Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak usia sekolah merupakan sasaran yang strategis untuk

pelaksanaan program kesehatan karena jumlahnya yang besar, selain itu

mereka juga sasaran yang mudah dijangkau dan terorganisir dengan baik.

Oleh karena itu maka pendidikan kesehatan akan lebih mudah dilaksanakan.

Anak usia sekolah merupakan kelompok yang rentan akan masalah kesehatan

fisik maupun psikologis. Masalah kesehatan psikologis yang biasa dialami

oleh anak usia sekolah adalah kesulitan dalam belajar, gangguan emosional

dan masalah perilaku. Masalah kesehatan fisik yang dialami oleh anak usia

sekolah misalnya diare, penyakit kulit dan sebagainya. Masalah kesehatan

fisik tersebut pada umumnya dikarenakan kurangnya pengetahuan dan kurang

pedulinya anak usia sekolah akan kebersihan diri (Ardhiyarini, 2008).

Menurut world health organization (WHO) diare adalah buang air

besar dengan konsistensi cair (mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu

hari (24 jam). Ingat, dua kriteria penting harus ada yaitu BAB cair dan sering,

jadi misalnya buang air besar sehari tiga kali tapi tidak cair, maka tidak bisa

disebut diare. Begitu juga apabila buang air besar dengan tinja cair tapi tidak

sampai tiga kali dalam sehari, maka itu bukan penyakit diare. Penularan diare

karena infeksi melalui transmisi fekal oral langsung dari penderita diare atau

melalui makan/minuman yang terkontaminasi bakteri pathogen yang berasal

dari tinja manusia, hewan atau bahan muntahan penderita dan juga dapat
melalui udara atau melalui aktifitas seksual kontak oral-genital atau oral-anal.

(Sudoyo Aru,dkk 2009). Secara etiologi diare disebabkan oleh faktor non

infeksi dan infeksi. Diare non infeksi disebabkan oleh faktor psikologis,

keracunan makanan, efek penggunaan obat dan gangguan gizi. Diare infeksi

disebabkan oleh bakteri, parasit dan virus (Simadibrata & Daldiyono, 2006).

Komplikasi dari diare akan menyebabkan beberapa hal diantaranya :

kehilangan air (dehidrasi), gangguan kesemimbangan asam basa (metabolik

asidosis), hipoglikemi, gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi (Maryunani,

2010). Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare Depkes RI

(2006) dapat dilakukan sebagai berikut : pemberian ASI, pemberian makanan

pendamping ASI, menggunakan air bersih yang cukup, mencuci tangan dan

menggunakan jamban.

Berdasarkan data United Nation Childer’s Fund (UNICEF) dan WHO

pada tahun 2013, secara global 2 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya

dikarenakan penyakit diare. Diare masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia, karena morbiditas dan

mortalitas yang masih tinggi. Diperkirakan 20-50 kejadian diare per 100

penduduk setiap tahunnya. Kematian terutama disebabkan karena penderita

mengalami dehidrasi berat. Sekitar 70-80% penderita adalah mereka yang

berusia balita. (Kemenkes RI, 2013). Dari penemuan kasus diare di fasilitas

masyarakat pada tahun 2016 terdapat 36,9% kasus diare yang ditangani di

Indonesia. Di Banten ditemukan kasus diare sebanyak 322.790 dan yang

ditangani sebanyak 164.079 kasus atau sekitar 50,8% (Ditjen P2P, Kemenkes
RI, 2017). Provinsi banten berada di posisi kelima dengan prevalensi diare

tertinggi pada tahun 2007. Data dari laporan Riskesdas tahun 2007,

menunjukkan prevalensi diare di Provinsi Banten pada anak usia 5-14 tahun

yang pernah didiagnosis diare oleh tenaga kesehatan dalam satu bulan terakhir

sebesar 4,8%, sementara anak yang menyatakan pernah ketika ditanya apakah

pernah dalam satu bulan menderita buang air besar (BAB) lebih dari tiga kali

dengan konsistensi lembek atau cair sebanyak 10,3%, serta yang menderita

diare dan sudah minum oralit atau air gula garam sebesar 33,8%.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Brilliant (2013) terdapat

141 (66,8%) dari 211 siswa sekolah dasar pernah mengalami kejadian diare

pada 3 bulan terakhir. Pada penelitian yang dilakukan oleh Siburia (2013)

menunjukkan bahwa pengetahuan anak sekolah dasar dengan kategori baik

yaitu, 64,9% dan berkategori cukup yaitu 35,1% dengan responden berjumlah

147 anak sekolah dasar, pengetahuan anak sekolah dasar tentang pencegahan

penyakit diare pada penelitian ini kurang dalam membedakan makanan yang

bersih dan air minum yang bersih. Penelitian ini dikhususkan untuk kelompok

usia 5-14 tahun karena pada usia tersebut anak sudah mulai sekolah dan

banyak melakukan aktivitas di luar rumah. Pada rentang usia tersebut

kemungkinan anak akan kurang menjaga kebersihan baik diri maupun

lingkungan sekitarnya. Sehingga cenderung anak akan mengkonsumsi

makanan (jajanan) di sekitar sekolah tanpa memperhatikan kebersihan baik

kebersihan makanan maupun kebersihan diri sendiri.


Penelitian terhadap pengetahuan dan sikap pencegahan diare pada

anak usia sekolah dasar di Neglasari masih belum ada data. Padahal kejadian

dan kurangnya pengetahuan dan sikap diare pada siswa sekolah dasar

berdasarkan penelitian di atas cukup tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan

penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang diare terhadap

pengetahuan dan sikap pencegahan diare pada anak usia sekolah dasar di

sekolah dasar negeri Neglasari.

Berdasarkan kejadian tersebut peneliti terdorong untuk melakukan

penelitian pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap

pencegahan diare pada anak usia sekolah dasar di SD Negeri 01 Neglasari.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di latar belakang perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan

dan sikap pencegahan diare pada anak usia sekolah dasar di SD Negeri 01

Neglasari?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

pendidikan kesehatan tentang diare terhadap pengetahuan dan sikap

pencegahan diare pada anak usia sekolah dasar di SD Negeri 01 Neglasari.


2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengetahuan anak tentang diare sebelum

diberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan diare.


2. Untuk mengetahui sikap anak terhadap diare sebelum diberikan

pendidikan kesehatan tentang pencegahan diare.


3. Untuk mengetahui pengetahuan anak tentang diare sesudah

diberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan diare.


4. Untuk mengetahui sikap anak terhadap diare sesudah diberikan

pendidikan kesehatan tentang pencegahan diare.


5. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang diare

terhadap pengetahuan dan sikap pencegahan diare pada anak usia

sekolah dasar.
3. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi sekolah
Sebagai informasi tambahan yang dapat diperoleh dan dijadikan

masukan bagi guru tentang kejadian diare pada siswa dan juga dapat

dijadikan acuan untuk evaluasi dan perencanaan program yang

berkaitan dengan pengetahuan dan sikap pencegahan diare pada anak

usia sekolah khususnya di sekolah dasar.


2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Dapat meningkatkan kesadaran dan motivasi perawat untuk

memberikan pendidikan kesehatan atau penyuluhan tentang

pengetahuan dan sikap pencegahan diare pada anak usia sekolah sedini

mungkin dan keluarga


3. Bagi Peneliti Lain
Data atau informasi dari hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai

bahan untuk penelitian lain yang berkaitan dengan diare.

Anda mungkin juga menyukai