1. Pengertian Masyarakat

Masyarakat atau society berasal dari bahasa latin societas yang berarti
hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang
berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara
implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai
perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.
Dalam bahasa Inggris, kata masyarakat diterjemahkan menjadi dua pengertian,
yaitu society dan community.
Dengan lain perkataan, masyarakat sebagai community cukup memperhitungkan
dua variasi dari suatu yang berhubungan dengan kehidupan bersama (antar manusia)
dan lingkungan alam. Jadi, ciri dari community ditekankan pada kehidupan bersama
dengan bersandar pada lokalitas dan derajat hubungan sosial atau sentimen.
Sedangkan menurut Abdul Syani (1987) dalam Basrowi (2014) bahwa
masyarakat sebagai community dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama,
memandang community sebagai unsur statis, artinya community terbentuk dalam suatu
wadah atau tempat dengan batas-batas tertentu, maka ia menunjukkan bagian dari
kesatuan-kesatuan masyarakat sehingga ia dapat pula disebut sebagai masyarakat
setempat, misalnya kampung, dusun atau kota-kota kecil. Masyarakat setempat adalah
suatu wadah dan wilayah dari kehidupan sekelompok orang yang ditandai oleh adanya
hubungan sosial. Disamping itu, dilengkapi pula oleh adanya perasaan sosial, nilai-
nilai dan norma-norma yang timbul atas akibat dari adanya pergaulan hidup atau hidup
bersama manusia. Kedua, community dipandang sebagai unsur yang dinamis, artinya
menyangkut suatu prosesnya yang terbentuk melalui faktor psikologis dan hubungan
antarmanusia, maka didalamnya ada yang sifatnya fungsional. Dalam hal ini dapat
diambil contoh tentang masyarakat pegawai negeri sipil, masyarakat ekonomi,
masyarakat mahasiswa dan sebagainya.
Menurut Soetomo (2013) masyarakat adalah sekumpulan orang yang saling
berinteraksi secara kontinyu, sehingga terdapat relasi sosial yang terpola, terorganisasi.

Tinjauan Pustaka 4
Adapun dalam Basrowi (2014) dikemukakan beberapa pengertian masyarakat menurut
para ahli, sebagai berikut:
a. Ralph Linton (1936) mengemukakan, bahwa mayarakat adalah sekelompok
manusia yang telah cukup lama dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat
mengorganisasikan dirinya sebagai salah satu kesatuan sosial dengan batas-batas
tertentu.
b. John Lewis Gillin dan John Philip Gillin atau Gillin dan Gillin (1954)
mengatakan bahwa masyarakat itu adalah sekelompok manusia yang terbesar
yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama.
Masyarakat itu meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil.
Pengertian yang dikemukakan oleh Gillin dan Gillin menunjukkan bahwa
masyarakat itu meliputi kelompok manusia yang lebih kecil sampai dengan
kelompok manusia dalam suatu masyarakat yang sangat besar, seperti suatu
negara.
c. Steinmentz, seorang ahli sosiologi Belanda memberi batasan tentang
masyarakat sebagai kelompok manusia yang terbesar yang meliputi
pengelompokan-pengelompokan manusia yang lebih kecil yang mempunyai
hubungan erat dan teratur.
d. Melville J. Herskovits atau Herkovits (1955) mengatakan bahwa masyarakat
adalah kelompok individu yang diorganisasikan mengikuti satu cara hidup
tertentu. Pengertian ini menekankan adanya ikatan anggota kelompok untuk
mengikuti cara-cara hidup tertentu yang ada di dalam kelompok masyarakat.
e. Auguste Comte (1896) mengatakan bahwa masyarakat merupakan kelompok-
kelompok makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut
pola perkembangan yang tersendiri. Masyarakat dapat membentuk kepribadian
yang khas bagi manusi.
f. Pelly dan Menanti (1994) mengemukakan hakikat masyarakat sebagai
berikut:
1) Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang memiliki budaya sendiri
dan bertempat tinggal di daerah tertentu. Anggota masyarakat itu memiliki
rasa persatuan dan menganggap mereka memiliki identitas sendiri. Anggota-
anggota masyarakat tersebut memiliki pengalaman hidup bersama dalam
jangka waktu yang cukup lama. Oleh sebab itu, terdapat kerjasama dan

