Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
A. Pengertian Penerbangan Sipil Internasional Dalam dunia penerbangan
Penerbangan Sipil Internasional Dalam dunia penerbangan dikenal perbedaan antara
pesawat udara sipil (civil aircraft) dengan pesawat udara Negara ( state aircraft ). Perbedaan
antara pesawat udara sipil (civil aircraft) dengan pesawat udara Negara (state aircraft) diatur
dalam Konvensi Paris 1919, Konvensi Havana 1928, Konvensi Chicago 1944, Konvensi
Jenewa 1958 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa tentang UNCLOS. Menurut Pasal 30
Konvensi Paris 1919 pesawat udara ( start aircraft ) adalah pesawat udara yang digunakan untuk
militer yang semata-mata untuk pelayanan publik (public services) seperti pesawat udara polisi
dan bea cukai sedangkan yang dimaksud dengan pesawat udara sipil ( civil aircraft ) adalah
pesawat udara selain pesawat udara Negara ( state aircraft ). Dalam Pasal 3 Konvensi Chicago
1944 juga diatur mengenai pesawat udara Negara dan pesawat udara sipil. Pesawat udara
Negara (state aircraft) adalah pesawat udara yang digunakan untuk militer, polisi, dan bea cukai
sedangkan yang dimaksud dengan pesawat udara sipil (civil aircraft) adalah pesawat udara
selain pesawat udara Negara (state aircraft). Pesawat udara Negara tidak mempunyai hak untuk
melakukan penerbangan diatas Negara-negara anggota lainnya, sedangkan pesawat udara sipil
yang melakukan penerbangan tidak berjadwal dapat melakukan penerbangan diatas Negara
anggota lainnya. Pesawat udara Negara (state aircraft) tidak mempunyai tanda pendaftaran dan
tanda kebangsaan (nationality and registration mark), walaupun pesawat udara tersebut terdiri
dari pesawat terbang (aeroplane) dan helikopter. Konvensi Jenewa 1958 dan Konvensi
Perserikatan Bangsa-bangsa UNCLOS 198218, juga terdapat perbedaan antara pesawat udara
Negara (state aircraft) dengan pesawat udara sipil ( civil aircraft). Menurut Konvensi Jenewa
1958 istilah yang digunakan bukan pesawat udara sipil dan pesawat udara Negara, melainkan
pesawat udar militer dan pesawat udara dinas pemerintah (goverment services) disatu pihak
dengan private aircraft dilain pihak. Sedangkan menurut Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa
UNCLOS 1982, private aircraft tidak mempunyai hak untuk menguasai dan menyita pesawat
udara yang melakukan pelanggaran hukum, karena private aircraft tidak mempunyai
kewenangan penegak hukum, kewenangan penegak hukum tersebut hanya dimiliki oleh
pesawat udar militer, pesawat udar dinas pemerintah (government services) sebagaimana diatur
dalam Pasal 21 Konvensi Jenewa1958.

