Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH

BENTANG ALAM

Disusun Oleh :

Kelompok I

I Gede Putu Ada ( 2017 003 1504 )

I Kadek Agus Budiawan Budiawan ( 2017 003 1505 )

I Gede Agus Kariana ( 2017 003 1506 )

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NGURAH RAI

TAHUN AJARAN 2017


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Geomorfologi (geomorphology) adalah ilmu tentang roman muka bumi beserta aspek
– apek yang mempengaruhinya. Geomorfologi bisa juga merupakan salah satu bagian dari
geografi. Dimana geomorfologi yang merupakan cabang dari ilmu gegografi,mempelajari
tentang bentuk muka bumi, yang meliputi pandangan luas sebaai cakupan satu kenampakan
sebagai bentang alam (lanscape) sampai pada satuan terkecil sebagai bentuk lahan (landform).

Hubungan geomorfologi dengan kehidupan manusia adalah dengan adanya


pegunungan – pegunungan, lembah, bukit, baik yang ada di darat maupun di dasar laut. Dan
juga dengan adanya bencana alam seperti gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor dan
sebagainya yang berhubungan dengan lahan yang ada dibumi yang juga menorong manusia
untuk melakukan pengamatan dan mempelajari bentuk – bentuk geomorfologi yang ada di
bumi. Baik yang dapat berpotensi berbahaya maupun aman, sehingga dilakukan pengamatan
dan identifikasi bentang alam.

Istilah bentang alam berasal dari kata landscape (Inggris) atau lanscap (Belanda) atau
landschaft (Jerman), yang secara umum berarti pemandangan. Arti pemandangan
mengandung dua aspek, yaitu aspek visual dan aspek estetika pada suatu lingkungan tertentu (
Zonneveld, 1979 dalam Tim Fakultas Geografi UGM, 1996). Untuk mengadakan analisis
bentang lahan diperlukan suatu unit analisis yang lebih rinci. Dengan mengacu pada definisi
bentang lahan tersebut, maka dapat dimengerti bahwa unit analisis yang sesuai adalah bentuk
lahan. Oleh karena itu, untuk menganalisis bentang lahan seperti diatas, maka dengan
mengklarifikasi bentang lahan selalu berdasarkan pada kerangka kerja bentuk lahan.
Berdasarkan pengertian dapat diketahui, bahwa ada delapan anasir bentang lahan, kedelapan
anasir bentang lahan itu adalah udara, tanah, air, batuan, bentuk lahan, flora, fauna dan
manusia
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan diatas maka dapat dirumuskan masalah, yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan bentang alam ?
2. Bagaimana proses pembentukan bentang alam ?

C. Tujuan
Apa tujuan dari makalah ini, yaitu :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan bentang alam dan bagaimana prosesnya.
2. Mengetahui bagaimana proses terbentuknya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Pengertian bentang alam adalah pemandangan alam atau daerah dengan aneka ragam
bentuk permukaan bumi sekaligus merupakan suatu kesatuan. Bentang alam merupakan suatu
unit geomorfologis yang dikategorikan berdasarkan karakteristik seperti elevasi, kelandaian,
orientasi, stratifikasi, paparan batua, dan jenis tanah. Jenis –jenis bentang alam antara lain
adalah bukit, lembah, tanjung, dal lain-lain, sedangkan samudera dan benua adalah jenis
contoh jenis bentang alam tingkat tertinggi.
Beberapa faktor, mula dari lempeng tektonik hingga erosi dan deposisi dapat
membentuk dan mempengaruhi bentang alam. Faktor biologi dapat pula mempengaruhi
bentag alam, contohnya adalah peranan tumbuh – tumbuhan dan ganggang dalam
pembentukan rawa serta terumbu karang.
Istilah – istilah bentang alam tidak hanya dibatasi bagi bentukan dipermukaan bumi,
melainkan dapat pula digunakan pada permukaan planet dan obyek – obyek lain di alam
semesta. Bentang alam sering disebut juga dengan kenampakan alam.

B. PEMBENTUKAN BENTANG ALAM


Bentang alam yang ada di bumi tidak terbentuk begitu saja. Pembentukan bentang alam ini
dipengaruhi oleh beberapa fenomena alam yang selalu terjadi. Pembentukan bentang alam
terjadi dalam kurun waktu yang cukup panjang karena proses pembentukannya yang
bertahap. Bentuk bentang alam di suatu daerah dan daerah lainnya pasti berbeda- beda, karena
pembentukan ini dipengaruhi oleh kondisi alam sekitarnya. Fenomen alam yang
mempengaruhi pembentukan bentang alam dapat berasal dari energy dalam bumi maupun
pengaruh external dari bumi.

1. TENAGA ENDOGEN
Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam inti bumi yang mempengaruhi
terbentuknya bentang alam. Tenaga endogen tersebut berupa tektonisme, vulkanisme dan
sisme.
A. Tektonisme
Tenaga Tektonik (Tektonisme) adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang
mengakibatkan terjadinya pergeseran dan perubahan letak lapisan batuan, baik secara
horizontal (gerak orogenetik) maupun secara vertikal (gerak epirogenetik).
a. Orogenesa
Pembentukan gunung meliputi daerah yang sempit dan dalam waktu yang relatif singkat.
Gerak itu dapat meimbulkan,
1) Lipatan
Gerakan tekanana horizontal menyebabkan lapisan kulit bumi yang elastis berkerut,
melipat, dan menyebabkan relief – relief muka bumi berbentuk pegunungan. Contoh ,
pegunungan – pegunungan tua seperti pegunungan Ural.
Lipatan ini terjadi pada zaman primer.
Lipatan terjadi akibat tenaga endogen yang mendatar dan bersifat liat (plastis)
sehingga permukaan bumi mengalami penguraian. Lipatan keatas dinamakan
punggung lipatan (antiklinal) sedangkan lipatan kebawah dinamakan lembah lipatan
(sinklinal)

2) Patahan
Gerakan tekanan horizontal dan vertikal menyebabkan lapisan kulit bumi yang rapuh
menjadi retak atau patah. Misalnya : tanah turun (Slenk), tanah naik (Horst) dan
Fleksur.
b. Epirogenesa
Gerak naik atau turun dari permukaan bumi, meliputi daerah yang luas, baik samudra
ataupun benua yang berlangsung lambat.

B. Vulkanisme
Tenaga Vulkanik (Vulkanisme) adalah proses pergeseran magma dalam bumi. Proses
terjadinya vulkanisme dipengaruhi oleh aktifitas magma yang menyusup ke litosfer (kuli
bumi). Apabila penyusupan magma hanya sebatas kulit bumi bagian dalam maka dinamakan
intrusi magma, sedangkan apabila penyusupan magma sampai keluar ke permukaan bumi
disebut ekstrusi magma.
Dilihat dari bentuk terjadinya, ada 3 macam gunung api, yaitu :
a. Gunung Api Maar.
Bentuknya seperti dana kecil (danau kawah). Terjadi karena letusan eksplosif.
Bahannya terdiri dari efflata. Contohnya gunung lamongan di jawa timur.
b. Gunung Api Kerucut (Strato).
Bentuknya seperti kerucut, terjadi karena letusan dan lelehan effusif, secara bergantian.
Bahannya berlapis-lapis, sehingga disebut lava gunung api strato. Jenis ini yang
terbanyak di indonesia.
c. Gunung Api Perisai (Tameng)
Bentuknya seperti persai, terjadi karena lelehan maupun cairan yang keluar dan
membentuk lereng yang sangat landai. Bahan lavanya bersifat cair. Sudut kemiringan
lereng antara 1o-10o. Contohnya Gunung Maona Loa dan Kilanca di Hawai.

Kuat atau lemahnya ledakan gunung api tergantung dari : tekanan gas, kedalaman dapur
magma, luasnya sumber/dapur magma dan sifat magma (cair/kental).

C. Sisme (Gempa)
Gempa dapat digolongkan menjadi beberapa katagori. Menurut proses terjadinya, gempa
bumi diklasifikasikan menjadi seperti berikut.
a. Gempa Tektonik
Terjadi akibat tumbukan lempeng – lempeng di litosfer kulit bumi oleh tenaga tektonik.
Tumbukan ini akan menghasilkan getaran, getaran ini yang merambat sampai ke
permukaan bumi.
b. Gempa Vulkanik
Terjadi akibat gunung api. Oleh karena itu, gempa ini hanya dapt dirasakan disekitaran
gunung api menjelang letusan, pada saat letusan, dan beberapa saat setelah letusan.
c. Gempa runtuhan atau longsoran
Terjadi akibat daerah kosong dibawah lahan mengalami runtuh. Getaran yang
dihasilkan akibat runtuhnya lahan hanya dirasakan disekitar daerah yang runtuh.

1.2 BENTANG ALAM ENDOGEN


Bentuk bentang alam endogen secara geomorfologi dikenal sebagai bentuk bentang alam
konstruksional (constructional landforms). Adapun bentuk – bentuk bentang alam endogen
antara lain :
1. Bentang Alam Struktural
Bentang alam struktural adalah bentang alam yang proses pembentukannya dikontrol oleh
gaya tektonik seperti pelipatan dan patahan. Bentang alam struktural merupakan
kenampakan morfologi yang pembentukannya dikontrol sepenuhnya oleh struktur geologi
daerah yang bersangkutan. struktur yg dominan merupakan struktur sekunder, atau struktur
yg terbentuk setelah batuannya ada.
Struktur sekunder biasanya terbentuk oleh adanya proses endogen yang bekerja adalah
proses tektonik. Proses ini mengakibatkan adanya pengangkatan, pengkekaran, patahan
dan lipatan yang tercermin dalam bentuk topografi dan relief yang khas. Bentuk relief ini
akan berubah akibat proses eksternal yang berlangsung kemudian. Macam-macam proses
eksternal yang terjadi adalah pelapukan (dekomposisi dan disintergrasi), erosi (air, angin
atau glasial) serta gerakan massa (longsoran, rayapan, aliran, rebahan atau jatuhan).

