Anda di halaman 1dari 24

TUMOR MAMMAE

Pendahuluan
Payudara merupakan organ seks sekunder yang merupakan simbol
femininitas perempuan. Adanya kelainan pada payudara akan dapat
mengganggu pikiran, emosi, serta menurunkan kepercayaan diri seorang
perempuan (de Jong, 2010).
Di Amerika Serikat, 1 dari 11 wanita akan menderita kanker payudara
pada suatu masa selama kehidupannya. Diantara penyakit-penyakit
keganasan, kanker payudara merupakan penyebab kematian paling sering
pada wanita. Kanker payudara meliputi 26% dari kanker baru pada wanita
di Amerika dan 18% dari kematian karena kanker (Swartz, 1995).

Batasan
Payudara merupakan organ seks sekunder yang merupakan simbol
femininitas perempuan (de Jong, 2010). Payudara merupakan suatu kelenjar
(kelenjar mammae) yang dijadikan ciri pembeda pada semua mamalia
(Swartz, 1995). Payudara bagi seorang wanita merupakan lambang
kewanitaannya sehingga payudara sebagai kelenjar subkutis (dibawah kulit)
sangat penting bagi wanita. Tidak hanya mempunyai fungsi kosmetik,
payudara juga mempunyai fungsi lain antara lain memproduksi air susu. Air
susu ini kemudian nantinya akan disalurkan menuju ke puting susu.
Keberadaannya yang penting bagi wanita membuat seorang wanita akan
merasa cemas apabila terjadi kelainan pada payudaranya. Kelainan yang
paling sering ditakuti adalah apabila terdapat tumor pada payudara, lebih
spesifik lagi adalah bila itu tumor itu adalah suatu keganasan atau kanker.
Tumor mammae adalah pertumbuhan sel – sel yang abnormal yang
menggangu pertumbuhan jaringan tubuh terutama pada sel epitel di
mammae (Sylvia, 1995). Sementara pada tahun 2007, Dr. Iskandar
menyatakan bahwa Tumor mammae adalah adanya ketidakseimbangan yang

1
dapat terjadi pada suatu sel / jaringan di dalam mammae dimana ia tumbuh
secara liar dan tidak bisa dikontrol.

Anatomi
Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot
penyokong, lemak, pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfe. Jaringan
kelenjarnya terdiri dari 12-250 lobulus, masing-masing bermuara ke dalam
duktus ekskretorius tersendiri yang berakhir pada puting susu (Swartz,
1995).

Gambar 1 Vaskularisasi dan Drainase limfatik Payudara.

Kelenjar susu merupakan sekumpulan kelenjar kulit. Batas payudara


yang normal terletak antara iga 2 di superior dan iga 6 di inferior (pada usia
tua atau ukuran payudara yang besar bisa mencapai iga 7), serta antara taut
sternokostal di medial dan linea aksilaris anterior di lateral. Pada bagian

2
latero-superior ke arah aksila, terdapat penonjolan spence atau dikenal
dengan istilah ekor payudara. 2/3 superior mammae terletak di atas
musculus pectoralis mayor, sedangkan 1/3 inferior mammae terletak diatas
musculus seratus anterior, obliqus externus abdominis, dan rectus abdominis
(de Jong, 2010).

Gambar 2 Anatomi Payudara Normal

Kulit puting susu berpigmen banyak dan tidak berambut. Papila


dermis mengandung banyak kelenjar sebasea, yang berkelompok di dekat
lubang sinus susu. Kulit areola juga berpigmen bnyak tetapi berbeda dengan
kulit puting susu dan juga mengandung folikel rambut. Kelenjar sebaseanya
biasanya terlihat sebagai nodulus kecil pada permukaan areola dan disebut
tuberkel montgomery (Swartz, 1995). Ligamentum cooper merupakan
tonjolan jaringan payudara yang bersatu dengan lapisan fasia superfiscialis
dan berfungsi sebagai struktur penyokong payudara.
Vaskularisasi payudara terutama berasal dari cabang arteri perforantes
anterior dari arteri mamaria interna, arteri thoracalis lateralis yang
bercabang dari arteri axilaris, dan beberapa arteri intercostalis. Payudara sisi
superior diinervasi oleh nervus supraclavicula yang berasal dari cabang ke-3
dan ke-4 plexus cervicalis. Payudara sisi medial diinervasi oleh cabang
cutaneus anterior dari nervus intercostalis 2-7. Papila mammae terutama
diinervasi oleh cabang cutaneus lateral dari nervus intercostalis 4.

3
Sedangkan cabang cutaneus lateralis cabang nervus intercostalis lain
menginervasi areola dan mammae sisi lateral (de Jong, 2010).

Fisiologi
Payudara mengalami 3 macam perubahan yang dipengaruhi oleh
hormon. Perubahan pertama dimulai dari masa anak sampai masa pubertas,
lalu masa fertilitas, sampai klimakterium, hingga menopause. Sejak
pubertas, pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan
juga hormon hipofisis menyebabkan berkembangnya ductus dan timbulnya
asinus.
Perubahan selanjutnya terjadi sesuai dengan daur haid. Sekiat hari
kedelapan haid. Pada saat itu, payudara akan membesar, dan pada beberapa
hari sebelum haid berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang, timbul
benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang haid,
payudara meregang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, teerutama
palpasi, sulit dilakukan.
Perubahan terakhir terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada masa
kehamilan, payudara membesar karena epitel ductus lobul dan ductus
alveolus berproliferasi, dan tumbuh ductus baru.
Sekresi hormon prolakstin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air
susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisis asinus, kemudia dikeluarkan
melalui ductus ke puting susu yang dipicu oleh oksitosin (de Jong, 2010).

