Landasan Teori Pentanahan PDF
Landasan Teori Pentanahan PDF
6
7
Untuk mengetahui nilai-nilai hambatan jenis tanah yang akurat harus dilakukan
pengukuran secara langsung pada lokasi yang digunakan untuk sistem pentanahan
karena struktur tanah yang sesungguhnya tidak sesederhana yang diperkirakan, untuk
setiap lokasi yang berbeda mempunyai hambatan jenis tanah yang tidak sama
(Hutauruk, 1991)5. Salah satu faktor utama dalam setiap usaha pengamanan rangkaian
listrik adalah pentanahan. Apabila suatu tindakan pengamanan yang baik dilaksanakan
maka harus ada sistem pentanahan yang dirancang dengan baik dan benar.
Syarat sistem pentanahan yang efektif (2) :
a. Membuat jalur impedansi rendah ke tanah untuk pengaman personil dan
peralatan dengan menggunakan rangkaian yang efektif.
b. Dapat melawan dan menyebarkan gangguan berulang dan arus akibat surya
hubung.
c. Menggunakan bahan tahan korosi terhadap berbagai kondisi kimiawi tanah,
untuk memastikan kontinuitas penampilan sepanjang umur peralatan yang
dilindungi.
d. Menggunakan sistem mekanik yang kuat namun mudah dalam perawatan dan
perbaikan bila terjadi kerusakan.
Dalam sistem pentanahan semakin kecil nilai tahanan maka semakin baik
terutama untuk pengamanan personal dan peralatan, beberapa standart yang telah
disepakati adalah bahwa saluran tranmisi substasion harus direncanakan sedemikian
rupa sehingga nilai tahanan pentanahan tidak melebihi 1Ω untuk tahanan pentanahan
pada komunikasi system/ data dan maksimum harga tahanan yang diijinkan 5Ω pada
gedung / bangunan.
Kisi-kisi pentanahan tergantung pada kerja ganda dan pasak yang terhubung. Dari
segi besarnya nilai tahanan bahan yang dipakai pasak tidak mengurangi besar tahanan
pentanahan sistem namun mempunyai fungsi tersendiri yang penting. Bahannya sendiri
mempunyai harga impedansi awal beberapa kali lebih tinggi daripada harga tahanannya
terhadap tanah pada frekuensi rendah. Bahan pentanahan dimaksudkan untuk
mengontrol dalam batas aman sesuai peralatan yang digunakan, sedangkan pasak adalah
batang sederhana, hal ini penyebab utama jatuhnya tahanan tanah dalam gradien
8
tegangan yang tinggi pada permukaan pasak. Sebagai akibat dari sifat ini maka pasak
harus ditempatkan didekat atau sekitar bangunan stasion. Dalam saluran tegangan tinggi
(132KV) tahanan maksimalnya 15 ohm masih dapat ditoleransi dan dalam saluran
distribusi (33-0,4 KV) dipilih tahanan 25 ohm.
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menurunkan nilai tahanan
pentanahan antara lain dengan :
a. Sistem batang elektroda pararel
b. Sistem pasak tanam dalam dengan beberapa pasak dan diperlakukan terhadap
kondisi kimiawi tanah.
c. Dengan menggunakan pelat tanam, penghantar tanam, dan beton rangka baja
yang secara listrik terhubung.
Tahanan dari jalur tanah ini relatife rendah dan tetap sepanjang tahun. Untuk memahami
tahanan tanah harus rendah, dapat dengan menggunakan hukum Ohm yaitu :
E=IXR
dimana E adalah tegangan (volt),
I adalah arus (ampere),
R adalah tahanan (ohm).
9
Pasak-pasak tanah, batang logam, struktur dan peralatan lain biasa digunakan
untuk elektroda tanah, selain itu umumnya ukurannya besar sehingga tahanannya dapat
terabaikan terhadap tahanan keseluruhan sistem pentanahan. Apabila pasak ditanam
lebih dalam ke tanah maka tahanan akan berkurang, namun bertambahnya diameter
pasak secara material tidak akan mengurangi nilai tahanan karena nilai tahanan
elektroda pentanahan tidak hanya bergantung pada kedalaman dan luas permukaan
elektroda tapi juga pada tahanan tanah. Tahanan tanah merupakan kunci utama yang
menentukan tahanan elektrode dan pada kedalaman berapa pasak harus dipasang agar
diperoleh tahanan yang rendah. Elektrode baja digunakan sebagai penghantar saluran
distribusi dan pentanahan substasion.
