Anda di halaman 1dari 5

CAPTOPRIL

1. Farmakokinetika
Proses pharmacokinetic obat captropril adalah obat ini diberikan secara oral
yaitu melalui mulut, masuk ke lambung dan di dalam lambung obat tersebut
dihancurkan kedalam bentuk partikel-partikel kecil untuk di absorbsi di usus
halus. Rata-rata minimal obat yang di absorbsi adalah kira-kira 75% dan
berkurang menjadi 30-40% dengan adanya makanan serta 25-30% captopril akan
berikatan dengan protein.
 Captopril sebagai dosis tunggal mempunyai durasi selama 6-12 jam
dengan onset 1 jam dan waktu paruh captopril dipengaruhi oleh fungi
ginjal dan jantung yaitu kurang dari 3 jam, bioavailability obat ini kira-kira
65% serta peak blood concentrations adalah 45 sampai 60 menit setelah di
berikan secara oral.
 Proses distribusi captopril adalah melewati plasenta dan dalam jumlah
yang kecil masuk kedalam air susu, distribusi obat ini tidak melewati
blood brain barrier.
 Metabolisme captopril terjadi di hati sekitar 50% dan diekskresikan
melalui urin (95%) dalam waktu 24 jam. Proses yang terakhir adalah
proses eksresi yang terjadi di ginjal dimana lebih dari 95% dosis yang di
absorbsi dikeluarkan dalam urin (Aschenbrenner and Venable, 2008).
 Awitan Aksi : PO/SL, < 15 menit
 Efek puncak : PO, 60-90 menit; SL<60 menit
 Lama Aksi : PO/SL 2-6 jam

2. Farmakodinamik
Proses pharmacodynamic dari obat captopril adalah menghambat ACE
(angiostensin converting enzyme) yang dibutuhkan untuk mengubah angiostensin
I yang belum aktif menjadi angiostensin II yang bersifat aktif. Karena
pembentukan angiostensin II terhambat maka terjadi vasodilatasi, dan penurunan
sekresi aldosteron sehingga ginjal mensekresi natrium dan cairan serta mensekresi
kalium. Keadaan ini akan menyebabkan penurunan tekanan darah dan mengurangi
beban jantung, baik afterload maupun pre-load. Captopril juga dapat mengurangi
resistensi arteri perifer dan meningkatkan cardiac output tetapi tidak memberikan
efek pada perubahan nadi. Karena resistensi arteri perifer menurun dan cardiac
output meningkat maka terjadinya penurunan tekanan darah. Obat ini juga
meningkatkan aliran darah di ginjal tetapi tidak memberikan efek pada filtrasi di
glomerulus dan terjadi peningkatan serum potassium level yang hasilnya adalah
terjadi penurunan sekresi aldosteron. ACE inhibitor juga terlibat dalam degradasi
bradikinin yaitu menyebabkan peningkatan bradikinin yang merupakan suatu
vasodilator kuat dan menstimulus pelepasan prostaglandin dan nitric oxide.
Peningkatan bradikinin dapat meningkatkan efek penurunan tekanan darah dari
ACE inhibitor, tetapi juga memberikan efek samping berupa batuk kering.
Penurunan tekanan darah biasanya 60-90 menit setelah obat ini di berikan secara
oral. Penurunan tekanan darah akan berlangsung secara bertahap sehingga untuk
mencapai efek terapeutik yang maksimal, maka dibutuhkan beberapa minggu
pengobatan (Mims Annual, 2008).
3. Efek Samping
 Hipotensi, dapat terjadi pada awal pemberian ACE-inhibitor, terutama pada
hipertensi dengan aktivitas rennin yang tinggi
 Atuk kering, peningkatan bradikinin dan substansi P dan atau prostaglandin
dapat menginduksi efek samping batuk kering
 Hiperkalemia, sehubungan dengan efek ekskresi air dan natrium, maka
mengakibatkan retensi kalium. Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal,
penggunaan bersama dengan diuretic hemat kalium, AINS, suplemen kalium
atau β-blocker perlu mendapatkan pengawasan lebih
 Disgeusia, gangguan pengecapan diduga karena adanya gugus slfihidril (SH)
 Rash makulopapular / mobiliform, bersifat reversible dan dapat menghilang
spontan atau dengan pemberian antihistamin
 Angioedema, dapat terjadi pada hidung, bibir,dan saluran nafas pada
beberapa jam pertama setelah pemberian obat. Dapat diatasi dengan
pemberian epinefrin, antihistamin atau kortikosteroid
 Gagal ginjal akut, sudah dijelaskan diatas
 Proteinuria, jarang terjadi
 Teratogenik, dapat mengakibatkan gagal ginjal fetus dan kematian bila
diberikan pada trimester 2 dan 3.