Beberapa kenampakan pada peta topografi yang dapat digunakan dalam penafsiran bentang
alam struktural adalah :

a. Pola pengaliran. Variasi pola pengaliran biasanya dipengaruhi oleh variasi struktur
geologi dan litologi pada daerah tersebut.
b. Kelurusan-kelurusan (lineament) dari punggungan (ridge), puncak bukit, lembah,
lereng dan lain-lain.
c. Bentuk-bentuk bukit, lembah dll.
d. Perubahan aliran sungai, misalnya secara tiba-tiba, kemungkinan dikontrol oleh
struktur kekar, sesar atau lipatan.

Macam – macam Bentang Alam Struktural


Bentang alam struktural dapat dikelompokkan berdasarkan struktur yang mengontrolnya.
Srijono (1984, dikutip Widagdo, 1984), menggambarkan klasifikasi bentang alam
struktural berdasarkan struktur geologi pengontrolnya menjadi 3 kelompok utama, yaitu
dataran, pegunungan lipatan dan pegunungan patahan. Pada dasarnya struktur geologi
yang ada tersebut dapat ditafsirkan keberadaannya melalui pola ataupun sifat dari garis
kontur pada peta topografi.
a) Bentang Alam dengan Struktur Mendatar (Lapisan Horisontal)
Menurut letaknya (elevasinya)dataran dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Dataran rendah, adalah dataran yang memiliki elevasi antara 0-500 kaki dari muka air laut.
2. Dataran tinggi(plateau/high plain ), adalah dataran yang menempati elevasi lebih dari 500
kaki diatas muka air laut.

Pada daerah yg berstadia tua, dijumpai kenampakan bukit sisa, yang berupa messa dan butte.
Yang membedakan kedua morfologi itu adalah messa memiliki ukuran yg lebih luas dari
butte.

Butte berasal dari bahasa perancis yang memiliki arti “bukit kecil”. Bukit kecil yang
dimaksud adalah bukit yang terpencil, memiliki sisi yang terjal, butte sangat mencolok akibat
dari terpencilnya bukit itu berada, biasanya dia berada dalam udara yang kering, umumnya
datar berlapis-lapis karena Butte merupakan hasil dari sedimentasi, butte memiliki jenis
batuan yang resisten sehingga bute tahan terhadap erosi, hute memiliki lereng yang curam.
Pada badan butte ditemukan hasil dari sayatan-sayatan hasil erosi. Butte memiliki suatu
karakter yang sama dengan messa karena memiliki proses pembentukan yang sama, namun
memiliki suatu ciri yang membedakan, perbedaan itu antara lain adalah sebagai berikut.

PERBEDAAN BUTTE MESA


KETINGGIAN Tinggi Rendah
LUAS
DATARAN
Sempit Luas (lebar)
PADA
PUNCAK
Butte memiliki bentuk yang lebih ramping –
LAIN-LAIN karena memiliki luas permukaan puncak
yang kecil namun tingginya lebih dari mesa

Butte terbentuk akibat erosi dan pelapukan, dimana pada mulanya terangkatnya
permukaan oleh proses tektonik. Munculnya permukaan yang memiliki berbagai jenis batuan
tersebut, membuat terjadinya suatu roses diferensiasi batuan, adanya batuan yang tidak
resisten, sehingga batuan yang tidak resisten itu tererosi oleh angin maupun terlapukan.
Sehingga pada akhirnya batuan yang tidak resisten tersebut hilang dan sampai pada batuan
yang resisten, dimana batuan yang resisten membentuk suatu bukit kecil yang menjulang
tinggi dengan luas yang kecil.

Kenampakan-kenampakan bentang alam pada kedua dataran tersebut hampir sama, hanya
dibedakan pada reliefnya saja. Pada daerah berstadia muda terlihat datar dan dalam peta
tampak pola kontur yang sangat jarang. Pada daerah yang berstadia tua, sering dijumpai
dataran yang luas dan bukit-bukit sisa(monadnock), yang sering dijumpai mesa dan butte.
Perbedaan mesa dengan butte adalah mesa mempunyai diameter(d) lebih besar dibandingkan
dengan ketinggiannya(h). Sedangkan butte sebaliknya.

Pola penyaluran yang berkembang pada daerah yang berstruktur mendatar adalah dendritik.
Hal ini dikontrol oleh adanya keseragaman resistensi batuan yang ada di permukaan.

b) Bentang Alam dengan Struktur Miring


Hampir semua lapisan diendapkan dalam posisi yang mendatar. Sedimen yang mempunyai
kemiringan asal diendapkan pada dasar pengendapan yang sudah miring, seperti pada
lereng gunung api dan disekitar terumbu karang. Kemiringan lapisan sedimen yang
demikian disebut kemiringan asal dengan sudut maksimum 350(Tjia, 1987).

Kebanyakan sedimen yang memperlihatkan kemiringan, disebabkan karena adanya proses


geologi yang bekerja pada suatu daerah tersebut. Morfologi yang dihasilkan oleh proses
tersebut akan memperlihatkan pola yang memanjang searah dengan jurus perlapisan
batuan. Berdasarkan besarnya sudut kemiringan dari kedua lerengnya, terutama yang
searah dengan kemiringan lapisan batuannya, bentang alam ini dapat dibagi menjadi 2,
yaitu :
1. Cuesta
Pada cuesta sudut kemiringan antara kedua sisi lerengnya tidak simetri dengan sudut
lereng yang searah perlapisan batuan. Sudut kelerengan kurang dari 450 (Thornbury,
1969, p.133), sedangkan Stokes & Varnes, 1955 : p.71 sudut kelerengannya kurang dari
200. Cuesta memiliki kelerengan fore slope yang lebih curam sedangkan back slopenya
relatif landai pada arah sebaliknya sehingga terlihat tidak simetri.

2. Hogback
Pada hogback, sudut antara kedua sisinya relatif sama, dengan sudut lereng yang searah
perlapisan batuan sekitar 450(Thornbury, 1969, p.133). sedangkan Stokes & Varnes,
1955 : p.71 sudut kelerengannya lebih dari 200. Hogback memiliki kelerengan fore
slope dan back slope yang hampir sama sehingga terlihat simetri.

c) Bentang Alam dengan Struktur Lipatan


Lipatan terjadi karena adanya lapisan kulit bumi yang mengalami gaya kompresi (gaya
tekan). Pada suatu lipatan yang sederhana, bagian punggungan disebut dengan antiklin,
sedangkan bagian lembah disebut sinklin.

Unsur-unsur yang terdapat pada struktur ini dapat diketahui dengan menafsirkan
kedudukan lapisan batuannya. Kedudukan lapisan batuan(dalam hal ini arah kemiringan
lapisan batuan) pada peta topografi, akan berlawanan arah dengan bagian garis kontur.

 Struktur antiklin dan sinklin


Pada prinsipnya penafsiran pada kedua struktur ini berdasarkan atas kenampakan fore
slope/antidip slope dan back slope/dipslope yang terdapat secara berpasangan. Bila
antidip slope saling berhadapan (infacing scarp), maka terbentuk lembah antiklin,
sedangkan apabila yang saling berhadapan adalah back slope/dipslope, disebut lembah
sinklin. Pola pengaliran yang dijumpai pada lembah antiklin biasanya adalah pola
trellis.

 Struktur antiklin dan sinklin menunjam


Struktur ini merupakan kelanjutan atau perkembangan dari pegunungan lipatan satu
arah (cuesta dan hogback) dan dua arah (sinklin dan antiklin). Bila tiga fore slope
saling berhadapan maka disebut sebagai lembah antiklin menunjam. Sedangkan bila
tiga back slope saling berhadapan maka disebut sebagai lembah sinklin menunjam.

 Struktur lipatan tertutup


Kubah, bentang alam ini mempunyai ciri-ciri kenampakan sebagai berikut :
1. Kedudukan lapisan miring ke arah luar (fore slope ke arah dalam).
2. Mempunyai pola kontur tertutup
3. Pola penyaluran radier dan berupa bukit cembung pada stadia muda
4. Pada stadia dewasa berbentuk lembah kubah dengan pola penyaluran annular.

Cekungan, bentang alam ini mempunyai kenampakan sebagai berikut :


1. Kedudukan lapisan miring ke dalam (back slope ke arah dalam)
2. Mempunyai pola kontur tertutup
3. Pada stadia muda pola penyalurannya annular.

e) Bentang Alam dengan Struktur Patahan


Patahan (sesar) terjadi akibat adanya gaya yang bekerja pada kulit bumi, sehingga
mengakibatkan adanya pergeseran letak kedudukan lapisan batuan. Berdasarakan arah
gerak relatifnya, sesar dibagi menjadi 5, yaitu:
1. Sesar normal/ sesar turun (normal fault)
2. Sesar naik( reverse fault)
3. Sesar geser mendatar (strike-slip fault)
4. Sesar diagonal (diagonal fault/ oblique-slip fault)
5. Sesar rotasi (splintery fault/hinge fault)
Secara umum bentang alam yang dikontrol oleh struktur patahan sulit untuk menentukan jenis
patahannya secara langsung. Untuk itu, dalam hal ini hanya akan diberikan ciri umum dari
kenampakan morfologi bentang alam struktural patahan, yaitu :
a. Beda tinggi yang menyolok pada daerah yang sempit.
b. Mempunyai resistensi terhadap erosi yang sangat berbeda pada posisi/elevasi yang hampir
sama.
c. Adanya kenampakan dataran/depresi yang sempit memanjang.
d. Dijumpai sistem gawir yang lurus(pola kontur yang lurus dan rapat).
e. Adanya batas yang curam antara perbukitan/ pegunungan dengan dataran yang rendah.
f. Adanya kelurusan sungai melalui zona patahan, dan membelok tiba-tiba dan menyimpang
dari arah umum.
g. Sering dijumpai(kelurusan) mata air pada bagian yang naik/terangkat
h. Pola penyaluran yang umum dijumpai berupa rectangular, trellis, concorted serta
modifikasi ketiganya.
2. TENAGA EKSOGEN
Tenaga Eksogen yaitu tenaga yang berasal dari luar bumi. Sifat umum tenaga eksogen adalah
merombak bentuk permukaan bumi hasil bentukan dari tenaga endogen. Bukit atau tebing
yang terbentuk hasil tenaga endogen terkikis oleh angin, sehingga dapat mengubah bentuk
permukaan bumi.

