Anda di halaman 1dari 3

Pembangunan Sektor Pertanian guna Mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional

Aulia Krisna Setiawan. 115030100111143 Mahasiswa Universitas Brawijaya, Fakultas Ilmu Administrasi,
Jurusan Administrasi Publik 2011.

Abstraksi

Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu prioritas utama di Indonesia.


Tujuan paper ini menganalisis pembangunan sektor pertanian nasional saat ini dan kaitannya
dengan penguatan ketahanan pangan nasional. Perlunya membangun ketahanan pangan
nasional dengan meningkatkan hasil produksi, serta meningkatkan kualitas hasil pertanian
agar berdaya saing. Pemerintah menguatkan peran petani agar dapat mewujudkan ketahanan
pangan nasional dan dapat menghadapi persaingan global.
Kata kunci : pembangunan, penguatan, pertanian, ketahanan pangan nasional

1. Latar Belakang
Jumlah penduduk dunia yang menderita kelaparan pada tahun 2010 mencapai 925 juta
orang. 1 Situasi ini diperparah dengan semakin berkurangnya investasi di sektor pertanian
yang sudah berlangsung selama 20 tahun terakhir. Sementara sektor pertanian menyumbang
70% dari lapangan kerja baik secara langsung maupun tidak langsung.2
Indonesia adalah negara yang memiliki komitmen yang tinggi untuk menjaga
stabilitas ketahanan pangan global dan juga telah menandatangani Letter of Intent (LOI)
dengan FAO pada bulan Maret 20093 sebagai bentuk dukungan terhadap berbagai program
peningkatan ketahanan pangan global dan pembangunan pertanian negara-negara
berkembang lainnya, terutama meningkatkan produktivitas pertanian guna mewujudkan
ketahanan pangan dalam rangka ketahanan nasional.
Pangan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak untuk ditindaklanjuti dan
memerlukan langkah-langkah penanganan dengan pendekatan yang sistematik, terpadu dan
menyeluruh. Mengingat pentingnya pangan untuk keberlanjutan berbangsa dan bernegara,
maka seluruh pemangku kepentingan harus mampu menyatukan langkah dan pemikiran serta
menempatkan upaya produktivitas pertanian sebagai prioritas utama.

1
Food and Agriculture Organization. 2010. 925 million in chronic hunger worldwide.
http://www.fao.org/news/story/en/item/45210/icode/
2
Arifin, Bustanul. 2011. Jurnal Kajian Lemhannas RI Edisi 15 Mei 2013, 12.
3
Kementerian Luar Negeri Indonesia. 2012. Ketahanan Pangan.
http://www.kemlu.go.id/Pages/IIssueDisplay.aspx?IDP=9&l=id
Selama ini, pemerintah telah berupaya menyempurnakan kebijakan produktivitas
pertanian, baik dari sisi paradigma, anggaran maupun instrumen program meningkatkan
produktivitas pertanian. Dibukanya ruang partisipasi pada semua pihak dalam upaya
peningkatan produktivitas pertanian dan menjadikan isu sebagai tanggung jawab seluruh
pemangku kepentingan, merupakan langkah awal yang ditujukan untuk mendorong seluruh
elemen masyarakat, agar turut berperan dan bertanggung jawab dalam upaya meningkatkan
produktivitas Pertanian. Semangat inilah yang mendasari berbagai prakarsa yang dilakukan
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, masyarakat, dunia usaha dan pemangku
kepentingan lainnya.

Namun demikian, berbagai kebijakan dan program yang telah digulirkan masih belum
sepenuhnya berjalan dan terselenggara secara selaras, terpadu, efisien dan efektif.

2. Data dan Fakta.


Permasalahan peningkatan produktivitas pertanian harus memperhatikan dua aspek
yang saling berkaitan yaitu permintaan dan penawaran. Aspek permintaan berkaitan dengan
kuantitas dan kualitas penduduk sedangkan aspek penawaran berkaitan dengan jumlah
produk pertanian yang dihasilkan.
a. Aspek Permintaan
Jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk masih tinggi membutuhkan pangan
yang besar dimana sebagian harus dipasok dari hasil produksi pertanian.
b. Aspek Penawaran
kualitas infrastruktur dan pembangunan infrastruktur pertanian tergolong masih
rendah.4

c. Lambannya pertumbuhan produktivitas pangan Indonesia.

3. Permasalahan
Pertama, dari aspek paradigma mencakup: sistem agribisnis harus digeser menjadi
berbasis kepada petani dan pengusaha, sedangkan peran pemerintah hanya sebagai fasilitator,
pendekatan masih bersifat sektoral, dan peran pemerintah daerah masih kurang,
Kedua, dari aspek produksi mencakup: alih fungsi lahan pertanian ke non-pertanian
masih tinggi, rusaknya infrastruktur pertanian di berbagai daerah, melemahnya sistem
penyuluhan pertanian, suplai air semakin berkurang, laju pertumbuhan penduduk relatif

4
The World Bank. 2000. Prioritas Masalah Pertanian di Indonesia
tinggi, , adopsi inovasi teknologi relatif rendah, pemilikan lahan sangat kecil, kelembagaan
petani masih lemah, pascapanen tergantung alam, keadaan cuaca dan keadaan geografi
setempat.
Ketiga, dari aspek distribusi mencakup: fluktuasi harga/inflasi relatif tinggi,
pengelolaan distribusi yang belum merata di seluruh wilayah, permintaan dari luar daerah
sangat tinggi, cadangan pangan beras belum terdata dengan baik dan biaya koleksi dan
distribusi yang relatif tinggi.
Keempat, dari aspek konsumsi mencakup: keamanan pangan, kerawanan pangan dan
gizi, diversifikasi pangan serta daya beli masyarakat yang belum memadai.
Kelima, dari aspek koordinasi mencakup: masing-masing instansi hanya fokus pada
tugas pokok fungsinya masing-masing, lemahnya koordinasi antar-instansi dan lemahnya
leadership yang dapat mengkoordinasi berbagai instansi.
Keenam, dari aspek keuangan yaitu terbatasnya akses petani terhadap sumber
permodalan serta belum adanya perlindungan keuangan terhadap petani.
4. Pemecahan dan Saran
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, hal mendasar yang perlu dilaksanakan
adalah sebagai berikut: Meningkatkan produktivitas pertanian membutuhkan paradigma baru
melalui pembangunan sistem dan usaha agribisnis. Pembangunan sistem dan usaha agribisnis
adalah pembangunan yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan dilaksanakan
secara terdesentralisir. Berdaya saing dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan globalisasi,
sehingga kita mampu bersaing dengan produk impor dan bersaing di pasar internasional.
Berkerakyatan untuk memenuhi tuntutan kesejahteraan petani dan pengentasan kemiskinan.
Berkelanjutan dalam mewujudkan daya saing dan berkerakyatan melalui penyesuaian diri
dengan perubahan iklim global. Jika kita tidak menyesuaikan diri dengan perubahan iklim
dan memperhatikan kelestarian lingkungan, maka tidak akan bisa berkelanjutan.

Pengaruh lingkungan strategis baik eksternal maupun internal yang dihadapi petani
padi Indonesia umumnya dan petani daerah sentra produksi beras khususnya dapat diatasi
dengan strategi pemecahan masalah melalui Waspadai Krisis Pangan Global dengan
menggalakkan peningkatan produk-produk lokal yang biasa dikonsumsi masyarakat lokal,
Swasembada Beras Berkelanjutan melalui peningkatan produktivitas Pertanian yang
dilaksanakan secara terpadu mulai dari sektor hilir, hulu dan jasa penunjangnya.

Anda mungkin juga menyukai