Laboratori Um
Laboratori Um
LABORATORIUM
5.I. Laboratorium
Laboratorium di PG. Candi Baru merupakan urat nadi hasil produksi Laboratorium di
PG. Candi Baru ada tiga yaitu lab inti,lab umum,dan lab pantau. Lab inti yaitu laboratorium
yang digunakan untuk analisa inti hasil produksi,diantaranya analisa gula reduksi,analisa
sacharosa, dan analisa turbidisi. Lab umum yaitu laboratorium yang digunakan untuk analisa
proses. Semua yang sedang diproses oleh pabrik tidak lepas dari pengawasan lab analisa
yang digunakan antara lain analisa nira,tetes,klare,stroop,gula A,gula SHS,hingga ampas
tebu dan blotong. Sedangkan lab pantau berfungsi untuk menganalisa pendahuluan,tiap
truk/lori dianalisa dalam lab pantau. Salah satu fungsi analisanya yaitu untuk mengetahui
nilai rendemen tebu dan biaya yang dikeluarkan untuk membayar tebu. Pada intinya fungsi
ketiga laboratorium tersebut sama ,yaitu memantau hasil produksi.
Analisa laboratorium dalam pabrik penting dilakukan karena hasil analisa digunakan
sebagai dasar perhitungan dan pengawasan proses yang dilakukan setiap hari agar
memperoleh mutu gula yang tinggi serta dapat menghasilkan gula semaksimal mungkin.
Prosedur :
1. Bilas terlebih dahulu tabung mohl dengan nira ( sample ) yang akan
diperiksa kemudian isi hingga meluap ( nira di alirkan melalui dinding
tabung agar tidak terbentuk gelembung udara ).
2. Biarkan sebentar ± 10 menit agar kotoran kasar mengendap.
3. Masukkan brix weigher kedalam tabung mohl dengan hati – hati dan pelan –
pelan supaya bagian brix wheigher yang tidak tenggelam tetap kering. Brix
wheigher harus berdiri tegak lurus.
4. Setelah brix wheigher terapung bebas dan tidak menyentuh dinding mohl,
baca skala brixnya dan suhu nira dengan tepat.
5. Kemudian lihat di tabel koreksi brix maka akan diperoleh harga brix yang
terkoreksi ( %brix)
Contoh pembacaan
Hasil pembacaan brix wheigher (2-13) : 11.0
Suhu nira : 32 ºC
Tabel koreksi brix : 0,32
Harga brix terkoreksi : 11,0 + 0,32 = 11,32
a. Penetapan pol
1. Masukkan nira (sample) ke dalam labu ukur yang berukuran 110 ml
sebanyak 100 ml
2. Tambahkan 5cc timbal asetat {Pb (CH₃COO)₂} dan 5 cc aquadest sampai
tanda batas.
3. Kocok larutan tersebut sampai homogen kemudian saring.
4. Ulangi filtrat sampai 3 kali kemudian masukkan filtrat kedalam pembuluh
polar yang berukuran 200 mm
5. Letakkan pembuluh polar pada polarimeter, atur hingga terbentuk 2 cahaya.
Setengah terang dan setengah redup maka angka yang terlihat yaitu nol.
Setelah itu letakkan pembuluh polar, atur kedua cahaya tersebut hingga
tampak cahaya redup yang sama maka lihat angka yang terbentuk,
selanjutnya catat nilai polnya.
6. Mencari persen pol dengan menggunakan tabel yang diperoleh dan
hubungan brix.
Contoh pembacaan :
Pembacaan pol : 25,5
Brix terkoreksi : 11,0
Persen yang sesungguhnya ( lihat tabel ) : 70,0 %
Kemudian mencari harga kemurnian dengan cara %pol di bagi dengan %
brix
Hasil Analisa
A.Nira Gilingan I
Brix : 14,3
Suhu : 30 ºC
Pol : 40,2
% brix : 14,46
% pol : 10,90
HK : 75,4
B.Nira Gilingan II
Brix : 5,0
Suhu : 30 ºC
Pol : 13,4
% brix : 5,31
% pol : 376
HK :70,8
D.Nira Gilingan IV
Brix : 1,3
Suhu : 32 ºC
Pol : 3,6
% brix : 1,61
% pol : 1,03
HK : 64,0
E.Nira Mentah
Brix : 9,5
Suhu : 32 ºC
Pol : 25,8
% brix : 9,8
% pol : 713
HK : 72,7
F.Nira Encer
Brix :12,5
Suhu : 32 ºC
Pol : 36,2
% brix : 2,81
% pol : 9,88
HK : 77,1
G.Nira Tapis
Brix : 10,5
Suhu : 32 ºC
Pol : 25,8
% brix : 0,81
% pol : 710
HK : 65,7
Prosedur :
a. Penetapan brix
1. Menimbang nira 500 gr dan tambahkan air hinggaa 1500 gr.
2. Aduk hingga homogen, lau masukkan kedalam tabung mohl
sampai penuh.
3. Biarkan sebentar ± 10 menit.
4. Kemudian masukkan brix wheigher ke dalam tabung mohl
dengan hati- hati dan pelan – pelan supaya bagian brix wheigher
yang tidak tenggelam tetap kering.
5. Setelah brix wheigher terapung bebas dan tidak menyentuh
dinding mohl, baca skala brix dan suhu nira dengan tepat.
6. Kenudian lihat di tabel koreksi brix maka akan diperoleh harga
brix dengan terkoreksi. Hasil analisa di kali 3 adalah angka %
brix nira kental.
Contoh pembacaan :
Hasil pembacaan brix wheigher (13-21) : 17,0
Suhu nira : 32 ºC
% brix (Analit) : 17,0 + 0,32 = 17,32
% brix nira kental : 17,32 x 3 =51,96
b. Penetapan pol
1. Masukkan nira (sample ) kedalam labu ukur yang berukuran 110 ml sebanyak
100 ml.
2. Tambahkan 5 cc timbal asetat {Pb (CH₃COO)₂} dan 5 cc aquadest sampai tanda
batas.
3. Kocok larutan tersebut sampai homogen, kemudian disaring.
4. Ulangi filtrate sampai 3 kali, setelah itu masukkan filtrate kedalam pembuluh
polar yang berukuran 200 mm.
5. Letakkan pembuluh polar pada polarimeter, sebelum meletakkannya terlebih
dahulu lihat cahaya yang terlihat pada polarimeter. Atur hingga berbentuk 2
cahaya yaitu setengah terang dan setengah redup maka angka yang terlihat
adalah angka nol, setelah diletakkan pembuluh polarnya atur cahaya kedua
tersebut hingga tampak cahaya redup yang sama maka lihat angka yang
terbentuk dan selanjutnya catat nilai polnya.
6. Mencari persen pol dengan menggunakan tabel yang diperoleh dari hubungan
brix.
Contoh pembacaan :
Pembacaan polarimeter : 49,1
Brix terkoreksi : 17,0
% pol ( Analit ) : 13,17
% pol nira kental : 13,17 X 3 = 39,51
Kemudian mencari harga kemurnian dengan cara % pol dibagi dengan % brix.
b. Nira Tersulfitir
Brix : 22,0
Suhu : 32 ºC
Pol : 65,6
% brix : 22,32 x 3 = 66,96
% pol : 17,24 x 3 = 51,72
% HK : 77,2
Prosedur :
a. Penentuan pol
1. Ambil contoh ampas dari gilingan IV, ditimbang seberat 1 kg, sebelum
wadah ampas sudah diketahui taranya.
2. Masukkan ampas tadi dan didihkan selama 1 jam terhitung mulai ada
tanda uap yang keluar (menetas) akibat adanya pendinginan.
3. Kemudian ampasnya diambil dan cairan ekstraksi yang didapat
diambil jumlah yang cukup untuk labu ukur 100 atau 110 ml.
4. Labu ukur yang berisi tadi harus didinginkan secepat mungkin,
sesudah dingin tercapai suhu kamar maka labu diisi sampai garis 100
ml.
