Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Salah satu gangguan kesehatan yang menonjol pada usia lanjut adalah
gangguan muskuloskeletal, terutama osteomalasia dan osteoporosis
menghadapi problem ini tanpa adanya persiapan yang baik, dikhawatirkan
akan menjadikan beban yang akan ditangguang pemerintah, masyarakat, dan
warga usia lanjut dengan keluarga akan menjadi sangat besar dan akan
menghambat perkembangan ekonomi serta memperburuk kualitas hidup
manusia secara utuh.(isbagio H dalam daniel,20017)
Osteoporosisi adalah suatu problem klimakterium yang serius.Di
amerika serikat dijumpai satu kasus osteoporosis di antara dua sampai tiga
wanita pascamenopouse. Massa tulang pada manusia mencapai maksimum
pada usia sekitar 35 tahun, kemudian terjadi penurunan massa tulang secara
eksponensial. Penurunan massa tulang ini berkisar antara 3-5%setiapa
dekade, sesuai dengan kehilangan massa otot dan hal ini dialami baik pada
pria maupun wanita. Pada massa klimaterium, penurunan massa tulang pada
wanita lebih mencolok dan dapat mencapai 2-3% setahun secara eksponsial.
Pada usia 70 tahun kehilangn massa tulang pada wanita mencapai 50%,
sedangkan pada pria usia 90 tahun kehilangan massa tulang ini baru mencapai
25% ( Gonta P, 1996).
Kecepatan resopsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan
tulang, sehingga dapat menurunkan massa tulang total. Oseoporosis adalah
penyakit yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah,
disertai mikroarsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang
dapat menimbulkan kerapuhan tulang. Tulang secara progresif menjadi rapuh
dan mudah patah. Tulang menjadi mudah patah dengan sterss, yang pada
tulang normal tidak menimbulkan pengaruh, sherwood (2001), mengatakan

1
selama dua dekade pertama kehidupan, saat terjadi pertumbuhan,
pengendapan tulang melebihi resopsi tulang di bawah pengaruh hormon
pertumbuhan, sebaliknya pada usia 50-60 tahun, resopsi tulang melebihi
pembentukan tulang mengalami penurunan hormon paratiroid meningkat
bersama bertambahnya dan meningkatkan resopsi tulang. Hormon estrogen
yang menghambat pemecahan tulang juga berkurang bersama bertambahnya
usia.
Menurut Ganong (2003), perempuan dewasa memiliki massa tulang
yang lebih sedikit dari pada pria dewasa, dan setelah menopouse mereka
mulai kehilangan tulang lebih cepat dari pda pria. Akibatnya perempuan lebih
rentan menderita osteoporosis serius.Penyebab utama berkurangnya tulang
setelah menopouse adalah defisiensi hormon estrogen. Pada osteoporosis,
matriks dan mineral tulang hilang, hilang massa dan kekuatan tulang, dan
peningkatan fraktur.
Osteoporosis sering menimbulkan fraktur kompresi pada vetebra torakalis.
Terdapat penyempitan diskus vertebra, apabila penyebaran berlanjut ke
seluruh korpus vertebra akan menimbulkan kompresi vertebra dan terjadi
gibus. Fraktur kolum femur sering terjafi pada usia di atas 60 tahun dan lebih
sering pada perempuan, yang disebabkan oleh penuaaan dan osteoporosis
pascamenopouse.
Kolaps bertahap tulang vertebra mungkin tidak menimbulkan gejala, namun
terlihat sebagai kifosis progresif, kifosis dapat mengakibatkan pengurangan
tinggi badan. Padaa beberapa perempuan dapat kehilangan tinggi badan
sekitar 2,5-15 cm, akibat kolaps vertebra.

B. Rumusan masalah
1. Apa definisi dari osteoporosis ?
2. Apa saja klasifikasi dari ostoporosis ?
3. Bagaimana etiologi dari osteoporosis ?