Faktor Resiko
Faktor resiko adalah apa yang membuat seseorang lebih mungkin
untuk mendapatkan penyakit tertentu. Tapi apabila satu atau bahkan
beberapa faktor resiko ditemui tidak berarti seseorang akan mengalami
penyakit tersebut. Terdapat beberapa faktor resiko terjadinya tumor
mammae, meliputi:
 Jenis Kelamin Perempuan
 Usia diatas 55 tahun

4
 Genetik
 Riwayat tumor pada kelurga
 Hormonal termasuk terapi hormon pascamenopause

Tumor Jinak Payudara


1. Kista
Kista payudara biasanya ditemukan pada usia dekade kelima, dan
menurun setelah wanita melewati menopause. Etiologi pastinya belum
jelas, kemungkinan akibat perubahan hormonal. Kista payudara ini
tampaknya berasal dari destruksi dan dilatasi lobulus dan ductus
terminalis payudara. Kista dapat tunggal ataupun multipel, unilateral
atau bilateral, dan biasanya nyeri bila dipalpasi (de Jong, 2010).
Kista memiliki konsistensi keras, bulat, massa berbatas jelas
berkisar 1 mm sampai beberapa sentimeter dan ukurannya dapat
meningkat menjelang akhir siklus menstruasi. Cairan fisiologis khas
ialah jernih atau hijau kecokelatan pada aspirasi dan tidak membutuhkan
pemeriksaan sitologi. Biopsi diindikasikan jika cairan mengandung
darah, jika massa tidak mengecil setelah aspirasi, atau jika cairan
menumpuk kembali (Schwartz, 2000)
2. Fibroadenoma
Fibroadenoma merupakan neoplasma jinak yang terutama
dijumpai pada perempuan muda. Setelah menopause, tumor tersebut
tidak lagi ditemukan. Fibroadenoma teraba sebagai benjolan bulat atau
berbenjol, dengan simpai licin, bebas digerakkan, dan konsistensinya
kenyal padat. Tumor ini tidak melekat pada jaringan disekitarnya dan
amat mudah untuk digerakkan. Biasanya fibro adenoma tidak nyeri,
tetapi kadang-kadang dirasakan nyeri. Kadang fibroadenoma tumbuh
multipel. Pada masa remaja, fibrodenoma dapat dijumpai dalam ukuran
yang besar. Fibroadenoma dapat sangat cepat bertumbuh, kadang ada
yang tumbuh banyak dan berpotensi kambuh saat rangsangan estrogen

5
meningkat. Fibroadenoma harus dieksisi karena tumor jinak ini nakan
terus membesar (de Jong, 2010).
Fibroadenoma bentuknya lobular, keras, elastis, massa melingkar
jelas yang sering tunggal, dan muncul pada wanita muda. Penderita
lebih muda mungkin perlu sitologi jarum dan survailens tersendiri
(Schwartz, 2000).
3. Perubahan Fibrokistik (Fibrocystic Changes, FCC)
FCC biasanya timbul pada berbagai usia, terjadi akibat
ketidakseimbangan hormonal, dan terkait dengan proses penuaan alami.
Gejala FCC yang membuat pasien datang ke dokter antara lain bengkak,
adanya benjolan yang kadang nyeri saat disentuh, adanya pengerasan
sebelum periode haid, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Biopsi dapat dilakukan bila pasien merasa takut akan kelainan ini.
Pemeriksaan patologis FCC dapat memiliki lima belas macam gambaran
antara lain adenosis epiteliosis, fibrosis stroma, kista multipel yang
disertai fibrosis, hingga metaplasia dan hiperplasia epitelial. Pada
mamografi, jaringan payudara hanya tampak memadat tanpa adanya
kelainan lain. Namun jika pasien memiliki riwayat keluarga penderita
kanker payudara ditambah adanya gambaran hiperplasia yang atipik
pada hasil biopsi, potensi keganasan perlu diwaspadai. FCC juga sering
disebut sebagai mastalgia atau mastodinia yang digolongkan dalam
kelainan displasia payudara (de Jong, 2010).
4. Tumor Filoides
Tumor filoides merupakan suatu neoplasma jinak yang berasal
dari jaringan penyokong nonepitel, bersidat menyusup secara lokal dan
mungkin ganas (10-15%). Pertumbuhannya cepat dan dapat ditemukan
dalam ukuran besar. Tumor ini terdapat pada semua usia, tapi kebanyak
pada usia sekitar 30 tahun. Penanggulangan terhadap tumor tersebut
adalah eksisi luas. Jika tumor sudah besar, biasanya perlu dilakukan
masektomi simpel. Bila tumor ternyata ganas, harus dilakukan

