Anda di halaman 1dari 2

Tujuh Hal yang Harus Diketahui oleh Tim

Anti Fraud Layanan Kesehatan


Tim anti fraud layanan kesehatan punya peran penting dalam pengendalian fraud pada era JKN
ini. Di Indonesia, tim semacam ini ada dua bentuk yaitu Tim Pencegahan Kecurangan JKN dan
Tim Kendali Mutu dan Kendali Biaya (TKMKB). Tim ini punya tugas mulai dari menjalankan
program-program anti fraud hingga melakukan monitoring dan evaluasi terhadap program yang
dijalankan. Tidak mudah memang menjalani peran sebagai tim anti fraud layanan kesehatan.
Pada saat yang bersamaan, mereka harus bersikap bersahabat dengan teman sejawat sekaligus
tegas menegakkan aturan. Setidaknya ada 7 hal yang harus diperhatikan ketika seseorang
menjalankan tugas sebagai bagian dari tim anti fraud:

1. Alur Pertanggungjawaban Pelaporan


Tim anti fraud sebaiknya berada dalam posisi independen. Tim ini tidak disarankan
berada di bawah koordinasi Bagian Keuangan atau Bagian Hukum di sebuah institusi.
Alur pelaporan yang paling tepat bagi tim anti fraud layanan kesehatan adalah langsung
kepada pimpinan institusi. Saran ini sejalan amanat Permenkes No. 36/ 2015. Sebagai
contoh, Tim Pecegahan Kecurangan JKN yang ada di rumah sakit bertanggung jawab
untuk melaporkan kegiatan anti fraud langsung ke direktur rumah sakit. Sedangkan Tim
Pencegahan Kecurangan JKN yang berada di Dinak Kesehatan dapat melaporkan
pelaksanaan program anti fraud ke Kepala Dinas Kesehatan. Tim anti fraud ini juga harus
memiliki keleluasaan dalam berkomunikasi dengan pimpinan institusi.
2. Memahami Bisnis Institusi
Program-program anti fraud seringkali banyak memakan biaya. Mulai dari pembentukan
dan penggajian tim, menyediakan instrumen-instrumen untuk deteksi potensi fraud,
hingga pelaksanaan sanksi berupa pengembalian biaya yang diterima institusi kepada
pihak yang dicurangi. Hal ini seringkali membuat banyak institusi seperti rumah sakit
swasta menunda pelaksanaan program-program anti fraud. Tim anti fraud harus peka
melihat situasi ini walaupun ada tanggung jawab moril untuk memastikan bahwa
program anti fraud dapat berjalan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah berdiskusi
dengan kepala rumah sakit untuk menetapkan prioritas program yang akan dijalankan.
Pelaksanaan program juga dapat dibuat berkala untuk mengendalikan pembiayaan.
3. Mendapatkan Kepercayaan
Tantangan terbesar saat menjadi bagian tim anti fraud adalah sulit mencari kolega yang
dapat dipercaya maupun orang yang mau percaya. Agar dapat melakukan tugas dengan
baik, tim anti fraud perlu mendapat kepercayaan dan penghormatan. Untuk mendapatkan
ini anggota tim anti fraud harus mampu menunjukkan dedikasi kerja dan komitmen
terbaik dengna nuansa bersahabat. Bantu institusi, seperti rumah sakit, untuk
menjalankan program anti fraud layanan kesehatan mulai dari yang paling sederhana.
Secara bertahap bantu mereka untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas untuk
menjalankan program anti fraud yang lebih besar.
4. Gunakan Instrumen untuk Meringankan Pekerjaan
Tidak salah menggunakan instrumen manual ketika menjalankan program anti fraud
seperti deteksi potensi fraud. Namun, bila ada instrumen elektronik untuk membantu
pekerjaan tim, gunakanlah. Menggunakan instrumen elektronik membantu memangkas
waktu kerja yang dibutuhkan. Disaat yang bersamaan, tim anti fraud dapat lebih fokus
membangun strategi untuk efektivitas pelaksanaan program. Contoh instrumen elektronik
semacam ini adalah aplikasi Utilization Review (UR) milik BPJS kesehatan yang dapat
digunakan TKMKB untuk menganalisis pemanfaatan pelayanan kesehatan.
5. Etika Ketika Menjalankan Tugas
Anggota tim anti fraud memang harus memiliki karakter kuat sebagai "penegak
kebenaran". Namun, tidak ada salahnya dalam menjalankan tugas ini, anggota tim
bersikap ramah dan bersahabat. Sikap semacam ini tidak sama dengan lunak dan toleran
terhadap pelaku fraud. Dalam menjalankan tugas, tim anti fraud dapat bersikap seolah
"sahabat yang membantu untuk menjadi lebih baik" dibanding seperti penegak hukum
yang sedang menjalankan operasi tangkap tangan.
6. Temukan "Telinga yang Tepat" untuk Bercerita
Akibat dampak dari pekerjaannya, kadang anggota tim anti fraud menjadi individu yang
jarang memiliki teman akrab. Kondisi ini tidak jarang membuat anggota tim merasa
kesepian dan butuh teman bicara. Anggota tim harus pandai mencari kolega yang tepat
untuk bercerita, dalam batas-batas tertentu, mengenai pekerjaannya. Ini penting untuk
menjaga anggota tim tetap
7. "waras" dan termotivasi dalam menjalankan pekerjaannya.
8. Gunakan Referensi, Sitasi, Contoh, dan Fakta Sebanyak Mungkin
Tidak jarang kasus fraud yang ditemui oleh tim merupakan "kasus abu-abu" yang butuh
analisa mendalam. Untuk kasus semacam ini referensi akan membantu dalam membuat
keputusan yang objektif. Penggunaan sitasi maupun fakta sebanyak mungkin juga
membuat keputusan tim anti fraud lebih dipercaya oleh institusi.

Tugas tim anti fraud layanan kesehatan memang penuh tantangan. Perlu berbagai upaya
koordinatif dan strategi yang baik untuk memastikan program anti fraud berjalan lancar. Anggota
tim anti fraud juga perlu terus belajar untuk memahami dan menerapkan, setidaknya, 7 item di
atas agar dapat lebih optimal dalam menjalankan tugas dalam suasana nyaman.

Text: drg. Puti Aulia Rahma, MPH (putiauliarahma@gmail.com)

*Disadur dengan penyesuaian seperlunya dari artikel berjudul 7 Things Every Compliance
Officer Should Know karangan CJ Wolf, MD, CHC, CPC, CCEP, CIA.

Anda mungkin juga menyukai