Dalam memilih penghantar dapat mempertimbangkan hal berikut :
a. Untuk tanah yang bersifat korosi sangat lambat, dengan tahanan diatas 100 ohm-
m, tidak ada batas perkenan korosi(corosi allowance).
b. Untuk tanah yang bersifat korosi lambat, dengan tahanan 25-100 ohm-m, batas
perkenan korosi adalah 15% dengan pemilihan penghantarsudah
mempertimbangkan faktor stabilitas thermal.
c. Untuk tanah yang bersifat korosi cepat, dengan tahanan kurang dari 25 ohm-m,
batas perkenan korosi adalah 30% dengan pemilihan penghantar sudah
mempertimbangkan faktor stabilitas thermal.
d. Penghantar dapat dipilih dari ukuran standart seperti 10 x 6mm sampai 65 x
8mm.
Secara umum pentanahan dilakukan dengan mencari titik temu antara keamanan
dan meminimalkan biaya. Pada frekuensi rendah didasarkan pada sistem pentanahan
dengan diberi jarak antar elektrode. Penelitian tentang karakteristik sistem pentanahan
grid analisis dibandingkan dengan grid yang biasa (Otero et al., 2002)2.
10
R= . ( − 1) ……………. ( 2.1 )
.
Dimana :
R = tahanan (ohm) L = Induktansi (Henri)
l = panjang elektroda ditanam (m) C = Capasitasi ( Colomb )
d = diameter elektroda pentanahan (m)
ρ = tahanan jenis tanah (ohm-m)
r = Permitivitas
Nilai tegangan yang dilewatkan pada elektroda diusahakan tetap yakni 220 Volt
dengan arah pengukuran dibuat bervariasi. Tujuannya agar diperoleh data distribusi
tegangan permukaan disekitar batang elektroda pentanahan dengan beberapa arah
pengujian. Pelaksanaan pengukuran tegangan permukaan tanah dilakukan mulai jarak
terdekat 0– 4m, dengan variasi jaraknya setiap 0,2 m.
Tampak dari grafik 2.4, hasil data yang diperoleh, bahwa tegangan
permukaan mencapai puncaknya sebesar 8,2 V untuk tegangan gangguan 80 V,
dengan jarak 0,2 m dari elektroda. Diperoleh nilai R-tanah (tahanan tanah) yang
cukup rendah yakni 9,2 Ohm, padahal dalam sistem pentanahan disyaratkan R-
tanah lebih kecil dari 10 Ohm. Fenomena lain yang didapati dari percobaan jenis
15
tanah ini adalah percobaan tidak bisa dilanjutkan untuk tegangan gangguan 120 V.
Hal ini terjadi dikarenakan kondisi tanah yang terlalu basah dikarenakan malam
sebelumnya terjadi hujan yang cukup lebat ditempat tersebut. Sehingga pada saat
pengukuran hanya mampu mencapai tegangan gangguan 108 V dengan arus 2,11
A, kondisi dimana terjadi hubung singkat antara elektroda pentanahan dengan
pasak netral. Akibat dari kondisi beban tersebut, pengukuran kemudian tidak
dilanjutkan untuk nilai tegangan gangguan yang lebih tinggi.karena dapat berakibat
terjadi konsleting. Kesimpulan sementara menunjukkan walaupun memiliki R-
tanah yang rendah, belum menjamin akan memiliki sistem pentanahan yang baik.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah diameter dan panjang elektroda batang yang
digunakan dan dibenamkan ke dalam tanah. Konfigurasi pengukuran ini hanya
mampu mendistribusikan nilai tegangan permukaan secara horizontal atau
menyamping.
Jenis tanah kapur = R tanah = 6,2. Kedalaman 1m. sudut = 0
Tampak dari gambar grafik 2.5 hasil data yang diperoleh, bahwa tegangan
permukaan mencapai puncaknya sebesar 5,2 V untuk tegangan gangguan 80 V,
dengan jarak 0,2 m dari elektroda. Diperoleh nilai R-tanah (tahanan tanah) yang
16
cukup rendah yakni 6,2 Ohm, padahal dalam sistem pentanahan disyaratkan R-
tanah lebih kecil dari 10 Ohm.
