Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................


DAFTAR ISI..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................................
B. Rumusan Masalah .........................................................................................
C. Tujuan
1. Tujuan mum ..................................................................................................
2. Tujuan khusus................................................................................................
BAB II KONSEP DASAR MEDIS
A. Pengertian BBLR..............................................................................
B. Etiologi .............................................................................................
C. Penyakit Penyerta Pada BBLR ........................................................
D. Manifestasi Klinik ............................................................................
E. Pemeriksaan Penunjang....................................................................
F. Komplikasi .......................................................................................
G. Penatalaksanaan Medis .....................................................................
H. Pencegahan BBLR............................................................................
I. Resiko BBLR ...................................................................................

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. pengkajian ..............................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan .................................................................................
C. Intervensi Keparawatan .................................................................................
D. Iplemenrasi Keperawatan ..............................................................................
E. Evaluasi

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kongres Kedokteran Perinatologi Eropa Ke-2, 1970, mendefinisikan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir  2500 gr dan
mengalami masa gestasi yang diperpendek maupun pertumbuhan intra uterus kurang dari
yang diharapkan (Rosa M. Sacharin, 1996).
Berat Badan Lahir Rendah tergolong bayi yang mempunyai resiko tinggi untuk
kesakitan dan kematian karena BBLR mempunyai masalah terjadi gangguan pertumbuhan
dan pematangan (maturitas) organ yang dapat menimbulkan kematian.
Angka kejadian (insidens) BBLR di negara berkembang seperti di Inggris dikatakan
sekitar 7 % dari seluruh kelahiran. Terdapat variasi yang bermakna dalam insidens diseluruh
negeri dan pada distrik yang berbeda, angka lebih tinggi di kota industri besar (Rosa M.
Sacharin, 1996). Sedangkan di Indonesia masih merupakan masalah yang perlu diperhatikan,
karena di Indonesia angka kejadiannya masih tinggi. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya dari
tahun ke tahun tidak banyak berubah sekitar 22 % - 26,4 %.
Berkenaan dengan itu upaya pemerintah menurunkan IMR tersebut maka
pencegahan dan pengelolaan BBLR sangat penting. Dengan penanganan yang lebih baik dan
pengetahuan yang memadai tentang pengelolaan BBLR, diharapkan angka kematian dan
kesakitan dapat ditekan.
Peran serta perawat dalam pencegahan BBLR dengan meningkatkan kesejahteraan
ibu dan janin yang dikandung, maka perlu dilakukan deteksi dini melalui pemantauan Ante
Natal Care dan pengelolaan BBLR dengan penanganan dan pengetahuan yang memadai
dengan menggunakan pendekatan asuhan keperawatan.
Berdasarkan fenomena diatas kelompok tertarik untuk mengangkat masalah asuhan
keperawatan pada neonatus dengan BBLR di Ruang Neonatus RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui asuhan keperawatan
pada dengan BBLR.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengertian BBLR


b. Mengetahui etiologi/penyebab bayi BBLR
c. Mengetahui penyakit penyerta pada BBLR
d. Mengetahui manifestasi klinik dari bayi BBLR
e. Melakukan pemeriksaan penunjang pada bayi BBLR
f. Mengetahui komplikasi yang timbul pada bayi BBLR
g. Penatalaksanaan medis pada bayi BBLR
h. Mengetahui pencegahan pada bayi BBLR
i. Mengetahui resiko dari BBLR

BAB II
KONSEP DASAR MEDIS

A. PENGERTIAN
Bayi berat lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang
dari 2500 gram ( WHO, 1961 ). Berat badan pada kehamilan khusus apapun sangat berfariasi
dan harus digambarkan pada grafik presentil.
Bayi yang berat badannya diatas presentil 90 dinamakan besar untuk umur
kehamilan dan yang di bawa presentil 10 dinamakan ringan untuk umur krhamilan.
Berdasarkan itu bahwa 10 % semua bayi ringan untuk umur kehamilan. Bayi yang berat
badannya kurang dari 2500 gr pada saat lahir di namakan berat badan lahir rendah.
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat badan lahir
rendah di bedakan:
 Bayi berat lahir rendah , berat lahir 1500 – 2500 gram
 Bayi berat lahir sangat rendah, berat lahir kurang dari 1500 gram
 Bayi berat lahir eksterem, Berat lahir kurang dari 1000 gram