Secara umum tenaga eksogen berasal dari 3 sumber, yaitu:

 Atmosfer, yaitu perubahan suhu dan angin.


 Air yaitu bisa berupa aliran air, siraman hujan, hempasan gelombang laut, gletser, dan
sebagainya.
 Organisme yaitu berupa jasad renik, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia.

Di permukaan laut, bagian litosfer yang muncul akan mengalami penggerusan oleh tenaga
eksogen yaitu dengan jalan pelapukan, pengikisan dan pengangkutan, serta sedimentasi.
Misalnya di permukaan laut muncul bukit hasil aktivitas tektonisme atau vulkanisme. Mula-
mula bukit dihancurkannya melalui tenaga pelapukan, kemudian puing-puing yang telah
hancur diangkut oleh tenaga air, angin, gletser atau dengan hanya grafitasi bumi. Hasil
pengangkutan itu kemudian diendapkan, ditimbun di bagian lain yang akhirnya membentuk
timbunan atau hamparan bantuan hancur dari yang kasar sampai yang halus.

Contoh lain dari tenaga eksogen adalah pengikisan pantai. Setiap saat air laut menerjang
pantai yang akibatnya tanah dan batuannya terkikis dan terbawa oleh air. Tanah dan batuan
yang dibawa air tersebut kemudian diendapkan dan menyebabkan pantai menjadi dangkal. Di
daerah pegunungan bisa juga ditemukan sebuah bukit batu yang kian hari semakin kecil
akibat tiupan angin.

1. PELAPUKAN
Pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran yang lebih
kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air. Proses pelapukan dapat dikatakan sebagai
proses penghancuran massa batuan melalui media penghancuran, berupa:
1. Sinar matahari
2. Air
3. Gletser
4. reaksi kimiawi
5. kegiatan makhluk hidup (organisme)

Pelapukan Organis

Menurut proses terjadinya pelapukan dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:

– pelapukan fisis atau mekanik

Pelapukan Mekanis

– pelapukan organis

– pelapukan kimiawi

Penjelasan ketiga jenis tersebut adalah :


1. Pelapukan fisik dan mekanik.

Pelapukan mekanik (fisik) adalah proses pengkikisan dan penghancuran bongkahan


batu jadi bongkahan yang lebih kecil,tetapi tidak mengubah unsur kimianya. Proses ini
disebabkan oleh sinar matahari, perubahan suhu tiba-tiba, dan pembekuan air pada
celah batu.

Penyebab terjadinya pelapukan mekanik yaitu:

a. Adanya perbedaan temperatur yang tinggi.

Peristiwa ini terutama terjadi di daerah yang beriklim kontinental atau beriklim Gurun, di
daerah gurun temperatur pada siang hari dapat mencapai 50 Celcius. Pada siang hari bersuhu
tinggi atau panas. Batuan menjadi mengembang, pada malam hari saat udara menjadi dingin,
batuan mengerut. Apabila hal itu terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan batuan
pecah atau retak-retak.

b. Adapun pembekuan air di dalam batuan

Jika air membeku maka volumenya akan mengembang. Pengembangan ini menimbulkan
tekanan, karena tekanan ini batu-batuan menjadi rusak atau pecah pecah. Pelapukan ini terjadi
di daerah yang beriklim sedang dengan pembekuan hebat.

c. Berubahnya air garam menjadi kristal.

Jika air tanah mengandung garam, maka pada siang hari airnya menguap dan garam akan
mengkristal. Kristal garam garam ini tajam sekali dan dapat merusak batuan pegunungan di
sekitarnya, terutama batuan karang di daerah pantai.

2. Pelapukan organik

Penyebabnya adalah proses organisme yaitu binatang tumbuhan danmanusia, binatang


yang dapat melakukan pelapukan antara lain cacing tanah, serangga. Dibatu-batu karang
daerah pantai sering terdapat lubang-lubang yang dibuat oleh binatang. Pengaruh yang
disebabkan oleh tumbuh tumbuhan ini dapat bersifat mekanik atau kimiawi. Pengaruh sifat
mekanik yaitu berkembangnya akar tumbuh-tumbuhan di dalam tanah yang dapat merusak
tanah disekitarnya. Pengaruh zat kimiawi yaitu berupa zat asam yang dikeluarkan oleh
akarakar serat makanan menghisap garam makanan. Zat asam ini merusak batuan sehingga
garam-garaman mudah diserap oleh akar. Manusia juga berperan dalam pelapukan melalui
aktifitas penebangan pohon, pembangunan maupun penambangan.

3. Pelapukan kimiawi

Pada pelapukan ini batu batuan mengalami perubahan kimiawi yang umumnya berupa
pengelupasan. Pelapukan kimiawi tampak jelas terjadi pada pegunungan kapur (Karst).
Pelapukan ini berlangsung dengan batuan air dan suhu yang tinggi. Air yang banyak
mengandung CO2 (Zat asam arang) dapat dengan mudah melarutkan batu kapur
(CACO3). Peristiwa ini merupakan pelarutan dan dapat menimbulkan gejala karst. Di
Indonesia pelapukan yang banyak terjadi adalah pelapukan kimiawi. Hal ini karena di
Indonasia banyak turun hujan. Air hujan inilah yang memudahkan terjadinya pelapukan
kimiawi.

Gejala atau bentuk – bentuk alam yang terjadi di daerah karst diantaranya:

a. Dolina

Dolina adalah lubang yang berbentuk corong yang terjadi karena erosi (pelarutan) atau karena
runtuhan. Dolina terdapat hampir di semua bagian pegunungan kapur di Jawa bagian selatan,
yaitu di pegunungan seribu.

b. Gua dan sungai di dalam Tanah

Di dalam tanah kapur mula-mula terdapat celah atau retakan. Retakan akan semakin besar dan
membentuk gua-gua atau lubang-lubang, karena pengaruh larutan. Jika lubang-lubang itu
berhubungan, akan terbentuklah sungai-sungai di dalam tanah.

c. Stalaktit

adalah kerucut kerucut kapur yang bergantungan pada atap gua. Terbentuk dari kapur yang
tebal akibat udara masuk dalam gua. Stalakmit adalah kerucut-kerucut kapur yang berdiri
pada dasar gua. Contohnnya stalaktit dan stalakmit di Gua tabuhan dan gua Gong di Pacitan,
jawa Timur serta Gua Jatijajar di Kebumen, Jawa Tengah.
Stalagtit-Stalagmit

2. EROSI

Erosi seperti pelapukan adalah tenaga perombak (pengkikisan). Tapi yang membedakan erosi
dengan pelapukan adalah erosi adalah pengkikisan oleh media yang bergerak, seperti air
sungai, angin, gelombang laut, atau gletser. Erosi dibedakan oleh jenis tenaga perombaknya
yaitu : Erosi air, Erosi gelombang laut (abarasi / erosi marin ), Erosi angin (deflasi), Erosi
gletser (glasial)’,Erosi Akibat gaya berat.

1. Erosi Air

Erosi oleh air adalah erosi yang di sebabkan oleh air atau air hujan.Jika tingkat curah
hujan berlebihan sedemikian rupa sehingga tanah tidak dapat menyerap air hujan maka
terjadilah genangan air yang mengalir kencang.Aliran air ini sering menyebabkan terjadinya
erosi yang parah karena dapat mengikis lapisan permukaan tanah yang dilewatinya, terutama
pada tanah yang gundul.
Erosi oleh air laut ( Abrasi )

Tahapan Erosi Air

Proses pengkikisan oleh air yang mengalir terjadi dalam empat tingkatan yang berbeda sesuai
dengan kerusakan tanah atau batuan yang terkena erosi, sebagai berikut.

1. Erosi percik, yaitu proses pengkikisan oleh percikan air hujan yang jatuh ke bumi.

2. Erosi lembar, yaitu proses pengkikisan lapisan tanah paling atas sehingga kesuburannya
berkurang. Pengkikisan lembar ditandai oleh :

 warna air yang mengalir berwarna coklat


 warna air yang terkikis menjadi lebih pucat
 kesuburan tanah berkurang

3. Erosi alur, adalah lanjutan dari erosi lembar. Ciri khas erosi alur adalah adanya alur-alur
pada tanah sebsgai tempat mengalirnya air.