5. Tambahkan ± 1,5 – 2 ml ATB untuk penjernihan dan ditambah dengan
H2O sampai garis tanda 110 ml, tapis dengan kertas saring.
6. Hasil tapisan/filtrate, dimasukkan kedalam pembuluh polarisasi yang
berukuran 400 mm, pembuluh harus dibilas dulu dengan larutan
filtrate, usahakan jangan sampai ada gelombang udara sewaktu
pengisian akan terganggu waktu pengamatan.
7. Hasil pengamatan dicatat, jangan lupa koreksi mata untuk mendapatan
hasil yang lebih akurat , dengan pertolongan tabel dengan pembacaan
polarimeter dan kadar air ampas.
Hasil analisa :
Pengambilan contoh tanggal 17 Juli 2017 pikul 08.00
Berat tahang masak + 1 kg gram masak : 1542,1
Berat tahang masak + ampas gram kering : 1044,2
Berat air (a) : 497,9
Kadar air = a : 10 (b) : 49,79
Kadar zat kering = 100 – b : 50,21
Percobaan polarimeter : 1,5
Kadar pol ( lihat daftar) : 2,25
HK Nira Gilingan x 100 : 67,0
Kadar brix : 3, 36
Kadar zat kering : 50,21
Kadar brix : 3,36
Kadar serat ampas : 46,85
Hasil analisa :
Jam : 04:00
Kaleng :2
Blotong : 20
Kaleng dan blotong ; 56,8
Selama 4 jam : 42,7
Air : 14,1
Air dalam 100 blotong : 70,5
Bahan kering : 29,5
Gula : 4,3
Prosedur
a. Penetapan brix
Masakan ditimbang kemudian ditambah air sampai rata hingga gula larut
seluruhnya.
Data berat timbang masakan , sebagai berikut :
a. Klare SHS : 150 gr
b. Klare D : 150 gr
c. Stroop A : 150 gr
d. Stroop C : 150 gr
e. Babonan D : 150 gr
f. Babonan C : 150 gr
g. Masakan D : 150 gr
h. Masakan A : 300 gr
i. Masakan C : 300 gr
j. Puteran D I : 300 gr
k. Puteran D II : 300 gr
l. Puteran C : 300 gr
m. Puteran A : 300 gr
n. Puteran SHS : 300 gr
o. Tetes : 150 gr
Hasil pengamatan
Pada tanggal 30 Agustus 2012
a. Klare SHS
Brix : 7,3
Suhu : 30ºC
Pol : 21,8
% brix : 7,3 + 0,16 = 746 →746 x 10 =7460 (pengenceran 10
kali)
% pol : 606 x 10 = 6060 (pengenceran 10 kali (pol lihat
tabel))
HK :(6060 : 7460) x 100% = 81,2
b. Klare D
Brix : 8.2
Suhu : 30ºC
Pol :15.0
% brix :8.2 + 0,16 = 836 → 836 x 10 = 8360 (pengenceran 10
kali)
% pol : 416 x 10 = 4160 (pengenceran 10 kali (pol lihat
tabel))
HK :(4160 : 8360) x 100 % = 49,8
c. Stroop A
Brix : 8,3
Suhu : 30ºC
Pol : 17,9
% brix : 8,3 + 0,16 = 846 → 846 x 10 = 8460
( pengenceran 10 kali )
% pol : 496 x 10 = 4960 ( pengenceran 10 ( pol lihat
tabel))
HK :(4960 : 8460) x 100 % = 58,6
d. Stroop C
Brix : 8,0
Suhu : 30,5ºC
Pol : 17,1
% brix : 8,0 + 0,21 = 821 → 821 x 10 = 8210
( pengenceran 10 kali )
% pol : 475 x 10 = 4750 ( pengenceran 10 ( pol
lihat
tabel ))
HK : (4750 : 8210) x 100 % = 57,9
e. Babonan D
Brix : 9,1
Suhu : 29,5ºC
Pol : 29,3
% brix : 9,1 + 0,13 = 923 → 923 x 10 = 9230
( pengenceran 10 kali )
% pol : 810 x 10 = 8100 ( pengenceran 10 ( pol
lihat
tabel ))
HK :(8100 : 9230) x 100 % = 87,8
f. Babonan C
Brix : 9,1
Suhu : 30ºC
Pol : 29,6
% brix : 9,1 + 0,16 = 926 → 926 x 10 = 9260
( pengenceran 10 kali )
% pol : 819 x 10 = 8190 ( pengenceran 10 (pol
lihat
tabel ))
HK :(8190 : 9260) x 100 % = 88,4
g. Masakan D
Brix : 9,8
Suhu : 29ºC
Pol : 23,0
% brix : 9,8 + 0,09 = 989 → 989 x 10 = 9890
( pengenceran 10 kali )
% pol : 629 x 10 = 6290 ( pengenceran 10 ( pol
lihat
tabel ))
HK :(6290 : 9890) x 100 % = 63,6
h. Masakan A
Brix : 18,3
Suhu : 28,5ºC
Pol : 55,1
% brix : 18,3 + 0,06 = 1836 → 1836 x 5 = 9180
( pengenceran 5 kali )
% pol : 1472 x 5 = 7360 ( pengenceran 5 ( pol lihat
tabel ))
HK :(7360 : 9180) x 100 % = 80,2
i. Masakan C
Brix : 19,1
Suhu : 30,5ºC
Pol : 51
% brix : 19,1 + 0,21 = 1931 → 1931 x 5 = 9655
( pengenceran 5 kali )
% pol : 1357 x 5 = 6785 ( pengenceran 5 ( pol lihat
tabel ))
HK :(6785 : 9655) x 100 % = 70,3
j. Puteran D1
Brix : 19,4
Suhu : 29ºC
Pol : 60
% brix : 19,4 + 0,09 = 1949 → 1949 x 5 = 9745
( pengenceran 5 kali )
% pol : 1593 x 5 = 7965 ( pengenceran 5 ( pol lihat
tabel ))
HK :(7965 : 9745) x 100 % = 81,7
k. Puteran DII
Brix : 19,2
Suhu : 29ºC
Pol : 66
% brix : 19,2 + 0,09 = 1929 → 1929 x 5 = 9645
( pengenceran 5 kali )
% pol : 1756 x 5 = 8780 ( pengenceran 5 ( pol lihat
tabel ))
HK :(8780 : 9645) x 100 % = 91,0
l. Puteran C
Brix : 19,4
Suhu : 29,3ºC
Pol : 67,8
% brix : 19,4 + 0,11 = 1951 → 1951 x 5 = 9755
( pengenceran 5 kali )
% pol : 1792 x 5 = 8960 ( pengencera 5 ( pol lihat
tabel ))
HK :(8960 : 9755) x 100 % = 91,9
m. Puteran A
Brix : 19,5
Suhu : 30ºC
Pol : 72,6
% brix : 19,5 + 0,16 = 1966 → 1966 x 5 = 9830
( pengenceran 5 kali )
% pol : 1929 x 5 = 9645 ( pengenceran 5 ( pol lihat
tabel ))
HK :(9830 : 9645) x 100 % = 98,1
n. Puteran SHS
Brix : 19,7
Suhu : 29,5ºC
Pol : 74,5
% brix : 19,7 + 0,13 = 1983 → 1983 x 5 = 9915
( pengenceran 5 kali )
% pol : 1975 x 5 = 9875 ( pengenceran 5 ( pol lihat
tabel ))
HK :(9875 : 9915) x 100 % = 99,6Puteran SHS
o. Tetes
Brix : 8,7
Suhu : 30ºC
Pol : 5,8 x 2 = 11,4
% brix : 88,6
% pol : 31,55
HK : ( 31,55 : 88,6 ) x 100 % = 35,6
Hasil pengamatan
Rumus : volume titrasi EDTA x 1,0060 x 1000/5 = kadar kapur
Perhitungan :
b. Bahan
1. CaO ( Kalium Oksida )
2. N2O
Prosedur :
1. Timbang kapur 150 gram, masukkan kedalam cawan porselen.
2. Tambahkan 1000 ml air, masukan kedalam cawan porselen (usahakan menjauh
dari cawan karena setelah diberi air kapur menimbulkan percikan panas.
3. Setelah percikan sudah hilang aduk sampai homogen
4. Masukkan ke dalam gelas ukur 100 ml
5. Endapkan selama 2 jam , lihat berapa volume larutan beningnya
Hasil Pengamatan :
Sisa endapan : 91 ml
Dispersitas kapur :
1. Timbangan analitik
2. Labu ukur 250 ml
3. Gelas tapis
4. Kertas saring kering
5. Pipet volume 5 ml,3 ml,10 ml,100 ml,200 ml
6. Gelas ukur 50 ml
7. Buret bengkok
8. Erlenmeyer 300 ml
9. Pemanas ( hot plate )
Hasil pengamatan :
Tanggal 27 Juli 2012 pukul 08.00
1. Nira Perahan Pertama ( NPP )
Titrasi : 25,5
%pol : 11,15
75 = 13,17 = 3,16
15,5 X Z Y
X = 325 – (20)
X = 325-10
X = 315
Y = 322 – (322-301)
Y = 322-10,5
Y = 311,5
Z = 315 – 0,56
Z = 314,4
Z= 100 = 1.31 %
2. Nira terhitung
Titrasi : 26
% Pol : 12,38
75 = 12,38 = 2,97
26,0 X Z Y
X = 198,4 – 7,35
X = 191,05
Y = 196,0 – 7,25
Y = 188,75
Z= 100% = 79%
Hasil pengamatan
3. Nira Encer
Titrasi : 29,0
% Pol : 11,06
75 = = 2,65
29,0 X Z Y
171,4 169,3
X = 171,4
Y = 169,3
Z = 171,4 – 1,365
Z= = 0,71%
Alat:
a. Beaker Glass10 ml
b. Pipet Titrasi
Bahan :
a. Indicator ( Reagent H-1 )
b. Indicator ( Reagent H-2 )
c. Air sample
Prosedur :
1. Ambil sample air sebanyak 5 ml pada gelas kimia 10 ml
2. Teteskan insicator H-1 sebanyak 3 tetes hingga berubah menjadi ungu
3. Masukkan Reagent H-2 ke dalam pipet titrasi
4. Titrasi air dengan Reagent H-2 sampai berubah warna menjadi ungu
5. Lihat ukuran pembacaan pada pipa.
Analisa TDS
Alat :
a. Intelligent Meter
b. Probe untuk TDS
c. Gelas kimia 5 ml
Bahan :
a. Air sample ( Feed water dan Boyler water )
Prosedur :
1. Hidupkan intelligent meter dan pasang probenya.Setelah itu dimasukkan
probe kedalam air sample.
2. Lihat hasilnya
Analisa PH
Alat :
a. Intelligent meter
b. Probe untuk PH
c. Gelas kimia 5 ml
Bahan
a. Air sample ( Feed Water dan Boiler Water )
Prosedur
1. Hidupkan Intellegent Meter dan pasang probenya. Setelah itu dimasukkan
prpbe ke dalam air sample ( Feed Water dan Boyler Water )
2. Lihat hasilnya.
5.1.12. Analisa Air Kondesat
Air kondesat adalah air yang digunakan ntuk mengisi ketel air pengisi
ketel tidak boleh mengandung gula. Untuk mengetahui air kondesat ini bergula
atau tidak, maka dilakukan penambahan asam sulfat dan alfanaptol dengan
perbandingan 12 : 4 jika iar kondesat ini bergula maka akan berubah menjadi
merah dan jika air kondesat ini tidak bergula maka warnya tetap tau tidak berubah.
Bahan :
1. Air Kondesat
Alat :
1. Tabung Reaksi
Prosedur Analisa
1. Ambil sample sedikit saja.
2. Teteskan alfanaptol 4 tetes dan asam sulfat 12 tetes.
3. Lihatlah hasiln