B. Peraturan Penerbangan Sipil


Penerbangan Sipil yang Diatur oleh International Civil Aviation Orgsnization (ICAO)
ICAO merupakan suatu badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa dan berkedudukan di
Montreal. Badan ini secara resmi mulai berdiri pada tanggal 4 April 1947, sebagai kelanjutan
dari PICAO (Provisional International Civil Aviation Organization), yang mulai berfungsi
setelah konvensi Chicago 1944,Maksud dan tujuan dari ICAO adalah untuk mengembangkan
prinsip-prinsip dan tehnik-tehnik navigasi udara internasional dan membina perencanaan dan
perkembangan angkutan udara internasional.19 Kebijakan ICAO yang dituangkan dalam 18
Annex dan berbagai dokumen turunannya yang selalu dan terus-menerus diperbarui melalui
amandemen-amandemen adalah kebijakan-kebijakan yang diputuskan berdasarkan kebenaran
yang dapat dipertanggung jawabkan yaitu kebenaran-kebenaran ilmiah yang diperoleh dari
berbagai penelitian dan pengembangan (Research and Development) dari berbagai disiplin ilmu
yang terkait baik dalam bentuk teori maupun model-model analisis. Kebijakan-kebijakan ICAO
yang dituangkan dalam 18 Annex dan berbagai dokumen turunannya melalui keputusan yang
diambil dalam sidang Umum dan Sidang Council, adalah kebijakan-kebijakan berlandaskan
kebenaran-kebenaran ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan.20 Delapan belas Annex
Konvensi Chicago 1944 pada dasarnya merupakan standart kelayakan yang ditunjukkan kepada
seluruh anggota ICAO untuk menjamin keselamatan penerbangan internasional, namun dalam
prakteknya SARPs ini juga ditujukan untuk standar kelayakan kelayakan udara pada
penerbangan internasional. Annex ini juga menjadi landasan-landasan ICAO untuk membentuk
International Standart and Recommended Proctices (ISRPs/SARPs) adapun delapan belas
Annex tersebut adalah21Convention On International Civil Aviation Annex 1 to 18
International Civil Aviation Organization.
1. Annex 1 - Personal Licensing : memuat pengaturan tentang izin bagi awak pesawat
mengatur lalu lintas udara dan personil pesawat udara.
2. Annex 2 - Rules of The Air : aturan-aturan yang berkaitan dengan penerbangan secara
visual dan penerbangan dengan menggunakan instrument.
3. Annex 3 - Meterological Service for International Air Navigation: memuat ketentuan
mengenai layanan meteorological bagi navigasi internasional dan pemberitahuan hasil
observasi meteorology dari pesawat udara.
4. Annex 4 - Aeronautical Charts: pengaturan tentang spesifikasi peta aeronautical yang
digunakan dalam penerbangan internasional.
5. Annex 5 - Units of Measurement to be Used in Air and Ground Operation: ketentuan
mengenai satuan-satuan ukuran yang digunakan dalam penerbangan.
6. Annex 6 - Operation Aircraft: mengatur tentang spesifikasiyang akan menjamin dalam
keadaan yang sama, penerbangan diseluruh dunia berada pada tingkat keamanan diatas
tingkat minimum yang telah ditetapkan.
7. Annex 7 - Aircraft Nationality and Registration Marks : membuat persyaratan-persyaratan
umum untuk pendaftaran dan identifikasi pesawat udara.
8. Annex 8 - Airworthiness of Aircraft: pengaturan tentang standar kelayakan udara dan
pemeriksaan pesawat udara berdasarkan prosedur yang seragam.
9. Annex 9 – Facilitation: ketentuan mengenai standar fasilitas-fasilitas Bandar udara yang
akan menunjang kelancaran dan masuknya pesawat udara, penumpang dan cargo di Bandar
Udara.
10. Annex 10 - Aeranutical Communications : mengatur tentang prosedur standar, sistem, dan
peralatan komunikasi.
11. Annex 11 - Air Traffic Service : memuat tentang pengadaan dan pengawasan terhadap lalu
lintas udara, informasi penerbangan dan layanan pemberitahuan serta peringatan mengenai
keadaan bahaya.
12. Annex 12 - Search and Rescuce : memuat ketentuan tentang pengorganisiran dan
pemberdayaan fasilitas dalam mendukung pencarian pesawat yang hilang.
13. Annex 13 - Aircraft Accident Investigation : ketentuan tentang keseragaman dan
pemberitahuan investigasi, dan laporan mengenai kecelakaan pesawat.
14. Annex 14 - Aerodrome: ketentuan tentang spesifikasi dan desain dan kegiatan dibandar
udara.
15. Annex 15 - Aeronautical Information : metode untuk mengumpulkan cara penyebaran
informasi yang dibutuhkan dalam operasional dalam penerbangan.
16. Annex 16 - Enviromental Protectum : memuat ketentuan mengenai sertifikat ramah
lingkungan, pengawasan terhadap kebisingan yang ditimbulkan oleh emisi dari mesin
udara.
17. Annex 17 - Enviromental Protectum : ketentuan mengenai perlindungan keamanan
penerbangan sipil internasional dari tindakan melawan hukum.
18. Annex 18 - The Safe Transport of Dangerous Godds by Air : mengatur tentang tanda, cara
mengepak, dan pengangkutan cargo yang berbahaya.