Diperoleh nilai tegangan permukaan yang kecil yakni kurang dari 1 V untuk
tegangan gangguan yang lebih besar dari 80 V. Sehingga bisa disimpulkan sistem
pentanahan bekerja lebih optimal untuk konfigurasi pengukuran seperti ini. Dengan
kata lain arus gangguan tanah yang dialirkan bisa langsung di distribusikan dalam
radius yang sangat kecil. Nilai tegangan permukaan masih dipengaruhi oleh
diameter dan panjang elektroda batang yang digunakan dan dibenamkan kedalam
tanah. Dan kondisi partikel dari jenis tanah kapur ini akan semakin baik dalam
mengalirkan muatan listrik manakala diberi arus gangguan yang semakin tinggi.
Tampak dari gambar grafik 2.6 hasil data yang diperoleh, bahwa tegangan
permukaan mencapai puncaknya sebesar 50,5 V untuk tegangan gangguan 240 V,
dengan jarak 0,2 m dari elektroda batang. Diperoleh nilai R-tanah yang sangat besar
yakni diatas 1000 Ohm, padahal dalam sistem pentanahan disyaratkan Rtanah lebih
kecil dari 10 Ohm. Kenaikan nilai tegangan gangguan yang diberikan, diikuti oleh
17
nilai tegangan permukaan yang semakin besar. Sehingga bisa disimpulkan sistem
pentanahan tidak bekerja optimal untuk jenis tanah lembab-pasir seperti ini.
Dengan kata lain arus gangguan tanah yang dialirkan tidak bisa langsung di
distribusikan dalam radius yang sangat kecil. Bahkan nilainya semakin besar
mengikuti besarnya nilai arus gangguan. Kondisi partikel dari jenis tanah lembab
pasir ini memang kurang baik dalam mengalirkan muatan listrik manakala diberi
arus gangguan yang semakin tinggi, karena partikel penyusunnya terdiri dari
butiran-butiran batu yang memiliki rongga udara. Kondisi temperatur pun tidak
banyak berperan dalam memperbaiki sistem pentanahan untuk kondisi tanah
lembab-pasir.
Tampak dari gambar grafik hasil 2.7, data yang diperoleh, bahwa tegangan
permukaan mencapai puncaknya sebesar 48,5 V untuk tegangan gangguan 240 V,
dengan jarak 0,2 m dari elektroda batang. Diperoleh nilai R-tanah yang sangat besar
yakni diatas 1000 Ohm, padahal dalam sistem pentanahan disyaratkan Rtanah lebih
kecil dari 10 Ohm. Kenaikan nilai tegangan gangguan yang diberikan, diikuti oleh
nilai tegangan permukaan yang semakin besar. Sehingga bisa disimpulkan sistem
pentanahan tidak dapat bekerja optimal untuk jenis tanah lembab-pasir seperti ini.
18
Dengan kata lain arus gangguan tanah yang dialirkan tidak bisa langsung
didistribusikan dalam radius yang sangat kecil.
Bahkan nilainya semakin besar mengikuti besarnya nilai arus gangguan.
Nilai tegangan permukaan juga tidak dipengaruhi oleh panjang elektroda batang
yang digunakan dan dibenamkan kedalam tanah. Kondisi partikel dari jenis tanah
lembab-pasir ini memang kurang baik dalam mengalirkan muatan listrik manakala
diberi arus gangguan yang semakin tinggi, karena partikel penyusunnya terdiri dari
butiran-butiran batu yang memiliki rongga udara. Kondisi temperatur pun tidak
banyak berperan dalam memperbaiki sistem pentanahan untuk kondisi tanah
lembab-pasir.
Tampak dari gambar grafik 2.9. hasil data yang diperoleh, bahwa tegangan
permukaan mencapai puncaknya sebesar 0,001 V untuk semua tegangan gangguan
yang diberikan, dengan jarak 0,2 m dari elektroda batang. Diperoleh nilai R-tanah
yang kecil yakni 22 Ohm, padahal dalam sistem pentanahan disyaratkan R-tanah
lebih kecil dari 10 Ohm. Nilai tegangan gangguan yang diberikan ternyata mampu
20
terdistribusi dengan baik, bahkan nilai tegangan permukaan yang ada sangat kecil.
Hal ini sangat jelas terlihat pada grafik diatas, sejak dari nilai tegangan gangguan
yang kecil–besar, semua mampu disebarkan secara vertikal atau ke bawah elektroda
batang. Sehingga bisa disimpulkan sistem pentanahan dapat bekerja optimal untuk
jenis tanah lempung seperti ini.
Arus gangguan tanah yang dialirkan baru bisa di distribusikan dalam radius
yang sangat kecil dari pada jenis tanah yang lain. Selain itu, nilai tegangan
permukaan juga dipengaruhi oleh panjang elektroda batang yang digunakan dan
dibenamkan kedalam tanah. Kondisi partikel dari jenis tanah lempung ini memang
cukup lama bisa menyimpan air, sehingga baik dalam mengalirkan muatan listrik
manakala diberi arus gangguan yang semakin tinggi, karena air memiliki sifat
konduktor terhadap loncatan listrik.
Tampak dari gambar grafik 2.10 hasil data yang diperoleh, bahwa tegangan
permukaan mencapai puncaknya sebesar 53 V untuk tegangan gangguan 240 V,
dengan jarak 0,2 m dari elektroda batang. Diperoleh juga nilai R-tanah yang sangat
besar yakni diatas 1000 Ohm, dimana dalam sistem pentanahan disyaratkan R-
tanah lebih kecil dari 10 Ohm. Kenaikan nilai tegangan gangguan yang diberikan,
21
diikuti oleh nilai tegangan permukaan yang semakin besar. Sehingga bisa
disimpulkan sistem pentanahan tidak bekerja optimal untuk jenis tanah kering-pasir
seperti ini. Jadi arus gangguan tanah yang dialirkan tidak bisa langsung di
distribusikan dalam radius yang sangat kecil. Bahkan nilainya semakin besar
mengikuti besarnya nilai arus gangguan.
Kondisi partikel dari jenis tanah lembab-pasir ini memang kurang baik
dalam mengalirkan muatan listrik manakala diberi arus gangguan yang semakin
tinggi, karena partikel penyusunnya terdiri dari butiran-butiran batu yang memiliki
rongga udara. Kondisi ini semakin buruk dengan tingginya temperatur yang ada,
sehingga kondisi tanah benar-benar tidak mengandung faktor yang mampu
meningkatkan sistem pentanahan yang ada.
Tampak dari gambar grafik 2.11 hasil data yang diperoleh, bahwa tegangan
permukaan mencapai puncaknya sebesar 27,2 V untuk tegangan gangguan 240 V,
dengan jarak 0,2 m dari elektroda batang. Diperoleh nilai R-tanah yang sangat besar
22
yakni diatas 1000 Ohm, padahal dalam sistem pentanahan disyaratkan R-tanah
lebih kecil dari 10 Ohm. Kenaikan nilai tegangan gangguan yang diberikan, diikuti
oleh nilai tegangan permukaan yang semakin besar. Sehingga bisa disimpulkan
sistem pentanahan tidak dapat bekerja optimal untuk jenis tanah lembab-pasir
seperti ini.
Jadi arus gangguan tanah yang dialirkan tidak bisa langsung di distribusikan
dalam radius yang sangat kecil. Bahkan nilainya semakin besar mengikuti besarnya
nilai arus gangguan. Nilai tegangan permukaan juga tidak dipengaruhi oleh panjang
elektroda batang yang digunakan dan dibenamkan kedalam tanah. Kondisi partikel
dari jenis tanah kering-pasir ini memang kurang baik dalam mengalirkan muatan
listrik manakala diberi arus gangguan yang semakin tinggi, karena partikel
penyusunnya terdiri dari butiranbutiran batu yang memiliki rongga udara. Kondisi
ini semakin buruk dengan tingginya temperatur yang ada, sehingga kondisi tanah
benar-benar tidak mengandung faktor yang mampu meningkatkan sistem
pentanahan yang ada.
c. Pengaruh temperatur
Temperatur akan berpengaruh langsung terhadap resistivitas tanah dengan
demikian akan berpengaruh juga terhadap performa tegangan permukaan tanah.