4. Peringatan dan Perhatian


Keamanan penggunaan pada wanita hamil belum terbukti, bila terjadi
kehamilan selama pemakaian obat ini, maka pemberian obat harus dihentikan
dengan segera. Harus diberikan dengan hati – hati pada wanita menyusui,
pemberian ASI perlu dihentikan karena ditemukan kadar dalam ASI lebih tinggi
daripada kadar dalam darah ibu.
Pemberian pada anak – anak masih belum diketahui
keamanannya, sehingga obat ini hanya diberikan bila tidak ada obat lain yang
efektif. Pemakaian pada lanjut usia harus hati – hati karena sensitivitasnya
terhadap efek hipotensif.
Hati – hati pemberian pada penderita penyakit ginjal. Pengobatan agar
dihentikan bila terjadi gejala – gejala angiodema seperti bengkak mulut, mata,
bibir, lidah, laring juga sukar menelan, sukar bernafas dan serak. Konsultasikan ke
dokter bila menggunakan suplemen potassium, potassium sparing diuretic dan
garam – garam potassium.
Pemakaian obat penghambat ACE pada kehamilan dapat menyebabkan
gangguan/klainan organ pada fetus atau neonatus, bahkan dapat menyebabkan
kematian fetus atau neonatus. Pada kehamilan trimester II dan III dapat
menimbulkan gangguan antara lain : hipotensi, hipoplasia tengkorak neonatus,
anuria, gagal ginjal reversible atau ireversible dan kematian. Juga dapat terjadi
oligohidramnios, deformasi kraniofasial, perkembangan paru hipoplasi, kelahiran
prematur, perkembangan retardasi – intrauteri, paten duktus arteriosus.
Bayi dengan riwayat dimana selama di dalam kandungan ibunya mendapat
pengobatan penghambat ACE, harus diobservasi tentang kemungkinan terjadinya
hipotensi, oligouria dan hiperkalemia.
Beberapa hal yang harus di beritahukan kepada pasien yaitu tidak di
perbolehkan mengkonsumsi obat ini bersamaan dengan mengkonsumsi alkohol,
tidak di perbolehkan makan makanan atau obat-obatan yang mengandung tinggi
potassium, tidak mengkonsumsi supplement yang mengandung kalsium,
aluminium, magnesium dan zat besi setelah dua jam pemberian obat ini
(Drugbank, 2009)

5. Interaksi Obat
 Obat-obat imunosupresan dapat menyebabkan diskrasia darah pada pengguna
captopril dengan gagal ginjal.
 Suplemen potassium atau obat diuretik yang mengandung potassium, dapat
terjadi peningkatan yang berarti pada serum potassium.
 Probenesid, dapat mengurangi bersihan ginjal dari Captopril.
 Obat antiinflamasi non steroid, dapat mengurangi efektivitas antihipertensi.
 Obat diuretik meningkatkan efek antihipertensi Captopril.
 Captopril dilaporkan bekerja sinergis dengan vasodilator perifer seperti
minoxidil.
6. Dosis
 Hipertensi ringan sampai sedang.
Dosis awal 12,5 mg, 2 kali sehari. Dosis pemeliharaan 25 mg, 2 kali sehari,
yang dapat ditingkatkan selang 2–4 minggu, hingga diperoleh respon yang
memuaskan. Dosis maksimum 50 mg, 2 kali sehari. Diuretik tiazida dapt
ditambahkan jika belum diperoleh respon yang memuaskan. Dosis diuretik
dapat ditingkatkan selang 1–2 minggu hingga diperoleh respon optimum atau
dosis maksimum dicapai.
 Hipertensi berat.
Dosis awal 12,5 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan bertahap menjadi
maksimum 50 mg, 3 kali sehari. Captopril harus digunakan bersama obat anti
hipertensi lain dengan dilakukan penyesuaian dosis. Dosis Captopril jangan
melebihi 150 mg sehari.
 Gagal jantung.
Captoril digunakan bila terapi dengan diuretik tidak memadai untuk
mengontrol gejala-gejala. Dosis awal 6,25 mg atau 12,5 mg dapat
meminimalkan efek hipotensif sementara. Dosis pemeliharaan 25 mg, 2–3 kali
sehari, dapat ditingkatkan bertahap dengan selang paling sedikit 2 minggu.
Dosis maksimum 150 mg sehari.
 Usia lanjut
Dianjurkan penggunaan dosis awal yang rendah, mengingat kemungkinan
menurunnya fungsi ginjal atau organ lain pada penderita usia lanjut.
 Anak-anak
Dosis awal 0,3 mg/kg berat badan sampai maksimum 6 mg/kg berat badan
perhari dalam 2–3 dosis, tergantung respon.

Anda mungkin juga menyukai