C. Tujuan di bentuk ICAO


Tujuan ICAO :
1. Menjamin perkembangan penerbangan sipil internasional yang aman dan teratur di seluruh
dunia.
2. Mendorong seni-seni rancangan dan pengoperasian pesawat untuk tujuantujuan damai.
3. Mendorong pembangunan usaha penerbangan, bandara, dan fasilitasfasilitas navigasi udara
bagi penerbangan internasional.
4. Memenuhi kebutuhan masyarakat dunia akan tersedianya transportasi udara yang aman, teratur,
efisien, dan ekonomis.
5. Mencegah pemborosan ekonomi yang disebabkan oleh persaingan tidak sehat.
6. Menghindari diskriminasi antara negara-negara yang ambil bagian.
7. Meningkatkan keamanan penerbangan dalam navigasi udara internasional.
8. Meningkatkan secara umum perkembangan seluruh aspek aeromatika sipil internasional.
Konvensi Chicago Tahun 1944 tentang Penerbangan Penerbangan khususnya dan transportasi
umumnya memang harus dikelola berlandaskan kebenaran-kebenaran dari bangsa yang beradab yang
telah dituangkan dalam berbagai SARPs (Standart and Recommended Practicengas) 27 keamanan dan
keselamatan transportasi. Untuk itu Konvensi Chicago Tahun 1944 yang mengatur tentang penerbangan
sipil internasional tampak dengan jelas pada pembukaan Konvensi Chicago Tahun 1944.28 Konvensi
Chicago 7 Desember 1944 mulai berlaku tanggal 7 April 1947. Uni Soviet baru menjadi Negara pihak
pada tahun 1967. Konvensi ini membatalkan konvensi Paris 1919, demikian juga konvensi Inter
Amerika Havana 1928. Seperti Konvensi Paris 1919, Konvensi Chicago mengakui validitas
kesepakatan bilateral yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada. Sekarang ini jumlah
kesepakatan-kesepakatan tersebut sudah melebihi angka 2000.29 Konvesi Chicago 1944 adalah
instrument hukum internasional khususnya hukum internasional Publik 30 . Konvensi Chicago 1944
termasuk sebagai instrument hukum internasional serta hubungan antar lembaga dan lembaga yang
dibentuk oleh Konvensi Chicago 1944. Selain itu Konvensi Chicago merupakansumber hukum untuk
Penerbangan Sipil internasional maupun penerbanagan Sipil Nasional.
BAB II
PEMBAHASAN
Rules of The Air (Annex 2)

A. Pengertian rules of the air


Rules of The Air adalah suatu standaralisasi atau ketentuan khusus yang harus digunakan dalam
prosedur aturan penebangan agar tercipta keselarasan baik dalam segi keamanan, kenyamanan dan
keselamatan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan Annex 2. Ada beberapa hal yang terdapat
pada yang mendasari etika penerbagan dan ini menjadi acuan khusus dalam sistem penerbangan baik
nasional maupun internasional.
keteraturan etika dalam penerbangan. Annex 2 ini juga mencantumkan aturan dan prosedur
keteraturan Navigasi Udara tercantum dalam Annex 11. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan
tingkat keselamatan dan mendapatkan pelayanan lalu lintas udara secara maksimal apabila pesawat
tersebut melintasi lautan maupun daratan. Ada pun penambahan dalam pemahaman tentang Annex 2
selain terdapat Annex 11 terdapat pula Annex 15 tentang Aeronautical Information Service
(AIS) digunakan untuk menerangkan bahwa terdapat perbedaan peraturan udara di setiap negara
anggota ICAO. Dikarenakan ICAO memberikan wewenang khusus terhadap semua anggota untuk
menjaga kedaulatan wilayah negaranya dengan memberikan aturan – aturan tertentu yang dibatasi atau
berbeda dengan negara anggota lainnya.
Pada hasil Konvensi, ICAO memberikan putusan bahwa penggunaan bahasa pada Annex 2 adalah
Arab, Cina, Prancis, Rusia dan Spanyol. Dan setiap negara anggota diminta untuk memilih salah satu
bahasa yang direkomendasikan ICAO untuk Annex 2 untuk tujuan penggunaan baik secara langsung
serta ICAO juga memberikan izin untuk menterjemahkan kedalam bahasa nasional suatu negara untuk
memberitahu organisasi setempat sesuai ketentuan agar tidak terjadinya kesalahpahaman terhadap
pemahaman Annex 2.
Dalam pembuatan Annex 2 menggunakan bahasa Standar Internasional (SI) maupun Non – SI agar
pemahaman lebih efektif. Dan sesuai dengan tujuan dasar ICAO yaitu terciptanya keamanan,
keselamatan dan kenyamanan penerbangan.