B. ETIOLOGI
Bayi berat lahir rendah mungkin prematur ( kurang bulan ) mungkin juga cukup
bulan ( dismatur ).
 PREMATUR MURNI
Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa kehamillan atau disebut juga neonatus
preterm / BBLR / SMK.
Faktor Faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan prematur atau BBLR adalah :
1. Faktor Ibu
- Riwayat kelahiran prematur sebelumnya
- Gizi saat hamil kurang
- Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
- Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
- Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok)
- Perdarahan antepartum, kelainan uterus, Hidramnion
- Faktor pekerja terlalu berat
- Primigravida
- Ibu muda (<20 tahun)
2. Faktor kehamilan
Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum, komplikasi hamil
seprti preeklamsia, eklamsi, ketuban pecah dini.
3. Faktor janin
Cacat bawaan, infeksi dalam rahim dan kehamilan ganda., anomali congenital.
4. Faktor kebiasaan : Pekerjaan yang melelahkan, merokok
5. Faktor yang masih belum diketahui.
Karakteristik yang dapat ditemukan pada prematur murni adalah :
1. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang
dari 33 cm lingkar dada kurang dari 30 cm.
2. Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis
3. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
4. Kepala lebih besar dari badan rambut tipis dan halus
5. Tulang tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura besar
6. Telinga sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana
7. Jaringan payudara tidak ada dan puting susu kecil
8. Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnu
9. Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama pada dahi dan pelipis dahi
dan lengan.
10. Lemak subkutan kurang
11. Genetalia belum sempurna , pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia mayora.
12. Reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk masih lemah.

Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih
lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna . Oleh
karena itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi persalinan
dengan prematuritas (BBLR) .
 DISMATUR
Dismatur (IUGR) adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam
kandungan .
Menurut Renfield (1975) IUGR dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Proportionate IUGR
Janin yang menderita distres yang lama dimana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-
minggu sampai berbulan bulan sebelum bayi lahir sehingga berat,panjang dada lingkaran
kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih dibawah masa
gestasi yang sebenarnya. Bayi ini tidak menunjukkan adanya Wasted oleh karena retardasi
pada janin terjadi sebelum terbentuknya adipose tissue.
2. Disporpotionate IUGR
Terjadi karena distres subakut gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari
sampai janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar kepala normal akan tetapi berat
tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak Wasted dengan tanda tanda sedikitnya
jaringan lemak di bawah kulit , kulit kering keriput dan mudah diangkat bayi kelihatan kurus
dan lebih panjang.
Faktor Faktor yang mempengaruhi BBLR pada Dismatur :
1. Faktor ibu : Hipertensi dan penyakit ginjal kronik, perokok, pendrita penyakit diabetes
militus yang berat, toksemia, hipoksia ibu, (tinggal didaerah pegunungan , hemoglobinopati,
penyakit paru kronik ) gizi buruk, Drug abbuse, peminum alcohol.
2. Faktor utery dan plasenta : Kelainan pembuluh darah, (hemangioma) insersi tali pusat yang
tidak normal, uterus bicornis, infak plasenta, tranfusi dari kembar yang satu kekembar yang
lain, sebagian plasenta lepas.
3. Faktor janin : Gemelli, kelainan kromosom, cacat bawaan, infeksi dalam
kandungan, (toxoplasmosis, rubella, sitomegalo virus, herpez, sifillis).
4. Penyebab lain :Keadaan sosial ekonomi yang rendah, tidak diketahui
C. PENYAKIT PENYERTA PADA BBLR

a. Bayi kurang bulan murni (Prematur)

- Aspirasi pneumonia

- Perdarahan Intra Ventrikuler

- Hiperbilirubinemia

- Gangguan pernafasan idiopatik

b. Bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK)

- Aspirasi mekonium diikuti dengan Pneumotorak

- Hb meningkat akibat hipoksia kronis

- Hipoglikemi

- Asfiksia, perdarahan paru masif, hipotermi, infeksi

D. MANIFESTASI KLINIK

a. Bayi kurang bulan murni (Prematur)


- BB < 2500 gr, PB < 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm, kepala > badan
- Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, ubun-ubun dan sutura lebar
- Genetalia imatur, rambut tipis halus teranyam, elastisitas daun telinga kurang
- Tangis lemah, tonus otot leher lemah.
- Reflek moro (+), reflek menghisap, menelan, batuk, belum sempurna.
- Bila lapar menangis, gelisah, aktifitas bertambah, bila dalam 3 hari hal ini
- Tidak tampak bayi menderita infeksi/perdarahan intrakranial
- Nafas belum teratur
- Pembuluh darah kulit diperut terlihat banyak
- Jaringan mamae belum sempurna, putting susu belumterbentuk dengan baik
b. Bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK)
Dibagi dalam 3 stadium :
1. Kurus relatif lebih panjang,
2. Kulit tipis dan
3. Kering.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
1. Pemeriksaan skor ballard

2. Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan.

3. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan
analisa gas darah.

4. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang
bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.

5. USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan.

F. KOMPLIKASI

Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :
Hipotermia
Hipoglikemia
3. Gangguan cairan dan elektrolit
4. Hiperbilirubinemia
5. Sindroma gawat nafas
6. Paten duktus arteriosus
7. Infeksi
8. Perdarahan intraventrikuler
9. Apnea of Prematurity
10.Anemia

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR) antara lain :
 Gangguan perkembangan
 Gangguan pertumbuhan
 Gangguan penglihatan (Retinopati)
 Gangguan pendengaran
 Penyakit paru kronis
 Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
 Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Medikamentosa, Pemberian vitamin K1 Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari,
dan umur 4-6 minggu).
2. Diatetik, Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan
pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan
memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap
sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil
yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama: Apabila bayi mendapat
ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara
pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3
hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
3. Suportif, Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh
normal : Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh
bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator
atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai
petunjuk.
* Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
Ukur suhu tubuh dengan berkala

Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :

* Jaga dan pantau patensi jalan nafas


Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang,
gangguan nafas, hiperbilirubinemia).
Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu berkunjung
setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.

