Anda di halaman 1dari 9

OPEN ENDED MODEL TEACHING

AND LEARNING
Makalah Ini Ditujukan Sebagai Prasyarat Tugas Akhir Mata kuliah
Micro Teaching
Yang Diampu Oleh Dr. Gelar Dwirahayu, M.Pd

Oleh:

Nanda Rafli Muttaqin (11140170000056)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017
OPEN ENDED

Pendekatan open ended berdasarkan Shidama dan Becker (1997) diyakini


memberi lebih banyak kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan lebih banyak
pengetahuan, pengalaman penemuan, mengenali dan memecahkan masalah. Foong
(2000) sebuah strategi instruksional yang menciptakan minat dan merangsang
aktivitas matematika kreatif di kelas melalui kerja kolaboratif siswa. Pelajaran yang
menggunakan pemecahan masalah terbuka menekankan proses aktivitas
pemecahan masalah daripada berfokus pada hasilnya. Permasalahan open-ended
adalah sebuah permasalahan yang mempunyai banyak jawaban benar (Suherman,
2003). Takahashi (2005) mendeskripsikan pembelajaran open-ended sebagai
pembelajaran yang dimulai dari mempresentasikan masalah open-ended,
pembelajaran berlanjut dengan penggunaan banyak jawaban benar dengan tujuan
untuk memberikan pengalaman pada siswa dalam menemukan sesuatu yang baru.1
Cooney (2002) menyusun karakteristik dari pertanyaan open-ended yaitu
pertanyaan tersebut harus melibatkan informasi matematis yang penting,
menimbulkan respon yang bervariasi, memerlukan komunikasi, dinyatakan dengan
jelas, dan menggunakan rubric penskoran. Bidang pendidikan matematika saat ini
belum berkembang dengan baik pengetahuan berdasarkan cara tertentu di mana
guru belajar berpose non rutin atau tugas matematika terbuka. Kami tahu bahwa ini
sangat sulit guru untuk mempertahankan dengan siswa permintaan kognitif tinggi
berpotensi highlevel tugas (Henningsen & Stein, 1997). Kita juga tahu bahwa
perubahan dalam masalah Strategi berpose memungkinkan dan pengawet guru
dapat beralih dari berpose masalah satu langkah tradisional menjadi masalah
kognitif yang lebih terbuka (Crespo, 2003; Sinclair & Crespo, 2006).2 Salah satu
faktor yang nampaknya mendukung hal ini Perubahan adalah kesempatan bagi guru
dan guru preservice untuk mengeksplorasi jenis baru masalah dalam konteks yang
bervariasi.

1
Suryadi Didi, dkk. (2016). Open-ended Approach: an Effort in Cultivating Students’ Mathematical Creative
Thinking Ability and Self-esteem im Mathematics: Journal on Mathematics Education, Volume 7, No. 1. Pp.
9-10.
Jenis masalah yang digunakan dalam pembelajaran dengan pendekatan open-ended
tidak rutin dan masalah terbuka. Keterbukaan dikelompokkan menjadi tiga jenis:
prosesnya terbuka, hasil akhir terbuka dan cara berkembang secara terbuka
(sawada, 1997). Proses terbuka berarti bahwa jenis tugas memiliki beberapa cara
yang benar. Hasil akhir terbuka berarti bahwa jenis tugas memiliki banyak
kemungkinan jawaban. Akhirnya, cara berkembangkan secara terbuka berarti
bahwa ketika siswa menyelesaikan masalah mereka sebelumnya bias
menyelesaikan masalah yang baru dengan mngubah kondisi dari masalah
sebelumnya.3

Tujuan pembelajaran melalui pendekatan open ended oleh Nohda


(Erman Suherman dkk, 2003: 124) adalah untuk membantu mengembangkan
kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa melalui pemecahan masalah secara
simultan. Dengan kata lain kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa harus
dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap peserta
didik agar aktivitas kelas yang penuh ide-ide matematika memacu kemampuan
berfikir tingkat tinggi peserta didik. Pendekatan open-ended janji suaru kesempatan
kepada siswa untuk menginvestigasi berbagai strategi dan cara yang diyakininya
sesuai dengan mengelaborasi masalah. Tujuannya agar mampu berpikir siswa dapat
berkembang secara maksimal dan pada saat yang sama kegiatan-kegiatan kreatif
dari setiap siswa dapat terkomunikasikan melalui proses belajar mengajar. Pokok
pikiran dari pembelajaran dengan open - ended yaitu pembelajaran y2ang sedang
berjalan interaktif antara matematika dan siswa sehingga mudah untuk menjawab
permasalahan. Dengan kata lain belajar matematika dengan pendekatan open-ended
bersifat terbuka.

Dalam pembelajaran matematika, pendekatan open-ended berarti


memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar melalui aktivitas-aktivitas nyata
dengan fenomena alam seterbuka mungkin pada siswa. Bentuk penyajian fenomena
dengan terbuka ini dapat dilakukan melalui pembelajaran yang berorientasi pada
masalah atau masalah. Secara konseptual masalah terbuka dalam belajar
matematika adalah masalah atau soal-soal matematika yang dirumuskan sedimikian

2
Nicol, dkk. (2008). Designing Open-Ended Problem to Challenge Preservice Teachers’ View on
Mathematics and Pedagogik: Proceedings of the 32nd Conference of the International Group for the
Psychology of Mathematics Education, International Group for the Psychology of Mathematics Education,
Morelia, Mexico, pp. 201-208.
3
Suryadi Didi, Op. cit. hal.3
rupa, sehingga memiliki beberapa atau bahkan banyak solusi yang benar, dan ada
banyak cara untuk mencapai solusi itu.4

Dalam pendekatan open-ended guru memberikan masalah kepada siswa


yang solusinya atau jawaban tidak hanya hanya dengan satu jalan atau cara. Guru
harus memanfaatkan keberagaman cara atau prosedur untuk menyelesaikan
masalah itu untuk memberi pengalaman siswa dalam menemukan sesuatu yang
baru berdasarkan pengetahuan, keterampilan dan cara berpikir matematika yang
telah mengalami sebelumnya. Keunggulan dari pendekatan ini antara lain:

a. Siswa lebih aktif dalam belajar dan sering mengekspresikan idenya.

b. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan


keterampilan matematik.

c. Siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat dengan cara mereka sendiri.

d. Siswa secara instruksional istilah motivasi untuk memberikan bukti atau


penjelasan.

e. Siswa memiliki pengalaman lebih banyak untuk menemukan sesuatu dalam


menjawab masalah.Pembelajaran

Disamping keunggulan yang bisa didapat dari pendekatan open-berakhir,


ada beberapa kelemahannya:

a. Sebuah Membuat dan menyiapkan masalah matematik yang berarti bagi siswa
yang sedang meng3erjakannya.

b. Mengemukakan hal-hal yang langsung dapat dimengerti siswa sangt sulit


sehingga banyak siswa yang mengalami masalah yang diberikan.4

c. Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban
mereka.5

d. Mungkin ada sebagian siswa yang merasa kegiatan belajar mereka tidak
menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.

4
Erman Suherman, dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung: JICA UPI.
5Ibid

5
Belajar dengan pendekatan Open-ended expect Siswa tidak ada jawaban
sama sekali. Erman Suherman, dkk (2003: 124) mengemukakan dalam kegiatan
matematika dan kegiatan siswa disebut terbuka jika berikut ini:

a. Sebuah Kegiatan siswa harus terbuka untuk kegiatan pembelajaran harus


mengakomodasi kesempatan siswa untuk melakukan segala sesuatu secara bebas
sesuai kehendak mereka.

b. Kegiatan matematika merupakan ragam kegiatan yang sedang terjadi dalam


proses kehidupan sehari-hari ke dalam dunia matematika atau sebaliknya.

c. Kegiatan siswa dan kegiatan matematika merupakan satu kesatuan.5

Guru diharapkan bisa mengangkat pengertian dalam berpikir sesuai dengan


kemampuan masing-masing individu. Meski pada umumnya guru akan
mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan pengalaman dan
pertimbangan masing-masing. Guru bisa membelajarkan siswa melalui kegiatan-
kegiatan matematika tingkat tinggi yang secara sistematis atau melalui kegiatan-
kegiatan matematika yang mendasar untuk melayani siswa yang kemampuannya
rendah. Pendekatan uniteral semacam ini dapat dikatakan terbuka terhadap
kebutuhan siswa atau terbuka terhadap ide-ide matematika. Salah satu tanggapan
yang dilakukan oleh pendidik dan peneliti adalah dengan meninjau kembali dan
merevisi Bloom taksonomi yang digunakan sebagai kerangka perancangan
kurikulum dan uji dengan menetapkan 'untuk menciptakan' sebagai urutan tertinggi
berpikir (Anderson & Krathwohl, 2001). Menciptakan berhubungan dengan proses
kognitif yang mana mengarahkan siswa untuk menghasilkan produk baru atau pola
yang berbeda dengan mengorganisir beberapa komponen.

