Dua tahap proses pemeriksaan kesehatan hewan yaitu pemeriksaan ante mortem
dan pemeriksaan pos mortem. Pemeriksaan ante mortem dilakukan sebelum hewan
dipotong atau saat hewan masih hidup. Sebaiknya pemeriksaan ante mortem
dilakukan sore atau malam hari menjelang pemotongan keesokan harinya.
Pemeriksaan pos mortem dilakukan setelah hewan dipotong
1. Pemeriksaan Perilaku .
Lakukan pengamatan dan cari informasi dari orang yang merawatnya . Gali
informasi sebanyak-banyaknya, namun informasi yang diterima jangan langsung
dipercaya 100%, cek kembali kondisi di lapangan.
1. Nafsu makan.
Hewan yang sehat nafsu makannya baik. Hewan sakit nafsu makannya berkurang
atau bahkan hilang sama sekali
2. Cara bernafas.
Hewan sehat nafasnya teratur, bergantian antara gerakan dada dan gerakan perut.
Sesak nafas, ngos-ngosan, nafas pendek berarti hewan sakit.
3. Cara berjalan.
Hewan sehat jalannya teratur, rapi, bergantian antara keempat kakinya. Pincang,
loyo, atau bahkan tak bisa berjalan menunjukkan hewan sedang sakit.
4. Buang kotoran
Cara buang kotoran dan kencingnya lancar tanpa menunjukkan gejala kesakitan.
Konsistensi kotoran (feses) padat.
2. Pemeriksaan Fisik :
Gunakan termometer badan ( digital atau air raksa ), masukkan ujung termometer
kedalam anusnya sampai terdengan bunyi biip (termometer digital) atau sampai air
raksa berhenti mengalir (termometer air raksa). Suhu tubuh sapi normal berkisar
antara 38,5 – 39,2oC.
2. Mata
Bola mata bersih, bening dan cerah. Sedikit kotoran di sudut mata masih normal.
Kelopak mata bagian dalam (conjunctiva) berwarna kemerahan (pink) dan tidak
ada luka. Kelainan yang biasa dijumpai pada mata yaitu adanya kotoran berlebih
sehingga mata tertutup, kelopak mata bengkak, warna merah, kekuningan ( icterus)
atau cenderung putih (pucat).
3. Mulut
Bibir bagian luar bersih, mulus dan agak lembab. Bibir dapat menutup dengan
baik. Selaput lendir rongga mulut warnanya merata kemerahan (pink), tidak ada
luka. Air liur cukup membasahi rongga mulut. Lidah warna kemerahan merata,
tidak ada luka dan dapat bergerak bebas. Adanya keropeng di bagian bibir, air liur
berlebih atau perubahan warna selaput lendir (merah, kekuningan atau pucat)
menunjukkan hewan sakit.
4. Hidung
Tampak luar agak lembab cenderung basah. Tidak ada luka, kotoran, leleran atau
sumbatan. Pencet bagian hidung, apabila keluar cairan berarti terjadi peradangan
pada hidung. Cairan hidung bisa bening, keputihan, kehijauan, kemerahan,
kehitaman atau kekuningan.
Bulu teratur, bersih, rapi dan mengkilat. Kulit mulus, tidak ada luka, keropeng dsb.
Bulu kusam, tampak kering dan acak-acakan menunjukkan hewan kurang sehat.
Kelenjar getah bening yang mudah diamati adalah yang berada di daerah bawah
telinga , daerah ketiak dan selangkangan kiri dan kanan.. Raba bagian kulitnya dan
temukan bentuk benjolan. Dalam keadaan normal tidak terlalu mencolok kelihatan.
Apabila ada peradangan kemudian membengkak, tanpa diraba akan terlihat jelas
pembesaran didaerah dimana kelenjar getah bening berada.
7. Daerah Anus
Bersih tanpa ada kotoran, darah dan luka. Apabila hewan diare, kotoran akan
menempel pada daerah sekitar anus.
Hasil pemeriksaan ante mortem terdiri atas 3 kelompok yaitu , kelompok yang
lolos (sehat), tidak lolok (sakit) dan lolos bersyarat (dicurigai sakit atau sakit yang
tidak berbahaya).
Hewan yang tidak lolos dari pemeriksaan ante mortem dipisah dan jangan
dipotong. Perhatian lebih ditujukan untuk hewan-hewan yang lolos bersyarat.
