Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DOSEN PENGAMPU :
DR. TITIK SUNARNI, M.SI., APT.
KELOMPOK : F/3
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2017
I. TUJUAN
a. Dapat memahami dan mengetahui cara isolasi minyak atsiri & asam lemak
b. Dapat memahami dan mengetahui cara analisis minyak atsiri & asam lemak
Biji buah pala merupakan biji dari tumbuh-tumbuhan yang kaya akan trigliserida yaitu
asam lemak ester gliserol. Banyak perbedaan yang mungkin terjadi pada trigliserida, sejak
gliserol mempunyai rantai yang sangat panjang dan sejumlah ikatan rangkap dan saling
berhubungan satu sama lain. Biji buah pala mengandung trigliserida terutama ester gliserol
yaitu asam lemak tunggal dan asam myristic, yang disebut trimiristin. Trimiristin yang
terkandung dalam biji buah pala kering kira-kira 25% - 30% beratnya (Winarno, 1991).
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menyelidiki manfaat dari tanaman pala.
Takikawa, dkk (2002) melaporkan adanya aktivitas anti mikrobia dari pala. Chatterjee, dkk
(2007) melaporkan adanya aktivitas antioksidan dari pala. Bahkan Somani R., dkk (2008)
mengumpulkan penelitian - penelitian yang berisi khasiat pala dalam bidang farmakologi
antara lain chemoprotective, antioxidant, aphrodisiac, antimicrobial, hepatoprotective, dan
anti-inflammatory. Minyak pala merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang memiliki
pasaran bagus karena permintaannya cukup tinggi di pasar internasional.
Penggunaannya cukup luas antara lain dalam industri pembuatan parfum, sabun,
bahan pengolah gula, bahan baku industry minuman dan makanan, obat-obatan, dan
kosmetik. Di Cina dan Indian, minyak pala digunakan untuk pengobatan atau kesehatan
manusia, antara lain untuk stimulus sistem jantung, pencernaan, diare, rematik, nyeri otot,
batuk dan pernapasan, tekanan darah, sakit gigi, penghilangan racun dalam hati. (Sophia,
2010).
Trimiristin merupakan salah satu senyawa bahan alam golongan lemak yang ditemukan
pada biji buah pala (Myristica fragrans). Trimistin yang terkandung dalam biji pala
merupakan lemak yang juga dapat ditemukan di beberapa jenis sayuran yang kaya akan
minyak dan lemak terutama pada biji-bijian. Trimiristin merupakan bentuk kental dan tidak
berwarna serta tidak larut dalam air. Beberapa perbedaan trigliserida mungkin karena
gliserolnya mempunyai tiga fungsi. Fungsi hidroksil dan juga mengandung lemak alami yang
mempunyai rantai panjang dan sejumlah ikatan rangkap yang berhubungan satu sama lain.
Trimiristin terkandung sekitar 25% dari berat kering biji buah pala (Wilcox, 1995).
Refluks merupakan teknik laboratorium dengan cara mendidihkan cairan dalam wadah
yang disambungkan dengan kondensor sehingga cairan terus menerus kembali ke dalam
wadah, Teknik ini edigunakan untuk melaksanakan reaksi dalam waktu lama, semisal sintesis
organik (Freiser, 1957).
Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat dimana zat-zat tersebut
dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali. Cara ini bergantung pada
kelarutan zat dalam pelarut tertentu di kala suhu diperbesar. Konsentrasi total impuriti
biasanya lebih kecil dari konsemtrasi zat yang dimurnikan, bila dingin, maka konsentrasi
impuriti yang rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasu tinggi akan
mengendap (Arsyad, 2001).