4. Erosiparit, adalah terbentuknya parit-parit atau lembah akibat pengkikisan aliran air. Bila
erosi parit terus berlanjut, maka luas lahan kritis dapat meluas, dan pada tingkat ini tanah
sudah rusak.
Bentuk Permukaan Bumi Akibat Erosi

Pengkikisan oleh air dapat mengakibatkan :

1. Tebing sungai semakin dalam


2. Lembah semakin curam
3. Pembentukan gua

Pengikisan oleh air laut (abrasi)

Erosi oleh air laut merupakan pengikisan di pantai oleh pukulan gelombang laut yang terjadi
secara terus – menerus terhadap dinding pantai. Bentang alam yang diakibatkan oleh erosi
air laut, antara lain cliff (tebing terjal), notch (takik), gua di pantai, wave cut platform
(punggung yang terpotong gelombang), tanjung, dan teluk. Cliff terbentuk karena
gelombang melemahkan batuan di pantai. Pada awalnya gelombang meretakan batuan di
pantai. Akhirnya, retakan semakin membesar dan membentuk notch yang semakin dalam
akan membentuk gua. Akibat diterjang gelobang secara terus menerus mengakibatkan atap
gua runtuh dan membentuk cliff dan wave cut playform.

Tanjung adalah daratan yang menjorok ke laut, sedang teluk adalah laut yang menjorok ke
arah daratan. Pantai memiliki jenis batuan yang berselang seling antara batuan resisten dan
tidak resisten. Pada batuan yang tidak resisten akan dengan mudah tererosi, sedangkan batuan
yang resisten sulit untuk tererosi. Akibatnya, pada batuan yang tidak resisten akan terbentuk
teluk yang menjorok ke daratan pada batuan yang resisten terbentuk tanjung yang menjorok
ke laut.

 Akibat Abrasi

Abrasi biasanya terjadi di pantai, membentuk :

1. Dinding pantai yang curam


2. Relung ( lekukan pada dinding tebing)
3. Gua pantai
4. Batu layar
5. Cliff
6. Notch
7. Gua di pantai

1. EROSI OLEH ANGIN (korasi)

Erosi oleh angin

Erosi oleh angin adalah pengikisan yang disebabkan oleh angin. Hembusan angin
kencang yang terus menerus di daerah yang tandus dapat memindahkan partikel-partikel halus
batuan di daerah tersebut sehingga membentuk suatu formasi, misalnya bukit-bukit pasir di
gurun atau pantai.

Pengikisan oleh angin ( erosi angin biasanya terjadi di gurun ) dapat mengakibatkan :

Batu jamur
Erosi oleh gletser

Merupakan pengikisan yang dilakukan oleh gletser (lapisan es) di daerah pegunungan.
Pengikisan ini terjadi di daerah yang memiliki empat musim. Pada saat musim semi, terjadi
erosi oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Akkibatnya lereng menjadi lebih terjal.
Contoh bentang alam yang terjadi akibat erosi gletser adalah pantai fyord, yaitu pantai
dengan dinding yang berkelok kelok.

Erosi Akibat Gaya Berat

Batuan atau sedimen yang bergerak terhadap kemiringannya merupakan proses erosi yang
disebabkan oleh gaya berat .Erosi ini akan berlangsung sangat cepat sehingga dapat
menimbulkan bencana longsor.

3. SEDIMENTASI ( Pengendapan )

Sedimentasi adalah peristiwa pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh tenaga
air atau angin .
Proses sedimentasi atau pengendapan berdasarkan tenaga pengangkutnya :
1. Pengendapan air ( akuatik)

a) Meander

Meander merupakan sungai yang berkelok – kelok yang terbentuk karena adanya
pengendapan. Proses berkelok-keloknya sungai dimulai dari sungai bagian hulu.Pada bagian
hulu, volume air kecil dan tenaga yang terbentuk juga kecil. Akibatnya sungai mulai
menghindari penghalang dan mencari rute yang paling mudah dilewati. Sementara, pada
bagian hulu belum terjadi pengendapan. Pada bagian tengah, yang wilayahnya mulai datar
aliran air mulai lambat dan membentuk meander. Proses meander terjadi pada tepi sungi, baik
bagian dalam maupun tepi luar. Di bagian sungai yang aliranya cepat akan terjadi pengikisan
sedangkan bagian tepi sungai yang lamban alirannya akan terjadi pengendapan. Apabila hal
itu berlangsung secara terus-menerus akan membentuk meander.

Meander

Meander biasanya terbentuk pada sungai bagian hilir, dimana pengikisan dan Pengendapan
terjadi secara berturut turut. Proses pengendapan yang terjadi secara terus menerus akan
menyebabkan kelokan sungai terpotong dan terpisah dari aliran sungai, Sehingga terbentuk
oxbow lake.

2. Delta

Pada saat aliran air mendekati muara, seperti danau atau laut maka kecepatan aliranya
menjadi lambat. Akibatnya, terkadi pengendapan sedimen oleh air sungai. Pasir akan
diendapkan sedangkan tanah liat dan Lumpur akan tetap terangkut oleh aliran air. Setelah
sekian lama , akan terbentuk lapisan – lapisan sedimen. Akhirnya lapian lapisan sedimen
membentuk dataran yang luas pada bagian sungai yang mendekati muaranya dan membentuk
delta.

Pembetukan delta memenuhi beberapa syarat:

1. sedimen yang dibawa oleh sungai harus banyak ketika akan masuk laut atau danau.

2. arus panjang disepanjang pantai tidak terlalu kuat.

3. pantai harus dangkal. Contoh bentang alam ini adalah delta Sungai Musi, Kapuas, dan Kali
Brantas.

3. Dataran banjir dan tanggul alam

Apabila terjadi hujan lebat, volume air meningkat secara cepat. Akibatnya terjadi banjir dan
meluapnya air hingga ke tepi sungai. Pada saat air surut,bahan bahan yang terbawa oleh air
sungai akan terendapkan di tepi sungai. Akibatnya, terbentuk suatu Dataran di tepi sungai.
Timbulnya material yang tidak halus (kasar) terdapat pada tepi sungai. Akibatnya tepi sungai
lebih tinggi dibandingkan dataran banjir yang terbentuk. Bentang alam itu disebut tanggul
alam.

b. Pengendapan air laut ( sedimen marine)

a) Slip dan Tombolo

Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine.Pengendapan oleh air laut
dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air laut, antara
lain pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai.Pesisir merupakan wilayah pengendapan
di sepanjang pantai. Biasanya terdiri dari material pasir. Ukuran dan komposisi material di
pantai sangat berfariasi tergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut.
Arus pantai mengangkut material yang ada di sepanjang pantai. Jika terjadi perubahan arah,
maka arus pantai akan tetap mengangkut material material ke laut yang dalam. ketika material
masuk ke laut yang dalam, terjadi pengendapan material. Setelah sekian lama, terdapat
akumulasi material yang ada di atas permukaan laut. Akumulasi material itu disebut spit.
Jika arus pantai terus berlanjut, spit akan semakin panjang. Kadang kadang spit terbentuk
melewati teluk dan membentuk penghalang pantai (barrier beach).

Barrier Reef

Apabila di sekitar spit terdapat pulam, biasanya spit akhirnya tersambung dengan daratan,
sehingga membentuk tombolo.

c. Pengendapan Angin (sedimen aeolis)

Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam hasil
pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune). Gumuk pantai dapat terjadi
di daerah pantai maupun gurun. Gumuk pasir terjadi bila terjadi akumulasi pasir yang cukup
banyak dan tiupan angin yang kuat. Angin mengangkut dan mengedapkan Pasir di suatu
tempat secara bertahap sehingga terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir/sand
dune.
Sand Dune (Bukit Pasir)

d. Pengendapan oleh gletser

Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glacial. Bentang alam hasil
Pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula berbentuk V menjadi U. Pada
saat musim semi tiba, terjadi pengikisan oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Batuan
atau tanah hasil pengikisan juga menuruni lereng dan mengendap di lemah. Akibatnya,
lembah yang semula berbentuk V menjadi berbentuk U.
Kipas alluvial

C. PENGERTIAN ORDE I, ORDE II DAN ORDE III

RELIEF BUMI
Relief bumi yang dimaksudkan disini adalah mencakup pengertian yang sangat luas,
baik yang terdapat pada benua-benua ataupun yang terdapat didasar lautan. Berdasarkan atas
pengertian yang luas tersebut, maka relief bumi dapat dikelompokkan atas 3 golongan besar,
yaitu :
1. Relief Orde I (Relief of the first order)
2. Relief Orde II (Relief of the second order)
3. Relief Orde III (Relief of the third order)
Pengelompokan atas ketiga jenis relief diatas didasarkan pula atas kejadiannya
masing-masing. Karena itu pula didalamnya terkandung unsur waktu relatif.

1. Relief Orde I (Pertama)

Yang terdiri atas Paparan Benua (Continental Platforms) dan Cekungan Lautan
(Ocean Basin). Bentuk-bentuk dari orde pertama ini mencakup dimensi yang sangat luas
dimuka bumi. Sebagaimana diketahui bahwa luas daratan beserta air seluruhnya sebesar
107.000.000 mil persegi, yang terdiri dari luas benua (continents) sebesar 56.000.000 mil
persegi dan sisanya 10.000.000 mil persegi merupakan luas continental shelf. Yang dimaksud
dengan paparan benua meliputi benua dan tepi benua(continental shelf). Dengan demikian
luas total paparan benua (continental platforms) adalah 66.000.000 mil persegi. Paparan
benua Amerika Utara & Selatan, Eurasia, Afrika, Australia, dan Antartika merupakan
bahagian-bahagian yang tertinggi dari permukaan litosfir.

Tepi Benua (Continental shelf) adalah bagian dari paparan benua (continental
platforms) yang terletak dibawah permukaan air laut. Cekungan Lautan (Ocean Basin)
mempunyai kedalaman rata-rata 2,5 mil dibawah muka air laut, walaupun kita tahu bahwa
dasar lautan memiliki bentuk topografi yang tidak teratur. Terdapat banyak depressi-depressi
yang sangat dalam dari batas kedalaman rata-rata yang dikenal sebagai Palung Laut (Ocean
Troughs), disamping itu terdapat pula bagian-bagian dasar laut yang muncul dipermukaan
atau secara berangsur berada dekat dengan permukaan air laut. Relief order pertama Diketahui
sangat erat hubungannya dengan proses kejadian bumi, dengan demikian teori-teori tentang
geologi, astronomi, fisika dan matematika, seperti “Planetesimal Hypothesis”, “Liquid Earth
Theories” maupun “Continental Drift Theory” menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam
pembentukan relief orde pertama.