1. Standar Internasional
Dalam pengertian atau definisi adalah bentuk layanan yang diberikan dalam penerbangan serta
terdapat istilah – istilah dalam sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh ICAO sesuai standar
internasional. Bandar udara yaitu lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas ladas
pesawat udara, naik – turun penumpang, dan/atau bongkar muat kargo dan/atau pos, serta dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai tempat perpindahan antar moda transportasi.
Terdapat unit – unit terkait dalam sebuah penerbangan baik pesawat penumpang, helikopter,
pesawat kargo maupun pesawat glider harus melakukan langkah – langkah sebagai berikut :
 Memberi laporan kepada ADS bahwa akan ada penerbangan
 Meminta panduan kepada menara pengontrol selama pesawat melakukan pergerakan di darat
maupun selama penerbangan baik menggunakan IFR atau VFR
 Meminta laporan cuaca ataupun informasi yang terkait selama penerbangan mulai dari
bandara asal sampai bandara tujuan

Ada pun unit – unit tersebut memberikan informasi atau panduan agar penerbangan berlangsung
aman dan terkendali sampai tujuan. Layanan yang diberikan antara lain :
 Memandu pesawat selama masih di bandara atau di udara agar tidak terjadi tabrakan atau
benturan antar pesawat
 Memberikan informasi tentang kondisi bandara asal maupun bandara tujuan
Terdapat pula istilah lain dalam dunia penerbangan yaitu :
 Flight Plan adalah sebuah perencanaan sebuah penerbangan yang harus dilaporkan kepada
ATS baik oleh penerbang atau perwakilan yang ditunjuk
 Flight Crew Member adalah sebuah lisensi kru pesawat yang harus dimiliki untuk beroperasi
di bidang penerbangan
 Flight Information Center adalah pusat informasi penerbangan yang ditunjuk untuk
memberikan layanan selama penerbangan

Flight Level adalah sebuah tekanan konstan tehadap permukaan atmosfir 1013.2 hectopascals
(hPa) berhubungan dengan tekanan tertentu datum. Ada pun jenis – jenis tekanan terhadap atmosfir
sesuai dengan standar atmosfir

2. Penerapan Etika Berudara


1. Aturan penerapan etika berudara pada wilayah tertentu, yaitu :
 Setaip negara harus mendaftarkan pesawat yang berada di negara tersebut kepada
ICAO;
 Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan panduan dari ATS apabila pesawat tersebut
melakukan penerbangan di luar wilayah negaranya dan bertanggung jawab untuk
mengadakan pelayananan lalu lintas udara;
2. Kepatuhan dengan aturan penerbangan
Dalam penerbangan harus mematuhi peraturan yang telah dibuat dan disepakati
dengan ketentuan – ketentuan yang ada. Baik ketentuan umum dalam penerbangan antara lain
:
 VFR (Visual Flight Rules)
 IFR (Instrument Flight Rules)
Dalam penggunaan aturan VFR maupun IFR ada ketentuan penggunaannya di ruang
udara sesuai dengan keputusan ATS. Seorang penerbang dapat memilih aturan penerbangan
dengan menggunakan visual atau instrumen dan dapat pula sesuai dengan perintah oleh ATS.
3. Tanggung jawab terhadap kepatuhan aturan berudara
a) Penerbanga dapat melakukan perintah diluar ketentuan demi keselamatan
penerbangan
b) Sebelum penerbangan PIC harus mengetahui tentang informasi kondisi cuaca, berat
pesawat untu tinggal landas maupun mendarat, mengetahui informasi bahan bakar
dan bandara alternatif apabila bandara tujuan tidak dapat didarati sesuai rencana
c) Perintah khusus penerbang di pesawat (PIC). Seorang penerbang mempunyai
kewenangan untuk melakukan perintah demi keselamatan penerbangan.
d) Bermasalah dengan penggunaan zat psikoaktif. Ada pun larangan bagi flight crew,
air crew maupun airport crew dalam menangani pekerjaan dibawah pengaruh zat
psikoaktif karena akan berakibat fatal.