b. Minyak atsiri
Minyak atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan persenyawa
padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya, kelarutan dalam pelarut organik,
dan keluratan dalam air yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah,
biji maupun dari bunga. Minyak atsiri merupakan senyawa minyak yang berasal dari bahan
tumbuhan dengan beberapa sifat yaitu sangat mudah menguap bila dibiarkan diudara terbuka,
memiliki bau khas seperti tumbuhan aslinya, umumnya tidak berwarna tetapi memiliki warna
gelap karena mengalami oksidasi dan pendamaran. Karena sifatnya yang mudah menguap
minyak atsiri sering disebut sebagai minyak menguap atau minyak eteris. Minyak atsiri
dikenal dengan beberapa nama, yaitu :
Karena bila dibiarkan diudara terbuka mudah menguap tanpa meninggalkan bekas, juga
karena mengandung senyawa atau komponen yang mudah menguap dengan komposisi dan
titik didih yang berbeda.
b. Minyak essensial
Karena merupakan senyawa essential atau konstituen berbau dari tanaman penghasil.
c. Minyak eteris
Minyak atsiri lazim juga dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau minyak
terbang. Minyak atsiri merupakan senyawa, yang pada umumnya berwujud cairan, yang
diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji maupun dari bunga
dengan cara penyulingan dengan uap. Meskipun kenyataan untuk memperoleh minyak atsiri
dapat juga diperoleh dengan cara lain seperti dengan cara ekstraksi dengan menggunakan
pelarut organik maupun dengan cara dipres atau dikempa dan secara enzimatik
(Sastrohamidjojo, 2004).
Minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman aromatik merupakan komoditas ekspor
nonmigas yang dibutuhkan di berbagai industri seperti dalam industri parfum, kosmetika,
farmasi atau obat-obatan, serta industri makanan dan minuman-minuman. Dalam dunia
perdagangan, komoditas ini dapat dipandang memiliki peran strategis dalam menghasilkan
produk primer maupun sekunder, baik untuk kebutuhan domestik maupun ekspor. Komoditas
ini masih tetap eksis walaupun selalu terjadi fluktuasi harga. Dengan begitu, petani maupun
produsen masih tetap diuntungkan. Apalagi saat ini dikembangkan jenis-jenis minyak atsiri
baru yang harganya lumayan tinggi. Untuk minyak dari bunga-bungaan, harga minyak dapat
mencapai puluhan juta rupiah. Sementara minyak dari tumbuhan terna (tumbuhan yang
batangnya lunak karena tidak membentuk kayu), baik daun, ranting, dan biji dihargai ratusan
ribu rupiah per kilogramnya (Armando, 2009).
Setiap tahunnya konsumsi minyak atsiri atau minyak terbang dunia beserta
turunannya naik sekitar 8 – 10 %. Itu tak hanya terjadi di Indonesia, salah satu sumber
minyak atsiri dunia, tetapi berlaku pula di negara-negara produsen lain seperti India,
Thailand, dan Haiti. Pemicu kenaikan itu antara lain meningkatnya kebutuhan minyak asiri
untuk industri parfum, kosmetik, dan kesehatan. Selain itu kecendrungan konsumen untuk
berpindah dari pola mengkonsumsi bahanbahan mengandung senyawa sintetik ke bahan
alami turut mendongkrak permintaan minyak asiri. Apalagi produk-produk olahan minyak
asiri belum dapat digantikan oleh bahan sintetis (Trubus Info Kit, 2009).
Minyak atsiri ini selain memberikan aroma wangi yang sangat menyenangkan juga
dapat membantu pencernaan dengan merangsang sistem saraf, sehingga akan meningkatkan
sekresi getah lambung yang mengandung enzim hanya oleh stimulus aroma dan rasa bahan
pangan. Selain itu juga dapat merangsang keluar cairan getah sehingga rongga mulut dan
lambung menjadi basah. Beberapa jenis minyak atsiri digunakan sebagai bahan antiseptik
internal atau eksternal, bahan analgesik, haelitik atau sebagai antizimatik sebagai sedative
dan stimulan untuk obat sakit perut. Minyak atsiri mempunyai sifat membius, merangsang
atau memuakkan (Guenther, 1987). Aplikasi minyak atsiri dalam kehidupan sehari-hari salah
satu contohnya yaitu menurut penelitian Juniarti, dkk (2015) menyatakan bahwa minyak
atsiri dapat digunakan sebagai krim pencegah gigitan nyamuk Aedes Aegypty L dengan
memanfaatkan minyak atsiri dari daun surian.