2. Relief Orde II (Kedua)

Relief orde Kedua biasa disebut juga sebagai bentuk bentuk yang membangun
(Constructional forms), hal ini disebabkan relief orde kedua dibentuk oleh gaya endogen
sebagai gaya yang bersifat membangun (Constructional Forces). Kawasan benua-benua dan
Cekungan-cekungan laut merupakan tempat keberadaan atau terbentuknya satuan-satuan dari
relief dari orde kedua, seperti dataran, plateau, dan pegunungan.
Gaya endogen yang berasal dari dalam bumi dapat mengakibatkan terjadinya
perubahan-perubahan diatas muka bumi. Adapun gaya endogen dapat berupa:
1. Epirogenesa (berasal dari bahasa Latin: epiros = benua dan genesis = pembentukan), proses
epirogenesa yang terjadi pada daerah yang sangat luas maka akan terbentuk suatu benua, dan
pembentukan benua dikenal sebagai “continent buiding forces”.
2. Orogenesa (berasal dari bahasa latin: Oros = gunung, dan genesis = pembentukan ), proses
orogenesa yang terjadi pada daerah yang luas akan membentuk suatu pegunungan dan dikenal
sebagai “mountain building forces”.

Kedua gaya endogen tersebut diatas menyebabkan terbentuknya bentuk-bentuk


bentangalam yang membangun (contructional landforms). Apabila disuatu daerah yang
tersusun dari batuan yang perlapisannya horisontal maka terbentuk bentangalam yang disebut
dengan Dataran (Plain) atau Plateau. Proses ini dapat terjadi pada lapisan-lapisan batuan yang
berada di bawah laut kemudian terangkat oleh gaya endogen menghasilkan bentuk
bentangalam daratan atau plateau.
Gaya endogen dapat juga melipat lapisan-lapisan batuan sedimen yang awalnya
horisontal menjadi suatu bentuk kubah (dome mountains) dan apabila gaya endogen
mengakibatkan terjadinya dislokasi dari blok blok yang mengalami patahan serta lapisan
batuan mengalami tilting, maka dikenal dengan bentuk pegunungan patahan (faulted
mountains). Apabila gaya endogen mengakibatkan batuan sedimen terlipat kuat menghasilkan
perlipatan sinklin dan antiklin maka akan menghasilkan pegunungan lipatan (folded
mountains). Sedangkan apabila dipengaruhi oleh lipatan dan patahan akan menghasilkan
pegunungan lipat pathan (complex mountains). Kelompok lainnya dari relief orde kedua
adalah bentuk bentangalam yang dihasilkan oleh aktivitas volkanik yang dikenal bentangalam
gunungapi. Bentuk bentuk bentangalam yang dihasilkan oleh proses endogen diatas masih
brada dalam tahapan awal (initial stage). Bentuk bentuk bentangalam ini kemudian akan
mengalami proses penghancuran oleh gaya eksogen (destruction forces) yang memungkinkan
terjadinya perubahan dari bentuk aslinya.

3. Relief Orde III (Ketiga)

Relief order ketiga dikenal juga sebagai bentuk bentuk yang bersifat menghancurkan
(Destructional forms), hal ini disebabkan karena relief ini dibentuk oleh proses proses
eksogen. Bentuk bentangalam yang berasal dari proses-proses eksogenik banyak dijumpai
pada relief orde ketiga dan jumlahnya tak terhitung banyaknya dimana bentuk bentuk
bentangalam ini memperindah dan menghiasi bentuk-bentuk bentangalam konstruksional dari
relief orde kedua. Proses eksogenik akan meninggalkan bentuk-bentuk lahan hasil erosi,
seperti : Valleys dan Canyons, meninggalkan sisa sisa residu membentuk bentuk bentangalam
seperti tiang-tiang (peak landforms) dan klom-klom batuan yang tahan trhadap erosi, sehingga
masih menyisakan benuk bentuk seperti diatas, disamping itu juga akan meninggalkan
bentuk-bentuk pengendapan (depesitional forms), seperti delta atau tangul.
Relief orde ketiga ini dapat dikelompokkan berdasarkan atas energi yang merusak atau
agen yang bersifat membangun. Ada 4 agent yang utama, yaitu Streams, Glaciers, Waves dan
Winds, sedangkan Wheatering adalah pembantu utama bagi keempat agent tersebut.

 Bentuk-bentuk yang dihasilkan oleh aktivitas sungai (fluvial), yaitu :


a. Erosional forms, seperti : gallies, valleys, gorges dan canyons.
b. Residual forms, seperti : peaks, ronadrocks, summits areas.
c. Depositional forms seperti : alluvial forms, flood plains and deltas.
 Bentuk-bentuk yang dihasilkan oleh energi dari luncuran es (gletser) yaitu :
a. Erosional forms, seperti : cirques, glacial trought
b. Residual forms, seperti : patterhorn – peaks, aretes, roche eontounees
c. Depositional forms seperti : deraine, drumlins, kame dan esker.
 Bentuk yang dihasilkan oleh energi gelombang laut, yaitu :
a. Erosional forms, seperti : erode sea caves
b. Residual forms, seperti : staoks & Arches
c. Depositional forms seperti :beaches, bars & spits
 Bentuk yang diciptakan oleh energi angin, yaitu :
a. Erosional forms, seperti : blow holes pada daerah-daerah yang berpasir
b. Residual forms, seperti : pedestal dan mushroom rocks.
c. Depositional forms seperti :endapan pasir atau lempung dalam bentuk dunes atau loess.

Selain energi yang merusak secara fisik tersebut, organisme juga dapat menjadi agen
yang cenderung merusak batuan-batuan di permukaan bumi, sebaliknya aktivitas
pengendapan dapat menghasilkan bentuk-bentuk seperti coral-reefs dan hills. Dapat
disimpulkan, bahwa waktu terbentuknya ketiga orde relief itu berbeda-beda. Relief bentuk
pertama terbentuk lebih dulu dari pada relief orde kedua dan relief orde kedua terbentuk lebih
dulu dari pada relief orde ketiga.
Bentang Alam Akibat Proses Pengikisan dan Proses Pengendapan

Bentang alam yang ada dipermukaan bumi ini di pengaruhi oleh dua faktor yang biasa disebut
dengan proses tenaga endogen dan tenaga eksogen. Tenaga endogen bersifat membangun dan
berasal dari dalam bumi. sedangkan tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar bumi
dan bersifat merusak berupa air, gletser maupun sinar matahari. Pengrusakan bentuk muka
bumi oleh tenaga eksogen berupa pelapukan, pengikisan (erosi) dan pengendapan.

1. Pelapukan

Pelapukan adalah proses pegrusakan atau penghancuran kulit bumi oleh tenaga eksogen.
Pelapukan di setiap daerah berbeda beda tergantung unsur unsur dari daerah tersebut.
Misalnya di daerah tropis yang pengaruh suhu dan air sangat dominan, tebal pelapukan dapat
mencapai seratus meter, sedangkan daerah sub tropis pelapukannya hanya beberapa meter
saja.

Menurut proses terjadinya pelapukan dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:

ü pelapukan fisik atau mekanik

ü pelapukan organis

ü pelapukan kimiawi

Penjelasan ketiga jenis tersebut adalah:

a. Pelapukan fisik dan mekanik.


Pada proses ini batuan akan mengalami perubahan fisik baik bentuk maupun ukurannya.
Batuan yang besar menjadi kecil dan yang kecil menjadi halus. Pelapukan ini di sebut juga
pelapukan mekanik sebab prosesnya berlangsung secara mekanik.

Penyebab terjadinya pelapukan mekanik yaitu:

1. Adanya perbedaan temperatur yang tinggi.


Peristiwa ini terutama terjadi di daerah yang beriklim kontinental atau beriklim Gurun di
daerah gurun temperatur pada siang hari dapat mencapai 50 Celcius. Pada siang hari bersuhu
tinggi atau panas. Batuan menjadi mengembang, pada malam hari saat udara menjadi dingin,
batuan mengerut. Apabila hal itu terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan batuan
pecah atau retak-retak.

2. Adapun pembekuan air di dalam batuan


Jika air membeku maka volumenya akan mengembang. Pengembangan ini menimbulkan
tekanan, karena tekanan ini batu- batuan menjadi rusak atau pecah pecah. Pelapukan ini
terjadi di daerah yang beriklim sedang dengan pembekuan hebat.

3. Berubahnya air garam menjadi kristal.


Jika air tanah mengandung garam, maka pada siang hari airnya menguapdan garam akan
mengkristal. Kristal garam ini tajam sekali dan dapat merusak batuan pegunungan di
sekitarnya, terutama batuan karang di daerah pantai.

Salah satu bentuk bumi yang mengalami proses pelapukan mekanik

b. Pelapukan organik

Penyebabnya adalah proses organisme yaitu binatang tumbuhan dan manusia, binatang yang
dapat melakukan pelapukan antara lain cacing tanah, serangga. Dibatu-batu karang daerah
pantai sering terdapat lubang-lubang yang dibuat oleh binatang. Pengaruh yang disebabkan
oleh tumbuh tumbuhan ini dapat bersifat mekanik atau kimiawi. Pengaruh sifat mekanik yaitu
berkembangnya akar tumbuh-tumbuhan di dalam tanah yang dapat merusak tanah
disekitarnya. Pengaruh zat kimiawi yaitu: berupa zat asam yang dikeluarkan oleh akar- akar
serat makanan menghisap garam makanan. Zat asam ini merusak batuan sehingga garam-
garaman mudah diserap oleh akar. Manusia juga berperan dalam pelapukan melalui aktifitas
penebangan pohon, pembangunan maupun penambangan.

c. Pelapukan kimiawi

Pada pelapukan ini batu batuan mengalami perubahan kimiawi yang umumnya berupa
pelarutan. Pelapukan kimiawi tampak jelas terjadi pada pegunungan kapur (Karst). Pelapukan
ini berlangsung dengan batuan air dan suhu yang tinggi. Air yang banyak mengandung CO2
(Zat asam arang) dapat dengan mudah melarutkan batu kapur (CACO2). Peristiwa ini
merupakan pelarutan dan dapat menimbulkan gejala karst. Di Indonesia pelapukan yang
banyak terjadi adalah pelapukan kimiawi. Hal ini karena di Indonesia banyak turun hujan. Air
hujan inilah yang memudahkan terjadinya pelapukan kimiawi.

Gejala atau bentuk - bentuk alam yang terjadi di daerah karst diantaranya:

a. Dolina
Dolina adalah lubang lubang yang berbanuk corong. Dolina dapat terjadi karena erosi
(pelarutan) atau karena runtuhan. Dolina terdapat hampir di semua bagian pegunungan kapur
di Jawa bagian selatan, yaitu di pegunungan seribu.

b. Gua dan sungai di dalam tanah

Di dalam tanah kapur mula-mula terdapat celah atau retakan. Retakan akan semakin besar dan
membentuk gua-gua atau lubang-lubang, karena pengaruh larutan.Jika lubang-lubang itu
berhubungan, akan terbentuklah sungai-sungai di dalam tanah.

c. Stalaktit adalah kerucut kerucut kapur yang bergantungan pada atap gua. Terbentuk tetesan
air kapur dari atas gua. Stalakmit adalah kerucut-kerucut kapur yang berdiri pada dasar gua.
Contohnnya stalaktit dan stalakmit di Gua tabuhan dan gua Gong di Pacitan, jawa Timur serta
Gua jatijajar di Kebumen, Jawa Tengah. Perhatikan gambar !

Stalaktit yang di atas stalakmit yang di bawah

2. Bentangan alam akibat pengikisan

Air yang mengalir menimbulkan gesekan terhadap tanah dan batuan yang di laluinya.
Gesekan akan semakin besar jika kecepatan dan jumlah air semakin besar. Kecepatan air juga
akan semakin besar jika gradien (kemiringan) Lahan juga besar. Gesekan antara air dengan
tanah atau batuan di dasar sungai dan gesekan antara benda benda padat yang terangkat air
oleh tanah atau batuan di bawahnya dapat menyebabkan terjadinya pengikisan. Pengikisan
oleh air sungai yang terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan terbentuk v, jurang
atau ngarai, aliran deras dan air terjun.

a. Lembah

Apabila kecepatan aliran air di dasar sungai cepat maka akan terjadi pengikisan di dasar
sungai capat maka akan terjadi pengikisan di dasar sungai atau sering di sebut erosi vertical.
Apabila aliran aliran air yang cepat terjadi di tepi sungai maka akan manyebabkan terjadinya
pengikisan ke arah samping atau erosi ke samping. Hasil erosi vertical, sungai semakin lama
semakin dalam, sedang erosi ke samping menyebabkan sungai samakin lebar. Erosi vertical
membentuk huruf v. Contoh lembah aria, Ngarai sihanok serta Grand Canyon di Amerika
Serikat.

Perhatikan gambar!

b. Jurang

Perhatikan anda melihat adanya sungai yang sangat dalam dan sempit. Bentang alam seperti
itu termasuk jurang. Jurang terbentuk jika pengikisan terjadi pada batuan yang resisten.
Batuan resistenyang ada di kanan kiri sungai tidak mudah terkikis oleh air, sedangkan erosi
veritikal terus berlangsung. Oleh karena itu erosi vertical berlangsung lebih cepat
dibandingkan erosi ke samping. Akibatnya, dinding sungai sangat miring atau cenderung
vertical dan dasar sungai dalam.bahan yang resisten adalah batuan yang keras dan tidak
mudah terkikis air.

Perhatikan gambar!

Aliran deras

Kadang kala kita temui sungai yang pada beberapa bagianya sangat deras, sedangkan bagian
yang lain tidak deras. Aliran air sungai yang deras terbentuk dari adanya jenis batuan yang
selang- seling antara batuan yang resisten dan batuan yang tidak resisten pada dasar sungai.
Saat air melewati batuan yang resisten, air akan sulit melakukan pengikisan, akibatnya dasar
sungai menjadi tidak rata. Pada saat air melewati batuan yang tidak resisten, terjadi turbulensi
dan terbentuk seperti air terjun pendek yang aliranya deras.

c. Bentang alam seperti ini disebut rapit atau aliran deras.

Aliran deras

Proses terbentuknya aliran deras. (rapid)

Air terjun

Air terjun terbentuk pada sungai yang jenis batuan di dasar sungai ada yang resisten yang
tidak resisten.Proses yang terjadi hampir sama dengan aliran deras.
Hanya saja, pengikisan air mengakibatkan perbedaan air yang cukup besar antara batuan
resisten dan batuan tidak resisten. Akibatnya, air jatuh dari ketinggian membentuk air terjun.
Lihat gambar di bawah ini.

3. Pengikisan (erosi) oleh air laut

Erosi oleh air laut merupakan pengikisan di pantai oleh pukulan gelombang laut yang Terjadi
secara terus - menerus terhadap dinding pantai. Bentang alam yang diakibatkan oleh erosi air
laut, antara lain cliff (tebing terjal), notch (takik), gua di pantai, wave cut platform (punggung
yang terpotong gelombang), tanjung, dan teluk. Cliff terbentuk karena gelombang
melemahkan batuan di pantai. Pada awalnya gelombang meretakan batuan di pantai.
Akhirnya, retakan semakin membesar dan membentuk notch yang semakin dalam akan
membentuk gua. Akibat diterjang gelobang secara terus menerus mengakibatkan atap gua
runtuh dan membentuk cliff dan wave cut platform
. Lihatlah gambar di bawah ini!

Perhatikan gambar!

Tanjung adalah daratan yang menjorok ke laut, sedang teluk adalah laut yang menjorok ke
arah daratan. Pantai memiliki jenis batuan yang berselang seling antara batuan resisten dan
tidak resisten. Pada batuan yang tidak resisten akan dengan mudah tererosi, sedangkan batuan
yang resisten sulit untuk tererosi. Akibatnya, pada batuan yang tidak resisten akan terbentuk
teluk yang menjorok ke daratan pada batuan yang resisten terbentuk tanjung yang menjorok
ke laut.

Perhatikan gambar!

1. Erosi oleh es/gletser

Erosi oleh gletser merupakan pengikisan yang dilakukan oleh gletser (lapisan es) di daerah
pegunungan. Pengikisan ini terjadi di daerah yang memiliki empat musim. Pada saat musim
semi, terjadi erosi oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Akkibatnya lereng menjadi
lebih terjal. Contoh bentang alam yang terjadi akibat erosi gletser adalah pantai fyord , yaitu
pantai dengan dinding yang berkelok kelok.

2. Erosi oleh angin

Pengikisan oleh angin banyak terjadi di daerah gurun atau di daerah yang beriklim kering.
Jika angin dan pasir mengikis batu batuan yang dilaluinya maka akan membentuk batu
cendawan di gunung pasir. Contohnya, Tanah Loss di cina Utara (Gurun Gobi) yang memiliki
tebal 600 m.

B. Bentang Alam Akibat Proses Pengendapan (sedimentasi)

Sedimentasi adalah terbawanya material hasil dari pengikisan dan pelapukan oleh Air, angin
atau gletser ke suatu wilayah yang kemudian diendapkan.
Semua batuan hasil pelapukan dan pengikisan yang diendapkan lama kelamaan akan menjadi
batuan sedimen. Hasil proses sedimentasi di suatu tempat dengan tempat lain akan berbeda.
Berikut ini akan dijelaskan ciri bentang lahan akibat proses pengendapan berdasarkan tenaga
pengangkutnya.

1. Pengendapan oleh air

Batuan hasil pengendapan oleh air disebut sedimen akuatis. Bentang alam hasil pengendapan
oleh air, antara lain meander, dataran banjir, tanggul alam dan delta.

a. Meander

Meander merupakan sungai yang berkelok - kelok yang terbentuk karena adanya
pengendapan. Proses berkelok-keloknya sungai dimulai dari sungai bagian hulu.Pada bagian
hulu, volume air kecil dan tenaga yang terbentuk juga kecil. Akibatnya sungai mulai
menghindari penghalang dan mencari rute yang paling mudah dilewati. Sementara, pada
bagian hulu belum terjadi pengendapan.
Pada bagian tengah, yang wilayahnya mulai datar aliran air mulai lambat dan membentuk
meander. Proses meander terjadi pada tepi sungi, baik bagian dalam maupun tepi luar. Di
bagian sungai yang aliranya cepat akan terjadi pengikisan sedangkan bagian tepi sungai yang
lamban alirannya akan terjadi pengendapan. Apabila hal itu berlangsung secara terus-menerus
akan membentuk meander.