Tinjauan Pustaka 5
pelembagaan atas dasar norma dan nilai-nilai yang dipedomani anggota-
anggotanya.
2) Masyarakat merupakan wadah sosialisasi dan transmisi nilai dan norma
dari generasi ke generasi. Dengan demikian, masyarakat adalah satu
wujud dari kesatuan hidup sosial manusia.

g. Abdul Syani (1987) menjelaskan bahwa masyarakat merupakan kelompok-


kelompok makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang
menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola
perkembangan tersendiri. Manusia di ikata dalam kehidupan kelompok karena
rasa sosial yang serta merta dan kebutuhannya.
Jadi dapat ditarik kesimpulan masyarakat merupakan sekumpulan manusia
yang hidup bersama dalam waktu yang cukup lama dan saling berinteraksi, di
dalamnya memiliki tata cara atau aturan hidup yang disepakati, dijunjung dan
dilaksanakan bersama.

2.2 Ciri-ciri Masyarakat

Ada beberapa ciri-ciri masyarakat yang dikemukakan oleh para ahli dalam
Basrowi (2014) diantaranya:
a. Soerjono Soekanto (1986) menyatakan, bahwa sebagai suatu pergaulan
hidup atau suatu bentuk kehidupan bersama manusia, maka masyarakat itu
mempunyai ciri-ciri pokok, yaitu sebagai berikut:
1) Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tak ada ukuran yang
mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah
manusia yang harus ada. Akan tetapi, secara teoretis angka minimumnya
ada dua orang yang hidup bersama.
2) Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia
tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati, seperti kursi, meja, dan
sebagainya, karena berkumpulnya manusia akan timbul manusia-manusia
baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti
mempunyai keinginan-keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan atau
perasaan-perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbullah sistem
Tinjauan Pustaka 6
komunikasi dan timbullah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar
manusia dalam kelompok tersebut.
3) Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.
4) Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan
bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok
merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya.
b. Talcott Parsons (1968) merumuskan kriteria bagi adanya masyarakat:
1) Suatu sistem sosial
2) Melebihi masa hidup individu normal
3) Merekrut anggota secara reproduksi biologis
4) Melakukan sosialisasi terhadap generasi berikutnya
c. Abu Ahmadi (1985) menyatakan, bahwa masyarakat harus mempunyai
ciri-ciri:
1) Harus ada pengumpulan manusia dan harus banyak, bukan
pengumpulan binatang.
2) Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama di suatu daerah tertentu
3) Adanya aturan-aturan atau undang-undang yang mengatur mereka
untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama
d. Abdul Syani (2003) menyebutkan, masyarakat ditandai oleh ciri-ciri:
1) Adanya interaksi.
2) Ikatan pola tingkah laku yang khas di dalam semua aspek kehidupan
yang bersifat mantap.
3) Adanya rasa identitas terhadap kelompok, dimana individu yang bersangkutan
menjadi anggota kelompoknya
Menurut Syani (2002) dalam Basrowi (2014), ada beberapa unsur yang
terkandung dalam istilah masyarakat, antara lain sebagai berikut:
a. Sejumlah manusia yang hidup bersama dalam waktu yang relatif lama;
didalamnya manusia dapat saling mengerti dan merasa serta mempunyai harapan-
harapan sebagai akibat dari hidup bersama itu. Terdapat sistem komunikasi dan
peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia dalam masyarakat
tersebut.
b. Manusia yang hidup bersama itu merupakan suatu kesatuan.
c. Manusia yang hidup bersama itu merupakan suatu sistem hidup bersama yaitu

Tinjauan Pustaka 7
hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan, oleh karenanya setiap anggotanya
masyarakat merasa dirinya masing- masing terikat dengan kelompoknya.

2.3 Konsep Pengembangan Masyarakat.

Pengembangan Masyarakat adalah kemampuan suatu negara atau suatu


bangsa untuk terus berkembang baik secara kualitatif atau kuantitatif yang mencakup
seluruh segi kehidupan bernegara dan bermasyarakat dan karena tidak berkembang
hanya dalam arti peningkatan taraf hidup saja akan tetapi dalam segi kehidupan
lainnya, manusia bukan hanya makhluk ekonomi, akan tetapi juga makhluk sosial
dan makhluk politik. Oleh karena itu perlu diadakan perubahan struktur ekonomi dan
non ekonomi.
Sedangkan menurut ( A. Supardi 1987) bahwa pengembangan masyarakat
itu adalah suatu proses dimana anggota masyarakat pertama-tama mendiskusikan dan
menentukan keinginan mereka kemudian merencanakannya dan mengerjakan bersama-
sama untuk memenuhi keinginan mereka tersebut. Pengembangan masyarakat juga
merupakan suatu gerakan untuk menciptakan sesuatu kehidupan yang lebih baik bagi
seluruh masyarakat dengan berpartisipasi aktif dan inisiatif masyarakat itu sendiri.
Dari definisi tersebut bahwa pengembangan masyarakat itu adalah usaha
pembangunan masyarakat yang dilakukan sendiri oleh masyarakat, masyarakat
berkumpul memusyawarahkan tentang kebutuhan tersebut, menginvestasikan
sesuai dengan tingkat atau derajat kebutuhan itu baik dari segi kepentingan umum
maupun dari segi lainya. Setelah memusyawarahkan identifikasi kebutuhan serta
menginventarisasikannya, maka dilanjutkan untuk membuat perencanaan tentang
langkah-langkah yang akan dilaksanakan. Setelah perencanaan dan program selesai
disusun maka barulah kemudian sampai kepada pelaksanaan, mengerjakan
bersama dengan menggunakan teknis gotong royong.
Pemberdayaan masyarakat pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan potensi
masyarakat agar mampu meningkatkan kuwalitas hidup yang lebih baik bagi seluruh
warga masyarakat melalui kegiatan-kegiatan swadaya. Memberdayakan masyarakat
bertujuan mendidik masyarakat agar mampu mendidik diri mereka sendiri atau
membantu masyarakat agar mampu membantu diri merekka sendiri. Hal ini berarti
bahwa di dalam proses pemberdayaan yang terjadi, masyarakat berperan secara aktif

Tinjauan Pustaka 8
didalam mendesain dan merancang bentuk pemberdayaan itu sendiri. Untuk mencapai
tujuan ini, faktor peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan formal dan
nonformal perlu mendapat prioritas. Dengan demikian akan dicapai satu hasil
pemberdayaan masyarakat dalam bentuk masyarakat yang mandiri, berswadaya,
mampu mengadopsi inovasi, dan memiliki pola pikir yang kosmopolitan.
Ketika kegiatan pemberdayaan masyarakat belum berhasil meningkatkan
pendapatan dan membuka lapangan kerja baru seperti yang diharapkan, maka yang
paling penting dikaji adalah menemukan apa dan di mana akar permasalahannya.
Pengetahuan tentang akar permasalahan ini, membantu untuk merumuskan suatu
strategi pemecahan masalah yang lebih tepat dan efektif. Merumuskan suatu pola
pemberdayaan masyarakat lapisan bawah yang tergolong miskin adalah pekerjaan
rumit. Rumit, karena karakteristik yang mereka miliki berbeda.
Dan setiap perbedaan menuntut pola pemberdayaan yang berbeda. Semua
kekuatan, kelemahan, dan permasalahan yang ada perlu diidentifikasi dengan
cermat, terutama yang berhubungan dengan pola pikir mereka yang sangat
lokalit, terbelakang, statis tradisional, sulit berubah, lambat mengadopsi inovasi,
serta tidak berdaya untuk hidup mandiri. Masalah timbul akibat rendahnya tingkat
pendidikan. Keadaan seperti ini terjadi karena rendahnya perhatian pemerintah
terhadap pentingnya peranan pendidikan dalam pembangunan bangsa dan negara.
Core idea dari implementasi otonomi daerah adalah tumbuhnya partisipasi aktif
masyarakat untuk membangun dirinya sendiri, sedangkan peran pemerintah hanya
sebagai fasilitator dan mitra kerja masyarakat.
pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan, sebagai proses pemberdayaan
adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan
kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami
masalah kemiskinan. Sebagai tujuan maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan
atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat
yang berdaya, memiliki kekuasaan atau memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun social (Edi
Suharto 2005). Sedangkan pemberdayaan menurut Islam ialah sistem tindakan
nyata yang menawarkan alternatif model pemecahan masalah ummat dalam
bidang sosial, ekonomi dan lingkungan dalam perspektif Islam (Agus Ahmad 2001).