Hewan dalam kelompok ini mendapat perhatian lebih dalam pemeriksaan pos
mortem.
1. Karkas
Karkas sehat tampak kompak dengan warna merah merata dan lembab. Bentuk-
bentuk kelainan yang sering dijumpai seperti adanya butiran-butiran menyerupai
beras (beberasan – Bali), bercak-bercak pendarahan, lebam-lebam, berair dsb.
2. Paru-paru
Paru-paru sehat berwarna pink , jika diremas terasa empuk dan teraba gelembung
udara, tidak lengket dengan bagian tubuh lain, tidak bengkak dengan kondisi tepi-
tepi yang tajam. Ditemukan benjolan-benjolan kecil pada rabaan paru-paru atau
terlihat adanya benjolan-benjolan keputihan (tuberkel) patut diwaspadai adanya
kuman tbc.
3. Jantung
Ujung jantung terkesan agak lancip, bagian luarnya mulus tanpa ada bercak-bercak
perdarahan. Belah jantung untuk mengetahui kondisi bagian dalamnya.
4. Hati
Warna merah agak gelap secara merata dengan kantong empedu yang relatif kecil.
Konsistensi kenyal dengan tepi-tepi yang cenderung tajam. Sayat beberapa bagian
untuk mengetahui kondisi didalamnya. Kelainan yang sering ditemui adalah
adanya cacing hati (Fasciola hepatica atau Fasciola gigantica – pada sapi),
konsistensi rapuh atau mengeras.
5. Limpa
Ukuran limpa lebih kecil dari pada ukuran hati, dengan warna merah keunguan.
Pada penderita anthrax keadaan limpa membengkak hebat.
6. Ginjal
Kedua ginjal tampak luar keadaannya mulus dengan bentuk dan ukuran relatif
semetris. Adanya benjolan, bercak-bercak pendarahan, pembengkakan atau
perubahan warna merupakan kelainan pada ginjal. Belah menjadi dua bagian untuk
emngetahui keadaan bagian dalamnya.
Bagian luar dan bagian dalam tampak mulus. Lekukan-lekukan bagian dalamnya
teratur rapi. Penggantung usus dan lembung bersih Tidak ditemukan benda-benda
asing yang menempel atau bentukan-bentukan aneh pada kedua sisi lambung dan
usus. Pada lambung kambing sering dijumpai adanya cacing yang menempel kuat
berwarna kemerahan.
Pemeriksaan pos mortem dilakukan secara hati-hati dan teliti. Diperlukan latihan
dan ketrampilan untuk melakukan pemeriksaan ini, terutama untuk mengenali
organ-organ dalamnya (mana hati, limpa, ginjal dsb)
Hasil akhir pemeriksaan pos mortem adalah baik (sehat), tidak baik (sakit / rusak )
dan baik sebagian. Kategori baik sebagian karkas / organ dapat dikonsumsi dengan
menghilangkan bagian tertentu yang tidak baik. Kategori tidak baik harus diafir
semua organ / karkas yang rusak atau seluruh tubuh hewan tersebut.
Ciri-ciri hewan sehat perlu diketahui, agar kita bisa mengkonsumsi produk daging
yang sehat dan menyehatkan.
2. hewan yang akan disembelih cukup umur, untuk kambing dan domba berumur
lebih dari satu tahun ditandai dengan tumbuhnya sepasang gigi tetap, sapi dan
kerbau berumur dua tahun ditandai dengan tumbuhnya gigi tetap,
d. lincah,
e. muka cerah,
g. lubang kumlah (mulut, mata, hidung, telinga dan anus) bersih dan normal.
Tahap ketiga sebagai tahap penyembelihan yang dengan tata cara agama Islam
disesuaikan dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia, diantaranya membaca
Basmallah (Bismillahirrahmaanirrahim) dan mengumandangkan takbir saat mulai
penyembelihan, memutus jalan makanan (mari ), memutus dua urat nadi
(wadajain), memutus jalan nafas (hulqum), hewan dipotong dengan sekali
tekan/potong tanpa mengangkat pisau dari leher (namun kepala tidak langsung
dipisahkan).
