Anda di halaman 1dari 25

BAB V

LABORATORIUM

5.I. Laboratorium

Laboratorium di PG. Candi Baru merupakan urat nadi hasil produksi Laboratorium di
PG. Candi Baru ada tiga yaitu lab inti,lab umum,dan lab pantau. Lab inti yaitu laboratorium
yang digunakan untuk analisa inti hasil produksi,diantaranya analisa gula reduksi,analisa
sacharosa, dan analisa turbidisi. Lab umum yaitu laboratorium yang digunakan untuk analisa
proses. Semua yang sedang diproses oleh pabrik tidak lepas dari pengawasan lab analisa
yang digunakan antara lain analisa nira,tetes,klare,stroop,gula A,gula SHS,hingga ampas
tebu dan blotong. Sedangkan lab pantau berfungsi untuk menganalisa pendahuluan,tiap
truk/lori dianalisa dalam lab pantau. Salah satu fungsi analisanya yaitu untuk mengetahui
nilai rendemen tebu dan biaya yang dikeluarkan untuk membayar tebu. Pada intinya fungsi
ketiga laboratorium tersebut sama ,yaitu memantau hasil produksi.

Analisa laboratorium dalam pabrik penting dilakukan karena hasil analisa digunakan
sebagai dasar perhitungan dan pengawasan proses yang dilakukan setiap hari agar
memperoleh mutu gula yang tinggi serta dapat menghasilkan gula semaksimal mungkin.

Analisa laboratorium untuk mengendalikan kualitas atau mutu dilaksanakan dengan


menganalisa terhadap bahan baku, bahan pembantu yaitu bahan ada dalamproses, produk
dan hasil samping. Untuk keperluan pengawasan proses di pabrik gula tersebut di perlukan
data analisa untuk kadar gula diantaranya : % brix, % pol, kadar gula reduksi, kadar kapur,
ph dan zat kering. Data tersebut dipakai sebagai dasar perhitungan mengenai mutu hasil dan
mutu limbah.

Langkah pengendalian proses pabrikasi di perlukan untuk mencapai hasil yang


optimal baik kuantitas maupun kualitas. Contoh yang di ambil mewakili secara keseluruhan
karena itu harus diperhatikan :

1. Cara pengambilan contoh.


2. Tempat pengambilan contoh.
3. Perlakuan setelah contoh di ambil.
Jenis analisa yang dilakukan di Lab. PT. PG Candi Baru, meliputi :
1. Analisa pendahuluan.
2. Analisa nira.
3. Analisa Ampas.
4. Analisa Blotong.
5. Analisa masakan dan stroop
6. Analisa tetes / Nlolases.
7. Analisa air kondesat.

5.1.1 Analisa Pendahuluan


Tujuan dari analisa pendahuluan adalah untuk mengetahui apakah tebu sudah
siap ditebang agar ditetapkan waktu tebang yang tepat. Pengamatan dilakukan
dengan brix dan pol.
Tebu dipotong menjadi 3 bagian yaitu , atas, tengah , dan bawah. Masing
masing tebu di giling dan nira masing – masing bagian di analisa brix dan pol nya.
Kemudian semua nira yang berasal dari ketiga bagian tebu dicampur dalam bejana
kemudian ditimbang sehingga didapatkan faktor tebu.
 Penetapan Brix
Nira dimasukkan kedalam tabung reaksi sampai penuh dan dibiarkan
sehingga kotoran yang terikut akan mengendap. Kemudian brix wheigher
dimasukkan ke dalam tabung yang berisi nira tersebut. Skala di amati setelah
keadaan stabil brix weigher di angkat dan suhu nira dibaca. Dari skala nira dan
suhu nira di dapatkan brix terkoreksi.
 Penetapan Pol
Nira dimasukkan kedalam labu ukur takar 100 ml sampai tanda batas.
Tambahkan 5 ml aquadest dan 5 ml Pb Asetat, di kocok lalu disaring dan filtratnya
di masukkan dalam tabung polarisasi dan di ukur pol nya dengan polarimeter
sehingga diperoleh harga pol yang belum terkoreksi. Dari tabel hubungan brix, pol
hasil pembacaan dan faktor koreksi akan diperoleh pol terkoreksi.
5.1.2 Analisa Nira
Tujuan : untuk menentukan harga kemurnian ( HK ) , % brix, % pol, dan untuk
mengendalikan derajat keasaman ( ph ) agar gula yang hilang dapat
ditekan.
Peralatan yang digunakan :
1. Tabung Mohl
2. Brix Wheigher dengan skala 2-13,13-21,19-27
3. Gelas Kimia 250 ml.
4. Kertas Saring Kering
5. Pembuluh Polar ukuran 200 mm
6. Labu ukur 110 ml
7. Polarimeter

Bahan yang digunakan :


1. Nira ( gilingan I,II,III,IV, Nira tertimbang , Nira encer, dan Nira tapis )
2. Timbal Asetat { Pb (CH₃COO)₂}
3. Aquadest

Prosedur :
1. Bilas terlebih dahulu tabung mohl dengan nira ( sample ) yang akan
diperiksa kemudian isi hingga meluap ( nira di alirkan melalui dinding
tabung agar tidak terbentuk gelembung udara ).
2. Biarkan sebentar ± 10 menit agar kotoran kasar mengendap.
3. Masukkan brix weigher kedalam tabung mohl dengan hati – hati dan pelan –
pelan supaya bagian brix wheigher yang tidak tenggelam tetap kering. Brix
wheigher harus berdiri tegak lurus.
4. Setelah brix wheigher terapung bebas dan tidak menyentuh dinding mohl,
baca skala brixnya dan suhu nira dengan tepat.
5. Kemudian lihat di tabel koreksi brix maka akan diperoleh harga brix yang
terkoreksi ( %brix)

Rumus : Harga brix terkoreksi = brix belum terkoreksi + koreksi brix

Contoh pembacaan
Hasil pembacaan brix wheigher (2-13) : 11.0
Suhu nira : 32 ºC
Tabel koreksi brix : 0,32
Harga brix terkoreksi : 11,0 + 0,32 = 11,32

a. Penetapan pol
1. Masukkan nira (sample) ke dalam labu ukur yang berukuran 110 ml
sebanyak 100 ml
2. Tambahkan 5cc timbal asetat {Pb (CH₃COO)₂} dan 5 cc aquadest sampai
tanda batas.
3. Kocok larutan tersebut sampai homogen kemudian saring.
4. Ulangi filtrat sampai 3 kali kemudian masukkan filtrat kedalam pembuluh
polar yang berukuran 200 mm
5. Letakkan pembuluh polar pada polarimeter, atur hingga terbentuk 2 cahaya.
Setengah terang dan setengah redup maka angka yang terlihat yaitu nol.
Setelah itu letakkan pembuluh polar, atur kedua cahaya tersebut hingga
tampak cahaya redup yang sama maka lihat angka yang terbentuk,
selanjutnya catat nilai polnya.
6. Mencari persen pol dengan menggunakan tabel yang diperoleh dan
hubungan brix.

Contoh pembacaan :
Pembacaan pol : 25,5
Brix terkoreksi : 11,0
Persen yang sesungguhnya ( lihat tabel ) : 70,0 %
Kemudian mencari harga kemurnian dengan cara %pol di bagi dengan %
brix

Rumus : Harga kemurnian = x 100

Hasil Analisa

Pada tanggal 28 Juli 2017 , Pukul 10.00

A.Nira Gilingan I

Brix : 14,3
Suhu : 30 ºC
Pol : 40,2
% brix : 14,46
% pol : 10,90
HK : 75,4

B.Nira Gilingan II
Brix : 5,0
Suhu : 30 ºC
Pol : 13,4
% brix : 5,31
% pol : 376
HK :70,8

C.Nira Gilingan III


Brix : 2,2
Suhu : 32 ºC
Pol : 6,1
% brix : 0,51
% pol : 1,73
HK : 68,9

D.Nira Gilingan IV
Brix : 1,3
Suhu : 32 ºC
Pol : 3,6
% brix : 1,61
% pol : 1,03
HK : 64,0

E.Nira Mentah
Brix : 9,5
Suhu : 32 ºC
Pol : 25,8
% brix : 9,8
% pol : 713
HK : 72,7

F.Nira Encer
Brix :12,5
Suhu : 32 ºC
Pol : 36,2
% brix : 2,81
% pol : 9,88
HK : 77,1

G.Nira Tapis
Brix : 10,5
Suhu : 32 ºC
Pol : 25,8
% brix : 0,81
% pol : 710
HK : 65,7

5.1.2.1 Analisa Nira Kental dan Nira Tersulfitir


Peralatan yang digunakan :
1. Tabung mohl.
2. Labu ukur 110 ml.
3. Pembuluh polar 200 mm.
4. Polarimeter.
5. Gelas kimia 250 ml.
6. Kertas saring kering.
7. Neraca analitik.
8. Brix wheigher skala 13 – 21
9. Pengaduk.
Bahan yang digunakan :
1. Nira kental dan Nira tersulfitir.
2. Aquadest
3. Timbal asestat Pb (CH₃COO)₂

Prosedur :
a. Penetapan brix
1. Menimbang nira 500 gr dan tambahkan air hinggaa 1500 gr.
2. Aduk hingga homogen, lau masukkan kedalam tabung mohl
sampai penuh.
3. Biarkan sebentar ± 10 menit.
4. Kemudian masukkan brix wheigher ke dalam tabung mohl
dengan hati- hati dan pelan – pelan supaya bagian brix wheigher
yang tidak tenggelam tetap kering.
5. Setelah brix wheigher terapung bebas dan tidak menyentuh
dinding mohl, baca skala brix dan suhu nira dengan tepat.
6. Kenudian lihat di tabel koreksi brix maka akan diperoleh harga
brix dengan terkoreksi. Hasil analisa di kali 3 adalah angka %
brix nira kental.