3. Peraturan Umum
1. Perlindungan terhadap manusia dan harta
a) Kelalaian dan kecerobohan. Pesawat tidak akan dioperasikan apabila terdapat kelalaian
dan kecerobohan dalam pengoperasian karena akan mengakibatkan bahayanya
terhadap kehidupan dan milik orang lain.
b) Ketinggian minimum. Pengecualian ketinggian minimum digunakan untuk tinggal
landas dan mendarat atau mendapat izin dari pihak berwenang. Dan pesawat tidak di
izinkan untuk terbang diatas perkotaan, kumpulan orang banyak, pergedungan karena
akan menyalahi peraturan wilayah setiap negara dan akan membahayakan penerbangan
tersebut terkecuali apabila dalam keadaan darurat.
c) Tingkatan cruising. Dalam penerbangan terdapat tingkat cruising yang ditentukan,
antara lain :
1. Flight level digunakan pada ketinggian terendah dalam ketinggian
penerbangan atau diatas transisi ketinggian
2. Altitude digunakan pada bagian bawah dari ketinggian terendah atau dibawah
ketinggian transisi.
Tingkatan cruising ini sesuai dengan prosedur pelayanan navigasi udara untuk
pengopersian pesawat terbang.
d) Dropping dan spraying. Dilarang menjatuhkan atau menyemprotkan sesuatu oleh
pesawat terbang terkecuali mendapatkan izin dan sesuai dengan laporan yang
disampaikan pada unit pemandu lalu lintas.
e) Towing. Tidak ada pesawat terbang yang ditarik oleh pesawat terbang lain kecuali
mendapatkan izin sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan otoritas
sebagaimana dengan penunjukkan informasi yang sah ataupun mendapatkan izin dari
unit terkait.
f) Menurunkan parasut. Menurunkan parasut dilarang kecuali dalam keadaan darurat dan
sesuai dengan informasi yang sah dari unit terkait.
g) Penerbangan akrobatik. Penerbangan akrobatik yaitu suatu penerbangan yang
melakukan manuver atau pergerakan dengan mengubah kedudukan posisi pesawat
tersebut dengan mengubah kecepatan yang signifikan terhadap pesawat tersebut. Tidak
ada penerbangan yang melakukan penerbangan akrobatik kecuali dengan ditandai dan
mendapatkan izin dari unit terkait.
h) Formasi penerbangan. Penerbangan yang melakuakan formasi tidak akan mendapatkan
apabila tidak ada kesepakatan antara penerbang dengan ATS, yaitu :
1. Pembentukan formasi akan beroperasi dengan menggunakan navigsi udara dan
memberitahukan posisi;
2. PIC akan bertanggung jawab dalam melakukan manuver pembentukan formasi
penerbangan;
3. Jarak tidak lebih dari 1 km (0.5 NM) lateral dan longitudinal 30 m (100 ft)
antar pesawat;
i) Balon Bebas. Sebuah balon udara yang yak berawak dioperasikan untuk
meminimalisasikan bahaya kepada oarang – orang, harta dan pesawat lain sesuai
dengan yang ditentukan dalam Appendix 4.
j) Daerah terlarang atau daerah yang dilarang. Daerah terlarang atau dilarang dilewati
kegiatan penerbangan karena perihal keamanan kecuali mendapatkan izin dari negara
yang dilaluinya.
2. Menghindari Tabrakan.
Ini merupakan catatan yang sangat penting dalam penerbangan yaitu mengindari
sebuah tabrakan antar pesawat baik saat masih di darat atau pun di udara. Dengan ini pesawat
dilengkapi dengan alat pedeteksi sebelum terjadinya tabrakan atau benturan sehingga ada
sebuah peringatan terlebih dahulu dari ACAS / BPS.
 Jarak. Pesawat tidak akan dioperasikan pada jarak yang dekat karena akan mengakibatkan
menciptakan bahaya tabrakan.
 Hak jalan. Pesawat yang memiliki hak jalan harus tetap dalam arah atau jalurnya dan tetap
pada kecepatannya tapi diperbolehkan dalam posisi PIC demi keselamatan dengan tangung
jawab. Yang dilakuakan PIC adalah mengambil tindakan, termasuk manuver menghindari
tabrakan sesuai dengan saran yang diberikan BPS.
a) Ketika terdapat dua pesawat yang berhadapan dan akan mengakibatkan tabrakan maka langkah
yang harus diambil kedua tersebut adalah mengambil arah kekanan.
b) Apabila ada dua pesawat yang bergerak maju satu sama lain dan bertemu pada sebuah titik
maka langkah yang harus diambil adalah memberikan jalan terlebih dahulu pada pesawat yang
lebih kecil. Sebagai contoh pesawat penumpang akan memberikan jalan kepada pesawat glider
atau balon udara begitu pula dengan pesawat glider akan meberikan jalan kepada balun udara.
Dengan memprioritaskan tingkat kecepatan atau dengan apa daya dorong yang digunakan.
c) Adapun cara untuk menyalip pesawat yang didepannya dengan cara memperhitungkan jarak
sekitar 700 untuk menyalip dari kanan atau sebelah kiri dengan melihat lampu navigasi dari
pesawat ayang ditargetkan.
d) Landing yaitu pesawat ayang sedang beroperasi di darat atau di udara harus memberikan jalan
pada pesawat saat posisi approach. Apabila terdapat dua pesawat melakukan approach untuk
landing maka pesawat yang lebih tinggi harus memberikan jalan kepada pesawat yang lebih
rendah untuk landing. Pesawat yang mengalami emergency diprioritaskan terlebih dahulu
untuk landing.
e) Take off yaitu sebuah pesawat yang akan melakukan tinggal landas dan apabila terdapat
pesawat lain yang sedang melakuakan pergerakan maka harus memberikan jalan untuk
pesawat lain untuk melanjutkan lepas landas.

