Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0)

Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile


di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan

Bab 6

Penulangan
Bab 6

Penulangan
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0)
Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan

6.1. Teori Dasar Perhitungan Kapasitas Lentur


6.1.1. Asumsi Dasar Dalam Teori Tegangan Lentur
Berdasarkan SNI Pasal 12.2 dijelaskan asumsi-asumsi yang dipakai dalam teori lentur
sebagai berikut :
 Plane sections remain plane .
 Regangan baja sama dengan regangan beton pada level yang sama
 (Kompatibiltas) , εs = εc pada level yang sama.
 Tegangan pada beton dan baja dapat ditentukan dari diagram tegangan - regangan
σ−ε yang berlaku.
Peraturan Tambahan Berdasarkan SNI 12.2.6
 Tegangan tarik beton diabaikan dalam perhitungan kuat lentur.
 Beton diasumsikan mencapai tegangan batas bila εc (regangan beton) = εcu (regangan
ultimit) = 0.003.
 Hubungan tegangan-regangan beton dapat diasumsikan berbentuk parabola, persegi,
trapesium atau bentuk lainnya asalkan memberikan prediksi kekuatan yang sama.

Apabila kita tinjau Gambar 6.1a dan 6.1b dan mengasumsikan batang-batang tulangan tarik
dinaikkan tegangannya hingga mencapai titik leleh sebelum beton pada sisi tekan balok
mengalami kehancuran maka setelah tegangan tekan beton mencapai 0,50 fc’, tegangan ini
tidak lagi berbanding lurus dengan jarak dari sumbu netral atau sebagai garis lurus.
Sebaliknya tegangan bervariasi seperti ditunjukkan Gambar 6.1c dan 6.1d.

Diagram tekan yang berbentuk lengkung ini digantikan dengan diagram persegi dengan
tegangan rata-rata 0.852 fc’. Diagram persegi dengan ketinggian a, jarak a = β1c dimana β1
diperoleh dari pengujian. Diagram persegi dengan ketinggian a ini diasumsikan mempunyai
titik berat yang sama dan besar yang sama dengan diagram lengkung. Asumsi ini akan
mempermudah dalam melakukan perhitungan kuat lentur secara teoritis atau kuat lentur
nominal balok beton bertulang. Berdasarkan Peraturan SNI 03-2847 pasal 12.2(7), nilai β1
ditentukan sebagai berikut :

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) 6-1


■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
Untuk fc’ ≤ 30 Mpa
β1 = 0.85 untuk fc` ≤ 30 MPa
Untuk fc’ > 30 Mpa

 f c − 30 
β1 = 0.85 − 0.05 *   ≥ 0.65
 7 

Gambar 6.1 Distribusi Tegangan-Regangan pada Penampang Balok

Zona tekan dapat dimodelkan dengan blok tegangan ekivalen seperti Gambar berikut ini

Gambar 6.2 Pemodelan Zona Tekan dengan Blok Tegangan Ekivalen

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) 6-2


■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
6.1.2. Perhitungan Kuat Lentur Balok Beton Bertulang

A. Persyaratan Analisis Balok Beton Bertulang

1. Hubungan Regangan-Regangan

Tegangan pada suatu titik harus bersesuaian dengan regangan yang terjadi menurut
diagram tegangan-regangan yang berlaku.

2. Keseimbangan
Gaya dalam harus seimbang dengan gaya luar (eksternal forces).
Dengan meninjau kopel tekan dan tarik (Gambar 6.3) pada penampang balok beton
bertulang maka bisa dihitung kuat lentur nominal.

Gambar 6.3 Kopel tekan dan tarik yang menghasilkan momen nominal

Dari Gambar 6.3 di atas, pada kondisi keseimbangan terdapat gaya-gaya sebagai berikut :

∑F x =0 ⇒ T=C
As f y = 0.85 f c ab
 a
∑M =0 ⇒ T d −  = M n
 2

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) 6-3


■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
Perhitungan kuat lentur nominal (tulangan leleh) adalah sebagai berikut :

T = As f y
C = 0.85 f c ' ab
As f y
a=
0.85 f c b
 a
M n = As f y  d − 
 2

Keterangan :

As = Luas tulangan

fy = Kuat leleh spesifikasi dari tulangan

fc’ = Tegangan tekan spesifikasi dari beton

Mn = Momen nominal

Metode perhitungan kuat lentur nominal dijabarkan secara sederhana dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Menghitung gaya tarik total T = As f y .