Ciri-ciri fisik dari hewan yang sehat biasanya bisa dikenali dari gerakannya yang
lincah (gesit), bulu tidak kusam, mata bersinar, lubang alami (mulut, hidung,
telinga dan anus) tidak mengeluarkan leleran atau darah, suhu tubuh normal (40
derajat Celcius). Sebaliknya hewan yang tidak sehat selain bisa dilihat dari
gerakannya yang tidak gesit, bulunya terlihat kusam, mata sayu, mengeluarkan
leleran atau darah dari lubang alami, suhu tubuhnya di atas 40 derajat Celsius.
“Sampai saat ini penyakit antraks dan cacing hati masih mendominasi penyakit
pada hewan. Untuk mengantisipasi hal itu di samping lebih teliti dalam memilih
hewan yang akan disembelih, alangkah baiknya jika masyarakat meminimalkan
kontaminasi dengan apa saja. Misalnya dengan menggantung hewan (kambing)
yang sudah disembelih, mencuci pisau setiap kali mau digunakan serta
menggunakan alas yang benar-benar bersih (tidak tercemar),” agar kualitas
dagingnya bagus, hewan yang akan disembelih sebaiknya diistirahatkan.
a. Inspeksi dilakukan dengan cara melihat dan meneliti adanya kemungkinan hal-
hal yang abnormal, seperti bau dan suara atau keadaan abnormal lainnya, tanpa
menggunakan alat bantu. Inspeksi dilakukan dari jauh dengan cara memperhatikan
hewan dan keadaan sekitarnya (kandang) dan dari segala arah. Bila ternak
menunjukkan sikap atau posisi abnormal, usahakan agar posisinya normal dan
perhatikan apakah ternak mampu untuk berada pada posisi yang normal. Untuk
dapi kadang-kadang dilakukan dengan cara-cara tertentu, seperti ditarik tali
hidungnya, digertak, sedikit dicambuk, dilipat ekornya atau kadang-kadang harus
dibantu.
b. Suhu
Suhu tubuh ternak perlu diketahui. Sebelum mengukur suhu tubuh, kolom air
raksa dalam termometer diturunkan terlebih dahulu, olesi ujung termometer
dengan bahan pelicin yang tidak merangsang misalnya (vaselin). Masukkan ujung
termometer dengan hati-hati ke lubang anus, bila ada hal yang meragukan
misalnya (diduga ada radang lokal atau anus terlalu kendor), lakukanlah pada
rongga mulut, hati-hati jangan sampai ujung termometer tergigit, pada cara ini
hasilnya supaya ditambahkan 0,50C.
e. Mata
Perhatikan konjungtiva mata apakah ada vasa injeksi atau lesi-lesi. Periksa pula
bola mata dari sebelah muka dan samping supaya dapat dibedakan dimana letak
lesi, apakah di cornea, atau di bagian sebelah belakangnya. Untuk pemeriksaan
retina dan fundus dapat digunakan opthalmoskope.
2. Alat Pencernaan
Perhatikan nafsu makan dan minum, bila perlu coba berikan makanan dan
minuman, apakah mau makan/minum. Perhatikan pula cara defekasi dan tinjanya,
amati pada mulut, dubur dan kulit sekitar dubur, kaki belakang serta perut. Pada
ruminansia perhatikan pula memamah biaknya atau ruminasi. Perhatikan
kemungkinan adanya aksi atau pengeluaran yang abnormal yang berhubungan
dengan alat pencernaan.
3. Alat pernafasan.
Perhatikan adanya aksi-aksi atau pengeluaran-pengeluaran yang abnormal seperti
batuk, bersin, cegukan. Perhatikan frekuensi, ritme dan tipe nafas dan
perbandingan frekuensi nafas dengan pulsus. Perhatikan kelainan-kelainan pada
organ lain yang menunjang diagnosa alat pernafasan seperti conjunctiva, suhu
tubuh, nafsu makan dan produksi susu.
Hidung. Perhatikan leleran yang keluar dari hidung dan adanya lesi-lesi dalam
rongga hidung. Raba suhu lokal dengan menempelkan punggung jari tangan pada
dinding luar hidung. Perhatikan cermin hidung, normalnya selalu basah dan tidak
panas.
Pharing, laring dan trachea. Lakukan palpasi dari luar, perhatikan kemungkinan
adanya reaksi batuk dan suhunya. Perhatikan glg regional terutama
submandibularis baik konsistensi maupun besarnya.