H. PENCEGAHAN BBLR
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah
yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan
dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor
risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk
pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda
tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat
menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik.
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34
tahun).
4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan
ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap
pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.

I. RESIKO BBLR
BBLR umumnya kerap mengalami gangguan. Apalagi bila perawatan di tahun
pertama kelahirannya kurang baik. Ini dapat berdampak hingga bayi itu tumbuh menjadi
besar. Berikut beberapa resiko yang mungkin muncul.
1. Lemah dan mudah kedinginan karena lapisan lemak bawah kulitnya sangat tipis.
2. Mudah letih, karena sering tersedak waktu menyusui dan malas mengisap. BBLR harus
minum ASI lebih sering supaya beratnya menjadi normal.
3. Mudah terkena penyakit
4. Mudah terkena gangguan pernafasan
5. Bila terkena penyakit beresiko fatal

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Data Subyektif
Data subyektif terdiri dari
Biodata atau identitas pasien :
Bayi meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin
Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan,
penghasilan pekerjaan, dan alamat (TalbottLaura A, 1997 : 6).
a. Riwayat kesehatan
Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus BBLR
yaitu:
 Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok ketergantungan
obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
 Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple, kelainan kongenital,
riwayat persalinan preterm.
 Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur dan periksa
kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
 Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan postdate atau
preterm).
Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan
permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :
 Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta previa.
 Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat penenang (narkose)
yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
b . Riwayat post natal
Yang perlu dikaji antara lain :
 Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia berat, AS (4-
6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
 Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm 2500 gram lingkar kepala kurang
atau lebih dari normal (34-36 cm).
 Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial aesofagal.
c. Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi gastrointentinal, muntah
aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan cairan parentral atau personde sesuai
dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk
mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat
intravena.
Kebutuhan parenteral :
 Bayi BBLR < 1500 gram menggunakan D5%
 Bayi BBLR > 1500 gram menggunakan D10%
Kebutuhan nutrisi enteral :
 BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam
 BB 1250-< 2000 gram = 12 kali per 24 jam
 BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam
Kebutuhan minum pada neonatus :
 Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari
 Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari
 Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari
 Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari
Dan untuk tiap harinya sampai mencapai 180 – 200 cc/kg BB/hari
(Iskandar Wahidiyat, 1991 :1).
d. Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah :
 BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.
 BAK : frekwensi, jumlah
e. Latar belakang sosial budaya
 Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-
obatan tertentu terutama jenis psikotropika.
 Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau
pantang makanan tertentu.
f. Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi
memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang dan
perhatian serta dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya
dengan BBLR karena memerlukan perawatan yang intensif.
2. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan dengan
menggunakan standart yang diakui atau berlaku (Effendi Nasrul, 1995).
a. Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan akan
membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras. Kesadaran neonatus
dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan
sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi
neonatus yang baik.
b. Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia benar, tepat dan
cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36 C dan
beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 C. Sedangkan suhu normal tubuh antara
36,5C – 37,5C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60
kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur (Potter Patricia
A, 1996 : 87). Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik pasien untuk
menentukan kesehatan pasien (Effendi Nasrul, 1995).
c. Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi preterm terdapat
lanugo dan verniks.
d. Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar
cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
e. Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva, warna sklera
tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.
f. Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
g. Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
h. Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan.
i. Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek.
j. Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi, frekwensi
bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
k. Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costaae pada garis
papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung
adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi,
sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
l. Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda infeksi pada tali
pusat.
m. Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra pada
neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi
mucus keputihan, kadang perdarahan.
n. Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari faeses.
o. Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya
kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
p. Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek moro dapat
memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang
(Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan Potter Patricia A, 1996 : 109-356).
3. Data Penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosa atau
kausal yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula.
Pemeriksaan yang diperlukan adalah :
Darah : GDA > 20 mg/dl, test kematangan paru, CRP, Hb dan Bilirubin : > 10 mg/dl

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada neonatus dengan BBLR antara lain:

1. Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan produksi surfactan yang belum optimal.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek menghisap lemah.
3. Resiko terjadinya hipoglikemia b/d meningkatnya metabolisme tubuh neonatus.
4. Resiko terjadinya hipotermia b/d lapisan lemak kulit yang tipis.
5. Resiko terjadinya infeksi b/d tali pusat yang belum kering, imunitasyang belum
sempurna, ketuban meconial.
6. Gangguan hubungan interpersonal antara ibu dan bayi sehubungan dengan rawat
terpisah.

Anda mungkin juga menyukai