Contoh pembacaan :
Hasil pembacaan brix wheigher (13-21) : 17,0
Suhu nira : 32 ºC
% brix (Analit) : 17,0 + 0,32 = 17,32
% brix nira kental : 17,32 x 3 =51,96

b. Penetapan pol
1. Masukkan nira (sample ) kedalam labu ukur yang berukuran 110 ml sebanyak
100 ml.
2. Tambahkan 5 cc timbal asetat {Pb (CH₃COO)₂} dan 5 cc aquadest sampai tanda
batas.
3. Kocok larutan tersebut sampai homogen, kemudian disaring.
4. Ulangi filtrate sampai 3 kali, setelah itu masukkan filtrate kedalam pembuluh
polar yang berukuran 200 mm.
5. Letakkan pembuluh polar pada polarimeter, sebelum meletakkannya terlebih
dahulu lihat cahaya yang terlihat pada polarimeter. Atur hingga berbentuk 2
cahaya yaitu setengah terang dan setengah redup maka angka yang terlihat
adalah angka nol, setelah diletakkan pembuluh polarnya atur cahaya kedua
tersebut hingga tampak cahaya redup yang sama maka lihat angka yang
terbentuk dan selanjutnya catat nilai polnya.
6. Mencari persen pol dengan menggunakan tabel yang diperoleh dari hubungan
brix.

Contoh pembacaan :
Pembacaan polarimeter : 49,1
Brix terkoreksi : 17,0
% pol ( Analit ) : 13,17
% pol nira kental : 13,17 X 3 = 39,51

Kemudian mencari harga kemurnian dengan cara % pol dibagi dengan % brix.

Rumus : Harga kemurnian = x 100

Hasil analisa pada tanggal 30 Agustus 2012 pukul 14.00


a. Nira Kental
Brix : 21,5
Suhu : 32 ºC
Pol : 66,0
% brix : 22,62 x 3 = 67,86
% pol : 17,34 x 3 = 52,02
% HK : 76,7

b. Nira Tersulfitir
Brix : 22,0
Suhu : 32 ºC
Pol : 65,6
% brix : 22,32 x 3 = 66,96
% pol : 17,24 x 3 = 51,72
% HK : 77,2

5.1.3 Analisa Ampas


Tujuan : Untuk mengetahui hasil gula dari sejumlah tebu yang digiling dan
mengetahui kadar gula yang tertinggi pada ampas sehingga dapat
ditentukan banyaknya air yang harus ditambahkan.

Peralatan yang digunakan :


a. Penetapan pol
1. Tabung ampas
2. Alat extraksi ampas
3. Labu ukur 100 ml
4. Gelas tipis
5. Kertas saring kering
6. Pembuluh polar 400 iron
7. Polarimeter

b. Penetapan berat kering ampas.


1. Oven pengering ampas
2. Tabung ampas
3. Timbangan digital

Bahan yang dibutuhkan :


a. Penetapan pol
1. Hasil ekstraksi ampas
2. Aquadest
3. Timbal asetat {Pb (CH₃COO)₂}
b. Penetapan berat kering ampas
1. Ampas gilingan IV

Prosedur :
a. Penentuan pol
1. Ambil contoh ampas dari gilingan IV, ditimbang seberat 1 kg, sebelum
wadah ampas sudah diketahui taranya.
2. Masukkan ampas tadi dan didihkan selama 1 jam terhitung mulai ada
tanda uap yang keluar (menetas) akibat adanya pendinginan.
3. Kemudian ampasnya diambil dan cairan ekstraksi yang didapat
diambil jumlah yang cukup untuk labu ukur 100 atau 110 ml.
4. Labu ukur yang berisi tadi harus didinginkan secepat mungkin,
sesudah dingin tercapai suhu kamar maka labu diisi sampai garis 100
ml.
5. Tambahkan ± 1,5 – 2 ml ATB untuk penjernihan dan ditambah dengan
H2O sampai garis tanda 110 ml, tapis dengan kertas saring.
6. Hasil tapisan/filtrate, dimasukkan kedalam pembuluh polarisasi yang
berukuran 400 mm, pembuluh harus dibilas dulu dengan larutan
filtrate, usahakan jangan sampai ada gelombang udara sewaktu
pengisian akan terganggu waktu pengamatan.
7. Hasil pengamatan dicatat, jangan lupa koreksi mata untuk mendapatan
hasil yang lebih akurat , dengan pertolongan tabel dengan pembacaan
polarimeter dan kadar air ampas.

b. Penetapan berat kering ampas


1. Menimbang 1000 gram ampas, sebelumnya wadah ampas sudah
diketahui taranya.
2. Masukkan ampas kedalam tahang pengering ampas.
3. Panaskan selama 1 jam dengan suhu sekitar 105o C.
4. Perhitungan :
-berat tahang + ampas sesudah dikeringkan = A gram
-berat tahang = B gram
-berat bahan kering ampas (A-B) = C gram
-kadar bahan kering ampas C/1000 x 100 = C/10
-kadar air ampas = 100-C/10

Hasil analisa :
Pengambilan contoh tanggal 17 Juli 2017 pikul 08.00
Berat tahang masak + 1 kg gram masak : 1542,1
Berat tahang masak + ampas gram kering : 1044,2
Berat air (a) : 497,9
Kadar air = a : 10 (b) : 49,79
Kadar zat kering = 100 – b : 50,21
Percobaan polarimeter : 1,5
Kadar pol ( lihat daftar) : 2,25
HK Nira Gilingan x 100 : 67,0
Kadar brix : 3, 36
Kadar zat kering : 50,21
Kadar brix : 3,36
Kadar serat ampas : 46,85

5.I.4 Analisa Blotong


Tujuan : Untuk menentukan bahan kering blotong % pol serta untuk
mengetahui kada gula yang masih terkandung dalam blotong.
Peralatan yang digunakan :
1. Neraca analitik
2. Kaca arloji
3. Mortar dan pester
4. Botol semprot
5. Labu ukur 200 ml berleher lebar
6. Gelas kimia 200 ml
7. Kertas saring kering
8. Pembuluh polar 200 mm
9. Polarimeter
10. Oven pengering blotong
Bahan yang di butuhkan :
1. Blotong
2. Aquadest
3. Timbal asetat {Pb (CH₃COO)₂}
Prosedur :
a. Penetapan pol
1. Timbang 50 gram contoh blotong dalam gelas kimia dengan
menggunakan neraca analitik.
2. Masukkan kedalam mortar porselin dan tambahkan 15 gram
ammonium nitrat, lalu digerus lalu tambahkan sedikit aquadest
agar blotong bias jadi seperti bubur.
3. Masukkan kedalam labu takar 200 ml dan tambahkan 5 ml asetat
timbal basis, kemudian ditambahkan aquadest sampai tanda garis
gojak dan ditapis.
4. Filtrat dimasukkan kedalam dimasukan kedalam pembuluh
polarisasi 200 mm dan dilakukan pengamatan polarisasi pada
polarimeter.
b. Penentuan zat kering blotong
1. Menimbang 20gr blotong pada kurs porseline yang telah
diketahui takarannya
2. Blotong diratakan dan dikeringkan dalam oven selama 4 jam pada
suhu 100oC
3. Kemudian didinginkan pada eksikator
4. Bahan kering = (berat porselin dan blotong – tarra kurs porselin) x 5.

Hasil analisa :

Jam : 04:00
Kaleng :2
Blotong : 20
Kaleng dan blotong ; 56,8
Selama 4 jam : 42,7
Air : 14,1
Air dalam 100 blotong : 70,5
Bahan kering : 29,5
Gula : 4,3

5.1.5 Analisa Masakan dan Stroop


Tujuan : Untuk mengetahui kadar gula dalam masakan.
Untuk menentukan % pol , % brix, serta menetapkan harga kemurnian.

Alat yang digunakan :


1. Timbangan analitik
2. Labu ukur 110 ml
3. Gelas kimia 250 ml
4. Pengaduk
5. Sample
6. Kertas saring kering
7. Tabung mohl
8. Brix wheigher
9. Tahang
10. Pembuluh polar 100 mm dan 200 mm
11. Polarimeter

Bahan yang digunakan :


1. Sample masakan
2. Aquadest
3. Timbal asetat {Pb (CH₃COO)₂}

Prosedur
a. Penetapan brix
Masakan ditimbang kemudian ditambah air sampai rata hingga gula larut
seluruhnya.
Data berat timbang masakan , sebagai berikut :
a. Klare SHS : 150 gr
b. Klare D : 150 gr
c. Stroop A : 150 gr
d. Stroop C : 150 gr
e. Babonan D : 150 gr
f. Babonan C : 150 gr
g. Masakan D : 150 gr
h. Masakan A : 300 gr
i. Masakan C : 300 gr
j. Puteran D I : 300 gr
k. Puteran D II : 300 gr
l. Puteran C : 300 gr
m. Puteran A : 300 gr
n. Puteran SHS : 300 gr
o. Tetes : 150 gr

Analisa Masakan dan Stroop


a. Penetapan Brix
1. Timbang 300 gram sample dan ditambahkan air 1200 gram hingga
jumlah seluruhnya 1500 gram
2. Aduk sampai merata dan masukkan pada tabung mohl.
3. Masukkan brik weighter ukuran 13-21 yang dan biarkan terapung bebas
dan tidak menyentuh dinding tabung mohl, baca skala briknya.
Kemudian angkat brix weighternya lalu baca suhunya.
4. Kemudian lihat ditabel koreksi brix maka akan diperoleh harga brix
yang terkoreksi.
b. Penetapan pol
1. Sisa campuran masakan masukkan kedalam labu ukur yang berukuran
110 ml sebanyak 100 ml.
2. Tambahkan 5 cc timbal asetat { Pb (CH₃COO)₂} dan 5 cc aquadest
sampai tanda batas
3. Kocok larutan tersebut sampai homogen kemudian saring, lalu ulangi
filtrate tersebut sampai 3 kali
4. Setelah itu masukkan filtrate yang terakhir ke dalam pembuluh polar
dengan ukuran 200 mm dan untuk filtrate analisa tetes dimasukkan
kedalam pembuluh polar ukuran 100 mm
5. Letakkan pembuluh polar pada polarimeter. Atur cahaya hingga tampak
cahaya redup yang sama dan lihat nilai polnya
6. Mencari persen pol dengan menggunakan tabel yang diperoleh dari
hubungan brix
7. Kemudian mencari harga kemurnian dengan cara %pol di bagi % brix

Hasil pengamatan
Pada tanggal 30 Agustus 2012
a. Klare SHS
Brix : 7,3
Suhu : 30ºC
Pol : 21,8
% brix : 7,3 + 0,16 = 746 →746 x 10 =7460 (pengenceran 10
kali)
% pol : 606 x 10 = 6060 (pengenceran 10 kali (pol lihat
tabel))
HK :(6060 : 7460) x 100% = 81,2
b. Klare D
Brix : 8.2
Suhu : 30ºC
Pol :15.0
% brix :8.2 + 0,16 = 836 → 836 x 10 = 8360 (pengenceran 10
kali)
% pol : 416 x 10 = 4160 (pengenceran 10 kali (pol lihat
tabel))
HK :(4160 : 8360) x 100 % = 49,8
c. Stroop A
Brix : 8,3
Suhu : 30ºC
Pol : 17,9
% brix : 8,3 + 0,16 = 846 → 846 x 10 = 8460
( pengenceran 10 kali )
% pol : 496 x 10 = 4960 ( pengenceran 10 ( pol lihat
tabel))
HK :(4960 : 8460) x 100 % = 58,6
d. Stroop C
Brix : 8,0
Suhu : 30,5ºC
Pol : 17,1
% brix : 8,0 + 0,21 = 821 → 821 x 10 = 8210
( pengenceran 10 kali )
% pol : 475 x 10 = 4750 ( pengenceran 10 ( pol
lihat
tabel ))
HK : (4750 : 8210) x 100 % = 57,9
e. Babonan D
Brix : 9,1
Suhu : 29,5ºC
Pol : 29,3
% brix : 9,1 + 0,13 = 923 → 923 x 10 = 9230
( pengenceran 10 kali )
% pol : 810 x 10 = 8100 ( pengenceran 10 ( pol
lihat
tabel ))
HK :(8100 : 9230) x 100 % = 87,8
f. Babonan C
Brix : 9,1
Suhu : 30ºC
Pol : 29,6
% brix : 9,1 + 0,16 = 926 → 926 x 10 = 9260
( pengenceran 10 kali )
% pol : 819 x 10 = 8190 ( pengenceran 10 (pol
lihat
tabel ))
HK :(8190 : 9260) x 100 % = 88,4
g. Masakan D
Brix : 9,8
Suhu : 29ºC
Pol : 23,0
% brix : 9,8 + 0,09 = 989 → 989 x 10 = 9890
( pengenceran 10 kali )
% pol : 629 x 10 = 6290 ( pengenceran 10 ( pol
lihat
tabel ))
HK :(6290 : 9890) x 100 % = 63,6
h. Masakan A
Brix : 18,3
Suhu : 28,5ºC
Pol : 55,1
% brix : 18,3 + 0,06 = 1836 → 1836 x 5 = 9180
( pengenceran 5 kali )
% pol : 1472 x 5 = 7360 ( pengenceran 5 ( pol lihat
tabel ))
HK :(7360 : 9180) x 100 % = 80,2
i. Masakan C
Brix : 19,1
Suhu : 30,5ºC
Pol : 51
% brix : 19,1 + 0,21 = 1931 → 1931 x 5 = 9655
( pengenceran 5 kali )
% pol : 1357 x 5 = 6785 ( pengenceran 5 ( pol lihat
tabel ))
HK :(6785 : 9655) x 100 % = 70,3
j. Puteran D1
Brix : 19,4
Suhu : 29ºC
Pol : 60
% brix : 19,4 + 0,09 = 1949 → 1949 x 5 = 9745
( pengenceran 5 kali )
% pol : 1593 x 5 = 7965 ( pengenceran 5 ( pol lihat
tabel ))
HK :(7965 : 9745) x 100 % = 81,7
k. Puteran DII
Brix : 19,2
Suhu : 29ºC
Pol : 66
% brix : 19,2 + 0,09 = 1929 → 1929 x 5 = 9645
( pengenceran 5 kali )
% pol : 1756 x 5 = 8780 ( pengenceran 5 ( pol lihat
tabel ))
HK :(8780 : 9645) x 100 % = 91,0
l. Puteran C
Brix : 19,4
Suhu : 29,3ºC
Pol : 67,8
% brix : 19,4 + 0,11 = 1951 → 1951 x 5 = 9755
( pengenceran 5 kali )
% pol : 1792 x 5 = 8960 ( pengencera 5 ( pol lihat
tabel ))
HK :(8960 : 9755) x 100 % = 91,9
m. Puteran A
Brix : 19,5
Suhu : 30ºC
Pol : 72,6
% brix : 19,5 + 0,16 = 1966 → 1966 x 5 = 9830
( pengenceran 5 kali )
% pol : 1929 x 5 = 9645 ( pengenceran 5 ( pol lihat
tabel ))
HK :(9830 : 9645) x 100 % = 98,1
n. Puteran SHS
Brix : 19,7
Suhu : 29,5ºC
Pol : 74,5
% brix : 19,7 + 0,13 = 1983 → 1983 x 5 = 9915
( pengenceran 5 kali )
% pol : 1975 x 5 = 9875 ( pengenceran 5 ( pol lihat
tabel ))
HK :(9875 : 9915) x 100 % = 99,6Puteran SHS
o. Tetes
Brix : 8,7
Suhu : 30ºC
Pol : 5,8 x 2 = 11,4
% brix : 88,6
% pol : 31,55
HK : ( 31,55 : 88,6 ) x 100 % = 35,6

5.1.6. Analisa Air Kondesat


Tujuan dari analisa air kondesat adalah untuk mengetahui apakah air
kondesat mengandung gula atau tidak.Air kondesat yang mengandung gula
dialirkan ke tandon II sedangkan air kondensat yang tidak mengandung gula
dialirkan ke tandon I sebagai air pengisi ketel
Cara analisanya adalah ambil 10 ml air kondesat kemudian tambahkan
4 tetes PAN ( phtelein alpha naptol ) dan 12 tetes Asam Sulfat kemudian amati
perubahan warnanya,jika warnanya menjadi ungu kehitaman berarti air tersebut
positif mengandung gula dan jika tidak terjadi perubahan warna maka air
tersebut negatif mengandung gula.

5.1.7. Analisa Kadar Kapur


Tujuan : Mengetahui banyak sedikitnya kadar kapur yang terkandung dalam
nira mentah,nira encer, dan nira tapis
Alat yang digunakan :
1.Gelas Ukur 5 ml
2.Gelas Ukur 10 ml
3.Pipet Tetes
4.Mortar/ cawan porselen
5.Pengaduk
6.Kertas saring kering
7.Gelas penampung
Bahan yang dibutuhkan
1.Nira yang akan di analisa
2.Nira sebelum ditambahkan
3.Nira tertimbang
4. Nira jernih
5. Nira defikator II
6. Nira tersulfitir
7. Aquadest
8. Kalium sianida (KCN)
9. Buffer
10. Eriochrome Black Thymol (EBT)
11. Ethylene Diwnine Tetra Acetal (EDTA)
Prosedur:
1. Ambil nira yang akan di analisa sebanyak 5 ml gelas ukur (khusus nira
defikator I, II dan nira tersulfitir, serta nira sebelum di tambah kapur
harus di saring dahulu menggunakan kertas saring kering dan di
tampung dengan gelas penampung gram nira lebih jernih dan bebas dari
kotoran.
2. Masukkan nira ke dalam mortar.
3. Ambil aquadest sebanyak 45 ml, masukkan ke dalam mortar.
4. Tambahkan kalium sianida (KCN) dan buffer 3ml dengan pipet.
5. Tambahkan tiga tetes indikator Eriochrome Black Thymol (EBT), lalu
di aduk.
6. Titrasi dengan Ethylene Diamine Tetra Acetal (EDTA) sambil di aduk
hingga berubah warna menjadi hijau kebiruan.
7. Ukur beberapa volume yang di perlukan dalam campuran sampai warna
hijau kebiruan.
8. Hitung beberapa kadar kapur dalam nira.
9. Lakukan tahapan yang sama dalam analisa selanjutnya.

Hasil pengamatan
Rumus : volume titrasi EDTA x 1,0060 x 1000/5 = kadar kapur

Contoh : volume titrasi EDTA = 4,70

Hasil perhitungan = 4,70 x 1,0060 x 1000/5 = 946

5.1.8. Analisa Kadar Kapur Cao dalam CaCO₃

1. Timbang 1 gram kalium karbonat (CaCO) halus

2. Masukkan dalam erlenmeyer dan tambahkan 2 ml air, kocok sampai terjadi


suspensi

3. Tambahkan 10 ml Asam Klorida 6N dan tambahkan 2-3 tetes asam nitrat.

4. Kemudian panaskan sampai kering.

5. Larutkan dengan 40 ml Asam Klorida (HCl) 6N dan 25 ml air kemudian


saring.

6. Filtratnya ditambahkan NH₄OH (Amonium hidroksida) pekat sampai


basa (lekat dengan lakmus)

7. Terjadinya endapan sempurna dan saring.

8. Filtratnya tambahkan larutan NH₄OH (Amonium Hidroksida)

9. Biarkan selama 10 menit supaya terjadi endapan yang sempurna

10. Endapan di saring dan dipindahkan dalam erlenmeyer

11. Endapan dilarutkan 25 ml H2SO4 6N dan dipanaskan dengan suhu 70ºC


selama 10-15 menit

12. Titrasi dengan larutan KMNO4 (Kalium Permanganat) 0,1 N hingga


warna menjadi merah muda

Perhitungan :

Kadar CaO : Volume titrasi x N. KMNO4 x 0,5 x BE CaO x 100


100 x berat CaCO3 ( mg sample )

5.1.9 Dispersitas Kapur


Tujuan : Untuk mengetahui kualitas kapur ( 15ºBE )
Alat dan bahan :
a. Alat
1. Cawan porselen
2. Gelas ukur 100 ml
3. Pengaduk kayu
4. Gelas ukur 1000 ml

b. Bahan
1. CaO ( Kalium Oksida )
2. N2O

Prosedur :
1. Timbang kapur 150 gram, masukkan kedalam cawan porselen.
2. Tambahkan 1000 ml air, masukan kedalam cawan porselen (usahakan menjauh
dari cawan karena setelah diberi air kapur menimbulkan percikan panas.
3. Setelah percikan sudah hilang aduk sampai homogen
4. Masukkan ke dalam gelas ukur 100 ml
5. Endapkan selama 2 jam , lihat berapa volume larutan beningnya

Hasil Pengamatan :

Susu kapur pada BE 15º : 100%

Larutan bening selama 2 jam : 9 ml

Sisa endapan : 91 ml

Dispersitas kapur :

5.1.10 Analisa Gula Reduksi

Tujuan : Untuk mengetahui kadar gula reduksi dalam nira.

Alat yang digunakan :

1. Timbangan analitik
2. Labu ukur 250 ml
3. Gelas tapis
4. Kertas saring kering
5. Pipet volume 5 ml,3 ml,10 ml,100 ml,200 ml
6. Gelas ukur 50 ml
7. Buret bengkok
8. Erlenmeyer 300 ml
9. Pemanas ( hot plate )

Bahan yang digunakan ;


1. NPP , NM tertimbang
2. Aquadest
3. ATN 10% (Acetat Timbale Neural)
4. Natrium Phosphat Kalium Oksalat
5. Fehling I
6. Fehling II
7. Indicator MB (Metil Biru)
Prosedur :
1. Timbang 75 gram masing-masing nira
2. Masukkan masing – masing nira dalam labu takar 250 ml, tambahkan
12 ml larutan ATN 10% dan tambah aquadest sampai garis batas ,
kocok lalu saring.
3. Filtrat I diambil 200 ml denga pipet kemudian masukkan 10 ml larutan
Natrium Phosphate Kalium Oksalat. Tambahkan aquadest sampai garis
batas,kocok lalu saring dan dapat filtrate II.
4. Filtrate II dimasukkan kedalam buret bengkok ( buret harus bersih dan
kering )
5. Setelah itu siapkan labu erlenmeyer isi dengan larutan fehling normal
yaitu fehling I 5ml dan fehling II 5 ml dengan gelas ukur. Tambahkan
batu didih.
6. Lakukan titrasi,letakkan labu erlenmeyer diatas hot plate dengan
temperature 100ºC setelah mendidih tambahkan 3-4 tetes indicator MB.
7. Tambahkan filtrat II sedikit demi sedikit ke dalam labu erlenmeyer .
usahakan hasil titrasi antara 10-15 ml
8. Waktu titrasi 3 menit sampai warna titrasi menjadi merah batu ( jika
diberi indicator MB warna bata tidak berubah, berarti volume titrasi
sudah ditemukan )
9. Ukur volum yang diperlukan dalam titrasi dan hitung kadar gula
reduksinya.