6
masektomi radikal walaupun mungkin bermanifestasi secara hematogen
seperti sarkoma (de Jong, 2010).
5. Galaktokel
Galaktokel dalah kista retensi berisi air susu. Galaktokel berbatas
jelas dan mobile, dan biasanya timbul 6-10 bulan setelah berhenti
menyusui. Galaktokel biasanya terletak ditengah dalam payudara atau
dibawah puting. Tatalaksana galaktokel adalah aspirasi jarum untuk
mengeluarkan sekret susu dan pembedahan baru dilakukan jika kista
terlalu kental untuk bisa diaspirasi atau jika terjadi infeksi dalam
galaktokel tersebut (de Jong, 2010).
6. Papiloma Intraduktus
Papilloma intraduktal adalah pertumbuhan menyerupai kutil
dengan disertai tangkai yang tumbuh dari dalam payudara yang berasal
dari jaringan glandular dan jaringan fibrovaskular. Papilloma seringkali
melibatkan sejumlah besar kelenjar susu. Lesi jinak yang berasal dari
duktus laktiferus dan 75% tumbuh di bawah areola mamma ini
memberikan gejala berupa sekresi cairan berdarah dari puting susu (de
Jong, 2010). Papilloma dapat juga ditemukan di duktus yang kecil di
daerah yang jauh dari puting.Keadaan ini seringkali tumbuh dalam
jumlah banyak dan juga mungkin disertai hiperplasi epitelial.Konfirmasi
diagnosis papilloma intraduktus dilakukan dengan duktografi.Terapinya
eksisi pada tepi sekeliling areola.
7. Duktus Ekstasia
Duktus ekstasia merupakan kelainan jinak akibat kerusakan
elastin dinding duktus payudara, diikuti infiltrasi sel radang dan hasil
akhirnya adalah dilatasi dan pemendekan duktus (de Jong, 2010).
Ectasia duktus terdiri dari dilatasi duktus subareola yang terisi dengan
material yang seperti titik hitam.Ectasia duktus biasa terjadi pada
perokok, dan dipersulit dengan abses periduktus dan fistel
mammae.Ektasia duktus juga menyebabkan cairan pada puuting dan
retraksi puting.Kalsifikasi karena ectasia duktus biasanya memiliki

7
karakteriktis.Ia memberi gambaran kasar, batang, dan kalsifikasi
bercabang pada distribusi duktus. Kalsifikasi ini dibentuk oleh
kalsifikasi debris ketika duktus mengalami dilatasi.
Kalsifikasi intraduktal ini telah digambarkan sebagai “broken
needle appearance”.Ectasia ductus biasanya bilateral dan hal ini cukup
berguna untuk mendiagnosis daerah ectasia ductal yang kecil.Biasanya
ditemukan debris dalam ductal dan hal ini menyebabkan reaksi inflamasi
meyebabkan “lead pipe” appearance.
8. Adenosis Sklerosis
Secara klinis, adenosis sklerosis teraba seperti kelainan fibrokistik
dan digolongkan dalam kelainan displasia. Secara histopatologik
adenosis sklerosis tampak sebagai proliferasi jinak sehingga ahli
patologi sering terkecoh, menngira suatu karsinoma (de Jong, 2010).
9. Mastitis Sel Plasma
Mastitis sel plasma juga disebut mastitis komedo.Lesi ini
merupakan radang subakut yang didapat pada system duktus yang
melalui di bawah aerola.Mastitis adalah infeksi yang sering menyerang
wanita yang sedang menyusui atau pada wanita yang mengalami
kerusakan atau keretakan pada kulit sekitar puting. Kerusakan pada kulit
sekitar puting tersebut akan memudahkan bakteri dari permukaan kulit
untuk memasuki duktus yang menjadi tempat berkembangnya bakteri
dan menarik sel-sel inflamasi. Sel-sel inflamasi melepaskan substansi
untuk melawan infeksi, namun juga menyebabkan pembengkakan
jaringan dan peningkatan aliran darah.Perubahan ini menyebabkan
payudara menjadi merah, nyeri, dan terasa hangat saat perabaan.
Gambaran klinisnya sukar dibedakan dengan karsinoma, yaitu
massa berkonsistensi keras, bisa melekat ke kulit, dan menimbulkan
retraksi puting susu akibat fibrosis periduktal, dan bisa terdapat
pembesaran kelenjar getah bening aksila. Kondisi ini diterapi dengan
antibiotik.Pada beberapa kasus, mastitis berkembang menjadi abses atau

8
kumpulan pus yang harus dikeluarkan melalui pembedahan (de Jong,
2010).
10. Nekrosis Lemak
Nekrosis lemak adalah proses inflamesi non-supuratif yang biasa
terjadi sebagai suatu kecelakaan atau karena penyebab iatrogenic.
Nekrosis lemak dapat juga terjadi akibat terapi radiasi. Ketika tubuh
berusaha memperbaiki jaringan payudara yang rusak, daerah yang
mengalami kerusakan tergantikan menjadi jaringan parut. Secara klinis
ia muncul sebagai nodul single atau multiple yang dengan permukaan
licin dan terfiksir, atau irregular yang dapat menimbulkan keganasan.
Dengan biopsi jarum atau dengan tindakan pembedahan eksisi sangat
diperlukan untuk membedakan nekrosis lemak dengan kanker.Secara
histopatologik terdapat nekrosis jaringan lemak yang kemudian menjadi
fibrosis.Pada mamografi ditemukan kista lemak, mikrokalsifikasi.
Menurut American Cancer Society, beberapa area dari nekrosis
dapat berespon berbeda-beda terhadap cedera. Desamping pembentukan
jaringan parut, sel-sel lemak akan mati dan mengeluarkan isi sel, yang
membentuk kumpulan seperti kantong-kantong berisi cairan berminyak
dan disebut kista minyak. Kista minyak dapat ditemukan melalui
aspirasi jarum halus, yang sekaligus merupakan tindakan untuk
terapinya (de Jong, 2010).
11. Kelainan Lain
Tumor lain jarang tetapi dapat ditemukan di payudara yaitu
lipoma, leiomyoma, histiositoma, kista sebasea, penyakit Mondor,
Pseudolump akibat penonjolan iga, yang sebenarnya tidak ada sangkut
pautnya dengan jaringan kelenjar payudara (de Jong, 2010).