Proses terjadinya meander

Meander biasanya terbentuk pada sungai bagian hilir, dimana pengikisan dan Pengendapan
terjadi secara berturut turut. Proses pengendapan yang terjadi secara terus menerus akan
menyebabkan kelokan sungai terpotong dan terpisah dari aliran sungai, Sehingga terbentuk
oxbow lake.

b. Dataran banjir dan tanggul alam

Apabila terjadi hujan lebat, volume air meningkat secara cepat. Akibatnya terjadi banjir dan
meluapnya air hingga ke tepi sungai. Pada saat air surut, bahan bahan yang terbawa oleh air
sungai akan terendapkan di tepi sungai. Akibatnya, terbentuk suatu dataran di tepi sungai.
Timbulnya material yang tidak halus (kasar) terdapat pada tepi sungai. Akibatnya tepi sungai
lebih tinggi dibandingkan dataran banjir yang terbentuk. Bentang alam itu disebut tanggul
alam.

2. Pengendapan oleh Air Laut

Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine. Pengendapan oleh air laut
dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air laut, antara lain
pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai.
Pesisir merupakan wilayah pengendapan di sepanjang pantai. Biasanya terdiri dari material
pasir. Ukuran dan komposisi material di pantai sangat bervariasi tergantung pada perubahan
kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut. Arus pantai mengangkut material yang ada di
sepanjang pantai.

3. Pengendapan oleh angin

Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam hasil
pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune). Gumuk pantai dapat terjadi di
daerah pantai maupun gurun. Gumuk pasir terjadi bila terjadi akumulasi pasir yang cukup
banyak dan tiupan angin yang kuat. Angin mengangkut dan mengedapkan pasir di suatu
tempat secara bertahap sehingga terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir.

Perhatikan gambar!

Pengendapan oleh gletser.

Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glacial. Bentang alam hasil
pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula berbentuk V menjadi U. Pada
saat musim semi tiba, terjadi pengikisan oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Batuan
atau tanah hasil pengikisan juga menuruni lereng dan mengendap di lembah. Akibatnya,
lembah yang semula berbentuk V menjadi berbentuk U.
Eksogen, atau tenaga eksogen ialah tenaga yang berasal dari luar bumi. Sifatnya merusak
atau merombak permukaan bumi yang sudah terbentuk oleh tenaga endogen. Tenaga eksogen
juga mengakibatkan bentuk-bentuk muka bumi. Tenaga eksogen dapat berasal dari tenaga air,
angin, dan organisme yang menyebabkan terjadinya proses pelapukan, erosi, denudasi, dan
sedimentasi. Contoh seperti bukit atau tebing yang terbentuk hasil tenaga endogen terkikis
oleh angin, sehingga dapat mengubah bentuk permukaan bumi.

Di permukaan laut, bagian litosfer yang muncul akan mengalami penggerusan oleh tenaga
eksogen yaitu dengan jalan pelapukan, pengikisan dan pengangkutan, serta sedimentasi.
Misalnya di permukaan laut muncul bukit hasil aktivitas tektonisme atau vulkanisme. Mula-
mula bukit dihancurkannya melalui tenaga pelapukan, kemudian puing-puing yang telah
hancur diangkut oleh tenaga air, angin, gletser atau dengan hanya grafitasi bumi. Hasil
pengangkutan itu kemudian diendapkan, ditimbun di bagian lain yang akhirnya membentuk
timbunan atau hamparan bantuan hancur dari yang kasar sampai yang halus.

Contoh lain dari tenaga eksogen adalah pengikisan pantai. Setiap saat air laut menerjang
pantai yang akibatnya tanah dan batuannya terkikis dan terbawa oleh air. Tanah dan batuan
yang dibawa air tersebut kemudian diendapkan dan menyebabkan pantai menjadi dangkal. Di
daerah pegunungan bisa juga ditemukan sebuah bukit batu yang kian hari semakin kecil
akibat tiupan angin.

Secara umum tenaga eksogen berasal dari 3 sumber, yaitu:

 Atmosfer, yaitu perubahan suhu dan angin.


 Air yaitu bisa berupa aliran air, siraman hujan, hempasan gelombang laut, gletser, dan
sebagainya.
 Organisme yaitu berupa jasad renik, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia.

Pengerusakan bentuk muka bumi oleh tenaga eksogen berupa pelapukan,

pengikisan (erosi) dan pengendapan.

1. Pelapukan

Pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran yang lebih
kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air. Proses pelapukan dapat dikatakan sebagai
proses penghancuran massa batuan melalui media penghancuran, berupa:

6. Sinar matahari
7. Air
8. Gletser
9. reaksi kimiawi
10. kegiatan makhluk hidup (organisme)

Pelapukan Organis

Menurut proses terjadinya pelapukan dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:

– pelapukan fisis atau mekanik


Pelapukan Mekanis

– pelapukan organis

– pelapukan kimiawi

2. Pelapukan fisik dan mekanik.

Pelapukan mekanik (fisik) adalah proses pengkikisan dan penghancuran bongkahan batu jadi
bongkahan yang lebih kecil,tetapi tidak mengubah unsur kimianya. Proses ini disebabkan oleh
sinar matahari, perubahan suhu tiba-tiba, dan pembekuan air pada celah batu.

Penyebab terjadinya pelapukan mekanik yaitu:

1. Adanya perbedaan temperatur yang tinggi.

Peristiwa ini terutama terjadi di daerah yang beriklim kontinental atau beriklim Gurun, di
daerah gurun temperatur pada siang hari dapat mencapai 50 Celcius. Pada siang hari bersuhu
tinggi atau panas. Batuan menjadi mengembang, pada malam hari saat udara menjadi dingin,
batuan mengerut. Apabila hal itu terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan batuan
pecah atau retak-retak.

2. Adapun pembekuan air di dalam batuan

Jika air membeku maka volumenya akan mengembang. Pengembangan ini menimbulkan
tekanan, karena tekanan ini batu-batuan menjadi rusak atau pecah pecah. Pelapukan ini terjadi
di daerah yang beriklim sedang dengan pembekuan hebat.

3. Berubahnya air garam menjadi kristal.


Jika air tanah mengandung garam, maka pada siang hari airnya menguap dan garam akan
mengkristal. Kristal garam garam ini tajam sekali dan dapat merusak batuan pegunungan di
sekitarnya, terutama batuan karang di daerah pantai.

2.Pelapukan organik

Penyebabnya adalah proses organisme yaitu binatang tumbuhan danmanusia, binatang


yang dapat melakukan pelapukan antara lain cacing tanah, serangga. Dibatu-batu karang
daerah pantai sering terdapat lubang-lubang yang dibuat oleh binatang. Pengaruh yang
disebabkan oleh tumbuh tumbuhan ini dapat bersifat mekanik atau kimiawi. Pengaruh sifat
mekanik yaitu berkembangnya akar tumbuh-tumbuhan di dalam tanah yang dapat merusak
tanah disekitarnya. Pengaruh zat kimiawi yaitu berupa zat asam yang dikeluarkan oleh
akarakar serat makanan menghisap garam makanan. Zat asam ini merusak batuan sehingga
garam-garaman mudah diserap oleh akar. Manusia juga berperan dalam pelapukan melalui
aktifitas penebangan pohon, pembangunan maupun penambangan.

3.Pelapukan kimiawi

Pada pelapukan ini batu batuan mengalami perubahan kimiawi yang umumnya berupa
pengelupasan. Pelapukan kimiawi tampak jelas terjadi pada pegunungan kapur (Karst).
Pelapukan ini berlangsung dengan batuan air dan suhu yang tinggi. Air yang banyak
mengandung CO2 (Zat asam arang) dapat dengan mudah melarutkan batu kapur
(CACO3). Peristiwa ini merupakan pelarutan dan dapat menimbulkan gejala karst. Di
Indonesia pelapukan yang banyak terjadi adalah pelapukan kimiawi. Hal ini karena di
Indonasia banyak turun hujan. Air hujan inilah yang memudahkan terjadinya pelapukan
kimiawi.

Gejala atau bentuk – bentuk alam yang terjadi di daerah karst diantaranya:

a. Dolina

Dolina adalah lubang yang berbentuk corong yang terjadi karena erosi (pelarutan) atau karena
runtuhan. Dolina terdapat hampir di semua bagian pegunungan kapur di Jawa bagian selatan,
yaitu di pegunungan seribu.

b. Gua dan sungai di dalam Tanah

Di dalam tanah kapur mula-mula terdapat celah atau retakan. Retakan akan semakin besar dan
membentuk gua-gua atau lubang-lubang, karena pengaruh larutan. Jika lubang-lubang itu
berhubungan, akan terbentuklah sungai-sungai di dalam tanah.

c. Stalaktit

adalah kerucut kerucut kapur yang bergantungan pada atap gua. Terbentuk dari kapur yang
tebal akibat udara masuk dalam gua. Stalakmit adalah kerucut-kerucut kapur yang berdiri
pada dasar gua. Contohnnya stalaktit dan stalakmit di Gua tabuhan dan gua Gong di Pacitan,
jawa Timur serta Gua Jatijajar di Kebumen, Jawa Tengah.
Stalagtit-Stalagmit

2. Erosi

Erosi seperti pelapukan adalah tenaga perombak (pengkikisan). Tapi yang membedakan erosi
dengan pelapukan adalah erosi adalah pengkikisan oleh media yang bergerak, seperti air
sungai, angin, gelombang laut, atau gletser. Erosi dibedakan oleh jenis tenaga perombaknya
yaitu : Erosi air, Erosi gelombang laut (abarasi / erosi marin ), Erosi angin (deflasi), Erosi
gletser (glasial)’,Erosi Akibat gaya berat.