Pada musim dingin struktur fisik tanah menjadi sangat keras, dan tanah membeku
pada kedalaman tertentu. Air di dalam tanah membeku pada suhu di bawah 00 C
dan hal ini menyebabkan peningkatan yang besar dalam koefisien temperatur
resistivitas tanah. Koefisien ini negatif, dan pada saat temperature menurun,
resistivitas naik dan resistansi hubung tanah tinggi. Pengaruh temperatur terhadap
resistivitas tanah dijelaskan dalam tabel 2.1 sebagai berikut:
24
Masalah lain yang mungkin terjadi adalah sambungan antara logam yang
berbeda seperti tembaga dan aluminium atau tembaga dengan baja dimana
sambungannya tidak dilindungi dan mudah terpengaruh oleh kelembaban resiko
terjadinya korosi sangat tinggi
b. Marcionite
Marcionite adalah bahan yang bersifat konduktif dengan kandungan kristal
karbon yang cukup tinggi pada fase normalnya, dan juga mengandung belerang dan
klorida dengan konsentrasi rendah. Seperti halnya bentonite, marcionite akan
bereaksi korosif terhadap logam tertentu, dan memiliki tahanan jenis rendah. Logam
yang digunakan sebaiknya dilapisi bitumen atau cat bitumastik sebelum
dihubungkan dengan marcionite. Aluminium, lapisan timah dan baja galvanis
sebaiknya jangan dipasang pada marcionite.
Marconite dapat mempertahankan kelembabannya dalam kondisi lingkungan
sangat kering sehingga kelemahan bentonite dapat ditutup oleh marcionite.
Marcionite juga digunakan sebagai bahan anti statik pada lantai dan tabir
elektromagnetik. Marcionite terdaftar dalam merek dagang Marconi Communication
System United.
c. Gypsum
Adakalanya kalsium sulfat (gypsum) digunakan sebagai bahan uruk, baik
dalam fase sendiri maupun dicampur dengan bentonite atau dengan tanah alami
berasal dari daerah tersebut. Gypsum mempunyai kelarutan yang rendah sehingga
tidak mudah dihilangkan, tahanan jenisnya rendah berkisar 5-10 Ohm-m pada
kondisi jenuh. Dengan pH berkisar 6,2 -6,9, gypsum cenderung bersifat netral.
Gypsum tidak mengkorosi tembaga, meskipun terkadang kandungan ringan
SO3 menjadi masalah pada struktur dasar dan fondasi. Zat ini tidak mahal dan
biasanya dicampur dengan tanah urukan sekitar elektroda. Diklaim zat ini
membantu mempertahankan tahanan yang rendah dengan periode waktu yang relatif
lama, pada daerah dengan kandungan garam disekitarnya dilarutkan oleh aliran air
(hujan) Resistivitas tanah yang tinggi disinyalir sebagai sebab utama tingginya
tahanan tanah.
29
d. Arang kayu
Perlakuan kimiawi terhadap tanah dirasa cocok dan murah diterapkan
sebagai solusi pemecahan terhadap tingginya tahanan tanah. Metode tersebut
dilakukan dengan memberikan bahan urukan (backfill material),yang digunakan
adalah arang kayu untuk menurunkan resitivitas tanah.
Arang kayu dimasukkan dalam lubang yang dibuat di sekitar driven ground
dengan dimensi diameter 1 m dan kedalaman 3 m. Abu stasiun pembangkit dan
arang digunakan karena kandungan karbon yang tinggi cenderung bersifat kondusif.
Namun demikian bahan ini mengandung oksida karbon, titanium, potassium,
sodium, magnesium atau kalsium bercampur dengan silika dan karbon. Pada kondisi
basah, beberapa zat tersebut tidak dapat dielakkan bereaksi dengan tembaga dan
baja menyebabkan korosi. Dengan demikian penggunaan arang kayu sebagai
backfill material perlu dievaluasi kembali atau mungkin perlunya lapisan pelindung
pada elektroda seperti bitumen ditambahkan.