Tumor Ganas Payudara


Karsinoma payudara merupakan neoplasma maligna yang paling
sering dijumpai pada wanita, dengan angka insidens semakin meningkat
sesuai umur sejak tahun 1940 (Schwartz, 2000). Karsinoma payudara

9
menjadi penyebab utama kematian pada wanita akibat kanker di dunia (de
Jong, 2010).
Etiologi mungkin multifaktorial. Jenis kelamin wanita adalah salah
satu faktor predisposisi. Insidens meningkat sesuai umur. Mulai usia 20
tahun kemudian menurun sekiataran usia menopause, kemudian
sesusdahnya meningkat bertahap. Faktor genetik penting pada 15% kasus
dan paling jelas pada penderita yang ibunya menderita karsinoma payudara
bilateral pramenopause. Resiko lebih tinggi berhubungan dengan nuliparitas
dan kehamilan pertama pada usia lebih tua. Walau estrogen menyebabkan
kanker payudara pada uji coba tikus, namun tidak ada teori induksi oleh
hormon atau pil KB yang terbukti pada manusia. Kemungkinan konsumsi
lemak berlebihan dan faktor viral yang ditransmisi lewat susu, telah
dihubungkan sebagai faktor resiko (Schwartz, 2000).
Karsinoma Duktal Invasif
1. Penyakit Paget
Penyakit paget pada puting tampak sebagai erupsi ekzematosa
kronik yang berkembang menjadi ulkus basah. Penyakit paget berkaitan
dengan DCIS ekstensif yang menjadi keganasan yang invasif. Biopsi
jaringan puting akan menunjukkan populasi sel DCIS yang seragam dan
adanya sel paget yaitu sel besar, pucat, dan bervakuol pada lapisan
malphigi kulitnya. Terapi penyakit paget berupa lumpektomi dengan
mengikutkan kompleks puting-areola, masektomi simpul atau
masektomi radikal dimodifikasi bergantung pada luasnya penyebaran
kanker invasif tersebut (de Jong, 2010)
2. Karsinoma Medular
Pada pemeriksaan fisik, karsinoma jenis ini biasanya berukuran
besar dan terletak jauh di dalam payudara. Kanker ini teraba lunak dan
bersifat hemoragik. Pembesaran cepat, ukuran tumor mungkin berasal
dari nekrosis dan perdarahan dalam massa tumor. Sekitar 50%
karsinoma medular berkaitan dengan DCIS pada tepi tumornya. Hanya
10% sel karsinoma medular payudara yang memiliki reseptor hormon.

10
Penderita karsinoma medular memiliki angka harapan hidup 5 tahun
yang lebih baik dibanding penderita karsinoma duktal invasif atau
karsinoma lobular invasif (de Jong, 2010).
3. Karsinoma Musinous
Karsinoma musinous atau disebut juga karsinoma koloid,
merupakan jenis kanker payudara yang biasanya timbul pada orang
lanjut usia, berupa massa yang cukup besar. Tumor ini berupa kumpulan
musin ekstraseluler yang didalamnya terdapat sel-sel kanker grade
rendah. Kadang terjadi fibrosis dalam massa tumor sehingga tumor
teraba sebagai massa yang agak kenyal. Sekitar 66% tumor ini memiliki
reseptor hormon. Metastasis nodus limfe terjadi pada 33% kasus, dan
rata-rata harapan hidup 5 dan 10 tahunnya adalah 73% dan 59% (de
Jong, 2010).
4. Karsinoma Papiler
Karsinoma papiler merupakan jenis kanker payudara yang
biasanya muncul pada wanita berusia 70 tahun dan banyak ditemui pada
wanita non-kaukasia. Karsinoma papiler biasanya kecil dan diameternya
tidak lebih dari 3 cm. Metastasis ke kelenjar aksilla jarang terjadi.
Angka harapan hidup 5 tahun dan 10 tahun penderita karsinoma ini
setara dengan karsinoma tubular dan musinous (de Jong, 2010).
5. Karsinoma Tubular
Karsinoma tubular ditemukan pada 20% wanita yang menjalani
skrining mamografi pada periode perimenopause dan awal
pascamenopause. Pada 10% penderita karsinoma tubular atau
kribiformis invasif ditemukan metastasis aksilla, biasanya terbatas
kelenjar limfe paling bawah (level I), namun adanya metastasis pada
level II dan III tidak memperburuk angka harapan hidup. Metastasis jauh
jarang terjadi pada kasus ini (de Jong, 2010).
Karsinoma Lobular Invasif
Karsinoma lobular invasif yang berasal dari lobus epitelial payudara
ini merupakan 10% dari seluruh keganasan payudara. Gambaran

11
histopatologinya berupa sel kecil dan nuklei yang bulat, nuklei yang tidak
jelas, dan sitoplasma yang sedikit. Gambaran klinis penyakit ini adalah
bervariasi, mulai dari asimptomatik hingga berupa massa yang sangat besar.
Biasanya massa tumor bersifat multifokal, multisentrik, dan bilateral.
Karena pertumbuhannya yang ganas dan gambaran mamografinya sering
menunjukkan lesi tumor yang lebih kecil dari yang sebenarnya, karsinoma
lobular invasif kadang sulit untuk dideteksi (de Jong, 2010).
Angiosarkoma
Keganasan payudara ini berasal dari pembuluh darah dan limfe.
Kadang angiosarkoma timbul 5-10 tahun setelah radioterapi
pascamasektomi keganasan payudara sebelumnya. Tidak seperti
hemangioma, angiosarkoma cenderung mengalami nekrosis sentral.
Gambaran klinis angiosarkoma berupa ruam merah hingga ungu pada kulit
yang diradiasi. Pada derajat tinggi, angiosarkoma dapat menonjol keluar ke
permukaan kulit. Metastasis ke kelenjar limfe regional jarang terjadi
sehingga deseksi aksilla jarang diperlukan, namun metastasis hematogen
dapat terjadi dan paling sering menyebar ke paru. Jika tidak ada metastasis,
reseksi bedah harus mencapai margin bebas sel tumor. Kemoterapi tidak
banyak memberi manfaat. Rat-rata harapan hidup angiosarkoma dengan
metastasis sekitar 2 tahun (de Jong, 2010).

Tabel 1 Diferensiasi massa Payudara


Ciri-ciri Penyakit kistik Adenoma Tumor Maligna
Benigna
Umur 25-60 10-55 25-85
Jumlah 1 atau lebih 1 1
Bentuk Bulat Bulat Tidak teratur
Konsistensi Elastis, lunak, atau Keras Keras seperti batu
keras
Batas Jelas Jelas Tidak jelas
Mobilitas Mobil Mobil Terfiksasi
Nyeri tekan Ada Tidak ada Tidak ada
Retraksi kulit Tidak ada Tidak ada Ada

12
Tabel 2 Ciri-ciri Massa Payudara yang Mengarah ke Kanker
Ciri-ciri Sensitivitas Spesifisitas
(%) (%)
Massa terfiksasi 40 90
Massa berbatas tidak 60 90
tegas
Massa keras 62 90

Diagnosis
Anamnesis didahului dengan pencatatan identitas penderita secara
lengkap. Keluhan utama penderita berupa benjolan di payudara, rasa sakit,
keluar cairan di puting susu, eksema di sekitar areola, dimpling, kemerahan,
ulserasi, peau d’orange, dan keluhan pembesaran kelenjar getah bening
aksilla atau metastase jauh.
Hal-hal yang perlu ditanyakan berhubungan munculnya benjolan
adalah sejak kapan muncul, progresifitas perkembangan tumor, sakit atau
tidak. Biasanya tumor pada proses keganasan atau kanker payudara
mempunyai ciri khas dengan batas irregular, tidak nyeri, tumbuh progresif.
Pengaruh siklus menstruasi terhadap keluhan tumor dan perubahan
ukuran tumor, kawin atau tidak, jumlah anak, anaknya disusui atau tidak,
riwayat penyakit kanker dalam keluarga, riwayat memakai obat-obat
hormonal, dan riwayat pernah atau tidak operasi payudaradan obstetri-
ginekologi.
Perlu ditanyakan kepada pasien faktor resiko kanker payudara karena
dengan mengetahui faktor resiko seseorang diharapkan dapat lebih waspada
terhadap kelainan-kelainan pada payudara, baik secara rutin dengan
SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) maupun secara periodik
memeriksakan kelainan payudara atau tanpa kelainan kepada dokternya.
Bagi dokter perlu melakukan pemeriksaan fisik yang baik dan legeartis serta
melakukan pemeriksaan mammografi pada penderita dengan high risk
terhadap faktor tersebut.

13
Pemeriksaan Fisik
Untuk pemeriksaan
payudara, tidak diperlukan
peralatan khusus. Untuk
mempermudah komunikasi,
payudara dibagi mendai 4
kuadran yang masing-
masing saling tegak lurus.
Empat kuadran yang dimaksud adalah atas luar, atas dalam, bawah luar, dan
bawah dalam. Ekor payudara merupakan perluasan kuadran atas luar.
Dimana pemeriksaan payudara ini terdiri dari (Swartz, 1995):
 Inspeksi
Inspeksi mula-mula dilakukan dengan lengan pasien disamping
tubuhnya. Perhatikan bentuk, ukuran, simetrisasi, kontur, warna, dan
edema. Puting susu diperiksa dalam hal ukuran, bentuk, inversi, eversi
atau pengeluaran cairan. Puting susu harus simetris.
Kulit payudara diperiksa untuk melihat adanya edema. Edema
kulit payudara yang terletak di atas suatu keganasana mungkin
memperlihatkan peau d’orange atau gambaran kulit jeruk. Ini biasanya
berkaitan dengan obstruksi limfatik yang menyebabkan edema jaringan.
Eritema berkaitan dengan infeksi dan juga karsinoma inflamatoris
payudara.
Adanya dimpling yang merupakan tanda dari fenomena retraksi
merupaka suatu respon fibrotik dari neoplasma. Retraksi kulit berkaitan
dengan keganasan yang menyebabkan traksi abnormal pada ligamentum
cooper.

14
Gambar 3. Metode Palpasi Payudara

Langkah-langkah inspeksi payudara:


1. Posisi duduk tegak, kedua lengan menggantung di samping badan.
Amati payudara secara keseluruhan :
o Bentuk kedua payudara
o Ukuran dan simetrinya, apakah terdapat perbedaan ukuran
mamae, areola mamae dan papila mamae.
o Warna kulit, adakah penebalan atau udem, adanya kulit
berbintik seperti kulit jeruk, ulkus, gambaran pembuluh darah
vena.
o Adakah tampak massa, retraksi/lekukan, tonjolan/benjolan.
Papila mamae diamati :
 Ukuran dan bentuk
 Arahnya
 Wujud kelainan kulit atau ulserasi
 Discharge
2. Posisi mengangkat kedua lengan di atas kepala
3. Posisi kedua tangan di pinggang

15
Kedua posisi ini adalah untuk melihat lebih jelas adanya
kelainan retraksi atau benjolan. Amati sekali lagi bentuk payudara,
perubahan posisi dari papila mamae, lokasi retraksi, benjolan.
4. Posisi duduk/berdiri dengan membungkukkan badan ke depan,
bersandar pada punggung kursi atau lengan pemeriksa. Posisi ini
diperlukan jika payudara besar atau pendular. Payudara akan bebas
dari dinding dada, perhatikan adakah retraksi atau massa.
 Palpasi
Penderita disuruh berbaring, jika payudara tidak mengecil,
tempatkan bantal tipis di punggung, sehingga payudara terbentang rata,
dan lebih memudahkan menemukan suatu nodul. Palpasi dilakukan
menggunakan permukaan volar tiga jari yang ditengah, dengan gerakan
perlahan-lahan, memutar menekan secara halus jaringan mamae
terhadap dinding dada. Lakukan palpasi pada setiap kuadran, payudara
bagian perifer, kauda aksilaris dan areola mamae, bandingkan payudara
kanan dan kiri.
Bila ditemukan adanya nodul perhatikan dan catat :
o Lokasi, dengan cara menggunakan kuadran atau jam dengan jarak
berapa centimeter dari papila mamae.
o Ukuran (cm)
o Bentuk, bulat/pipih, halus/berbenjol-benjol
o Konsistensi, kenyal/keras
o Batas dengan jaringan sekitar, jelas atau tidak
o Nyeri tekan atau tidak
o Mobilitas terhadap kulit, fascia pektoralis dan dinding dada di
sebelah bawahnya.
Palpasi papila mamae, tekan papila dan areola mamae sekitar dengan
ibu jari dan telunjuk, perhatikan adakah pengeluaran discharge. Jika
dijumpai discharge, atau riwayat mengeluarkan discharge, coba cari
asalnya dengan menekan areola mamae dengan ibu jari dan telunjuk dan

16
pada sebelah radial sekitar papila mamae. Perhatikan adakah discharge
yang keluar dari salah satu duktus papila mamae.
Evaluasi Fenomena Retraksi
Jika menemukan massa, penekanan kulit mungkin berguna untuk
menentukan apakah ada fenomena retraksi. Pemeriksa harus
mengangkat payudara disekitar massa itu. Jika ada karsinoma, mungkin
akan terbentuk lesung. Pasien juga mngalami lesi metastatik dari kanker
payudara pada lengannya bersama-sama dengan limfadenema (Swartz,
1995).
Palpasi Daerah Subereolar
Daerah subareolar, atau daerah langsung di bawah areola, harus
dipalpasi ketika pasien sedang berbaring. Di daerah subareolar, jaringan
payudara kurang padat. Abses pada kelenjar Montgomery di areola dapat
menyebabkan massa dengan nyeri tekan di daerah ini (Swartz, 1995).

Pemeriksaan Puting Susu


Pemeriksaan puting susu mengakhiri pemeriksaan payudara.
Inspeksi dilakukan untuk melihat retraksi puting susu, fisura dan
deskuamasi. Untuk memeriksa adanya pengeluaran cairan, pemeriksa
harus meletakkan tiap tangannya pada kedua puting susu dan dengan
lembut menekan puting susu itu, sambil memperhatikan sifat cairan yang
keluar (Swartz, 1995).
Pemeriksaan Payudara pada Pria
Pemeriksaan payudara harus dilakukan pada semua pria. Puting
susu harus diperiksa untuk melihat adanya pembengkakan, pengeluaran
cairan, atau ulserasi. Areola dan jaringan subareolar harus dipalpasi
untuk melihat adanya massa. Sementara pemeriksaan axilla dilakukan
sesuai dengan pemeriksaan pada wanita (Swartz, 1995).