Oleh Menetapkan kreativitas sebagai pemikiran dengan tingkat tertinggi,


diharapkan siswa dapat memiliki kemampuan untuk memecahkannya banyak
masalah yang tak terduga di masa depan. Dalam konteks Indonesia, kreativitas juga
menjadi fokus pembelajaran yang diterapkan di semua mata pelajaran, termasuk
Matematika. Hal ini dinyatakan dalam Kurikulum 2006 bahwa pembelajaran
Matematika harus diberikan kemampuan siswa berpikir logis, kritis, analitis, kritis,
dan kreatif (Pendidikan Nasional Departemen, 2006). Selanjutnya, dalam dokumen
Kurikulum 2013, pemikiran kreatif juga dinyatakan dalam pembelajaran
Matematika (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013)6. Karena definisi
tersebut berhubungan dengan orisinalitas dan kegunaan. Kreativitas pada tingkat
profesional diperlukan karena Sriraman (2005) mengemukakan bahwa kreativitas
matematis adalah sebagai:
1. Kemampuan untuk menghasilkan karya orisinil yang secara signifikan
memperluas pengetahuan (yang bisa dilakukan juga mencakup sintesis dan
perluasan gagasan yang diketahui)

2. Kemampuan untuk membuka jalan pertanyaan baru bagi matematikawan


lainnya:

3. Proses yang menghasilkan solusi yang tidak biasa dan / atau mendalam untuk
masalah tertentu atau analog masalah

4. Perumusan pertanyaan dan / atau kemungkinan baru yang memungkinkan


masalah lama untuk diperhatikan dari sudut yang baru

Mengingat definisi kreativitas matematis di tingkat profesional, dapat


disimpulkan Kreativitas matematis itu tidak hanya berhubungan dengan
kemampuan memecahkan masalah yang tidak biasa dengan menggunakan
perspektif yang baru, tapi juga berurusan dengan matematikawan lainnya. Meski
kreativitas telah menjadi focus. Pembelajaran matematika seperti yang dijelaskan
oleh kurikulum, kelas pelaksanaan pembelajaran yang dipimpinnya Bagi kreativitas
siswa masih jauh dari apa yang diharapkannya. Fatah (2008) melaporkan bahwa
para siswa tidak terbiasa dengan masalah terbuka karena mereka hanya terbiasa
dengan masalah yang ada dalam buku teks mereka atau diajarkan oleh guru mereka.
Lebih jauh lagi, ada kecenderungan bahwa para guru lebih memperhatikannya hasil
belajar siswa bukan prosesnya. Akibatnya, siswa tidak bisa menyelesaikan yang
baru masalah. Syamsuri (2011) juga melaporkan bahwa guru tidak menerapkan apa
yang telah ditetapkan dalam pelajaran rencana yang menempatkan konstruktivisme
di kelas mereka7.

Pembelajaran matematika didominasi oleh ceramah yang kemudian


mengarahkan siswa untuk bersikap pasif. Kondisi ini tidak membuat siswa lebih6
banyak kreatif karena mereka hanya7 mendengarkan dan memecahkan masalah
seperti cara para guru memecahkan masalah. Selain aspek kognitif, aspek afektif
juga menjadi fokus belajar matematika dalam hubungan dengan kreativitas
matematika siswa. Harga diri sebagai salah satu aspek afektif diyakini memberi
kontribusi terhadap prestasi belajar siswa. Beberapa penelitian telah menunjukkan
bahwa ada hubungan antara harga diri dan prestasi belajar (Vishalakshi dan
Yeshodhara, 2012; Harris, 2009; dan Branden, 2003). Cast and Burke (2001)

