Anda di halaman 1dari 11

PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KECAMATAN CILANDAK

KEPUTUSAN KEPALA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KECAMATAN CILANDAK


KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN
NOMOR : 230 TAHUN 2015

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN UNIT PENUNJANG OBAT


PUSKESMAS KECAMATAN CILANDAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KECAMATAN CILANDAK


KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN,

Menimbang : a. Bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan yang aman, berfokus


kepada keselamatan pasien serta kepuasan pelanggan (patient
centeredness) di Puskesmas Kecamatan Cilandak, maka diperlukan
penyelenggaraan pelayanan unit penunjang obat yang bermutu
tinggi
b. Bahwa agar pelayanan kefarmasian dapat terlaksana dengan baik,
perlu adanya kebijakan Kepala Puskesmas sebagai landasan bagi
penyelenggaraan pelayanan unit penunjang obat di Puskesmas
Cilandak
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
poin a dan b perlu ditetapkan Kebijakan Pelayanan Unit Penunjang
Obat dengan Keputusan Kepala Puskesmas Kecamatan Cilandak

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan


Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang No 5 Tahun 1997 tentang psikotropika ( Lembaran
Negara Repuplik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671 )
3. Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( Lembaran
Negara Repuplik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062 )
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2015;
5. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor : 13 TAHUN 2009 Tentang Pedoman Peningkatan Kualitas
Pelayanan Publik Dengan Partisipasi Masyarakat;
6. Peraturan Menteri Kesehatan No.1691/MENKES/PER/VIII/2011
Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 Tentang
Akreditasi Puskesmas;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2015 Tentang Peredaran , Penyimpanan, Pemusnahan, dam
Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan prekusor Farmasi
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128/Men.Kes/SK/II/ 2004
tentang Kebijakan Dasar Puskesmas;
10. Peraturan Gubernur Nomor 165 Tahun 2012 tentang Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta;;
11. Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Nomor 234/2012 Tentang Penetapan Puskesmas Kecamatan
Cilandak Kota Administrasi Jakartas Selatan Sebagai Unit Kerja
Dinas Kesehatan Yang Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah Secara Penuh

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KECAMATAN CILANDAK


TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN UNIT PENUNJANG OBAT
PUSKESMAS KECAMATAN CILANDAK

KESATU : Kebijakan pelayanan Unit Penunjang Obat di Puskesmas Kecamatann


Cilandak sebagaimana tercantum dalam Lampiran keputusan ini
KEDUA : Kebijakan pelayanan Unit Penunjang Obat di Puskesmas Kecamatan
Cilandak sebagaimana dimaksud dalam lampiran Keputusan ini harus
digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan unit
penunjang obat dan pelayanan kefarmasian lainnya
KETIGA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan unit
penunjang obat di Puskesmas Kecamatan Cilandak dilaksanakan oleh
Penanggung Jawab Unit Penunjang Obat
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan bila kemuidian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya
Ditetapkan di : Jakarta
pada Tanggal : 23 Desember 2015

KEPALA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT


KECAMATAN CILANDAK KOTA ADMINISTRASI
JAKARTA SELATAN

LUIGI
NIP 197909082006042007
KEPALA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT
KECAMATAN CILANDAK KOTA ADMINISTRASI
JAKARTA SELATAN

LUIGI
NIP 197909082006042007
LAMPIRAN II : Keputusan Kepala Pusat
Kesehatan Masyarakat Kecamatan Cilandak
Kota Administrasi – Jakarta Selatan
Nomor : 230 Tahun 2015
Tanggal : 23 Desember 2015