Rongga dada. Lakukan perkusi di daerah rongga dada dengan pelksor dan
pleksimeter dan lakukan auskultasi dan perahatikan kemungkinan terjadinya
perluasan daerah perkusi, pada keadaan normal warna suaranya sama dengan
bronchus, tetapi dapat juga terganggu oleh rasa nyeri pada pleura, oedema subcutis
dan crepitasi.
4. Alat peredaran darah.
Gangguan peredaran darah yang kemungkinan dapat diderita oleh ternak meliputi
anemia, sianosis, dyspnoe, oedema, pulsus venosus, kelainan pada denyut nadi dan
sikap atau tingkah laku hewan.
Nadi. Diperiksa dengan menghitung frekuensi denyut nadi juga ritme dan
kualitasnya.
Jantung. Kerjakan pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
Perhatikan frekuensi, ritme, kualitas dan kekuatan daerah pekak jantung.
Perhatikan apakah terjadi peningkatan kekuatan debar jantung, apakah detak
jantung dapat terdengar tanpa stetostkop, apakah teraba/tampak debar jantung pada
dinding dada kanan, apakah terjadi percepatan detak jantung. Juga dengan perkusi,
apakah ada pelebaran daerah pekak jantung.
Dengan auskultasi, dengarkan suara detak jantung dan hitung frekuensinya,
lakukan bersama-sama pemeriksaan pulsus, perhatikan apakah detak jantung
sinkron dengan pulsus, serta perhatikan ritmenya. Perhatikan perbedaan suara I
(sistole) dan II (diastole). Perhatikan kemungkinan adanya perubahan kekuatan
detak jantung, sura I dan II tidak dapat dibedakan, dan dupliksi suara I. Perhatikan
pula kemungkinan adanya suara tambahan (bising) baik berasal dari endocardium
(bising endocardial) maupun yang berasal dari pericardium (bising pericardial).
Vena. Vena jugularis pada hewan besar cukup diperiksa dalam keadaan berdiri,
perhatikan kemungkinan adanya pulsus venosus tampak berupa pembesaran vena,
aliran/desakan darah kembali ke sebelah atas yang biasanya melampaui daerah
leher 1/3 bawah. Coba tekan pada batas antara daerah 1/3 tengah dan 1/3 bawah
leher, apakah sebelah atas bagian yang ditekan tetap ada gerakan dari vena.
6. Glandula mammae.
Cuci glandula mammae bersih-bersih. Lakukan inspeksi dari muka, belakang dan
samping. Pada keadaan normal glandula mammae kanan dan kiri simetris, tetapi
tidak antara muka dan belakang. Perahtikan apakah ada tanda-tanda radang
(kemerahan, bengkak, nekrosis). Lakukan palpasi, perhatikan suhu dan reaksi
terhadap rabaan (rasa nyeri). Ambil contoh air susu, lakukan pemeriksaan uji
lapangan. Biasakan mengambil contoh dari sebelah kanan, sehingga cawan-cawan
dari peddle dapat diurutkan nomornya sebagai berikut :
A = kanan depan C =kiri depan
B = kanan belakang D =kiri belakang
Dengan cawan petri yang alas sebelah bawahnya dicat hitam, teteskan susu
langsung dari puting. Bila ada jonjot-jonjot akan nampak jelas. Lakukan terhadap
semua quarter.
a. White side test
Ambil 4 cawan atau nampan yang bercawan empat. Perah masing-masing puting
pada cawan tersebut sebanyak 5 ml, teteskan pada masing-masing cawan NaOh
4% (1N) sebanyak 1 ml (jumlahnya dapat berbeda. Asal perbandingan 5 :1).
Gerak-gerakkan atau memutar-mutar, pada mastitis akan terdapat jonjot-jonjot,
bentukan-bentukan seperti benang atau mengental (viscous).
Olesi lubang luar puting dengan spiritus dilutus (atau antiseptik yang lain). Ambil
4 tabung steril dengan tutup steril yang telah diberi nomor sapi dan nomor puting.
Masukkan perahan keempat secukupnya, tutup kembali secara steril. Masukkan
dalam termos yang berisi es yang terbungkus kantong plastik (termos dapat diganti
dengan kotak/boks gabus sistesis). Kirimkan ke laboratorium untuk pemeriksaan
tertentu. Kosongkan semua kuartir, setelah benar-benar kosong, lakukan palpasi
sekali lagi. Perhatikan perbedaan jaringan yang sehat dengan yang mengalami
radang atau penebalan pengerasan (indurasi). Raba lgl mammaria.