2. Menyamakan gaya tekan total C = 0.85 fc ' ab dengan As f y sehingga bisa dihitung nilai a.
Dalam persamaan ini ab adalah luas daerah yang diasumsikan menerima tekan sebesar
0,85 fc ' . Gaya tekan C dan gaya tarik T harus sama besar untuk mempertahankan
keseimbangan gaya pada penampang.
3. Menghitung jarak antara titik berat T dan C. Untuk penampang persegi, jarak ini sama
dengan d − a .
2
4. Menghitung Mn yang besarnya sama dengan T atau C dikalikan jarak antara pusat - pusat
titik beratnya.

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) 6-4


■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
6.1.3. Flowchart Penulangan Lentur

data – data:
f’c (MPa), fy (MPa), b (mm),
d (mm), Mu (Nmm)

tentukan ρmax tulangan tunggal & ρmin


0, 00255 * β 1* f ' c
ρ1 = ρ max = 0, 75 *
fy * ( 0, 003 + fy / 200000 )
1, 4
ρ min =
fy

tentukan ρ untuk memikul MU

ρ=
fy − ( fy 2 −2 Ru / φ*m* fy )
m * fy

Tidak
penampang
ρ > ρ min perbesar

Ya
Tidak tulangan tunggal
ρ < ρ max
As = ρ * b *d

Ya

tulangan rangkap SELESAI

Tentukan Mu1 yg dpt dipikul oleh ρ


1
dan tentukan As1 & Mu sisa
Mu1 = φ * ρ1 * b * d * d * fy (1 − 0,5 ρ1m )
dimana m = fy / (0,85 * f’c)
As1 = ρ1 * b * d
Mu sisa = Mu – Mu1

cek tulangan tekan sudah / belum leleh:


0, 85 * f ' c * β 1* d 600
K= *
fy * d 600− fy

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) 6-5


■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
Ya
tulangan tekan sudah leleh
ρ - ρ’ atau ρ1 >= K f’s = fy

Tidak

tulangan tekan belum leleh


 0, 85 * f ' c * β 1* d 
ε ' s = 0, 003 1 − 
 ρ1 * fy * d
 
f ' s = ε ' s * 200000

tentukan A’s = As2


Mu − Mu1
A's =
φ * f ' s ( d − d ')

cek thd ρmax

Tidak
penampang
ρ ≤ 0, 75 * ρb + ρ '* f ' s / fy diperbesar

ρ ≥ 1, 4 / fy
Tidak
penampang
Ya
diperkecil

cek thd Mu yg dipikul tulangan terpasang


Mu = φ ( ( As * fy − A ' s * f ' s )( d − a / 2 ) + A ' s * f ' s ( d − d '))
Tidak
jumlah tulangan
Mu bekerja < Mu
diperbanyak

Ya

SELESAI

Gambar 6.4 Flowchart Penulangan Lentur

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) 6-6


■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
6.2. Teori Dasar Perhitungan Kapasitas Geser
Apabila pada balok hanya bekerja gaya geser maka dikatakan bahwa balok memikul geser
murni. Besarnya gaya geser terfaktor = Vu.

Dimana:

Vu = 1,2 Vd + 1,6 Vl

Vd = gaya geser akibat beban mati

Vl = gaya geser akibat beban hidup

Gaya geser yang dapat dipikul beton = Vc

1
Vc = f ' c * bw * d (satuan N), SKSNI T-15-1991 ps.3.4.3 ayat 1
6

Dimana:

satuan f’c adalah MPa

satuan bw adalah mm ( lebar badan balok untuk balok T)

satuan d adalah mm ( tinggi efektif balok – h – d’, dimana d’= selimut beton)

Apabila Vu ≥ φ.Vc maka penampang harus ditulangi geser dimana φ = faktor reduksi
kekuatan – 0,6 (untuk geser).

Menurut SKSNI T-15-1991 pasal 3.4.3 ayat 2:

Nilai Vc yang lebih teliti dapat ditentukan dengan persamaan:

1 Vu * d 
Vc =  f ' c + 120 ρ w .  * bw * d
7 Mu 

Vu * d
dan Vc ≤ 0, 3 f ' c * bw * d dan ≤1
Mu

Dimana:

Mu = momen terfaktor yang bekerja pada lokasi gaya geser Vu

Vu = gaya geser terfaktor

ρw = As/(bw.d)

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) 6-7


■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
Apabila Vu < φ.Vc dan Vu ≥ ½. φ. Vc maka penampang ditulangi oleh tulangan geser
minimum berupa sengkang dengan luas = Av.

bw.s
Av =
3 fy

(SKSNI T-15-1991, persamaan 3.4-14)

Dimana:

s = jarak sengkang (mm)

fy = tegangan leleh baja tulangan (MPa)

Av = luas sengkang (mm2)

bw = lebar badan balok

Catatan : sengkang dapat dipasang 2 penampang (Av = 2 * 0,25 * 22/7 * DS * DS) dimana
DS = diameter sengkang. Atau 3 penampang (Av = 3 * 0,25 * 22/7 * DS * DS)

Catatan : sengkang dapat dipasang 2 penampang (Av = 2 * 0,25 * 22/7 * DS * DS) dimana
DS = diameter sengkang. Atau 3 penampang (Av = 3 * 0,25 * 22/7 * DS * DS)

Tulangan sengkang 2 penampang Tulangan sengkang 3 penampang

Jenis tulangan geser pada balok ada 2 yaitu:

a. tulangan sengkang

b. tulangan miring

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) 6-8


■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
TULANGAN SENGKANG

1. LUAS SENGKANG (Av)


Vs * s
Luas sengkang Av =
fy * d
Dimana:
Vu
Vs = − Vc (satuan N)
φ
s = jarak sengkang (mm)
d = h – d’
d’ = selimut beton (mm)

Catatan: biasanya diameter sengkang yang dipergunakan adalah 6 mm, 8 mm, 13 mm di


mana mutu baja untuk φ < 13 mm adalah BJTP24 dan φ > 13 mm adalah BJTD40.
SKSNI T-15-1991 membatasi kuat leleh rencana untuk sengkan = 400 MPa (ps 3.4.5 ayat
2)

2. JARAK SENGKANG (s)

• Jika Vs ≤ 1/3 (√f’c) . bw .d maka jarak sengkang adalah nilai terkecil antara d/2 dan
600 mm.

• Jika Vs > 1/3 (√f’c) . bw .d maka jarak sengkang adalah nilai terkecil antara d/4 dan 300
mm.

Catatan: biasanya jarak sengkang dibatasi 75 mm ≤ s ≤ 300 mm dan jika s <75 mm maka
sengkang dapat dipasang 3 penampang atau 4 penampang dan jika s > 300 mm maka
diameter sengkang dapat diperkecil atau diambil saja 300 mm.

Catatan:
Jika Vs > 2/3 (√f’c) . bw .d maka tinggi penampang diperbesar (SKSNI T-15-1991 ps. 3.4.5
ayat 6 point 8)

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) 6-9


■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
6.2.1. Flowchart Perhitungan Kapasitas Geser

data – data:
b (mm), h (mm), selimut beton DD (mm), gaya geser
terfaktor (Vu, N), diameter sengkang DS (mm), mutu
beton f’c (MPa), mutu baja (fy, MPa), φ = 0,6

1
Vc = * f 'c *b*d
6

Vs = Vu / φ − Vc

Ya
tinggi penampang
Vs ≥ 2 / 3 f 'c *b * d diperbesar

Tidak

Tidak Tidak

Vu ≥ φVc Vu ≥ 1/ 2φVc

Ya Ya tak perlu
tul. geser

A * fy*d tulangan geser minimum


s= v
Vs 3* Av * fy
s=
V b
dimana V = u * V
s φ c A = 2 * 0, 25 * 22 / 7 * DS * DS
v
A = 2 * 0, 25 * 22 / 7 * DS * DS
v

cek thd s maksimum

Vs ≤ 1/ 3 f ' c * b * d

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) 6-10


■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
Tidak
s max pilih terkecil
antara d/2 dan 600
s max pilih terkecil
antara d/4 dan 300

s = s max
atau diameter s >= s max
sengkang diperkecil
Tidak

penampang sengkang
s < 75 dijadikan 3 atau 4
Ya penampang

Tidak

diameter
s <= 300 sengkang
diperkecil

Ya

SELESAI

Gambar 6.5 Flowchart Perhitungan Kapasitas Geser

6.2.2. Punching Shear


Tipe keruntuhan geser yang perlu dicek dalam desain pelat yaitu geser dua arah (punching
shear). Punching shear yang dicek adalah terhadap roda truk T45. Beban roda T45 yang
diambil adalah yang terbesar yaitu 100 kN dengan luas area 500 mm x 200 mm. Skema
Pembebanan T45 dapat dilihat pada Gambar 6.6.

Geser dua arah diasumsikan kritis pada penampang vertikal berjarak d/2 dari sekeliling
muka kolom.

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) 6-11


■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
Gambar 6.6 Tributari area geser

Desain geser dua arah untuk kondisi tanpa transfer momen adalah sebagai berikut :

Vu ≤ Vn

Dimana Vu dihitung sesuai luas tributari geser yang ditinjau

Vn = Vc + Vs

Pada desain pelat, Vs umumnya 0. Sedangkan Vc diambil sebagai nilai terkecil dari :

1 1  '
a. Vc =  +  fc b0 d
 6 3 β c 

 α d 1
b. Vc =  s +  fc' b0 d
 12bo 6 

1 '
c. Vc = fc b0 d
3
Dimana :
βc = rasio sisi terpanjang dan sisi terpendek kolom
αs = 40 untuk kolom interior
= 30 untuk kolom tepi
= 20 untuk kolom sudut
b0 = panjang/keliling penampang kritis
d = tinggi efektif penampang

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) 6-12


■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
6.3. Desain Penulangan
6.3.1. Penulangan Pelat
A. Dermaga
1) Cek Ketebalan Pelat

Agar lendutan tidak perlu diperhitungkan maka tebal pelat minimum harus memenuhi
persyaratan (SKSNI T-15-1991) berikut :

Gambar 6.7 Persyaratan Tebal Pelat Minimum

Dalam perhitungan ini, diambil asumsi pelat satu ujung menerus.

Diketahui
L pelat = 4,5
tebal minimum = 4,5 / 24
= 0,1875 m

Pada perhitungan digunakan tebal pelat 0,4 m (> 0,1875 m  OK!)

2) Punching Shear

Perhitungan punching shear pada pelat dapat dilihat seperti berikut :

Beton K 300
f'c 24,9 Mpa
fy 240 Mpa
Tebal PELAT 400 mm
Selimut beton 80 mm
d 320 mm
d/2 160 mm

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) 6-13


■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
100 mm

100 mm

500 mm

200 mm

Gambar 6.8 Penampang kritis akibat beban roda T45

lebar 362,5 mm
panjang 662,5 mm
βc 1,827 mm
bo 2050 mm

αs yang diambil adalah untuk kolom interior =40

Perhitungan Vc
Vc1 1160,467 kN
Vc2 2310,989 kN
Vc3 1108,184
Vc terkecil = 1108,184 kN
Φ = 0,6
ΦVc = 664,916 kN
Vu = 1,6 * 100 kN = 160 kN
Vu < ΦVc
Karena Vu < ΦVc, pelat yang didesain kuat terhadap beban roda T45.

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) 6-14


■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
• Punching Shear Terhadap Kaki Kontainer 2 Tumpuk
Punching shear pelat juga perlu dicek terhadap kaki container 2 tumpuk.

Drop
panel

d/2

d/2
d/2

Gambar 6.9 Tributari area geser

Beton K 300
f'c 24,9 Mpa
Tebal Pelat 400 mm
Selimut beton 75 mm
d 325 mm
d/2 162,5 mm

Penampang kritis
lebar 312,5 mm
panjang 332,4 mm
βc 1,064
bo 1290 mm
αs interior 40

Perhitungan Vc
Vc1 1004,081 kN
Vc2 2105,568 kN
Vc3 697,3511 kN
Vc terkecil 697,3511 kN
Φ = 0,6
ΦVc = 418,4107 kN
Vu = 171,45 kN
Vu < ΦVc
Karena Vu < ΦVc, pelat yang didesain kuat terhadap beban kaki kontainer 2 tumpuk.

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) 6-15


■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
• Punching Shear Terhadap Pile Cap
Punching shear pelat juga perlu dicek terhadap pile cap.

Drop
panel

d/2

d/2
d/2

Gambar 6.10 Tributari area geser

Beton K 300
f'c 24,9 Mpa
Tebal Pelat 400 mm
Lebar Pile cap 1700 mm
Selimut beton 80 mm
d 320 mm
d/2 160 mm

Penampang kritis
lebar 17162,5 mm
panjang 17162,5 mm
βc 1
bo 68650 mm
αs interior 40
Perhitungan Vc
Vc1 55666,46 kN
Vc2 20312,38 kN
Vc3 37110,97 kN
Vc terkecil 20312,38 kN
Φ = 0,6
ΦVc = 12187,43 kN
Vu = 450 kN
Vu < ΦVc
Karena Vu < ΦVc, pelat yang didesain kuat terhadap beban pile cap.

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) 6-16


■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
3) Penulangan
Perhitungan penulangan menggunakan asumsi pelat di atas 2 tumpuan sederhana.

Panjang pelat (p) = 4,5 m


Lebar pelat (l) =1m
Tebal pelat (t) = 0,4 m
ρbeton = 2,4 t/m3
beban hidup = truk T45 + 1 container box = 4 ton/m2

Beban Mati
qDL = ρbeton * l * t
= 2,4 * 1 * 0,4
= 0,96 ton/m

Beban Hidup
qLL = 4 ton/m2 * 1 m
= 4 ton/m

Beban Ultimate
qU = (1,2 * qDL) + (1,6 *qLL)
= 7,552 ton/m

Momen
MU = (1/8) * qU * l2
= (1/8) * qU * (panjang pelat)2
= 19,116 tonm

Penulangannya dibantu dengan software CONCAD.

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) 6-17


■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) 6-18
■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
Dari hasil analisis di atas didapat tulangan D19 dengan jarak 150 mm. Berikut adalah
ilustrasi penulangan pelat:

Gambar 6.11 Ilustrasi Penulangan Pelat Dermaga

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) 6-19


■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
B. Trestle

1) Cek Ketebalan Pelat

Agar lendutan tidak perlu diperhitungkan maka tebal pelat minimum harus memenuhi
persyaratan (SKSNI T-15-1991) berikut :

Gambar 6.12 Persyaratan Tebal Pelat Minimum

Dalam perhitungan ini, diambil asumsi pelat satu ujung menerus.

Diketahui
L pelat = 4,5
tebal minimum = 4,5 / 24
= 0,1875 m

Pada perhitungan digunakan tebal pelat 0,35 m (> 0,1875 m  OK!)

2) Punching Shear

Perhitungan punching shear pada pelat dapat dilihat seperti berikut :

Beton K 300
f'c 24,9 Mpa
fy 240 Mpa
Tebal PELAT 350 mm
Selimut beton 80 mm
d 270 mm
d/2 135 mm

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) 6-20


■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
100 mm

100 mm

500 mm

200 mm

Gambar 6.13 Penampang kritis akibat beban roda T45

lebar 337,5 mm
panjang 637,5 mm
βc 1,888 mm
bo 1950 mm

αs yang diambil adalah untuk kolom interior =40

Perhitungan Vc

Vc1 918,195 kN
Vc2 1703,874 kN
Vc3 871,96
Vc terkecil = 871,96 kN
Φ = 0,6
ΦVc = 535,17 kN
Vu = 1,6 * 100 kN = 160 kN
Vu < ΦVc
Karena Vu < ΦVc, pelat yang didesain kuat terhadap beban roda T45.

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) 6-21


■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
• Punching Shear Terhadap Pile Cap
Punching shear pelat juga perlu dicek terhadap pile cap.