KEBIJAKAN PELAYANAN UNIT PENUNJANG OBAT


PUSKESMAS KECAMATAN CILANDAK

KEBIJAKAN UMUM
1. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas Kecamatan Cilandak
merupakan pelayanan terhadap manusia secara utuh, dilakukan sebagai wujud ucapan
syukur atas karunia keselamatan yang telah diterima dari Tuhan Yang Maha Esa;
2. Pelayanan yang diberikan kepada pasien harus berorientasi pada keselamatan pasien
da upaya peningkatan mutu sesuai dengan Visi, Misi, Tata Nilai dan Budaya Kerja yang
ada di Puskesmas Kecamatan Cilandak.
3. Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Cilandak harus bekerja sesuai standar dengan
standar profesi, pedoman, panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku
serta sesuai dengan etika profesi serta peraturan yang berlaku.
4. Secara umum pelayanan dalam gedung puskesmas dilaksanakan dari jam 7.30 - 16.00
(Senin sd Kamis) dan 7.30 - 16.30 (Jumat), kecuali di unit tertentu yaitu:
a. Pelayanan Rumah Bersalin dilaksanakan 24 jam
b. Pelayanan 24 jam dilaksanakan mulai pukul 16.00 - 7.30 (Senin - Kamis) dan 16.30 -
7.30 (Jumat)
5. Pelayanan Kesehatan Masyarakat yang terkait dengan program dilakukan sesuai
kebutuhan.
6. Puskesmas memberikan pelayanan yang seragam bagi semua pasien dan dicatat dalam
rekan medis pasien
7. Pelayanan Puskesmas di setiap unit pelayanan harus selalu berfokus pada pasien
dengan melaksanakan akses pelayanan dan kontinuitas serta dengan memberikan
edukasi kepada pasien dan keluarga
8. Seluruh karyawan Puskesmas Kecamatan Cilandak dalam melaksanakan pekerjaannya
wajib sesuai dengan ketentuan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), termasuk dalam
penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
9. Puskesmas dalam memberikan pelayanan menghormati hak pasien dan keluarga sesuai
dengan undang-undang dan nilai-nilai serta kepercayaan yang dianut oleh pasien.
10. Dalam memberikan pelayanan kepada pasien setiap petugas harus memperhatikan
privasi pasien.
11. Semua petugas yang terlibat dalam memberikan pelayanan kepada pasien wajib
melakukan handhygiene dengan 8 langkah cuci tangan.
12. Semua petugas wajib memiliki Surat Izin Praktek (SIP) dan Surat Tanda Registrasi (STR)
sesuai dengan standar profesi dan ketentuan yang berlaku di Puskesmas Kecamatan
Cilandak.
13. Penyediaan tenaga di setiap unit pelayanan harus mengacu pada pola ketenagaan.
14. Peralatan di unit pelayanan harus selalu siap pakai dan dilakukan pemeliharaan dan
kalibrasi secara berkala sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
15. Dalam melaksanakan fungsi koordinasi dan evaluasi maka setiao unit pelayanan wajib
melaksanakan rapat rutin bulanan minimal 1 kali dalam 3 bulan sesuai kebutuhan
16. Semua koordinator dan penanggung jawab unit/program wajib untuk membuat laporan
bulanan dan tahunan.
17. Puskesmas menjalankan program keselamatan pasien melalui 7 standar keselamatan
pasien, 7 langkah keselamatan pasien dan 6 sasaran keselamatan pasien
18. Puskesmas menjalankan program PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Dasar) untuk menurunkan angka kematian bayi dan ibu serta meningkatkan kesehatan
ibu
19. Puskesmas melaksanakan penanggulangan TB sesuai dengan pedoman strategi DOTS
20. Puskesmas melaksanakan penanggulangan HIV/AIDS sesuai dengan pedoman ODHA
serta disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas Kecamatan Cilandak
21. Puskesmas Kecamatan Cilandak akan merujuk pasien jika diperlukan pelayanan dan
fasilitas yang tidak tersedia di Puskesmas Kecamatan Cilandak atau atas permintaan
pasien/keluarga

KEBIJAKAN KHUSUS
A. Organisasi dan Manajemen
1. Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas dilaksnakan pada unit
Pelayanan berupa Unit Penunjang Obat (UPO)
2. Unit Penunjang Obat (UPO) dipimpin seorang Apoteker sebagai penanggung jawab,
berijazah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan
sumpah jabatan Apoteker yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker dan
Surat Izin Praktek Apoteker
3. Apoteker dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian, Tenaga Teknis Kefarasian adalah
tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalankan Pekerjaan Kefarmasian yang
terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga
Menengah Farmasi /Asisten Apoteker
4. Setiap Apoteker dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang menyelenggarakan
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas wajib mengakui Kebijakan Pelayanan Unit
Penunjang Obat sebagaimana dalam Surat Keputusan ini.
5. Penanggung Jawab UPO di Puskesmas Mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk
menjamin terlaksananya pengelolaan obat yang baik dan terlaksananya Pelayanan
Farmasi Klinik
6. Pengelolaan obat merupakan salah satu kegiatan kefarmasian yang dimulai dari
perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian
pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk
menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan obat yang efisien, efektif
dan rasional, meningkatkan kompetensi kemampuan tenaga kefarmasian,
mewujudkan sistem informasi manajemen dan melaksanakan pengendalian mutu
pelayanan
7. Pelayanan farmasi klinik meliputi pengkajian resep, penyerahan obat, dan pemberian
informasi obat, pelayanan informasi obat (PIO), konseling, pemantauan dan
pelaporan efek samping obat dan evaluasi penggunaan obat.

B. Pengelolaan Obat
Pengelolaa obat merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian yag dimulai dari
perencanaan, permintaan, penerimaan,penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
pencatatan dan pelaporan serta pemantauam dan evaluasi. Tujuannya adalah menjamin
kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan obat yang efisien efektif dan rasional,
meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian mewujudkan sistem informasi
manajemen dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan
1. Perencanaan
a. Perencanaan merupakan proses kegiatas seleksi obat untuk menentukan jenis
dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas.
b. Apoteker melakukan pemesanan obat sesuai dengan kebutuhan Puskesmas
dilihat dari pemakaian sebelumnya, pola konsumsi dan pola penyakit atau
kombinasi keduanya
c. Apoteker dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmsian berhak melakukan penyediaan
obat untuk menjaga ketersediaan obat di kamar obat
d. Perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh
Unit Penunjang Obat di Puskesmas
e. Proses seleksi obat dilakukan dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola
konsumsi obat periode sebelumnya, data mutasi obat dan rencana
pengembangan
f. Proses seleksi obat juga harus mengacu pada Daftar Obat Esensial (DOEN) dan
Formularium Nasional
g. Proses perencanaan ini harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di
Puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan dan perawat, serta pengelola
program yang berkaitan dengan pengobatan
h. Proses perencanaan kebutuhan obat dilakukan secara berjenjang (bottom-up).
Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan
Laporan Pemakaian dan Laporan Permintaan Obat (LPLPO).

2. Permintaan obat
a. Tujuan permintaan obat adalah memenuhi kebutuhan obat di Puskesmas, sesuai
dengan perencanaan yang telah dibuat
b. Permintaan diajukan kepada penanggung jawab obat dengan menggunakan
dokumen permintaaan obat/barang
c. Permintaan obat dilakukan tiga bulan sekali berdasarkan LPLPO yang dilaporkan
setiap bulan (kecuali kondisi diluar prediksi)
d. Permintaan dilayani sesuai dengan kebutuhan unit dan stok yang tersedia di
gudang

3. Penerimaan Obat
a. Suatu kegiatan dalammenerima obat sesuai dengan permintaan yang telah
diajukan
b. Tujuannya adalah agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan permintaan yang diajukan
c. Semua petugas yang terlibat dalamkegiatam pengelolaan bertanggung jawab
atas ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan obat
berikut kelengkapan catatan yang menyertainya
d. Petugas penerimaan wajib melakukan pengecekan terhadap obat yang
diserahkan mencakup jumlah dan jenis obat, bentuk obat sesuai dengan isi
dokumen permintaan.

4. Penyimpanan Obat
a. Penyimpanan obat merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap obat agar
aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik, maupun kimia dan mutunya
tetap terjamin sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
b. Penyimpanan obat di UPO sesuai dengan bentuk sediaan dengan sistem
penyimpanan FEFO dan FIFO dan disimpan berdasarkan kelas terapi dan
alfabetis
c. Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika dilakukan secara terpisah dalam
lemari terkunci
d. Penyimpanan obat dilengkapi dengan kartu stok sebagai bentuk pengendalian
dan pengawasan terhadap sisa stok.
e. Penyimpanan obat memperhatikan penyimpanan secara LASA (look alike sound
alike)
f. Penyimpanan obat dilengkapi dengan label kadaluarsa sebagai bentuk
pemantauan waktu kadaluarsa
g. Penyimpanan obat berdasarkan suhu yang sesuai
Suhu kamar : 20-25°C (toleransi ± 5°C)
Suhu sejuk : 8-15°C
Suhu dingin : 2 - 8°C