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil akhir proses metabolisme sekunder dalam
tumbuhan. Tumbuhan penghasil minyak atsiri antara lain termasuk dalam family Pinaceae,
Labiatae, Myrataceae, rutaceae, Piperaceae, Zingiberaceae, Umbelliferae, dan Gramineae.
Minyak atsiri terdapat pada setiap bagian tumbuhan yaitu di daun, bunga, buah, biji, batang,
kulit, akar dan rhizome (Ketaren, 1985).
III. ALAT & BAHAN
A. ALAT B. BAHAN
1. Labu destilasi 1. Aquadest
2. Kondensor 2. Alkohol
3. Pipa clavenger 3. Etanol
4. Perangkat KLT 4. Benzena
5. Refraktometer 5. Minyak cengkeh
6. Timbangan 6. Minyak kayu putih
7. Alat-alat gelas 7. Minyak adas
8. Minyak gondopuro
9. Minyak sereh
10. Toluen
11. Etil asetat
12. Baku eugenol
13. Pereaksi semprot
anisaldehid-H2SO4
Serbuk
V. Biji pala (20 g) Hasil refluks disaring dan
Destilasikan filtrat yang
danVI.100 ml kloroform filtrat dikeringkan dgn
didapat hingga
direfluks
VII. selama 90 kalsium klorida dan
meninggalkan residu
menit di tangas air. didiamkan lalu disaring
VIII. setengah padat
2. Uji kelarutan
6. Uji ketidakjenuhan
2. Rendemen
Bobot serbuk simplisia = 20 g
Bobot kristal = 0,9217 g
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑟𝑖𝑠𝑡𝑎𝑙
Rendemen = 𝑥 100 %
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎
0,9217 𝑔
= 𝑥 100 %
20 𝑔
= 4,6085 %
B. Hasil Penyabunan Trimiristin
1. Organoleptik
Organoleptik Hasil Isolasi
Bentuk Padatan
Warna Putih kekuningan
Rasa -
Bau -
2. Rendemen
Bobot serbuk simplisia =5g
Bobot kristal = 2,4392 g
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑟𝑖𝑠𝑡𝑎𝑙
Rendemen = 𝑥 100 %
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎
2,4392 𝑔
= 𝑥 100 % = 48,78 %
5𝑔
3. Jarak Lebur
Jarak lebur teoritis trimiristin = 58,5 0C
Suhu mulai melebur = 47 0C
Suhu akhir melebur = 79 0C
Jarak lebur = 32 0C
Kemurnian
= (1 – 0,4530) x 100 %
= 54,70 %
C. Analisis Golongan Lemak/ Minyak Lemak
Uji kelarutan
Sapo Uji
Noda Klor Jarak Jarak Uji khusus
Sampel Etan nifik ketidakjenu
lemak PE Eter ofor lebur beku oleum sesami
ol asi han
m
Cera 35 30tet 20 20
- - - - - -
alba tetes es tetes tetes
A. Hasil Isolasi Minyak Atsiri
1. Organoleptik
Organoleptik Hasil Isolasi
Bentuk Cairan berminyak
Warna Kuning jernih
Rasa -
Bau Khas
2. Rendemen
Bobot serbuk simplisia = 99,9748 g
Volume minyak atsiri = 8 ml
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
Rendemen = 𝑥 100 %
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎
8 𝑚𝑙
= 𝑥 100 %
99,9784 𝑔
=8%
3. Identifikasi KLT
Fase diam : silika gel GF 254
Fase gerak : Toluene : etil asetat (93:7)
Pereaksi pendeteksi : semprot anisaldehid-H2SO4
Warna noda
Pereaksi
Gambar Kode UV
Rf UV semprot
kromatogram bercak Visual 366
254 nm anisaldehid-
nm
H2SO4
Sampel a 0,28 - Warna - -
Minyak atsiri cm ungu
Baku b - - - - -
eugenol
B. Hasil Analisis Minyak Atsiri
Percobaan ini bertujuan untuk memahami isolasi senyawa bahan alam khususnya
trimiristin, sampel yang digunakan adalah Biji Pala. Metode yang digunakan yaitu
metode refluks, destilasi dan kristalisasi. Metode Refluks menggunakan prinsip