4. Visual Flight Rules (VFR)


Penerbangan dapat secara visual terkecuali digunakan pada :
1. Digunakan saat kodisi baik
2. Untuk Take Off dan landing dengan ceiling lebih dari 450 ft
3. Tidak boleh digunakan antara sunrise sampai sunset
4. Tidak boleh dioperasikan diatas ketinggian FL 290
5. Tidak boleh dioperasikan pada kecepatan transonik dan ultrasonik
6. vFR dapat digunakan pada ketinggian diatas FL 290 dengan izin ATC tapi tidak ada jamianan
7. kecuali untuk Take Off dan landing serta mendapat izin dari ATC, VFR tidak boleh digunakan
di atas area padat seperti perkotaan, permukiman penduduk dan tempat pertemuan terbuka
8. jika ingin mengubah VFR ke IFR maka harus memberitahukan perubahan pada ATC.

5. Instrument Flight Rules (IFR)


Penerbangan dapat dilakuakan secara instrumen dengan syarat sebagai berikut :
1. Pesawat harus dilengkapi dengan instrumen dan sistem navigasi sesuai dengan rute yang
diterbangkan
2. Kecuali untuk T/O dan landing atau diizinkan oleh ATC, IFR tidak boleh terbang lebih rendah
dari ketinggian yang ditentukan oleh negara setempat
3. Jika ingin mengubah IFR ke VFR maka harus memberitahukan perubahan pada ATC
4. Jika pesawat beroperasi IFR dan kemudian memasuki kondisi VMC (Visual Meteorological
Condition)maka tidak harus meng-cancel IFR kecuali sudah dapat diantisipasi dan ingin
melanjutkan penerbangannya dalam kondisi VMC (Visual Meteorological Condition).

6. Signal
Komunkasi Distress dan Urgency adalah :
1. Distress adalah kondisi dimana pesawat terancam bahaya yang serius dan memerlukan bantuan
segera. Sebagai contoh pesawat mesin terbakar, mesin rusak dan harus didaratkan.
2. Urgency adalah kondisi tentang keselamatan pesawat terbang, kendaraan lain, penumpang
pesawat atau orang disekitar pesawat dan tidak memerlukan bantuan segera. Contohnya salah
satu penumpang terkena serangan jantung, kapal laut terbakar.