6
Ibid.
7
Bayram Çetin , Mustafa İlhan. (2017). An Analysis of Rater Severity and Leniency in Open-Ended
Mathematic Question Rated Through Standart Rubrics and Rubrics Based on the SOLO Taxonomy: Gazi
University, Gazi Faculty of Education, Department of Educational Sciences, Turkey, Vol 42 (2017) No 189
217-247
berpendapat bahwa studi tentang harga diri didasarkan pada aspek yang berbeda.
Pertama, harga diri dipandang sebagai hasil atau tujuan. Kedua, harga diri dianggap
sebagai self-motive. Dan akhirnya, harga diri dilihat sebagai penyangga yang
melindungi orang dari pengalaman buruk. Penelitian ini memfokuskan harga diri
sebagai tujuannya. Coopersmith (Branden, 2003) mendefinisikan harga diri sebagai
evaluasi diri terhadap kemampuannya sendiri. Selanjutnya, Coopersmith (Mruk,
2006) menyatakan bahwa ada empat aspek harga diri. Mereka adalah: a) kekuatan
yang berarti sebagai kemampuan untuk mengendalikan orang lain, b) signifikansi
yang mana berarti sebagai penerimaan sebagai hasil evaluasi orang lain, c)
kebajikan yang berarti kesediaan untuk mematuhi norma dalam komunitas seperti
itu, d) kompetensi yang berarti kemampuan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
oleh dirinya sendiri. Penelitian ini berfokus pada harga diri pada matematika.
Dengan demikian, harga diri dalam matematika didefinisikan sebagai evaluasi
kemampuan, pengalaman, kompetensi, dan kemampuan seseorang pengaruh dari
orang lain dalam matematika Salah satu pendekatan pembelajaran yang bisa
menumbuhkan kreativitas matematis siswa terbuka pendekatan. Pendekatan
terbuka berdasarkan Shimada dan Becker (1997) diyakini memberi lebih banyak
kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan lebih banyak pengetahuan,
pengalaman penemuan, mengenali dan memecahkan masalah karena pendekatan
ini mengatur masalah dengan metode yang berbeda dan lebih dari satu solusi8.
Dengan demikian, siswa akan lebih aktif dan kreatif dalam mencari pemecahan
masalah. Jenis masalah yang digunakan dalam pembelajaran dengan pendekatan
open-ended tidak rutin dan terbuka masalah. Keterbukaan dikelompokkan menjadi
tiga jenis; Prosesnya terbuka, produk akhir terbuka, dan cara untuk berkembang
terbuka (Sawada, 1997).88

Proses terbuka berarti bahwa jenis tugas memiliki beberapa yang benar cara.
Produk akhir open berarti bahwa jenis tugas memiliki banyak kemungkinan
jawaban. Akhirnya, cara terbuka untuk berkembang berarti bahwa ketika siswa
menyelesaikan masalah mereka sebelumnya, mereka bisa menyelesaikan yang baru
masalah dengan mengubah kondisi dari masalah sebelumnya. dalam konteks
Indonesia, telah banyak penelitian tentang beberapa pendekatan untuk ditingkatkan
kreativitas matematis siswa (Setiawati, 2014; Suriany, 2013; Aguspinal, 2011;
Mahmudi, 2010; Wardani, 2009; Pomalato, 2005). Namun, hanya sedikit penelitian
tentang penggunaan pendekatan open-ended di Mengolah kre9ativitas matematis

8
Nikol, loc. cit.

9
Erman Suherman, loc. cit
10
siswa (Dahlan, 2004). Sementara itu, studi tentang afektif faktor dalam belajar
matematika, terutama harga diri masih jarang (Alhadad, 2010).9 Oleh karena itu,
Penelitian ini bertujuan untuk menguji penggunaan pendekatan open-ended dalam
menumbuhkan siswa. kreativitas matematis dan harga diri dalam matematika siswa
SMA di salah satu kota di Provinsi Banten, Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Suryadi Didi, dkk. (2016). Open-ended Approach: an Effort in Cultivating


Students’ Mathematical Creative Thinking Ability and Self-esteem im Mathematics:
Journal on Mathematics Education, Volume 7, No. 1. Pp. 9-10.

Nicol, dkk. (2008). Designing Open-Ended Problem to Challenge


Preservice Teachers’ View on Mathematics and Pedagogik: Proceedings of the 32nd
Conference of the International Group for the Psychology of Mathematics Education,
International Group for the Psychology of Mathematics Education, Morelia, Mexico, pp.
201-208.

Bayram Çetin , Mustafa İlhan. (2017). An Analysis of Rater Severity and Leniency
in Open-Ended Mathematic Question Rated Through Standart Rubrics and Rubrics Based
on the SOLO Taxonomy: Gazi University, Gazi Faculty of Education, Department of
Educational Sciences, Turkey, Vol 42 (2017) No 189 217-247

Erman Suherman, dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika


Kontemporer.Bandung: JICA UPI.

Anda mungkin juga menyukai