5. Pendistribusian Obat
a. Pendistribusian obat merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat
secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan unit lainnya
b. Pendistribusian ke ruang rawat inap dilakukan dengan cara pemberian obat
sesuai dengan resep yang diterima
c. Pendistribusian ke unit lain di Puskesmas Kecamatan Cilandak dilakukan
dengan cara pemberian berdasarkan form permintaan barang/obat

6. Pengendalian Obat
a. Suatu kegiatan memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan
strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
b. Penarikan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan farmasi yang
tidak teracapai karena obat ditarik dari peredaran, kadaluarsa, rusak, mutu tidak
memenuhi standar dengancara membuat usulan penghapusan perbekalan
farmasi kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku
c. Pemusnahan perbekalan farmasi dilakukan terhadap perbekalan farmasi yang
tidak terpakai karena rusak, kadaluarsa, ataupun mutunya sudah tidak
memenuhi standar
d. Pedoman pemusnahan obat sbb:
1) Melakukan inventarisasi terhadap sediaan farmasi yang akan dimusnahkan
2) Menyiapkan administrasi berupa laporan dan berita acara pemusnahan
3) Mengkoordinasi jadwal, metode dan tempat pemusnahan dengan pihak
terkait
4) Menyiapkan tempat pemusnahan
5) Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan
6) Membuat Berita Acara Pemusnahan yang sekurang-kurangnya memuat:
 Waktu dan tempat pemusnahan sediaan farmasi
 Nama dan jumlah sediaan farmasi
 Nama apoteker pelaksana pemusnahan
 Nama saksi dalam pemusnahan
 Berita Acara Pemusnahan Sediaan Farmasi ditandatangani oleh
apoteker dan saksi

7. Pencatatan Pelaporan dan pengarsipan obat


a. Pencatatan obat dilakukan setiap hari dengan menggunakan sistem SIK
Puskesmas
b. Pencatatan obat dari unit lain dilakukan sesuai dengan permintaan dan dicatat di
Berita Acara Serah Terima Obat
c. Pelaporan yang dilakukan berupa pelaporan bulanan atau LPLPO dan Pelaporan
SIPNAP Narkotika-Psikotropika
d. Arsip pelaporan dan pencatatan disimpan dalam box file/lemari arsip

8. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat


a. Pemantauan obat kadaluarsa dilakukan dengan pelabelan waktu kadaluarsa
b. Pemantauan dan evaluasi berdasarkan laporan bulanan berupa LPLPO
c. Stok opname dilakukan setiap 1 bulan sekali di akhir bualn
d. Pengisian kartu stok setiap kali mengambil obat dan ketika stok opname
e. Kartu stok yang obatnya habis dipisahkan agar memudahkan pencarian ketika
obatnya sudah tersedia kembali