17
 Pemeriksaan Axilla
Jika ditemukannya karsinoma mamae, kemungkinan sudah terjadi
metastasis ke limfe nodi regional. Posisi penderita duduk, kedua lengan
rikleks di samping badan.
o Inspeksi
Inspeksi kulit aksila, perhatikan adakah rash, infeksi, ulkus,
benolan.
o Palpasi
Letakkan jari-jari tangan kanan di bawah aksila kiri, rapatkan
untuk mencapai sejauh mungkin apek fossa aksilaris. Suruh lengan
kiri penderita rileks, dan topang lengannya dengan tangan/lengan
kiri pemeriksa. Kemudian tekan jari-jari pemeriksa ke dinding dada,
coba cari nnll grup aksila sentralisyang terletak di tengah dinding
dada dari aksila. Angkat lengan penderita lebih jauh, raba dan cari
nnll grup aksila lateral yang terletak di lengan atas dekat pangkal
humerus, kemudian raba dan cari nnll grup pectoral yang terletak di
tepi lateral m. pektoralis mayor, serta raba dan cari nnll grup
subskapular yang terletak di tepi depan m. latisimus dorsi. Nnll.
aksila sering dapat diraba, biasanya lunak, kecil dan tidak nyeri.
Pemeriksaan dilanjutkan dengan meraba nnll grup infraklavikular
dan supraklavikular. Perhatikan dan catat, adakah pembesaran nnll,
perubahan konsistensi, bentuk dan adakah nyeri tekan.Untuk
pemeriksaan aksila kanan, pemeriksaan dilakukan dengan
menggunakan tangan kiri pemeriksa.

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada penanda tumor hematologik atau uji darah lainnya yang
bisa digunakan untuk mendiagnosa cystosarcoma.

18
2. Studi Pencitraan
Mamografi
Pada mammogram, tumor Filoides akan memiliki tepi yang
berbatas jelas. Baik mammogram ataupun USG payudara dapat
membedakan secara jelas antara fibroadenoma dan Filoides jinak atau
tumor ganas. Sel-sel dari biopsi jarum dapat diuji di laboratorium tapi
jarang memberikan diagnosis yang jelas, karena sel-sel dapat
menyerupai karsinoma dan fibroadenoma. Pada Biopsi bedah akan
menghasilkan potongan jaringan yang akan memberikan sampel sel
lebih baik dan akan menghasilkan diagnosa yang tepat untuk sebuah
tumor Filoides.
Ultrasonografi
USG berguna untuk menentukan ukuran lesi dan membedakan
kista dengan tumor solid. Sedangkan, diagnosis kelainan payudaranya
dapat dipastikan dengan melakukan sitologi asprasi jarum halus
(FNAB), core biopsi, biopsi terbuka, atau sentinel node biopsi (de Jong,
2010).
MRI
MRI dilakukan pada pasien (1) pasien usia muda, karena
gambaran mamografi yang kurang jelas pada payudara wanita muda, (2)
untuk medeteksi adanya rekurensi pasca-BCT (Breast Conservation
Therapy), (3) medeteksi adanya rekurensi dini keganasan payudara yang
dari pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya kurang jelas (de Jong,
2010).
3. Histopatologi
Setiap ada kecurigaan pada pemeriksaan fisk dan mamogram,
biopsi harus selalu dilakukan. Jenis biopsi yang dilakukan meliputi (de
Jong, 2010):
FNAB
Dengan jarum halus sejumlah kecil jaringan dari tumor diaspirasi
keluar lalu diperiksa dibawah mikroskop. Walaupun paling mudah

19
dilakukan, spesimen FNAB kadang tidak dapat menentukan grade tumor
dan kadang tidak memberikan diagnosis yang jelas sehingga butuh
biopsi lainnya (de Jong, 2010).
Core Biopsy
Core biopsy dapat membedakan tumor yang non invasif dengan
yang invasif serta grade tumor, tapi sekitar 10% core biopsy
memberikan hasil yang inoklusif oleh karenanya memerlukan biopsi
terbuka untuk memberik diagnosis definitifnya. Core biopsy dapat
digunakan untuk membiopsi kelainan yang tidak dapat dipalpasi, tetapi
terlihat dalam mamografi (de Jong, 2010).
Biopsi Terbuka
Biopsi terbuka dilakukan jika pada mamografi terlihat adanya
kelainan yang mengarah ke tumor maligna, hasil FNAB atau core biopsy
yang meragukan. Hasil mamografi positif tapi FNAB negatif maka
biopsi terbuka perlu dilakukan. Bila hasil mamografi negatif namun
manifestasi klinis pasien mengarah ke kanker payudara, biopsi terbuka
wajib dilakukan (de Jong, 2010).
Sentinel Node Biopsy
Biopsi ini dilakukan untuk menentukan status keterlibatan
kelenjar limfe aksilla dan parasternal dengan cara pemetaan limfatik.
Apabila tidak didapatkan sentinel node, diseksi kelenjar limfe aksilla
tidak perlu dilakukan. Sebaliknya, jika sentinel node positif sel tumor,
diseksi kelenjar limfe aksilla harus dilakukan, walaupun nodus yang
ditemukan hanya berupa sel tumor terisolasi dengan ukuran kurang dari
0,2 mm. Indikasi prosedur ini terutama adalah klinis N0 (de Jong, 2010).