2
4. Bagaimana patofisiologi dari osteoporosis ?
5. Bagaimana faktor resiko dari osteoporosis ?
6. Apa saja mnifestasi klinis dari osteoporosis?
7. Bagaimana pencegahan dariosteoporosis ?
8. Bagimana asuhan keperawatan dari osteoporosis ?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari osteoporosis
2. Untuk mngetahui klasifikasi dari ostoporosis
3. Untuk mengetahui etiologi dari osteoporosis
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari osteoporosis
5. Untuk mengetahui faktor resiko dari osteoporosis
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari osteoporosis
7. Untuk mengetahui pencegahan dariosteoporosis
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari osteoporosis

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Osteoporosis yang lebih dikenal dengan keropos tulang menurut WHO
adalah penyakit skeletal sistemik dengan karakteristik massa tulang yang
rendah dan perubahan mikroarsitektur dari jarigan tulang dengan akibat
meningkatkan fragilitas tulang dan meningkatnya kerentanan terhadap patah
tulang. Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang
total.
Menurut konsesus di kopenhagen 1990, osteoporosis didefinisiskan
sebagai suatu penyakit dengan karakteristik massa tulang yang berkurang
dengan kerusakan mikroarsitektur jaringan yang yang menyebabkan
kerapuhan tulang dan risiko fraktur yang meningkat (Gonta P, 1996).

B. Klasifikasi
Kalisifikasi osteoporosis di bagi dalam dua kelompok yaitu
osteoporosis primer dan osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer terdapat
pada wanita postmenopouse ( postmenopouse osteoporosis)dan laki-laki
lanjut usia (senile osteoporosis). Penyebab osteoporosis belim di ketahuai
dengan pasti. Sedangkan osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit
yang berhubungan dengan cushing disease, hipertiroidisme ,
hiperparatiroidisme, hipogonodisme, kelaina hepar , gagal ginjal kronis,
kurang gerak, kebiasan minumalkohol, pemakaian obat-
obatan/kortikosteroid,kelebihan kafein dan merokok.
DjuwantoD (1996), membagi osteoporosis menjadi osteoporosis
postmenopouse (Tipe I), osteoporosis involutional ( Tipe II), osteoporosis
idiopati ,osteoporosis juvenil, dan osteoporosis sekunder.

4
1. Osteoporosis postmenopouse (Tipe I)
Merupakan bentuk yang paling sering ditemukan pada wanita kulit putih
dan Asia .bentuk osteoporosis ini disebabkan oleh percepatan resopsi yang
berlebih dan lama setelah penurunan sekresi hormon estrogen pada massa
menopouse
2. Osteoporosis involuntional (Tipe II)
Terjadi pada usia diatas 75 tahun pada perempuan maupaun laki-laki tipe
ini diakibatkan oelh ketikdakseimbangan yang samar dan lama antar
kecepatan pembentukan tulang.
3. Osteoporosis idiopatik
Adalah tipe osteoporosis primer yang jarang terjadi pada wanita
premenopouse dan pada laki-laki yang berusisa di bawah 75 tahun tipe ini
tidak berkaitan dengan penyebab sekunder atau faktor resiko yang
mempermudah timbulnya penurunan densitas tulang
4. Osteoporosis juvenil
Merupakan bentuk yang jarang terjadi dan bentuk osteoporosis terjadi
pada anak-anak prepubertas.
5. Osteoporosis sekunder
Penurunan densitas tulang yang cukup berat untuk menyebabkan fraktur
atraumatik akibat faktor ekstrinsik seperti kelebihan kortikosteroid artitis
reumatoid, kelainan hati/ginjal kronis, sindrom malabsorbsi, mastositosis
sistemik, hiperparatiroidisme, hipertiroidisme, varian status
hipogonode,dan lain-lain.

C. Etiologi
Osteoporosis postmenoppouse terjadi karena kekurangan estrogen (hormon
utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke
dalam tulang pada wanita.Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia
diantara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih

5
lambat.Tidak semua wanita kulit dan daerah timur lebih mudah menderita
penyakit ini daripada wanita kulit hitam.
Osteoporosis senelis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium
yang berhubungan denganusiaa dan ketidakseimbangan diantara kecepatan
hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru.Senilis yaitu keadaan
penurunan massa tulang yang hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini
biasanya terjadi pada usia di atas 70 tahun dan dua kali lebih sering
menyerang wanita. Wanita sering kali menderita osteoporosis semilis dan
postmenopouse.
Osteoporosis dari lima persen penderita osteoporosis juga mengalami
osteoporosis sekunder, yang disebabkan oleh keadaabn medis lainya atau oleh
obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan
kelainan hormonal (terutama tiroid,paratiroid, dan adnernal) dan obat-obatan
(misalnya kortikosteroid ,barbiturat, anti kejang, dan hormon tiroid yang
berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan kebiasaan merokok bisa
memperburuk keadaan ini.
Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang
penyebabnyatidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda
yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang
normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.

D. Patofisiologi
Genetik, nutrisi, gaya hidup(misal merokok,konsumsi kafein,dan
alkohol), dan aktivitas mempengaruhi puncak massa tulang. Kehilangan
massa tulang mulai terjadi setelah tercapainya puncak massa tulang. Pada pria
massa tulang lebih besar dan tidak mengalami perubahan hormonal
mendadak. Sedangkan pada perempuan, hilangnya estrogen pada saat
menopouse dan pada ooforektomi mengakibatkan percepatan resorpsi tulang
dan berlangsung terus selama tahun-tahun pascamenopouse.

6
Diet kalsium dan vitamin D yang sesuai harus mencukupi untuk
memperthankan remodelling tulang dan fungsi tubuh. Asupan kalsium dan
vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun mengakibatkan
pengurangan massa tulang dan pertumbuhan osteoporosis. Asupan harian
kalsium yang di anjurkan (RDA: recomended daily allowance) meningkat
pada usia 11-12 tahun (adolesen dan dewasa muda) hingga 1200 mg per hari,
untuk memaksimalkan puncak massa tulang. RDA untuk orang dewasa tetap
800 mg, tetapi pada perempun pascamenopouse 1000-1500 mg per hari,
sedangkan pada lansia di anjurkan mengonsumsi kalsium dalam jumlah tidak
terbatas, karena penyerapan kalsium kurang efisien dan cepatdiekresikan
melalui ginjal. (smeltzer,2002).
Demikian pula, bahan katabolik endogen (diproduksi oleh tubuh) dan
eksogen dapat menyebabkan osteoporosis. Penggunaan kortikosteroid yang
lama, sindrom cushing,hipertiroidisme, dan hiperparatirodisme menyebabkan
kehilangan tulang. Obat-obatan seperti isoniazid, heparin, tetrasiklin, antasida
yang mengandung alumunium, furosemid, antikonvulsn,kortikosteroid, dan
suplemen tiroid mempengaruhi penggunaan tubuh dan metabolisme kalsium.
Imobilisasi jugan mempengaruhi terjadinya osteoporosis. Ketika
imobilisasi dan gips, paralisis aau inaktivitas umum, tulang akan diresorpsi
lebih cepat dari pembentukanya sehingga terjadi osteoporosis.

E. Faktor resiko
Faktor penting yang mempengaruhi kejadian osteoporosis dapat
berasal dari faktor diet, fisik,sosial, medis, iatrogenik. Kalsium yang tidak
memadai , fosfat/proteinyang berlebihan, dan juga maskan vitamin yang tidak
memadai pada orang tua. Faktor resiko yang merupakan faktor fisik yaitu
imobilisasi, dan gaya hidup duduk terus-menerus (sedentary). Kebiasaan
mengunakan alkohol, sigaret, dan kafein adalah faktor sosial yang memicu
terjadinya osteoporosis.

7
Selain faktor di atas, kelainan kronis, endoskrinopati (lihat
osteoporosis sekunder), penggunaan kortikosteroid, pengantian hormon tiroid
yang berlebihan, kemoterapi, loop diuretik, antikonvulsan,tetraksiklin, dan
terapi radiasi merupakan faktor medis dan iatrogenik. Genetik/familial,
biasanya berhubungan dengan massa tulang suboptimal pada maturitas.

F. Manifestasi klinik
Kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita
osteoporosis senilis), sehingga pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan
gejala pada beberapa penderita. Jika kepadatan tulang sangat berkurang yang
menyebabkan tulang menjadi kolaps atau hancur, maka akan timbul nyeri
tulangdan kelainan bentuk. Tulang-tulang yang terutama terpengaruh
padaosteoporosis adalah radius distal, korpus vertebra terutama mengenai T8-
L4, dan kollum femoris.
Klaps tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun,tulang
belakang yang rapuh bisa mengalami kolps secra spontan atau karena cedera
ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di dareah tertentu
dari punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan.
Jika disentuh, dareah tersebut akan terasa sakit tetapi biasanya rassa sakit ini
akan menhilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa
bulan. Jika beberapa belakang (puncak dowager), yang menyebabkan
terjadinya keteganggan otot dan rasasakit.
Tulang lainya bisa patah,yang sering kalidisebabkan oleh tekana yang
ringan atau karena jatuh. Salah atsu patah tulang yang paling serius adalah
patah tulang panggul.Selain itu, yang sering terjadi adalah patah tulang lengan
(radius) di daerah persambunganya dengan pergelangan tangan, yang disebut
fraktur colles.Pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderungmengalami
penyembuhan secra perlahan.