C. Pelayanan Farmasi Klinik


1. Pengkajian Resep, Penyerahan Obat dan Pemberian Informasi Obat
a. Penulisan resep hanya boleh dilakukan oleh dokter atau tenaga medis yang
diberi kewenangan yang memiliki Surat Izin Praktik (SIP) di Puskesmas
Cilandak. Resep ditulis dengan lengkap, jelas/mudah dibaca, dilengkapi dengan
nana dokter, paraf dan tanggal.
b. Puskesmas Kecamatan Cilandak hanya melayani peresepan dari dokter atau
tenaga medis yang diberi kewenangan di Puskesmas Kecamatan Cilandak
c. Dalam penulisan resep, staf medis wajib mengikuti Formularium Puskesmas
d. Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh
Apoteker dan dapat dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian
e. Apoteker merupakan pendidikan profesi setelah sarjana farmasi
f. Standar pendiddikan profesi Apoteker terdiri atas : komponen kemampuan
akademikdan kemampuan profesi dalammengaplikasikan pekerjaan kefarmasian
g. Apotker yang menjalankan pekerjaan kefarmasian harus ememiliki sertifikat
kompetensi profesi
h. Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas Pelayanan Kefarmasian,
Apoteker dapat :
1) Mengganti obat merek dagang dengan obat generik yan gsama komponen
aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau
pasien
2) Menyerahkan obat keras dan psikotropika kepada masyarakat
i. Dalam melaksanakan tugas pelayanan kefarmasian Apoteker dapat dibantu oleh
Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah memiliki STRTTK
j. Setiap Tenaga Kefarmasian yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian di
Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi
k. Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi persyaratan:
1) Memiliki ijazah Apoteker
2) Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah janji Apoteker
3) Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mentas dari dokter yang
memiliki surat izin praktik
4) Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan profesi
l. Untuk memperoleh STRTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memenuhi
persyaratan:
1) Memiliki ijazah sesuai pendidikannya
2) Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mentas dari dokter yang
memiliki surat izin praktik
3) Memiliki rekomendasi tentang kemampuan dari apoteker yang telah memiliki
STRA di tempat Tenaga Teknis Kefarmasian bekerja dan
4) Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etka
kefarmasian
m. Resep masuk diberi stempel penyerahan obat dan informasinya serta verifikasi
saat penyerahan resep.
n. Resep yang telah dikerjakan disimpan menurut urutan tanggal dan harus
disimpan sekurang-kurangnya 5 tahun. Resep yang telah disimpan memelbihi
jangka waktu 5 tahun dapat dimusnahkan
o. Resep yang mengandung psikotropika diberi garis bawah biru sementara resep
yang mengandung narkotika diberi garis bawah merah
p. Resep yang mengandung narkotika dan psikotropika dipisahkan dari
reseplainnya dan ketika pengambilan obatnya langsung diisi di kartu stok.
q. Semua obat diberi label. Label putih untuk obat dalam dan label biru untuk obat
luar.
r. Ketika penyerahan obat pasien diminta untuk mengisi keterangan stempel
seperti nama, status terhadap pasien dan tanda tangan/paraf
s. Petugas memberikan informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
obat yang diminum oleh pasien tersebut
t. Petugas mengisi form terhadap obat yang dibawa sendiri oleh pasien dari rumah
untuk pasien rawat inap (diutamakan)
u. Penggunaan obat yang dibawa sendiri harus atas sepengetahuan dokter

2. Pelayanan Informasi Obat


a. Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apotker untuk memberikan
informasi secara akurat, tidak bias, dan terkini kepada pasien, dokter, apoteker,
perawat dan profesi kesehatan lainnya.
b. Pelayanan informasi obat berupa majalah dinding, leaflet, label obat dan poster
c. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon,
atau tatap muka

3. Konseling
a. Merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah pasien yang berkaitan dengan pengambila dan
penggunaan obat pasien
b. Konseling dilakukan minimal 1 kali seminggu oleh Apoteker
c. Konseling dilakukan atas permintaan pasien, dokter atau apoteker itu sendiri
d. Kriteria pasien:
 Pasien rujukan dokter
 Pasien dengan penyakit kronis
 Pasien dengan obat yang berindeks terapi sempit dan polifarmasi
 Pasien geriatrik
 Pasien pediatrik

4. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO)


a. Pelaporan efek samping obat berasal dari tenaga kesehatan lainnya atau berasal
dari pasien
b. Setiap pelaporan efek samping obat dicatat didalam buku pelaporan efek
samping obat
c. Setiap petugas kesehatan (dokter, perawat, apoteker dll.) berkolaborasi untuk
memantau efek obat yang digunakan pasien
d. Petugas kesehatan melakukan pelaporan efek samping obat sesuai dengan
kebijakan pelaporam efek samping obat
e. Petugas mengisi Formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

5. Kesalahan Obat (medication error)


a. Medication error atau kesalahan pelayanan obat adalah kegagalan dalam proses
pengobatan yang menimbulkan bahaya pada penderita
b. Laporan kesalahan obat dibuat secara tertulis dengan menggunakan buku
kesalahan pemberian obat
c. Petugas melaporkan kesalahan obat sesuai dengan kebijakan pelaporan insiden
keselamatan pasien

KEPALA PUSKESMAS KECAMATAN CILANDAK


KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN

LUIGI
NIP : 197909082006042007

Anda mungkin juga menyukai