OBSTRUKSI
MAKALAH
Oleh
NIM 142310101089
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
“Makalah Asuhan Keperawatan Pada pasien Ileus Obstruksi”.
Penyusun,
DAFTAR ISI
Bab 1 Pendahuluan
2.1 Pengertian………………………………………………………………3
2.2 Epidemiologi……………………………………………………………3
Salah satu cara penanganan pada pasien dengan obstruksi ileus adalah
dengan pembedahan laparatomi, penyayatan pada dinding abdomen.
Pemebedahan yang dilakukan padabagian abdomen untuk mengetahui suatu
gejala dari penyakit yang diderita oleh pasien.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan konsep Asuhan
Keperawatan PadaPasien Ileus Obstruksi.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mengetahui pengertian dari Ileus Obstruksi
1.2.2.2 Mengetahui epidemiologi dari Ileus Obstruksi
1.2.2.3 Mengetahui etiologi dari Gangguan Sistem dari Ileus Obstruksi
1.2.2.4 Mengetahui tanda dan gejala dari Gangguan dari Ileus
Obstruksi
1.2.2.5 Mengetahui patofisiologi dari Gangguan dari Ileus Obstruksi
1.2.2.6 Mengetahui komplikasi dari dari Ileus Obstruksi
1.2.2.7 Mengetahui pengobatan dari Gangguan Sistem Pencernaan
Gastroenteritis Akut
1.2.2.8 Mengetahui pencegahan dari dari Ileus Obstruksi
1.2.2.9 Mengetahui pathway dari dari Ileus Obstruksi.
1.2.2.10 Mengetahui asuhan keperawatan dari Ileus Obstruksi
2.1 Pengertian
Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total. Obstruksi usus
biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan
perkembangannya lambat.
2.2 Epidemiologi
Sekitar 20% pasien ke rumah sakit datang dengan keluhan akut abdomen oleh
karena obstruksi pada saluran cerna, 80% obstruksi terjadi pada usus halus
(Emedicine, 2009). Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia
didiagnosis ileus. Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita
ileus setiap tahunnya. Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan
obstruktif tanpa hernia yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan
(Deparetemen Kesehatan RI, 2004).
Menurut data statistik negara, di Amerika diperkirakan insiden rate untuk ileus
obstruktif 1/746 atau 0,13% atau 365.563 orang. Berdasarkan laporan situasi
statistik kematian di Nepal tahun 2007, jumlah penderita ileus paralitik dan ileus
obstruktif pada tahun 2005/2006 adalah 1.053 kasus dengan CFR sebesar 5,32%.
Setiap tahunnya 1 dari 1.000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus.
Berdasarkan data salah satu rumah sakit umum di Australia pada tahun 2001-
2002, sekitar 6,5 per 10.000 penduduk di Australia diopname di rumah sakit
karena ileus paralitik dan ileus obstruktif. Hasil penelitian Markogiannakis, dkk
(2001-2002), insiden rate penderita penyakit ileus obstruktif yang dirawat inap
sebesar 60% di Rumah Sakit Hippokratian, Athena di Yunani dengan rata-rata
pasien berumur antara sekitar 16 - 98 tahun dengan rasio perbandingan laki-lak
2.3 Etiologi
Tidak ada tanda pasti yang membedakan suatu obstruksi dengan strangulasi
dari suatu obstruksi sederhana: bagaimanapun, beberapa keadaan klinis tertentu
dan gambaran laboratorium dapat mengarahkan kepada tanda-tanda strangulasi.
Uji groin pada semua pasien dengan ileus obstruktif untuk menyingkirkan suatu
hernia inguinal atau hernia femoralis. Hernia femoralis sulit dilihat pada pasien
gemuk. Gejala diatas tergantung juga dengan macam ileus, letak obstruksi,
penyebebab obstruksi ileus, obstruksi totl/tidak, lamanya ileus berlasngsung. Pada
ileus obstruksi letaktinggi di usus halus pasien akan mengalami muntah. Pada
ileus obstruksi letak rendah (usus besar) pasien akan mengalami Buang air besar
dan flatus (-), muntah fekulen jika katup ileosekal ikompeten, tidak mundah jika
katup kompeten.
2.5 Patofisiologi
Peristiwa patofisis yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama dengan,
tanpa memandang apakah obtruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik
atau fungsional. Perbedaan utama pada obstruksi paralitik dimana peristaltik
dihambat dari permulaan terjadi, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik
mula-mula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya hilang.