Tinjauan Pustaka 9
2.4 Tujuan pengembangan masyarakat.

Dalam menguraikan tujuan dakwah pengembangan masyarakat, hal yang


perlu dibahas terlebih dahulu adalah mengenai tujuan dari dakwah pengembangan
masyarakat itu sendiri yang tentunya tidak jauh berbeda dengan tujuan
pembangunan, yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Adapun tujuan pengembangan masyarakat itu sendiri, sebagaimana
diungkapkan oleh Sodang P. Siagian meliputi bermacam-macam tujuan dimensi
adalah sebagai berikut (Khoiruddin 1992):
a. Keadilan sosial.
b. Kemakmuran yang merata.
c. Perlakuan yang sama di mata hukum.
d. Kesejahteraan material, mental dan spiritual.
e. Kebahagiaan untuk semua.
f. Ketentraman dan keamanan.

2.5 Model pengembangan masyarakat.

Pendekatan pengembangan masyarakat akan dilaksanakan sangat tergantung


pada kondisi masyarakat bersangkutan. Kondisi ini berasal dari sistem budaya
masyarakat tersebut. Selanjutnya mempengarui cara berpikir dan respon mereka
terhadap pengembangan atau pembangunan itu sendiri.
Berbagai teori dan pendekatan dalam pengembangan masyarakat, seperti
yang diuraikan sebagai berikut (Edi Suharto 2006):
a. Pendekatan sumberdaya manusia.

Pendekatan ini mengarah pada sumberdaya manusia yang mengarah kepada


peningkatan kwalitas manusianya baik fisik dan sphikis, atau dengan kata lain
pengembangan sumberdaya manusia adalah tumbuhnya wiraswasta.
Pendekatan ini sesuai di terapkan di negara berkembang karena ada beberapa
alasan:
1) Kondisi penduduk yang kebanyakan adalah unskilled ditinjau dari sudut
ketrampilan.
2) Negara sedang berkembang relatif lemah dalam permodalan
3) Negara sedang berkembang biasanya masih menghadapi masalah
Tinjauan Pustaka 10
ketenagakerjaan yang cukup serius akibat penambahan jumlah angkatan
kerja yang cukup besar dan angka kenaikan yang cukup tinggi.

b. Pendekatan capital oriented.


Pendekatan yang menitik beratkan pada akumulasi modal sebagai
kekuatan pembangunannya. Adapun alasan modal adalah komponen yang dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi semaksimal mungkin, sehingga modal
pembangunannya di arahkan kepada “Capital Intenseve“ (padat modal) dan
melahirkan “Capital Out Put Ration (COR)” yang sangat populer sebagai
modal pembagunan bagi negara maju ataupun negara berkembang.
c. Pendekatan mencukupi kebutuhan dasar.

Pendekatan ini berusaha untuk meningkatkan kebutuhan dasar manusia yang


terdiri dari kebutuhan dasar keluarga dan kebutuhan dasar masyarakat yaitu
sandang, pangan, papan, pendidikan, agama dan sebagainya.
d. Pendekatan ekonomi islam.

Pendekatan ini lebih mengarahkan kepada usaha-usaha untuk


memanfaatkan sumber-sumber alam untuk memenuhi kebutuhan manusia
e. Pendekatan pemerataan atau pertumbuhan.

Model pendekatan ini timbul akibat adanya masalah-masalah yang


dijumpai pada pendekatan sebelumnya, yaitu pendekatan pertumbuhan, yakni
pertumbuhan tersebut ternyata tidak dapat di nikmati oleh masyarakat bawah.
Lapisan masyarakat bawah ini sering tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya
menurut standar bank dunia dari sinilah timbul istilah yang sangat terkenal yaitu garis
kemiskinan yang menunjukkan batas terendah untuk memenuhi kebutuhan pokok
manusia.
f. Mengurangi ketergantungan.
Model pendekatan dengan maksud untuk mengurangi ketergantungan dari
luar sebenarnya dapat dikatakan bermula dari kesadaran akan potensi yang ada pada
diri sendiri.

Tinjauan Pustaka 11
2.6 Pembangunan Ketenagalistrikan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, proyek pembangunan merupakan


rencana pekerjaan dengan sasaran khusus yang dimulai dari perencanaan, pembuatan,
dan cara membangun. Joyomartono (1991) menyatakan bahwa, kelancaran program
proyek pembangunan dipengaruhi oleh beberapa aspek, misalnya:
1) Aspek Sosial, menyangkut sistem hubungan sosial yang mengatur hak dan
kewajiban antara individu satu dengan yang lain dan antara individu dengan
kelompoknya.
Aspek Budaya, terkait dengan sistem perilaku kelompok yakni kecenderungan
berfikir dan berperilaku dalam cara-cara normative sesuai dengan persepsinya
terhadap gejala/fenomena yang ada disekitarnya.
2) Aspek Psikologi, menyangkut sistem pengetahuan dan perilaku individual
yang mendasari sistem sosial dan berakar dalam biologis dan pengalaman yang
menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi disekitarnya.

1. Visi dan misi sektor ketenagalistrikan

Dalam Masterplan Pembangunan Ketenagalistrikan 2008-2027, dijelaskan


visi dan misi dari sektor ketenaga listrikan, meliputi:
a. Visi sektor ketenagalistrikan
Visi sektor ketenagalistrikan adalah dapat melistriki seluruh rumah tangga, desa
serta memenuhi kebutuhan industri yang berkembang cepat dalam jumlah yang cukup,
transparan, efisien, andal, aman, dan akrab lingkungan untuk mendukung pertumbuhan
perekonomian nasional dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
b. Misi sektor ketenagalistrikan
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik sesuia visi tersebut, maka
Pemerintah mengambil langkah-langkah sebagai berikut:
a. Membangkitkan tenaga listrik dalam skala besar untuk masyarakat perkotaan,
daerah yang tingkat kepadataanya tinggi atau sistem kelistrikan yang besar;
b. Memberikan proiritas kepada pembangkit tenaga listrik dari energi terbarukan
untuk kelistrikan desa dan daerah terpencil;
c. Menjaga keselamatan ketenagalistrikan dan kelestarian fungsi lingkungan; dan
Tinjauan Pustaka 12
d. Memanfaatkan sebesar-besarnya tenaga kerja, barang dan jasa.

