TENTANG
MEMUTUSKAN :
LUIGI
NIP 197909082006042007
KEPALA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT
KECAMATAN CILANDAK KOTA ADMINISTRASI
JAKARTA SELATAN
LUIGI
NIP 197909082006042007
LAMPIRAN II : Keputusan Kepala Pusat
Kesehatan Masyarakat Kecamatan Cilandak
Kota Administrasi – Jakarta Selatan
Nomor : 230 Tahun 2015
Tanggal : 23 Desember 2015
KEBIJAKAN UMUM
1. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas Kecamatan Cilandak
merupakan pelayanan terhadap manusia secara utuh, dilakukan sebagai wujud ucapan
syukur atas karunia keselamatan yang telah diterima dari Tuhan Yang Maha Esa;
2. Pelayanan yang diberikan kepada pasien harus berorientasi pada keselamatan pasien
da upaya peningkatan mutu sesuai dengan Visi, Misi, Tata Nilai dan Budaya Kerja yang
ada di Puskesmas Kecamatan Cilandak.
3. Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cilandak harus bekerja sesuai standar dengan
standar profesi, pedoman, panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku
serta sesuai dengan etika profesi serta peraturan yang berlaku.
4. Secara umum pelayanan dalam gedung puskesmas dilaksanakan dari jam 7.30 - 16.00
(Senin sd Kamis) dan 7.30 - 16.30 (Jumat), kecuali di unit tertentu yaitu:
a. Pelayanan Rumah Bersalin dilaksanakan 24 jam
b. Pelayanan 24 jam dilaksanakan mulai pukul 16.00 - 7.30 (Senin - Kamis) dan 16.30 -
7.30 (Jumat)
5. Pelayanan Kesehatan Masyarakat yang terkait dengan program dilakukan sesuai
kebutuhan.
6. Puskesmas memberikan pelayanan yang seragam bagi semua pasien dan dicatat dalam
rekan medis pasien
7. Pelayanan Puskesmas di setiap unit pelayanan harus selalu berfokus pada pasien
dengan melaksanakan akses pelayanan dan kontinuitas serta dengan memberikan
edukasi kepada pasien dan keluarga
8. Seluruh karyawan Puskesmas Kecamatan Cilandak dalam melaksanakan pekerjaannya
wajib sesuai dengan ketentuan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), termasuk dalam
penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
9. Puskesmas dalam memberikan pelayanan menghormati hak pasien dan keluarga sesuai
dengan undang-undang dan nilai-nilai serta kepercayaan yang dianut oleh pasien.
10. Dalam memberikan pelayanan kepada pasien setiap petugas harus memperhatikan
privasi pasien.
11. Semua petugas yang terlibat dalam memberikan pelayanan kepada pasien wajib
melakukan handhygiene dengan 8 langkah cuci tangan.
12. Semua petugas wajib memiliki Surat Izin Praktek (SIP) dan Surat Tanda Registrasi (STR)
sesuai dengan standar profesi dan ketentuan yang berlaku di Puskesmas Kecamatan
Cilandak.
13. Penyediaan tenaga di setiap unit pelayanan harus mengacu pada pola ketenagaan.
14. Peralatan di unit pelayanan harus selalu siap pakai dan dilakukan pemeliharaan dan
kalibrasi secara berkala sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
15. Dalam melaksanakan fungsi koordinasi dan evaluasi maka setiao unit pelayanan wajib
melaksanakan rapat rutin bulanan minimal 1 kali dalam 3 bulan sesuai kebutuhan
16. Semua koordinator dan penanggung jawab unit/program wajib untuk membuat laporan
bulanan dan tahunan.