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dana
gas (70 % dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intra lumen, yang
menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen usus ke darah. Oleh karena
sekitar 8 liter cairan disekresi kedalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya
absorbsi dapat mengakibatkan penimbunan intra lumen yang cepat.Muntah dan
penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama
cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan cairan dan elektrolit adalah
penciutan ruang cairan ekstra sel yang mengakibatkan hemokonsentrasi,
hipovolemia, insufisiensi ginjal, syok-hipotensi, pengurangan curah jantung,
penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik dan kematian bila tidak dikoreksi.
Peregangan usus yang terus menerus menyebabkan penurunan absorbsi cairan
dan peningkatan sekresi cairan kedalam usus.Efek lokal peregangan usus adalah
iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai
absorbsi toksin-toksin/bakteri kedalam rongga peritonium dan sirkulasi
sistemik.Pengaruh sistemik dari distensi yang mencolok adalah elevasi diafragma
dengan akibat terbatasnya ventilasi dan berikutnya timbul atelektasis.Aliran balik
vena melalui vena kava inferior juga dapat terganggu.Segera setelah terjadinya
gangguan aliran balik vena yang nyata, usus menjadi sangat terbendung, dan
darah mulai menyusup kedalam lumen usus. Darah yang hilang dapat mencapai
kadar yang cukup berarti bila segmen usus yang terlibat cukup panjang.
2.6 Komplikasi
1. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga
terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.
2. Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ
intra abdomen.
3. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik
dan cepat.
4. Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
(Brunner and Suddarth, 2001, hal 1122)
2.7 Pengobatan
1. Resusitasi
Dalam hal ini perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda tanda vital,
dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami
dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit sehingga perlu diberikan
cairan intravena seperti Ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat
dari memonitor tanda-tanda vital dan jumlahurin yang keluar. Pemberian
cairan intravena diperlukan juga pemasagan NGT. NGT digunakan untuk
mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan
mengurani distensi abdomen.
2. Farmakologis
Pemberian obat obatan antibiotic spectrum luas bisa diberikan sebagai
profilaksis. Antiemetik dapat dieberikan untuk mengurangi gejala mual
mutah.
3. Operatif
Tindakan ini dilakukan setelag rehidrasi dan dekompresi nasogastric untuk
mencegah sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomy kemudian
disusul denga tektik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi
selama laparotomy. Berikut
2.8 Pencegahan
Etiologi
Mekanik Fungsional
Ileus obstruksi
pe
metabolism
e
TD: Demam
Hypertermi
Ketidakseimbangan
penatalaksanaa cairan elektrolit
n
Komplikasi
Konservatif : Operatif :
CA rektum
-obat-obatan -laparatomi
KEMATIAN
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
4.1.1 identitas
Nama :
Tempat/tgl lahir :
Usia :
Nama Ayah/Ibu :
Pekerjaan Ayah :
Pekerjaan Ibu :
Alamat :
Agama:
Suku Bangsa :
Pendidikan Ayah :
Pendidikan Ibu :
4. Konstipasi berhubungan 1. Memonitor tanda dan gejala konstipasi S : Pasien mengatakan bisa buang air besar
dengan
hipomilitas/kelumpuhan 2. Memonitor bising usus dengan lancer
instetinal 3. Memonitor feses O : Bising usus kembali normal, feses normal,
4. Mengkonsultasi dengan dokter
tentangpenurunan dan peningkatan vital sign normal
bising usus A : Masalah teratasi
5. Memonitor tanda dan gejala rupture
P : Hentikan intervensi
usus
6. Menjelaskan etioogi dan rasionalisasi
tindakan terhadap pasien
7. Mengidentifikasi penyebab
dankonstribusi konstipasi
8. Mengajarkan pasien/keluarga tentang
kerangka waktu untuk resolusi sembelit.
5. Ansietas berhubungan 1. Menggunakan pendekatan yang S : Pasien mengatakan sudah tidak cemas lagi
dengan prognosis menenangkan O : Pasien terlihat tidak cemas
penyakit 2. Menyatakan dengan jelas harapan
terhadap pelaku pasien A : Masalah teratasi
3. Menjelaskan semua prosedur dan apa P : Hentikan intervensi
yang dirasakan selama prosedur
4. Memahami preseptif pasien terhadap
situasi stress
5. Mengidentifikasi tingkat kecemasan
6. Memberiberikan obat untuk
mengurangi kecemasan
7. Mengintruksikan pasien untuk
menggunakan teknik relaksasi
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran