Anda di halaman 1dari 8

KASUS MEDIKOLEGAL

“KDRT”

PORTOFOLIO MEDIS

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Mengikuti Program Internsip Dokter Indonesia

Disusun Oleh : dr. Melly Haw

Pendamping : dr. Hi. Danial, MM.

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

RSUD MOKOPIDO

TOLI-TOLI

2018
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : dr. Melly Haw

Topik : Kasus Medikolegal

Judul Potofolio : KDRT

Pendamping : dr. Hi. Danial, MM.

Toli-Toli, Oktober 2018

Pendamping Dokter Internsip

dr. Hi. Danial, MM. dr. Melly Haw


PORTOFOLIO BORANG

Nama Peserta : dr. Melly Haw


Nama Wahana : RSUD. Mokopido Toli-Toli
Topik : Kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga
Tanggal (kasus) : 5 Oktober 2017
Nama pasien : Ny. A No. RM : 155432
Tanggal presentasi : 10 Oktober 2017 Nama Pendamping : dr. Hi. Danial, MM.
Tempat presentasi : Ruangan Teratai Interna RSUD. Mokopido
Obyektif Presentasi :
Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran Tinjauan Pustaka
 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa
Neonatus Bayi  Anak Remaja  Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi : Perempuan 18 tahun, datang bersama polisi yang membawa surat permintaan visum
untuk dirinya.
Tujuan : Mempelajari pendeskripsian luka dan aspek medikolegal pada kasus penganiayaan
yang dicurigai perlukaan akibat trauma tumpul.
Bahan bahasan :  Tinjauan Pustaka  Riset  Kasus  Audit
Cara membahas :  Diskusi Presentasi dan diskusi  Email  Pos
Data pasien Nama: Ny. A No.Register :-
Terdaftar sejak : 5
Nama RS: RSUD. Mokopido Toli-Toli Alamat: Jl. Lanoni No. 37
Oktober 2017
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis:
Kekerasan dalam Rumah Tangga
2. Gambaran klinis:
Pasien perempuan 18 tahun, datang bersama polisi yang membawa surat permintaan visum
untuk dirinya. Menurut pengakuan pasien, pada hari yang sama dengan pemeriksaan pukul 15.00
WITA, korban dipukul pada wajah oleh suami korban sehingga menimbulkan luka memar.
Korban dipukul sebanyak 1 kali. Korban juga mengaku didorong sehingga terjatuh di lantai
sehingga korban merasakan nyeri pada perlukaan tersebut. Riwayat muntah tidak ada, nyeri
kepala tidak ada, pingsan tidak ada. Menurut pasien, suaminya dalam kondisi sadar dan tidak
mabuk. Menurut pasien, kekerasan ini adalah yang kedua kali dialaminya. Dua bulan yll, pasien
mengaku ditendang di bagian paha. Pasien menikah dengan suaminya sudah ±2 tahun dari
pernikahannya, pasien dan suami sudah mempunyai dua orang anak.
3. Riwayat pengobatan:
Pasien belum pernah berobat dan minum obat untuk mengatasi keluhannya tersebut.
4. Riwayat penyakit:
Pasien belum pernah menderita keluhan seperti ini sebelumnya.
5. Riwayat keluarga:
Alergi obat dan asma disangkal. Tidak ada keluarga yang pernah keluhan yang sama dengan
pasien saat ini.
6. Riwayat pekerjaan:
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga
7. Riwayat imunisasi (disesuaikan dengan pasien dan kasus):
Pasien sudah pernah di imunisasi lengkap.
8. Lain-lain :

PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital:
 Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Nadi : 86x/m
 Pernapasan : 20x/m
 Suhu : Afebris
 BB : ± 25 kg
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik.
Mulut tampak luka memar pada bibir bagian atas dengan ukuran
panjang 1,5 cm x lebar 1 cm, nyeri tekan (+), berwarna kemerahan.
Thoraks : Bentuk normal, pergerakan simetris.
 Paru : Suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
 Jantung : Bunyi jantung I-II reguler
Abdomen : Dinding perut sejajar dinding dada, bising usus (+) normal, timpani
diseluruh lapang abdomen, nyeri tekan (+) epigastrium, lien dan hepar
tidak teraba.
Ekstremitas atas : Akral hangat, tidak ada edema.
Ekstremitas bawah : Akral hangat, pada region gluteus sinistra tampak luka memar
dengan ukuran panjang 1,5 cm x lebar 0,5 cm, nyeri tekan (+), berwarna
merah kebiruan, ROM terbatas nyeri.
Daftar Pustaka:
1. Atmadja, Djaja S, KDRT dan Aspek Medikolegal, RS Mitra Keluarga Kemayoran. Jakarta
Pusat : 2012.
2. Irianto, Sulistyowati. Isu KDRT dan Perspektif Pluralisme Hukum. Cetakan Pertama.
Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 2012.
3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2004 Tentang PKDRT. (Cited on 2012
July 26). Available from : URL :
http://www.kontras.org/uu_ri_ham/uu_nomor_23_tahun_2004_tentang_penghapusan_KDRT
4. Kasus KDRT dilakukan suami (cited on 2012 July 26). Available from : URL :
http://www.kompas.com/read/xml/2012/12/13/14412492/7698.persen.kasus.kdrt.dilakukan.su
ami
5. Sekilas Tentang Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Cited on
2012 July 26). Available from : URL : http://www.lbh-apik.or.id/fact-58.htm
6. Wijayanti, Asri SH MH. KDRT dan Perlindungan Anak. 25 Juli 2012. Available from :URL:
http://www.gagasanhukum.wordpress.com/2012/06/08/kdrt-dan-perlindungan-anak-bagian-
iii/
7. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Bukan Sebatas Kekerasan Fisik. 20 November 2011 (Cited
on 2012 July 26). Available from: URL:
http://www.kompas.com/read/xml/2012/11/20/13210000/kdrt.bukan.sebatas.kekerasan.fisik.
8. 8. Implentasi Undang-Undang PKDRT (Cited on 2012 July 25). Available from :
http://hafizspeak.blogspot.com/p/implementasi-undang-undang-pkdrt_18.html.
Hasil Pembelajaran:
1. Mengetahui tugas dokter pada kasus KDRT
2. Mengetahui karakteristik luka tumpul
3. Membuat rencana pada penanganan kasus KDRT
4. Mengetahui dasar hukum dan kedudukan Visum et Repertum

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

1. Subjektif

Pasien datang bersama polisi yang membawa surat permintaan visum untuk dirinya.

Menurut pengakuan pasien korban dipukul pada wajah oleh suami korban sehingga
menimbulkan luka memar selain itu pasien juga didorong sehingga terjatuh di lantai sehingga

korban merasakan nyeri pada perlukaan tersebut. kekerasan ini adalah yang kedua kali

dialaminya sebelumnya pasien pernah ditendang di bagian paha.

2. Objektif

Pada kasus ini, keluhan pasien berupa nyeri pada wajah dan bokong akibat dipukul dan

juga didorong oleh suaminya sehingga menimbulkan luka memar. Pada anamnesis juga

didapatkan bahwa ini bukan pertama kalinya pasien mengalami hal seupa. Sebelumnya pasien

pernah ditendang pada bagian pahanya.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada mulut tampak adanya luka memar pada bibir

bagian atas dengan ukuran panjang 1,5 cm x lebar 1 cm, nyeri tekan (+), bengkak, berwarna

kemerahan dan pada regio gluteus sinistra tampak luka memar dengan ukuran panjang 1,5 cm x

lebar 0,5 cm, nyeri tekan (+), berwarna merah kebiruan, ROM terbatas nyeri. Data yang didapat

dari anamnesis dan pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa pasien pada kasus ini dicurigai

mengalami penganiayaan yang dilakukan oleh suaminya yang menyebabkan terjadinya trauma

tumpul. Maka hal ini dapat digolongkan ke dalam Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

3. Assessment

Keluhan yang dialami pasien digolongkan dalam kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga

dimana pelaku penganiayaan dilakukan oleh suaminya sendiri. Dimana hal tersebut sesuai

dengan Undang-Undang No. 23 tahun 2004 mengenai Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah

Tangga (UU PKDRT) dengan kekerasan dalam rumah tangga.

Dalam undang-undang tersebut diatur beberapa poin penting yaitu pengertian dari

kekerasan dalam rumah tangga itu sendiri yang diatur dalam pasal 1 ayat 1 yaitu setiap perbuatan

terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau


penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk

ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara

melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

Yang dimaksud dengan lingkup rumah tangga adalah suami, istri, dan anak (termasuk anak

angkat dan anak tiri), orang–orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang

sebagaimana dimaksud dalam poin pertama karean hubungan darah, perkawinan, persusuan,

pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga (mertua, menantu, ipar dan

besan), dan/atau orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga

tersebut (Pekerja Rumah Tangga) (pasal 2 ayat 1), atau orang yang bekerja sebagaimana

dimaksud poin ketiga dipandang sebagai anggota keluarga dalam jangka waktu selama berada

dalam rumah tangga yang bersangkutan (pasal 2 ayat 2).

Pada kasus ini, terdapat kasus medikolegal dimana pasien telah melaporkan kasus ini ke

Polisi dan pasien dating bersama polisi ke RS untuk melakukan pemeriksaan. Visum et repertum

disingkat VeR adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter dalam ilmu kedokteran forensik

atas permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia,

baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan

keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk kepentingan pro yustisia. Visum et repertum turut

berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia.

Visum et repertum juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan

medik tersebut yang tertuang di dalam bagian kesimpulan.

4. Plan/Resume

Non Medikamentosa

Pembuatan Visum et Repertum


Medikamentosa

 Meloxicam tab 15 mg 1x1


 Neurodex tab 2x1
 Ranitidine 2 x 1tab

Anda mungkin juga menyukai