17. Puskesmas menjalankan program keselamatan pasien melalui 7 standar keselamatan
pasien, 7 langkah keselamatan pasien dan 6 sasaran keselamatan pasien
18. Puskesmas menjalankan program PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Dasar) untuk menurunkan angka kematian bayi dan ibu serta meningkatkan kesehatan
ibu
19. Puskesmas melaksanakan penanggulangan TB sesuai dengan pedoman strategi DOTS
20. Puskesmas melaksanakan penanggulangan HIV/AIDS sesuai dengan pedoman ODHA
serta disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas Kecamatan Cilandak
21. Puskesmas Kecamatan Cilandak akan merujuk pasien jika diperlukan pelayanan dan
fasilitas yang tidak tersedia di Puskesmas Kecamatan Cilandak atau atas permintaan
pasien/keluarga
KEBIJAKAN KHUSUS
A. Organisasi dan Manajemen
1. Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas dilaksnakan pada unit
Pelayanan berupa Unit Penunjang Obat (UPO)
2. Unit Penunjang Obat (UPO) dipimpin seorang Apoteker sebagai penanggung jawab,
berijazah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan
sumpah jabatan Apoteker yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker dan
Surat Izin Praktek Apoteker
3. Apoteker dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian, Tenaga Teknis Kefarasian adalah
tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalankan Pekerjaan Kefarmasian yang
terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga
Menengah Farmasi /Asisten Apoteker
4. Setiap Apoteker dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang menyelenggarakan
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas wajib mengakui Kebijakan Pelayanan Unit
Penunjang Obat sebagaimana dalam Surat Keputusan ini.
5. Penanggung Jawab UPO di Puskesmas Mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk
menjamin terlaksananya pengelolaan obat yang baik dan terlaksananya Pelayanan
Farmasi Klinik
6. Pengelolaan obat merupakan salah satu kegiatan kefarmasian yang dimulai dari
perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian
pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk
menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan obat yang efisien, efektif
dan rasional, meningkatkan kompetensi kemampuan tenaga kefarmasian,
mewujudkan sistem informasi manajemen dan melaksanakan pengendalian mutu
pelayanan
7. Pelayanan farmasi klinik meliputi pengkajian resep, penyerahan obat, dan pemberian
informasi obat, pelayanan informasi obat (PIO), konseling, pemantauan dan
pelaporan efek samping obat dan evaluasi penggunaan obat.
B. Pengelolaan Obat
Pengelolaa obat merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian yag dimulai dari
perencanaan, permintaan, penerimaan,penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
pencatatan dan pelaporan serta pemantauam dan evaluasi. Tujuannya adalah menjamin
kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan obat yang efisien efektif dan rasional,
meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian mewujudkan sistem informasi
manajemen dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan
1. Perencanaan
a. Perencanaan merupakan proses kegiatas seleksi obat untuk menentukan jenis
dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas.
b. Apoteker melakukan pemesanan obat sesuai dengan kebutuhan Puskesmas
dilihat dari pemakaian sebelumnya, pola konsumsi dan pola penyakit atau
kombinasi keduanya
c. Apoteker dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmsian berhak melakukan penyediaan
obat untuk menjaga ketersediaan obat di kamar obat
d. Perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh
Unit Penunjang Obat di Puskesmas
e. Proses seleksi obat dilakukan dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola
konsumsi obat periode sebelumnya, data mutasi obat dan rencana
pengembangan
f. Proses seleksi obat juga harus mengacu pada Daftar Obat Esensial (DOEN) dan
Formularium Nasional
g. Proses perencanaan ini harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di
Puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan dan perawat, serta pengelola
program yang berkaitan dengan pengobatan
h. Proses perencanaan kebutuhan obat dilakukan secara berjenjang (bottom-up).
Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan
Laporan Pemakaian dan Laporan Permintaan Obat (LPLPO).