2.7 Dampak PLTU Batubara Secara Umum

Pembangunan PLTU memiliki dampak tersendiri baik terhadap masyarakat


maupun lingkungan di lokasi PLTU tersebut dibangun. Dampak yang timbul akibat
pembangunan PLTU ini ada yang bersifat positif, namun ada juga yang bersifat negatif.
Dampak positif dari pembangunan PLTU diantaranya adalah sebagai berikut
(Burhanuddin, 2012):
1. Menambah sumber tenaga listrik baru, sehingga dapat membantu mengatasi masalah
kekurangan sumber energi listrik yang sedang terjadi.
2. Mengurangi angka pengangguran, karena PLTU akan mempekerjakan warga di
sekitar lokasi untuk menjadi karyawan.
3. Membuka lahan pekerjaan baru bagi warga.
4. Lokasi dibangunnya PLTU akan lebih berkembang dari sebelumnya.

Namun tidak hanya dampak positif yang timbul dari pembangunan PLTU,
dampak negatifnya juga timbul seiring pembangunan PLTU, diantaranya adalah:
1. Pencemaran Udara

Dalam proses produksi listrik dari pada PLTU batubara terdapat proses
pembakaran batubara. Seperti halnya bahan bakar fosil lainnya, dalam proses
pembakaran batubara selain dihasilkan pelepasan energi berupa panas juga dihasilkan
abu dan asap. Debu dan asap ini merupakan polutan yang dihasilkan dari PLTU
batubara. Berikut polutan utama yang dihasilkan oleh PLTU batubara (Burhanuddin,
2012):
1. SOx merupakan emisi gas buang yang dikenal sebagai sumber gangguan paru-paru
dan dapat menyebabkan berbagai penyakit pernafasan.
2. NOx merupakan emisi gas buang yang sekaligus dikeluarkan oleh PLTU batubara
bersama dengan gas SOx, keduanya merupakan penyebab terjadinya hujan asam
yang terjadi di banyak negara maju dan berkembang, terutama yang
menggantungkan produksi listriknya dari PLTU batubara. Hujan asam dapat
memberikan dampak buruk bagi industri peternakan dan pertanian.
3. COx merupakan emisi gas buang yang dapat membentuk lapisan pada atmosfer
yang dapat menyelubungi permukaan bumi sehingga dapat menimbulkan efek

Tinjauan Pustaka 13
rumah kaca (green-house effect), hal ini dapat berpengaruh pada perubahan iklim
globl.
4. Fly ash (abu terbang)

2. Kerusakan Ekosistem

Kerusakan yang diakibatkan oleh pencemaran udara yang berasal dari PLTU
akan merusak biota lautan dan pantai yang dekat dengan PLTU. Kerusakan berawal dari
kerusakan terumbu karang langka yang menjadi tempat berkembang-biaknya ikan dan
biota laut lainnya. Rusaknya terumbu karang dipastikan akan menyebabkan
berkurangnya populasi ikan dan biota laut lainnya di wilayah tersebut. Akibatnya,
penghasilan para nelayan sekitar pun akan menurun. PLTU menggunakan sumber
energi yang berasal dari fosil batubara yang berada di daerah lain. Hal ini memerlukan
sarana seperti dermaga dan transportasi. Dalam pembangunan PLTU memerlukan batu
dan tanah. Batu dan tanah yang diperuntukan untuk pembangunan dermaga itu diambil
dari pegunungan atau dataran tinggi. Hal itu sangat merusak alam dan rawan akan
bencana longsor (Burhanuddin, 2012).

3. Asap dan Ozon

Jika kita tinggal di daerah metropolitan, kita mungkin terbiasa dengan asap
perkotaan asap berwarna kuning gelap atau kecoklatan yang membentuk gumpalan
udara yang mengambang di daerah daerah berpenduduk pada hari musim panas. Asap
sebagian besar terdiri dari lapisan bawah ozon (O3), tetapi juga banyak
mengandung unsur-unsur kimia lainnya, termasuk karbon monoksida (CO), unsur
partikel seperti debu, senyawa volatil organik (VOCs) seperti benzene, butana, dan
hidrokarbon lainnya. Lapisan bawah ozon yang berbahaya jangan disamakan dengan
lapisan ozon yang berguna di stratosfer untuk melindungi bumi dari sinar ultraviolet
matahari yang berbahaya. Ozon di bagian permukaan tanah merupakan polutan dengan
beberapa pengaruh yang merugikan kesehatan. Meskipun lapisan bawah asap dan
ozon terbentuk di daerah perkotaan dengan lalu lintas yang padat atau daerah industri,
namun angin yang bertiup dapat membawanya beberapa ratus mil ke kota lain. Ini
menunjukkan bahwa polusi tidak mengenal batas, dan merupakan masalah global.
Polutan yang berbahaya lainnya pada asap adalah karbon monoksida, yang
tidak berwarna, tidak berbau, dan merupakan gas yang beracun. Karbon monoksida