8
Pada seorang yang mengalai patah tulang, diagnosis osteoporosis di
tegakan berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik, dan rongten
tulang.Pemeriksaan lebih lanjut mungkin di perlukan untuk menyingkirkan
keadaan lainyayang menyebabkan osteoporosis.
Untuk mengdiagnosis osteoporosis sebelum terjadinya patah tulang
dilakukan pemeriksaan yang menilai kepadatan tulang.Pemeriksaan yang
paling akurat adalah dual –energy x-ray absorpetiometry (DXA). Pemeriksaan
ini aman dan tidakmenimbulakan nyeri, bisa dilakukan dalam waktu 5-15
menit,.DXA sangat berguna bagi wanita yang memiliki resiko tinggi
menderita osteoporosis, penderita yang diagnosisnya belum pasti, dan
penderita yang hasil pengobatanya harus di nilai secara akurat.

G. Pencegahan
Pencegahan osteoporosis meliputi ;mempertahankan atau
meningkatkan kepadatan tulang dengan mengonsumsi sejumlah kalsium yang
cukup, melakukan olahraga dengan beban sesuai batas kemampuan, dan
mengonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu). Mengonsumsi jumlah
kalsium yang cukup sangat efektif, terutama sebelum tercapainya kepadatan
yang maksimal (sekitar umur 30 tahun). Minumdua gelas susu dan tambahan
vitamin D setiap hari,bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita
setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium.
Sebaiknya wanita minum tablet kalsium setiap hari, dosis harian yang di
anjurkan adalah 1,5 gram kalsium.
Olahraga beban (misalnya berjalan dengan menaiki tangga) akan
meningkatkan kepadatan tulang. Berenang tidakmeningkatkan kepadataan
tulang.estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita
dan sering di minum bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih estrogen
paling efektif di mulai dalam 4-6 tahun setelah emnopouse, masih bisa
memperlambat kerapuhan tulang dan mengurangi resiko patah

9
tulang.Raloksipen merupakan obat menyerupai estrogen yang baru, yang
mungkin kurang efektif dari pada estrogen dalammencegah kerapuhan tulang,
tetapi tidak memiliki efek terhadap payudara atau rahim. Untuk mencegah
osteoporosis , bisfosfonat (contohnya alendronat), bisa di gunakan sendiri atau
bersamaan dengan sulih hormon.

10
BAB III
KONSEP ASUHANKEPERAWATAN

A. Pengkajian
Dasar pengkajian keperawatan meliputi promosi kesehatan,
identifikasi individu dengan resiko mengalami osteoporosis, dan penemuan
masalah yang berhubungan dengan osteoporosis dalam keluarga,terjadi
fraktur sebelumnya, diet konsumsi kalsium harian, pola aktivitas latihan
harian, aitan menopouse,pengunaan obat kortikosteroid, asupan alkohol,
rokok, dan kafein. Perawat perlu mengkaji gejala yang dialami klien, seperti
sakit pinggang,konstipasi, dan gangguan citra diri.
Pada pemeriksaan fisik sering di temukan adanya fraktur, kifosis
vertebra torakalis atau pengurangan tinggi badan.Maslah mobilitas dan
pernapasan dapat terjadi akibat perubahan postur dan kelemahan
otot.Inaktivitas dapat menyebabkan terjadinya konstipasi.

B. Diagnosa
1. Kurang pengetahuan tentang proses osteoporosis dan program terapi
2. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
3. Resiko terjadi cedera : fraktur berhubungan dengan tulang osteoporosis

C. Intervensi keperawatan
Diagnosaa keperawatan : kurang pengetahuan tentang proses
osteoporosis dan program terapi.
Intervensi Rasional
1. Jelaskan kepada klien tentang 1. Menyebuttkan hubungan
faktor yang memperngaruhi asupan kalsium dan latihan
terjadinya osteoporosis, terhadap massa tulang.