mempertahankan reaksi dalam waktu lama dengan pemanasan dan pengembunan uap,
serta menjaga kestabilan suhu di bawah titik didih pelarut, karena dalam proses refluks
tidak ada senyawa yang hilang, sebab senyawa yang menguap, uapnya didinginkan oleh
kondensor sehingga menjadi cair dan kembali ke dalam labu reaksi. Prinsip dari destilasi
yaitu pemisahan filtrat dan residu, sedangkan prinsip kristalisasi ialah pemurnian dengan
pembentukan kristal. Proses destilasi filtrat yang didapat akan meninggalkan residu,
residu dapat dilarutkan dengan aseton karena pelarut ini tidak bereaksi dengan zat yang
terkandung serbuk biji pala. Selain itu tidak memiliki titik didih melebihi titik leleh zat
padatnya, sangat mudah melarutkan pada suhu didihnya. Berdasarkan literatur adalah titik
leleh Aseton 56,2oC sedangkan titik leleh trimiristin adalah 56o – 57oC.
Serbuk biji pala 20 gram yang digunakan dalam percobaan ini, bentuk serbuk
lebih mudah larut dengan pelarut. Hal ini dikarenakan semakin kecil permukaannya maka
akan semakin cepat larut, kristalnya lebih mudah terbentuk. Serbuk pala dilarutkan dalam
kloroform karena bersifat non polar sehingga dapat melarutkan trimiristin yang juga
bersifat non polar disamping itu juga karena titik didih kloroform rendah. Titik didih
pelarut yang tinggi kemungkinnan mendekati titik didih trimiristin yang dapat
menyebabkan trimiristin menguap sehingga kristal yang didapat sedikit. Hasil yang
diperoleh dari percobaan ini adalah 0,9217 g, kristal berwarna putih yang mengandung
senyawa trimiristin dengan rendemen sebesar 4,6085 %, hasil yang diperoleh termasuk
hasil yang sangat kecil. Berdasarkan literatur, didapat rendemen dari trimiristin pada biji
pala sebesar 79,55%. Terdapat perbedaan hasil rendemen yang didapatkan. Hal ini
kemungkinan karena kurang halus serbuknya sehingga luas permukaan kontak dengan
pelarut berkurang sehingga kandungan trimiristin yang dapat tersari kurang maksimal.
Selain itu dapat pula karena perbedaan asal sampel yang digunakan dimana tanaman yang
ditumbuhkan di tempat yang berbeda tentunya akan memiliki persentase kandungan yang
berbeda.
Isolasi asam miristat pada trimiristin yang telah diperoleh. Prinsip dari percobaan
ini adalah penyabunan yaitu reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah. Hasil
dari saponifikasi senyawa trimiristin adalah gliserol dan natrium miristat (sabun). Metode
yang digunakan refluks yaitu pemanasan terus menerus senyawa dengan adanya
kondensor sehingga senyawa tidak menguap dan mengembun kembali. Reagen yang
digunakan seperti KOH etanolik 3,5% yang berfungsi sebagai pelarut, HCL pekat
penambahan HCl juga menyebabkan larutan yang dihasilkan bersifat asam. Setelah
terbentuknya kristal, larutan disaring dengan kertas saring dan dicuci dengan
menggunakan aquadest. sedangkan asam miristat sukar larut dalam air, karena asam
miristat tergolong asam lemak. Kristal yang telah terbentuk di kering anginkan dan
ditimbang. Hasil penyabunan trimiristin menjadi asam trimiristat sebesar 2,4392 g dan
diperoleh rendemennya 48,78 % .