2. Permintaan obat
a. Tujuan permintaan obat adalah memenuhi kebutuhan obat di Puskesmas, sesuai
dengan perencanaan yang telah dibuat
b. Permintaan diajukan kepada penanggung jawab obat dengan menggunakan
dokumen permintaaan obat/barang
c. Permintaan obat dilakukan tiga bulan sekali berdasarkan LPLPO yang dilaporkan
setiap bulan (kecuali kondisi diluar prediksi)
d. Permintaan dilayani sesuai dengan kebutuhan unit dan stok yang tersedia di
gudang
3. Penerimaan Obat
a. Suatu kegiatan dalammenerima obat sesuai dengan permintaan yang telah
diajukan
b. Tujuannya adalah agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan permintaan yang diajukan
c. Semua petugas yang terlibat dalamkegiatam pengelolaan bertanggung jawab
atas ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan obat
berikut kelengkapan catatan yang menyertainya
d. Petugas penerimaan wajib melakukan pengecekan terhadap obat yang
diserahkan mencakup jumlah dan jenis obat, bentuk obat sesuai dengan isi
dokumen permintaan.
4. Penyimpanan Obat
a. Penyimpanan obat merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap obat agar
aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik, maupun kimia dan mutunya
tetap terjamin sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
b. Penyimpanan obat di UPO sesuai dengan bentuk sediaan dengan sistem
penyimpanan FEFO dan FIFO dan disimpan berdasarkan kelas terapi dan
alfabetis
c. Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika dilakukan secara terpisah dalam
lemari terkunci
d. Penyimpanan obat dilengkapi dengan kartu stok sebagai bentuk pengendalian
dan pengawasan terhadap sisa stok.
e. Penyimpanan obat memperhatikan penyimpanan secara LASA (look alike sound
alike)
f. Penyimpanan obat dilengkapi dengan label kadaluarsa sebagai bentuk
pemantauan waktu kadaluarsa
g. Penyimpanan obat berdasarkan suhu yang sesuai
Suhu kamar : 20-25°C (toleransi ± 5°C)
Suhu sejuk : 8-15°C
Suhu dingin : 2 - 8°C
5. Pendistribusian Obat
a. Pendistribusian obat merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat
secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan unit lainnya
b. Pendistribusian ke ruang rawat inap dilakukan dengan cara pemberian obat
sesuai dengan resep yang diterima
c. Pendistribusian ke unit lain di Puskesmas Kecamatan Cilandak dilakukan
dengan cara pemberian berdasarkan form permintaan barang/obat
6. Pengendalian Obat
a. Suatu kegiatan memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan
strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
b. Penarikan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan farmasi yang
tidak teracapai karena obat ditarik dari peredaran, kadaluarsa, rusak, mutu tidak
memenuhi standar dengancara membuat usulan penghapusan perbekalan
farmasi kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku
c. Pemusnahan perbekalan farmasi dilakukan terhadap perbekalan farmasi yang
tidak terpakai karena rusak, kadaluarsa, ataupun mutunya sudah tidak
memenuhi standar
d. Pedoman pemusnahan obat sbb:
1) Melakukan inventarisasi terhadap sediaan farmasi yang akan dimusnahkan
2) Menyiapkan administrasi berupa laporan dan berita acara pemusnahan
3) Mengkoordinasi jadwal, metode dan tempat pemusnahan dengan pihak
terkait
4) Menyiapkan tempat pemusnahan
5) Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan
6) Membuat Berita Acara Pemusnahan yang sekurang-kurangnya memuat:
Waktu dan tempat pemusnahan sediaan farmasi
Nama dan jumlah sediaan farmasi
Nama apoteker pelaksana pemusnahan
Nama saksi dalam pemusnahan
Berita Acara Pemusnahan Sediaan Farmasi ditandatangani oleh
apoteker dan saksi
3. Konseling
a. Merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah pasien yang berkaitan dengan pengambila dan
penggunaan obat pasien
b. Konseling dilakukan minimal 1 kali seminggu oleh Apoteker
c. Konseling dilakukan atas permintaan pasien, dokter atau apoteker itu sendiri
d. Kriteria pasien:
Pasien rujukan dokter
Pasien dengan penyakit kronis
Pasien dengan obat yang berindeks terapi sempit dan polifarmasi
Pasien geriatrik
Pasien pediatrik
LUIGI
NIP : 197909082006042007