Isyarat distress “Mayday” sedangkan urgency “PanPan” pada permulaan komunikasi dan
selanjutnya berita dari origenator yang dituju ke pesawat yang sedang di distress atau urgency dibatsi
sesingkat mungkin.
Komunkasi Distress dan Urgency adalah :
1. Distress adalah kondisi dimana pesawat terancam bahaya yang serius dan memerlukan bantuan
segera. Sebagai contoh pesawat mesin terbakar, mesin rusak dan harus didaratkan.
2. Urgency adalah kondisi tentang keselamatan pesawat terbang, kendaraan lain, penumpang
pesawat atau orang disekitar pesawat dan tidak memerlukan bantuan segera. Contohnya salah
satu penumpang terkena serangan jantung, kapal laut terbakar.
Isyarat distress “Mayday” sedangkan urgency “PanPan” pada permulaan komunikasi dan
selanjutnya berita dari origenator yang dituju ke pesawat yang sedang di distress atau urgency dibatsi
sesingkat mungkin.
Tidak ada tanda terima berita distress dan urgency oleh stasiun yang ditunjuk maka stasiun lain
akan membantu memberikan tanda terima. Komunikasi distress atau urgency diadakan pada frekuensi
yang sedang dipakai kecuali dianggap dapat lebih baik membantu dengan memindahkan ke frekuensi
lain. Frekuensi 121.5 dapat digunakan sebagai alternatif.
Dalam komunikasi distress atau urgency pengiriman radio telephony harus dilaksanakan dengan
pelan dan jelas untuk memudahkan penerimaan.
KESIMPULAN

Dalam Annex ini distandarkan berbagai peraturan tentang operasional penerbangan. Dua aturan
utama dalam dunia penerbangan sipil adalah Visual Flight Rules (VFR) dan Instrument Flight Rules
(IFR). Dibeberapa negara aturan utama tersebut telah berkembang sehingga bertambah menjadi Special
Visual Flight Rules (SVFR), dan memiliki ragam batasan dari beberapa negara . SVFR tidak ditentukan
atau ditawarkan oleh ATC, artinya dapat diijinkan atau tidak. SVFR merupakan bentuk pelayanan yang
biasanya diminta oleh penerbang yang akan melakukan penerbangan dengan VFR di bawah kondisi
VMC (visual meteorological condition) yaitu kondisi cuaca yang kurang baik secara visual.
Perjalanan dengan mempergunakan transportasi udara harus memenuhi dua syarat utama yakni
selamat dan efisien. Kedua syarat tersebut mutlak harus dipenuhi oleh semua pihak yang terkait seperti
regulator (otoritas penerbangan), operator, dan konsumen sendiri. Berdasar dua kata kunci tersebut,
regulator dalam hal ini adalah pihak di jajaran pemerintahan sebuah negara yang paling penting dan
bertanggungjawab sebagai pembina, pengatur, pengawas, pendorong (driver) baik untuk aspek teknis
operasional maupun aspek ekonomi (sisi pengusahaan). Negara yang memiliki regulasi yang baik tidak
akan efektif bila SDM nya tidak menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang sudah
diberlakukan.
DAFTAR PUSTAKA
https://pewangga.wordpress.com/2014/03/09/rules-of-the-air-annex-2/

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/42218/Chapter%20II.pdf;sequence=3

http://www.academia.edu/9699314/Hukum_Udara_Internasional_dengan_PT_Angkasa_Pura_II_Ba
ndung

http://www.ilmuterbang.com/artikel-mainmenu-29/peraturan-penerbangan-mainmenu-81/28-
casr1/757-hubungan-icao-annexes-dan-penomoran-casr
TUGAS MATAKULIAH CIVIL AVIATION SAFETY REGULATION
(CASR)

ANNEX 2 – RULES OF THE AIR

Aris Munandar (14020046)

Dosen : Asep Adang. S.ST . MM

Universitas Suryadarma
Fakultas Teknik Elektro
2017

Anda mungkin juga menyukai

  • Mematikan IDM
    Mematikan IDM
    Dokumen11 halaman
    Mematikan IDM
    Anonymous 0gDGwNuaM
    Belum ada peringkat
  • Dfdyuyioijpl L
    Dfdyuyioijpl L
    Dokumen2 halaman
    Dfdyuyioijpl L
    Anonymous 0gDGwNuaM
    Belum ada peringkat
  • Retyuiop L'
    Retyuiop L'
    Dokumen6 halaman
    Retyuiop L'
    Anonymous 0gDGwNuaM
    Belum ada peringkat
  • Dytuiolk
    Dytuiolk
    Dokumen1 halaman
    Dytuiolk
    Anonymous 0gDGwNuaM
    Belum ada peringkat
  • Retyuikl
    Retyuikl
    Dokumen1 halaman
    Retyuikl
    Anonymous 0gDGwNuaM
    Belum ada peringkat