Kristal yang telah diperoleh diukur titik leburnya dan dibandingkan dengan
literatur untuk mengetahui bahwa kristal yang dihasilkan trimiristin murni. Bila titik
lelehnya sama antara literatur dengan percobaan, maka dapat dinyatakan bahwa kristal
tersebut adalah trimiristin. Berdasarkan percobaan diperoleh bahwa titik lebur kristal
adalah Jarak lebur 470C-790C, sedangkan dari literatur titik lelehnya 58,50C. Titik lebur
dari hasil percobaan memenuhi diantara literatur, tatapi jarak sampai meleburnya lebih
jauh, kemungkinan kristal yang diperoleh kurang murni, sehingga berpengaruh terhadap
titik lelehnya hasil kemurniannya 54,7 %. Tetapi karena perbedaanya tidak terlalu jauh
atau mencolok, jadi kemungkinan kristal tersebut benar trimiristin, hanya saja kurang
murni.
Sampel yang digunakan pada kelompok ini adalah Cera Alba dan Minyak wijen.
Uji noda lemak pada minyak wijen terbentuk noda transparan yang menghasilkan noda
lemak jenuh. Lemak jenuh ini adalah lemak yang detemukan pada lemak hewani. Lemak
jenuh ini mengandung kadar kolesterol yang tinggi. Uji kelarutan dengan pelarut
petroleum eter, eter, kloroform dan etanol 96% diperoleh hasil untuk cera alba PE 20
tetes, eter 25 tetes, kloroform 30 tetes, etanol 20 tetes. Minyak wijen PE 60 tetes, eter 10
tetes, kloroform 30 tetes, etanol 30 tetes kloroform dan eter merupakan pelarut lemak
yang bersifat nonpolar. Uji ketidakjenuhan dengan tambahan kloroform dan tetsi pereaksi
Hubl 2 tetes Warna berubah menjadi ungu yang berarti menunjukkan minyak wijen
termasuk lemak tak jenuh. Uji khusus oleum sesami menhasilkan perubahan warna
menajdi coklat menunjukkan minyak wijen termasuk lemak tak jenuh.
B. MINYAK ATSIRI
Pada percobaan kali ini kami melakukan percobaan isolasi dan analisis minyak
atsiri, dengan tujuan agar mahasiswa mampu melakukan isolasi dan analisis minyak
atsiri. Minyak atsiri adalah minyak mudah menguap yang terkandung dalam tanaman
. Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu
susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama di
hidung) sehingga sering sekali memberikan efek psikologi tertentu. Minyak atsiri
merupakan senyawa yang penting sebagai dasar wewangian alat dan juga untuk
rempah-rempah serta sebagai cita rasa dalam industri makanan. Pada industri
minuman beralkohol bermanfaat dalam pembuatan butter, cordials, rums, vermouths,
whiskies, wines, dan sebagainya. Terdiri dari campuran berbagai macam senyawa
kimia termasuk golongan hidrokarbon dan hidrokarbon –O. Sifat kimia dan mutu bau
dari masing – masing merupakan resultan dari campuran senyawa penyusun.
Ada beberapa jenis minyak atsiri diantaranya minyak nilam, minyak daun
cengkeh, minyak sereh, minyak kayu putih, minyak kenanga, minyak terpentin,
minyak cendana maupun minyak akar wangi. Minyak atsiri yang digunakan pada
percobaan yaitu minyak kayu putih, minyak gondopuro,minyak adas, minyak sereh
dan minyak cengkeh. Minyak atsiri memiliki sifat-sifat antara lain baunya yang khas,
bukan merupakan senyawa tunggal, mempunyai rasa getir, dalam keadaan belum
tercemar mudah menguap pada suhu kamar, tidak bisa disabunkan dengan alkali,
tidak bisa tengik, indeks bias yang tinggi sangat mudah larut pada pelarut
organik(etanol,eter,petroleum eter, dan kloroform, dan tidak tercampur dengan air,
tetapi cukup pada dapat larut hingga dapat memberikan baunya pada air. Susunan
senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama dihidung)
sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu.