Hasil pengamatan :
Tanggal 27 Juli 2012 pukul 08.00
1. Nira Perahan Pertama ( NPP )
Titrasi : 25,5
%pol : 11,15

75 = 13,17 = 3,16

3,0 3,16 4,0

15,0 325 322

15,5 X Z Y

16,0 305 301 X = 325 – (325-305)

X = 325 – (20)
X = 325-10
X = 315

Y = 322 – (322-301)

Y = 322- (0,5) (21)

Y = 322-10,5

Y = 311,5

Z = 311,5 – (315 - 311,5)

Z = 315 – (0,16) (3,5)

Z = 315 – 0,56
Z = 314,4

Z= 100 = 1.31 %

2. Nira terhitung
Titrasi : 26
% Pol : 12,38

75 = 12,38 = 2,97

2,0 2,97 3,0

25,0 198,4 196,0

26,0 X Z Y

27,0 183,7 181,5


X = 198,4 – (198,4 – 183,7)

X = 198,4 - (198,4 – 183,7)

X = 198,4 – (0,5) (14,7)

X = 198,4 – 7,35

X = 191,05

Y = 196,0 – (196,0 -181,5)

Y = 196,0 – (0,5) (14,5)

Y = 196,0 – 7,25
Y = 188,75

Z = 191,05 – (196,0 – 181,5)

Z = 191,05 – (0,97) (2,3)

Z= 100% = 79%

Hasil pengamatan

Pada tanggal 4 september 2012

3. Nira Encer
Titrasi : 29,0
% Pol : 11,06

75 = = 2,65

2,0 2,65 3,0

29,0 X Z Y

171,4 169,3

X = 171,4

Y = 169,3

Z = 171 – (171,4 – 169,3)


Z = 171,4 – (171,4 – 169,3)

Z = 171,4 – 1,365

Z= = 0,71%

5. 1. 11 Analisa Air Boiler

Air yang berasal dari sungai kedung uling di letakkan di bak


penampungan lalu di pompa ke bak pengendapan kemudian di tambahkan tawas
lalu di salurkan ke sand filter. Setelah itu masuk ke karbon filter dan di pompa ke
sydle basing menuju ke kation lalu ke anion. Pada tabung di tambahkan HCl
sebanyak 60 kg sedangkan di tabung anion di tambahkan soda sebanyak 30 kg,
dari tabung anion dan kation air di masukkan ke tabung WET yang berjumlah 4
buah. Dengan kapasitas tangki penampung yaitu 150 Hl (30 m3/ plat), 250 Hl (50
m3/ plat) dan Hoohl (120 -125 m3/ plat). Tangki WET ini juga digunakan untuk
menampung air kondensat yang berlebihan.

1. Boiler Water adalah air yang ada dalam ketel


 TDS ( Total Disolfit Solid)
 PH
2. Feed Water adalah air umpan atau air yang akan masuk ke boiler.
 Total Harnes
 TDS (Total Disolfit Solid)
 PH

Analisa Total Hardnes

Alat:

a. Beaker Glass10 ml
b. Pipet Titrasi
Bahan :
a. Indicator ( Reagent H-1 )
b. Indicator ( Reagent H-2 )
c. Air sample
Prosedur :
1. Ambil sample air sebanyak 5 ml pada gelas kimia 10 ml
2. Teteskan insicator H-1 sebanyak 3 tetes hingga berubah menjadi ungu
3. Masukkan Reagent H-2 ke dalam pipet titrasi
4. Titrasi air dengan Reagent H-2 sampai berubah warna menjadi ungu
5. Lihat ukuran pembacaan pada pipa.

Analisa TDS
Alat :
a. Intelligent Meter
b. Probe untuk TDS
c. Gelas kimia 5 ml
Bahan :
a. Air sample ( Feed water dan Boyler water )
Prosedur :
1. Hidupkan intelligent meter dan pasang probenya.Setelah itu dimasukkan
probe kedalam air sample.
2. Lihat hasilnya

Analisa PH
Alat :
a. Intelligent meter
b. Probe untuk PH
c. Gelas kimia 5 ml
Bahan
a. Air sample ( Feed Water dan Boiler Water )
Prosedur
1. Hidupkan Intellegent Meter dan pasang probenya. Setelah itu dimasukkan
prpbe ke dalam air sample ( Feed Water dan Boyler Water )
2. Lihat hasilnya.
5.1.12. Analisa Air Kondesat
Air kondesat adalah air yang digunakan ntuk mengisi ketel air pengisi
ketel tidak boleh mengandung gula. Untuk mengetahui air kondesat ini bergula
atau tidak, maka dilakukan penambahan asam sulfat dan alfanaptol dengan
perbandingan 12 : 4 jika iar kondesat ini bergula maka akan berubah menjadi
merah dan jika air kondesat ini tidak bergula maka warnya tetap tau tidak berubah.
Bahan :
1. Air Kondesat
Alat :
1. Tabung Reaksi
Prosedur Analisa
1. Ambil sample sedikit saja.
2. Teteskan alfanaptol 4 tetes dan asam sulfat 12 tetes.
3. Lihatlah hasiln

Anda mungkin juga menyukai