2. Erosi Air

Erosi oleh air adalah erosi yang di sebabkan oleh air atau air hujan.Jika tingkat curah hujan
berlebihan sedemikian rupa sehingga tanah tidak dapat menyerap air hujan maka terjadilah
genangan air yang mengalir kencang.Aliran air ini sering menyebabkan terjadinya erosi yang
parah karena dapat mengikis lapisan permukaan tanah yang dilewatinya, terutama pada tanah
yang gundul.
Erosi oleh air laut ( Abrasi )

Tahapan Erosi Air

Proses pengkikisan oleh air yang mengalir terjadi dalam empat tingkatan yang berbeda sesuai
dengan kerusakan tanah atau batuan yang terkena erosi, sebagai berikut.

1. Erosi percik, yaitu proses pengkikisan oleh percikan air hujan yang jatuh ke bumi.

2. Erosi lembar, yaitu proses pengkikisan lapisan tanah paling atas sehingga kesuburannya
berkurang. Pengkikisan lembar ditandai oleh :

 warna air yang mengalir berwarna coklat


 warna air yang terkikis menjadi lebih pucat
 kesuburan tanah berkurang

3. Erosi alur, adalah lanjutan dari erosi lembar. Ciri khas erosi alur adalah adanya alur-alur
pada tanah sebsgai tempat mengalirnya air.

4. Erosiparit, adalah terbentuknya parit-parit atau lembah akibat pengkikisan aliran air. Bila
erosi parit terus berlanjut, maka luas lahan kritis dapat meluas, dan pada tingkat ini tanah
sudah rusak.

Bentuk Permukaan Bumi Akibat Erosi

Pengkikisan oleh air dapat mengakibatkan :

4. Tebing sungai semakin dalam


5. Lembah semakin curam
6. Pembentukan gua

Pengikisan oleh air laut (abrasi)

Erosi oleh air laut merupakan pengikisan di pantai oleh pukulan gelombang laut yang terjadi
secara terus – menerus terhadap dinding pantai. Bentang alam yang diakibatkan oleh erosi
air laut, antara lain cliff (tebing terjal), notch (takik), gua di pantai, wave cut platform
(punggung yang terpotong gelombang), tanjung, dan teluk. Cliff terbentuk karena
gelombang melemahkan batuan di pantai. Pada awalnya gelombang meretakan batuan di
pantai. Akhirnya, retakan semakin membesar dan membentuk notch yang semakin dalam
akan membentuk gua. Akibat diterjang gelobang secara terus menerus mengakibatkan atap
gua runtuh dan membentuk cliff dan wave cut playform.

Tanjung adalah daratan yang menjorok ke laut, sedang teluk adalah laut yang menjorok ke
arah daratan. Pantai memiliki jenis batuan yang berselang seling antara batuan resisten dan
tidak resisten. Pada batuan yang tidak resisten akan dengan mudah tererosi, sedangkan batuan
yang resisten sulit untuk tererosi. Akibatnya, pada batuan yang tidak resisten akan terbentuk
teluk yang menjorok ke daratan pada batuan yang resisten terbentuk tanjung yang menjorok
ke laut.
 Akibat Abrasi

Abrasi biasanya terjadi di pantai, membentuk :

8. Dinding pantai yang curam


9. Relung ( lekukan pada dinding tebing)
10. Gua pantai
11. Batu layar
12. Cliff
13. Notch
14. Gua di pantai

2. EROSI OLEH ANGIN (korasi)

Erosi oleh angin

Erosi oleh angin adalah pengikisan yang disebabkan oleh angin. Hembusan angin
kencang yang terus menerus di daerah yang tandus dapat memindahkan partikel-partikel halus
batuan di daerah tersebut sehingga membentuk suatu formasi, misalnya bukit-bukit pasir di
gurun atau pantai.

Pengikisan oleh angin ( erosi angin biasanya terjadi di gurun ) dapat mengakibatkan :

Batu jamur
Erosi oleh gletser

Merupakan pengikisan yang dilakukan oleh gletser (lapisan es) di daerah pegunungan.
Pengikisan ini terjadi di daerah yang memiliki empat musim. Pada saat musim semi, terjadi
erosi oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Akkibatnya lereng menjadi lebih terjal.
Contoh bentang alam yang terjadi akibat erosi gletser adalah pantai fyord, yaitu pantai
dengan dinding yang berkelok kelok.

Erosi Akibat Gaya Berat

Batuan atau sedimen yang bergerak terhadap kemiringannya merupakan proses erosi yang
disebabkan oleh gaya berat .Erosi ini akan berlangsung sangat cepat sehingga dapat
menimbulkan bencana longsor.

3. Sedimentasi ( pengendapan )

Sedimentasi adalah peristiwa pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh tenaga
air atau angin .

Proses sedimentasi atau pengendapan berdasarkan tenaga pengangkutnya :


1. Pengendapan air ( akuatik)

a) Meander
Meander merupakan sungai yang berkelok – kelok yang terbentuk karena adanya
pengendapan. Proses berkelok-keloknya sungai dimulai dari sungai bagian hulu.Pada bagian
hulu, volume air kecil dan tenaga yang terbentuk juga kecil. Akibatnya sungai mulai
menghindari penghalang dan mencari rute yang paling mudah dilewati. Sementara, pada
bagian hulu belum terjadi pengendapan. Pada bagian tengah, yang wilayahnya mulai datar
aliran air mulai lambat dan membentuk meander. Proses meander terjadi pada tepi sungi, baik
bagian dalam maupun tepi luar. Di bagian sungai yang aliranya cepat akan terjadi pengikisan
sedangkan bagian tepi sungai yang lamban alirannya akan terjadi pengendapan. Apabila hal
itu berlangsung secara terus-menerus akan membentuk meander.

Meander

Meander biasanya terbentuk pada sungai bagian hilir, dimana pengikisan dan Pengendapan
terjadi secara berturut turut. Proses pengendapan yang terjadi secara terus menerus akan
menyebabkan kelokan sungai terpotong dan terpisah dari aliran sungai, Sehingga terbentuk
oxbow lake.

2. Delta

Pada saat aliran air mendekati muara, seperti danau atau laut maka kecepatan aliranya
menjadi lambat. Akibatnya, terkadi pengendapan sedimen oleh air sungai. Pasir akan
diendapkan sedangkan tanah liat dan Lumpur akan tetap terangkut oleh aliran air. Setelah
sekian lama , akan terbentuk lapisan – lapisan sedimen. Akhirnya lapian lapisan sedimen
membentuk dataran yang luas pada bagian sungai yang mendekati muaranya dan membentuk
delta.

Pembetukan delta memenuhi beberapa syarat:

1. sedimen yang dibawa oleh sungai harus banyak ketika akan masuk laut atau danau.

2. arus panjang disepanjang pantai tidak terlalu kuat.

3. pantai harus dangkal. Contoh bentang alam ini adalah delta Sungai Musi, Kapuas, dan Kali
Brantas.

3. Dataran banjir dan tanggul alam


Apabila terjadi hujan lebat, volume air meningkat secara cepat. Akibatnya terjadi banjir dan
meluapnya air hingga ke tepi sungai. Pada saat air surut,bahan bahan yang terbawa oleh air
sungai akan terendapkan di tepi sungai. Akibatnya, terbentuk suatu Dataran di tepi sungai.
Timbulnya material yang tidak halus (kasar) terdapat pada tepi sungai. Akibatnya tepi sungai
lebih tinggi dibandingkan dataran banjir yang terbentuk. Bentang alam itu disebut tanggul
alam.

b. Pengendapan air laut ( sedimen marine)

a) Slip dan Tombolo

Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine.Pengendapan oleh air laut
dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air laut, antara
lain pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai.Pesisir merupakan wilayah pengendapan
di sepanjang pantai. Biasanya terdiri dari material pasir. Ukuran dan komposisi material di
pantai sangat berfariasi tergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut.
Arus pantai mengangkut material yang ada di sepanjang pantai. Jika terjadi perubahan arah,
maka arus pantai akan tetap mengangkut material material ke laut yang dalam. ketika material
masuk ke laut yang dalam, terjadi pengendapan material. Setelah sekian lama, terdapat
akumulasi material yang ada di atas permukaan laut. Akumulasi material itu disebut spit.
Jika arus pantai terus berlanjut, spit akan semakin panjang. Kadang kadang spit terbentuk
melewati teluk dan membentuk penghalang pantai (barrier beach).

Barrier Reef
Apabila di sekitar spit terdapat pulam, biasanya spit akhirnya tersambung dengan daratan,
sehingga membentuk tombolo.

c. Pengendapan Angin (sedimen aeolis)

Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam hasil
pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune). Gumuk pantai dapat terjadi
di daerah pantai maupun gurun. Gumuk pasir terjadi bila terjadi akumulasi pasir yang cukup
banyak dan tiupan angin yang kuat. Angin mengangkut dan mengedapkan Pasir di suatu
tempat secara bertahap sehingga terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir/sand
dune.

Sand Dune (Bukit Pasir)

d. Pengendapan oleh gletser

Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glacial. Bentang alam hasil
Pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula berbentuk V menjadi U. Pada
saat musim semi tiba, terjadi pengikisan oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Batuan
atau tanah hasil pengikisan juga menuruni lereng dan mengendap di lemah. Akibatnya,
lembah yang semula berbentuk V menjadi berbentuk U.
Kipas alluvial

Dampak positif tenaga eksogen antara lain:

1. Memunculkan habitat.

2. Memperluas daratan di bumi.

3. Memperdekat barang tambang ke permukaan bumi.

Meskipun begitu tenaga eksogen juga mempunyai dampak negatif yang bisa merugikan
manusia.

Dampak negatif tenaga eksogen tersebut antara lain:

1. Kesuburan tanah bisa berkurang (dampak dari erosi).


2. Hasil-hasil erosi yang diendapkan (sedimentasi) di muara sungai
mengakibatkan pendangkalan dasar sungai.
3. Abrasi dapat menghilangkan garis pantai hilang dihantam

Anda mungkin juga menyukai