8. Organa uropetica
Perhatikan sikap normal pada waktu hewan kencing, perhatikan perbedaan
kebiasaan pada berbagai spesies dan pada kelamin jantan betina. Perhatikan sikap-
sikap abnormal (mengejang, membungkuk), perhatikan air seni (kemih) yang
keluar, warnanya, baunya dan anomal (darah, jonjot, kekeruhan dll). Vesica
urinaria (kandung kencing) dapat diperiksa dengan pemeriksaan rectal. Ambil air
kencing dengan menekan vesica urinaria dan tampung dalam tabung reaksi untuk
pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium (untuk uji minimal yaitu pH, protein dan
endapan).
9. Sistem syaraf
Perhatikan sikap hewan ternak yang berkaitan dengan sistem syaraf, meliputi
ekspresi muka yang tegang, eksitasi, acuh tak acuh, tampak bodoh, kejang,
paralisa, peka cahaya, mudah terkejut, tanda-tanda kurang (tidak dapat melihat) dll.
Perhatikan fungsi inervasi syaraf otak :
Syaraf I (Nervus olfactorius). Coba dekatkan ikan, daging dll pada carnifora atau
rumput pada herbifora yang merangsang syaraf pembau tanpa mendengar atau
melihat bahwa ada orang yang membawa makanan. Lihat reaksinya.
Syaraf II (Nervus opticus). Bawa hewan naik turun trap/rintangan, coba gerakkan
jari telunjuk di muka matanya, perhatikan apakah hewan mengikuti arah gerak jari.
Periksa bola mata, cari penyebab gangguan penglihatan dan apakah ada
pembengkakan fundus.
Syaraf III (Nervus occulomotorius). Perhatikan gerakan palpebrae mata, pupil dan
bola mata. Untuk pemeriksaan pupil, tutup salah satu mata, buka cepat-cepat,
bagaimana reksinya terhadap sinar.
Syaraf IV (Nervus trochlearis). Perhatikan gerakan bola mata.
Syaraf V (Nervus trigeminus) yang fungsinya adalah sensorik, motorik dan
secretorik. Lakukan rangsangan dan lihat reaksinya pada otot-otot daerah kepala
dan mata, perhatikan adanya sekresi saliva dan lacrimasi, diperaestehesi, paralysa,
mastikasi dan jumlah sekresi apakah berlebihan atau berkurang.
Syaraf VI (Nervus abducens). Bersama N III dan N IV dalam pergerakan bola
mata.
Syaraf VIII (Nervus auditorius). Perhatikan, apakah hewan miring sebelah,
sempoyongan (tidak dapat mempertahankan keseimbangan).Periksa lubang telinga
ambil kerikan/apus periksa fisik dan mikroskopik, periksa denganlampu (pen light)
atau stetockope, periksa adanya radang. Perhatikan bau yangkhas, bila ada
runtuhan yang membusuk pada otitis eksterna.
Syaraf IX (Nervus glossopharyngeus), perhatikan apakah ada gangguan menelan.
Syaraf X (Nervus Vagus), distribusinya adalah pharing, palatus mollus, pita suara,
trachea, larung, bronchus, esophagus, abdomen, intestinum. Kerja nervus vagus
sebagai motorik dan sensorik. Paa jantung berjanya sebagai inhibitor. Jantung akan
berdetak lebih epat, peristaltik usus berkurang atau hilang.
Syaraf Perifeer. Perhatikan aktivitas otot, coba rangsang dengan meraba, memijit,
menusuk, mencubit dengan jari atau arteri klem atau pinsep chirurgik.
10. Reflek. Ambil lidi yang ujungnya dibalut dengan kapas, sentuhlah :
1.
a. Conjunctiva dan cornea, untuk serabut sensorik dari cabang opthalmicus dan
cabang maxillaris syaraf cranial V).
b. Reflek pupil, lakukan dengan menutup salah satu mata, buka dan lihat kecepatan
reaksinya (Nervus optic : sensorik, Nervus occulomotorius : motorik).
e. Reflek profundal, sangga paha dan pukul ligamentum patella mediale (lutut),
apabila reflek bagus, maka otot paha akan kontraksi mendadak.
f. Reflek organik.
Data merupakan hasil pengamatan Surono dkk. Fakultas Kedokteran Hewan UGM.
Yogyakarta.