Grading dan Staging


Grading
Keganasan Payudara dibagi menjadi 3 grade berdasarkan derajat
diferensiasinya. Nucleus sel tumor dibandingkan dengan nucleus sel

20
payudara norma. Grade I artinya berdiferensiasi buruk, grade II diferensiasi
sedang, dan grade III diferensiasinya baik (de Jong, 2010).
Grade histologi (Bloom-Richardson grade) menilai formasi tubulus,
hiperkromatik nucleus, dan derajat mitosis sel tumor dibandingkan dengan
histologi sel normal payudara. Grade histologik memiliki urutan berbalik
dengan grade nuclear, yaitu: Grade I deferensiasi baik, grade II deferensiasi
sedang, grade III deferensiasi buruk (de Jong, 2010).
Staging
AJCC (American Joint Committee on Cancer) menyusun panduan
penentuan stadium dan derajat tumor ganas payudara menurut sistem TMJ
Tabel 3 Tumor Primer (T)
Tumor Keterangan
primer
Tx Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ada bukti tumor primer
Tis Karsinoma in situ
T1 Diameter tersebsar tumor < 2 cm
T2 Diameter terbesar tumor > 2 cm tapi < 5 cm
T3 Diameter terbesar tumor > 5 cm
T4 Tumor ukuran apapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada
ataupun kulit.

Tabel 4 Kelenjar Getah Bening (KGB) Regional (N)


KGB Metastasis ke KGB
Regional
Nx KGB regional tidak dapat diniliai (mis. Sudah diangkat)
N0 Tidak ada metastasis ke KGB regional
N1 KGB axilla ipsilateral masih dapat digerakkan
N2 KGB axilla ipsilateral yang terfiksasi atau KGB mamaria interna
yang terdeteksi secara klinis dan tidak ada metastasis KGB axilla
secara klinis
N3 KGB infraclavicula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB
axilla atau KGB mamaria interna yang terdeteksi secara klinis dan
terdapat metastasis KGB axilla secara klinis.

Tabel 5 Metastasis (M)


Metastasis Keterangan
Mx Metastasis tidak dapat dinilai
M0 Tidak terdapat metastasis
M1 Metastasis

21
Tabel 6 Stadium kanker Payudara
Stadium T N M Harapan
hidup 5 tahun
0 Tis N0 M0 100%
I T1 N0 M0 100%
IIA T0 N1 M0 92%
T1 N1 M0
T2 N0 M0
M0
IIB T2 N1 M0 81%
T3 N0 M0
IIIA T0 N2 M0 67%
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
IIIB T4 N0 M0 54%
T4 N1 M0
T4 N2 M0
IIIC T apapun N3 M0 ?
IV T apapun N apapun M1 20%

Diagnosis Banding
 Angiosarcoma
 Kanker payudara
Masalah lain yang perlu dipertimbangkan :
 Juvenile fibroadenoma
 Giant fibroadenoma
 Inflammatory carcinoma
 Sclerosing adenosis
 Radial scar
 Fat necrosis
 Perubahan fibrokistik
 Abses payudara
 Adenokarsinoma
 Mastitis

22
Penatalaksanaan
1. Pembedahan
a. Masektomi Radikal Klasik
b. Masektomi radikal Dimodifikasi
c. Masektomi Simpel
d. Breast Conservation Therapy (BCT)
e. Rekonstruksi Segera
f. Bedah Paliatif
2. Radioterapi
3. Terapi Sistemik
a. Terapi hormonal
b. Kemoterapi
c. Terapi biologi

Kesimpulan
Tumor mammae adalah adanya ketidakseimbangan yang dapat terjadi
pada suatu sel / jaringan di dalam mammae dimana ia tumbuh secara liar
dan tidak bisa dikontrol. Karsinoma mammae ini merupakan penyebab
kematian utama pada wanita yang disebabkan oleh keganasan.
Untuk menegakkan diagnosis tumor payudara diperlukan
keterampilan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik payudara yang
sistematis dan dilengkapi dengan beberapa pemeriksaan penunjang
(Laboratorium, Pencitraan dan Histopatologi) sebagai sarana diagnostik
tumor payudara.
Untuk pemeriksaan lebih lanjut, yang penting kita ketahui adalah
menentukan grading dan staging akan tumor payudara tersebut. Hal ini
penting diketahui guna untu menentukan terapi dan prognosis kedepannya.
Terapi yang dilakukan pada pasien denga tumor payudara tergantung
stadium penderita, dengan tindakan yang dapat dilakukan seperti halnya
tingdakan pembedahan, radioterapi, dan atau terapi sistemik.

23
Daftar Pustaka
De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah; Editor, Sjamsuhidajat ...[et.al] – ed 3 –
Jakarta: EGC, 2010. p471-497.
Junaedi, Iskandar dr., (2007) Kanker. Jakarta : PT. Buana Ilmu Populer
Price, Sylvia Anderson, (1995) Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Prses
Penyakit Edisi 4 buku 2 : Jakarta EGC.
Scwartz, Seymour I. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah; Editor, G. Tom
Shires ...[et.al.] ; alih bahasa, Laniyati ...[et.al.] ; editor edisi bahasa
Indonesia, Linda Chandranata – Jakarta: EGC. 2000. p227-236.
Swartz, Mark H. Buku Ajar Diagnostik Fisik; alih bahasa, Petrus
Lukmanto, RF Maulany, Jan Tambajong; Editor, Harjanto Effendi,
Huriawati Hartanto – Jakarta: EGC. 1995. p227-238.

24

Anda mungkin juga menyukai