Pada tahap ke-4 menukur daya larut dengan pelarut, pelarut yang digunakan
etanol, eter, kloroform, dan petroleum eter (PE). Caranya 1 tetes minyak atsiri ditetesi
oleh beberapa tetes pelarut. Hasilnya minyak kayu putih dilarutkan dengan etanol 35
tetes, eter 20 tetes, kloroform 20 teets dan PE 10 tetes. Minyak gondopuro dilarytkan
dengan penambahan etanol 10 tetes, eter 5 tetes, kloroform 5 tetes, dan PE 5 tetes.
Minyak adas dilarutkan dengan penambahan etanol 10 tetes, eter 5 tetes, kloroform 5
tetes, dan PE 30 tetes. Minyak sereh dilarutkan dengan penambahan etanol 5 tetes,
eter 10 tetes, kloroform 5 tetes, dan PE 5 tetes. Minyak cengkeh dilarutkan dengan
penambahan etanol 20 tetes, eter 35 tetes, kloroform 15 tetes dan PE 20 tetes.
VII. KESIMPULAN
a. Asam Lemak
1. Metode yang digunakan yaitu metode refluks, destilasi dan kristalisasi
2. Hasil trimiristin 0,9217 g, kristal berwarna putih dengan rendemen sebesar
4,6085 %, hasil penyabunannan akan menghasilkan Miristat sebesar 2,4392 g
dan diperoleh rendemennya 48,78 %.
3. Jarak lebur 470C-790C, sehingga kemurniannya diperoleh 54,7 %.
4. Minyak wijen termasuk lemak tak jenuh setelah dianalisi dengan uji noda
lemak, khusus oleum sesami, uji ketidakjenuhan memberikan warna ungu
yang berarti lemak tak jenuh, uji kelarutan yang mudah larut pada eter.
5. Cera alba dalam kloroform dan eter juga minyak lemak.
b. Minyak Atsiri
1. Hasil isolasi minyak atsiri organoleptik minyak atsiri berbentuk cairan
minyak, dengan bau khas dan warnanya yang kuning jernih. Didapatkan
rendemen 8% dan diidentifikasi dengan KLT muncul bercak pada senyawa
minyak atsiri yang dihitung Rfnya 0,28, menghasilkan warna ungu pada UV
254 nm.
2. Analisis minyak atsiri (minyak kayu putih, minyak gondopuro, minyak adas,
minyak sereh danminyak cengkeh) sifat di air menyebar dan permukaan tidak
keruh hanya minyak sereh. Minyak yang tanpa meninggalkan noda minyak
gondopuro, minyak adas akan tercampur setelah ditambah naCl jenuh. Uji
kelarutan minyak gondopuro cepet larut pada etanol, eter, PE dan klorofm.
Minyak yang memiliki indeks bias terkecil dan tidak tereduksi oleh NaOH
yaitu minyak adas.
Sipahelut, Sophia grace. 2010. Isolasi dan identifikasi minyak atsiri dari daging buah
pala. Universitas Pattimura. Ambon
Arsyad. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta : Gramedia.
Freiser, Louis F. 1957. Experiment in Organic Chemistry, 3nd edition. Revised, D.C,
Health and Company : Boston.
Wilcox, C.F. 1995. Experimental Organic Chemistry, 2nd Edition. Prentice Hall :
New Jersey.
Winarno, F.G. 1995. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka.
Surahman dan Murti Herawati. 2001. Farmakognosi jilid II. Jakarta : Departemen
Kesehatan.