11
intervensi dan upaya 2. Mengonsumsi diet kalsium
mengurangi gejala dengan jumlah mencukupi ;
2. Konsultasikan dengan ahli gizi 3. Meninhgkatkan tingkat
untuk pemberian kalsium yang latihan
cukup 4. Mengunakan terapi hormon
3. Menjelaskan manfaat asupan yang di resepkan
kalsium 5. Menjalani prosedur sriking
4. Konsultasikan latihan sesuai anjuran
pembebanan teratur
5. Anjurkan modifikasi gaya
hidup seperti mengurangi
kafein, berhenti merokok, dan
alkohol.
6. Jelaskan efek samping
konsumsi kalsium, yaitu nyeri
lambung dan distensi abdomen
7. Minum obat: kalsium sesuai
order (misal bersama makanan
lain)
8. Anjurkan banyak minum untuk
mencegah pembentukan batu
ginjal
9. Jelaskan betapa pentingnya
pemeriksaan berkala terhadap
indikasi kanker payudara dan
endometrium, bila
mengonsumsi HRT

12
Diagnosis kepeperawatan : nyeri berhubungan dengan faraktur dan spasme
otot
Intervensi Rasional
1. Anjurkan klien istirahat di 1. Mengatakan nyeri reda saat
tempat tidur dengan posisi istirahat
terlentang atau miring ke 2. Rasa ketidaknyamaanan
samping. minimal selama aktivitas
2. Fleksikan lutut selama istirahat sehari-hari
3. Berikan kompres hangat dan 3. Menunjukan berkurangnya
pijatan punggung nyeri tekan pada tempat
4. Anjurkan klien untuk farktur
mengerakan ekstremitasnya,
namun tidak boleh melakukan
gerakan memuntir
5. Pasangkan korset
lumbosakral, untuk
menyokong dan imobilisasi
sementara ketika klien turun
dari tempat tidur
6. Berika opioid oaral pada hari-
hari pertama setelah nyeri
punggung

13
Diagnosa keperawatan : resiko terjadi cedera : fraktur berhunbungan dengan
tulang osteoporosis
Intervensi Rasional
1. Dorong klien untuk latihan 1. Memperthankan postur tubuh
memperkuat otot, mencegah yang bagus;
atrofi, dan ,menghambat 2. Mengunakan mekanika
derminerilisasi tulang tubuh yang baik ;
progresif, 3. Mengonsumsi tinggi kalsium
2. Latihan isometrik, untuk dan vitamin D;
memperkuat otot batang tubuh 4. Latih menjalankan latihan
3. Jelaskan kepada klien betapa pembebanan berat badan
pentingnya menghindari (berjalan-jalan setiap hari );
membungkuk mendadak, 5. Istirahat dengan berbaring
melengkok, dan mengangkat beberapa kali ;
beban lama 6. Berpartisispasi dalam
4. Berikan informasi bahwa aktivitas di luar rumah ;
aktivitas di luar rumah penting 7. Menciptakan lingkungan
untuk memperbaiki rumah yang nyaman;
kemampuan tubuh 8. Menerima bantuan dan
menghasilkan vitamin D. supervisi kebutuhan.

14
BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
osteoporosis didefinisiskan sebagai suatu penyakit dengan karakteristik
massa tulang yang berkurang dengan kerusakan mikroarsitektur jaringan yang
yang menyebabkan kerapuhan tulang dan risiko fraktur yang meningkat

B. Saran
Untuk mecegah terjadinya osteoporiosis dengan cepat pada wanita
meliputi: mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan
mengonsumsi sejumlah kalsium yang cukup, melakukan olahraga dengan
beban sesuai batas kemampuan, dan mengonsumsi obat (untuk beberapa
orang tertentu).

15
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. (1994). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Alih Bahasa Kuncoro, H Y, dkk, Jakarta : Penerbit EGC.

Noor Verawaty, Sri & Rahayu, Lisdyawati (2012). Merawat dan Menjaga
Kesehatan Seksual Wanita. Bandung : PT Grafindo Media Pratama,
cetakan 1.

Pramudto, Riardi dkk. (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI, jilid I edisi ketiga.

www.scribd.com/doc/92947320/Bahan Osteoporosis diakses tanggal 6 oktober


2012

16

Anda mungkin juga menyukai