Tinjauan Pustaka 14
sebagian besar berasal dari kendaraan bermotor, dan dapat mencapai tingkat yang
berbahaya di daerah dengan lalu lintas sangat padat. Karbon monoksida menghalangi
organ-organ tubuh untuk mendapatkan oksigen dengan cara mengikat sel darah merah
yang seharusnya membawa oksigen. Pada jumlah yang kecil, karbon monoksida dapat
menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen yang dikirim ke otak, organ dan otot
lainnya, memperlambat reaksi dan reflek, dan bersifat merusak. Itu menimbulkan
ancaman yang serius bagi orang yang berpenyakit jantung yang disebab kondisi sistem
peredarahan darah dan janin, karena oksigen sangat dibutuhkan untuk perkembangan
otak. Pada jumlah yang besar, dapat berakibat fatal, sebagaimana dibuktikan dengan
banyaknya kematian yang disebabkan oleh mobil yang dipanaskan di dalam garasi dan
kebocoran gas buangan ke dalam mobil. Asap juga mengandung unsur partikel
yang tersuspensi seperti debu yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor dan industri.
Partikel seperti itu dapat menyebabkan iritasi pada mata dan paru-paru karena dapat
membawa senyawa, seperti asam dan logam (Burhanuddin, 2012).

4. Hujan Asam

Bahan bakar fosil adalah campuran dari berbagai macam bahan kimia,
termasuk belerang (sulfur) dalam jumlah kecil. Sulfur pada bahan bakar bereaksi
dengan oksigen membentuk sulfur dioksida (SO2), yang merupakan polutan udara.
Sumber utama SO2 adalah pembangkit tenaga listrik yang membakar batubara dengan
kandungan sulfur tinggi. Di Amerika Serikat dilakukan The Clean Air Act tahun 1970
telah membatasi emisi SO2 dengan tegas yang mengharuskan pembangkit
pembangkit untuk menggunakan Scrubber, untuk mengubah menjadi batubara
dengan kandungan sulfur rendah, atau mengubah menjadi gas batubara dan
memperbaiki sulfur kembali. Kendaraan bermotor juga merupakan salah satu sumber
SO2 karena bensin dan solar juga mengandung sulfur dengan jumlah kecil. Letusan
gunung merapi dan air mata panas juga melepaskan sulfur dioksida (ditandai dengan
bau seperti bau telur busuk). Sulfur oksida dan nitrat oksida bereaksi dengan uap air dan
bahan kimia lainnya di lapisan atas atmosfer di hadapan sinar matahari untuk
membentuk asam sulfat dan asam nitrat.
Asam yang terbentuk biasanya terlarut dalam tetesan air yang jatuh ke
dalam awan atau kabut. Tetesan sarat asam ini, seperti pada jus lemon, turun dari udara
ke tanah bersama hujan atau salju, hal ini dikenal sebagai hujan asam. Tanah mampu

Tinjauan Pustaka 15
menetralkan asam tertentu, tetapi jumlah besar yang dihasilkan oleh pembangkit listrik
yang menggunakan batubara murah dengan kandungan sulfur tinggi telah melampaui
batas kemampuan tanah, dan sebagai hasilnya banyak danau dan sungai di daerah-
daerah industry (Burhanuddin, 2012).

Tinjauan Pustaka 16
Tinjauan Pustaka 17
Tinjauan Pustaka 18

Anda mungkin juga menyukai