Drop
panel

d/2

d/2
d/2

Gambar 6.14 Tributari area geser

Beton K 300
f'c 24,9 Mpa
Tebal Pelat 350 mm
Lebar Pile cap 1700 mm
Selimut beton 80 mm
d 270 mm
d/2 165 mm

Penampang kritis
lebar 17137,5 mm
panjang 17137,5 mm
βc 1
bo 68650 mm
αs interior 40

Perhitungan Vc
Vc1 47033,77 kN
Vc2 16935,82 kN
Vc3 31355,85 kN
Vc terkecil 16935,82 kN
Φ = 0,6
ΦVc = 10161,49 kN
Vu = 46764 kN
Vu < ΦVc

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) 6-22


■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
Karena Vu < ΦVc, pelat yang didesain kuat terhadap beban pile cap.

3) Penulangan
Perhitungan penulangan menggunakan asumsi pelat di atas 2 tumpuan sederhana.

Panjang pelat (p) = 4,5 m


Lebar pelat (l) =1m
Tebal pelat (t) = 0,35 m
ρbeton = 2,4 t/m3
beban hidup = truk T45 + 1 container box = 4 ton/m2

Beban Mati
qDL = ρbeton * l * t
= 2,4 * 1 * 0,35
= 0,84 ton/m

Beban Hidup
qLL = 4 ton/m2 * 1 m
= 4 ton/m

Beban Ultimate
qU = (1,2 * qDL) + (1,6 *qLL)
= 7,408 ton/m

Momen
MU = (1/8) * qU * l2
= (1/8) * qU * (panjang pelat)2
= 18 ,7515 tonm

Penulangannya dibantu dengan software CONCAD.

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) 6-23


■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) 6-24
■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
Dari hasil analisis di atas didapat tulangan D19 dengan jarak 150 mm. Berikut adalah
ilustrasi penulangan pelat:

Gambar 6.15 Ilustrasi Penulangan Pelat Trestle

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) 6-25


■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
6.3.2. Penulangan Balok

A. Dermaga

1) Balok Melintang

Tulangan Lentur

Penulangan balok melintang dermaga menggunakan besar momen yang diperoleh dari
hasil analisis 2D dermaga melintang pada SAP, yang telah dilakukan sebelumnya.
Perhitungannya dibantu dengan menggunakan software CONCAD.

Ilustrasi dimensi penampang balok melintang dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 6.16 Ilustrasi Dimensi Balok Melintang Dermaga

Menghitung ρmin

1,4
ρmin = = 0,0033
fy

Dari rasio ρmin dilakukan perhitungan penulangan tunggal dengan bantuan software
CONCAD. Perhitungan ini untuk memeriksa apakah dengan tulangan tunggal
kapasitas lentur balok sudah memenuhi.

Berikut adalah hasil pengecekan dengan software CONCAD:

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) 6-26


■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) 6-27
■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
Menghitung As perlu

Dari perhitungan didapat nilai ρ = ρmin

As perlu = ρ × b × d

As perlu = 0, 0033 x600 x925

As perlu = 1831,5mm 2

Menghitung jumlah tulangan yang diperlukan

As perlu 1831,5
Coba D25 sehingga n = = =4
As 490,9

Pengecekan jarak antar tulangan

b- 2c -(n × d)
≥ 25 mm
n-1
a 60,9412
c= = = 71, 695 mm
β 0,85
1
b- 2c -(n × d) 600 − 2 ( 71, 695 ) − ( 4 × 25 )
= = 118,87 mm
n-1 4 −1
118,87 mm > 25 mm sehingga tulangan dipasang 1 lapis

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) 6-28


■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan
Pengecekan kapasitas penampang

ØMn = 69,5 ton-m

Mu = 49,42 ton-m

Karena ØMn > Mu maka dengan pemasangan tulangan 4D25 sudah mampu menahan
momen ultimate yang terjadi di penampang balok melintang dermaga.

Dari hasil perhitungan dengan CONCAD, balok diberi tulangan diameter 25 mm


sebanyak 4 buah. Ilustrasi pemasangan tulangan dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 6.17 Ilustrasi Tulangan Balok Melintang Dermaga

Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) 6-29


■ Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan

Anda mungkin juga menyukai